21 BAB II PROPOSISI NILAI 2.1 Framework Analisa Dalam membuat Proposisi Nilai untuk BMC Teen Edu, diperlukan sebuah Framework Analisa yang membuat tercapainya Optimalisasi Ketajaman Analisa. Gambar 2.1 Framework Analisa 2.2 Analisa Lingkungan Makro Baik di industri pendidikan maupun industri lainnya, akan ada faktor eksternal yang akan mempengaruhi keberlangsungan bisnis. Ada 5 faktor eksternal yang turut mempengaruhi suatu industri, diantaranya : 1. Faktor Ekonomi 2. Faktor Politik dan Hukum Macro Analysis •PESTLE Industry Analysis •Porter’s 5 Forces Competitor Business •TOWS KSFs Consumer Insights Customer Value Propositions
27
Embed
BAB II PROPOSISI NILAI 2.1 Framework Analisa 2.2 Analisa ...
This document is posted to help you gain knowledge. Please leave a comment to let me know what you think about it! Share it to your friends and learn new things together.
Transcript
21
BAB II
PROPOSISI NILAI
2.1 Framework Analisa
Dalam membuat Proposisi Nilai untuk BMC Teen Edu, diperlukan sebuah
Framework Analisa yang membuat tercapainya Optimalisasi Ketajaman Analisa.
Gambar 2.1 Framework Analisa
2.2 Analisa Lingkungan Makro
Baik di industri pendidikan maupun industri lainnya, akan ada faktor eksternal yang
akan mempengaruhi keberlangsungan bisnis. Ada 5 faktor eksternal yang turut
mempengaruhi suatu industri, diantaranya :
1. Faktor Ekonomi
2. Faktor Politik dan Hukum
Macro Analysis
•PESTLE
Industry Analysis
•Porter’s 5 Forces
Competitor
Business
•TOWS KSFs Consumer
Insights
Customer Value
Propositions
22
3. Faktor Sosial Budaya
4. Faktor Teknologi
5. Faktor Demografi
Dari 5 faktor tersebut, tools analisa yang tepat adalah dengan menggunakan Analisa
PESTLE.
2.2.1 Analisa PESTLE
Menurut Kotler dalam bukunya Marketing Management 14 Ed, PESTLE terkait
dengaan pengaruh lingkungan eksternal dalam suatu bisnis. PESTLE merupakan
suatu alat yang bermanfaat untuk meringkas faktor eksternal yang terjadi dalam
operasional perusahaan.
Gambar 2.2 PESTLE Breakdown
Berikut ini adalah factor - faktor yang dipertimbangkan dalam analisa PESTLE :
Political
Economic
Social
Technological
Legal
Environmental
23
2.2.1.1 Faktor Politik
Bidang politik memiliki pengaruh besar terhadap peraturan bisnis, tingkat
daya beli konsumen dan dan factor - faktor bisnis yang lain seperti:
1. Situasi politik secara umum.
2. Kebijakan pemerintah akan mempengaruhi undang-undang yang
mengatur pajak atau bisnis.
3. Kebijakan pemerintah pada aturan etika pemasaran.
4. Kebijakan pemerintah dalam menentukan arah ekonomi.
5. Pandangan pemerintah terhadap budaya dan agama.
6. Perjanjian kerjasama negara dengan pihak asing seperti Uni Eropa,
NAFTA, ASEAN.
Tidak dapat dipungkiri bahwa negara berwenang untuk mengatur dan
menentukan semua aspek kehidupan bernegara termasuk didalamnya
aturan dan Undang-Undang yang dipakai untuk pola dasar sistem
pendidikan.
Aspek ekonomi dan aspek politik tidak dapat dipisahkan, karena
pembangunan ekonomi memerlukan politik yang stabil, sedang stabilitas
politik juga memerlukan stabilitas ekonomi, satu sama lain saling
pengaruh-mempengaruhi dan saling memperkokoh.
Bilamana dalam suatu negara kehidupan politiknya sedang kacau,
mustahil dapat diciptakan suatu keseimbangan yang serasi di dalam sistem
24
pendidikan. Kondisi politik negara yang stabil sangat krusial bagi
berkembangnya pendidikan di Indonesia.
2.2.1.2 Faktor Ekonomi
Menjelaskan bagaimana situasi ekonomi perdagangan dalam jangka pendek
dan maupun jangka panjang.Hal ini benar terutama berlaku untuk pemasaran
internasional. Faktor - faktor yang harus diperhatikan antara lain :
1. Suku bunga
2. Tingkat inflasi.
3. Tingkat pendapatan per kapita.
4. Prospek ekonomi Produk Domestik Bruto (PDB) per kapita dalam
jangka panjang,
Dikutip dari www.cnnindonesia.com, Badan Pusat Statistik (BPS) melaporkan
pertumbuhan ekonomi Indonesia sebesar 4,67 persen pada kuartal II 2015,
melambat dari periode yang sama tahun lalu (year on year) mencapai 5,12
persen. Perekonomian nasional juga melambat jika dibandingkan dengan
kuartal sebelumnya yang tumbuh 4,71 persen secara tahunan. Kendati
demikian, menurut Kepala BPS Suryamin, angka 4,67 persen tersebut dinilai
lebih baik dibandingkan dengan negara-negara lain seperti Amerika Serikat
(2,3% pada kuartal II 2015) dan Singapura (1,7% pada kuartal II 2015).
kendati pertumbuhan ekonomi melambat, sektor pendidikan yang mengalami
pertumbuhan sebesar 6,31 persen dari kuartal I ke kuartal II di tahun 2015.
25
Pada October 2015, suku bunga atau BI Rate adalah 7.5%. Inflasi per
September 2015 6,83%.
2.2.1.3 Faktor Sosial dan Budaya
Sosial dan pengaruh budaya pada bisnis berbeda dari satu negara ke
negara.Sangat penting bahwa faktor yang dipertimbangkan. Faktor antara lain:
1. Agama yang dominan.
2. Faktor bahasa.
3. Kebiasaan konsumen.
4. Faktor gender.
5. Penyebaran usia penduduk
Data yang didapat dari World Bank menyatakan bahwa pada tahun 2014 terdapat
sekitar 252,8 juta jiwa di Indonesia. (www.data.worldbank.org). Pada tahun 2014,
terdapat 28,5% dari populasi yang merupakan anak berusia anak usia 0-14 tahun dan
diperkirakan Indonesia akan mengalami surplus demografi pada tahun 2030 dimana
jumlah populasi manusia usia produktif akan lebih besar daripada usia non-produktif.
Seiring dengan meningkatnya jumlah penduduk akan muncul permintaan akan
pendidikan formal maupun non-formal di dalam masyarakat.
2.2.1.4 Faktor Teknologi
Teknologi sangat penting bagi keuntungan kompetitif, dan merupakan
pemacu utama globalisasi. Pertimbangkan yang berikut:
1. Teknologi dapat digunakan menjadikan produk dan layanan yang
akan dibuat menjadi lebih murah dan kualitas yang lebih baik.
26
2. Teknologi dapat menawarkan konsumen maupun bisnis dengan
produk dan layanan yang lebih inovatif seperti: layanan perbankan
internet, telepon selular, dll.
3. Teknologi dapat merubah cara barang maupun jasa didistribusikan.
Teknologi menawarkan cara baru untuk berkomunikasi dengan
konsumen.
Berdasarkan data United Nation for Development Program (UNDP) pada
tahun 2013, indeks pencapaian teknologi Indonesia berada pada urutan ke-60
dari 72 negara. Ukurannya berdasarkan kepada penciptaan teknologi yang
dilihat dari perolehan hak paten dan royalti atas karya dan penemuan
teknologi, difusi inovasi teknologi mutakhir yng diukur dari jumlah pengguna
internet dan besaran sumbangan ekspor teknologi terhadap barang ekspor,
difusi inovasi teknologi lama yang dilihat dari jumlah pengguna telepon dan
pemakai listrik, tingkat pendidikan penduduk berdasarkan rata-rata lama
sekolah penduduk usia 15 tahun ke atas, dan angka partisipasi kasar penduduk
yang menempuh pendidikan tinggi di bidang iptek.
2.2.1.5 Faktor Legal
Menjelaskan bagaimana aspek legal yang berlaku dalam negara, dan
masyarakat pada umumnya. Hal ini ditunjukkan oleh Undang-Undang,
maupun Peraturan Pemerintahan yang berlaku.
27
Di Indonesia sendiri pendidikan diatur dalam Undang Undang UU NO 20
Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional
Dalam pasal 26 mengenai pendidikan nonformal, dijelaskan bahwa
(1) Pendidikan nonformal diselenggarakan bagi warga masyarakat yang
memerlukanlayananpendidikan yang berfungsi sebagai pengganti, penambah,
dan/atau pelengkappendidikanformal dalam rangka mendukung pendidikan
sepanjanghayat.
(2) Pendidikan nonformal berfungsi mengembangkan potensi peserta
didik denganpenekananpada penguasaan pengetahuan dan keterampilan
fungsional serta pengembangansikapdan kepribadianprofesional.
Pendidikan nonformal meliputi pendidikan kecakapan hidup, pendidikan anak
usiadini, pendidikan kepemudaan, pendidikan pemberdayaan perempuan,
pendidikan keaksaraan pendidikan keterampilan dan pelatihan kerja,
pendidikan kesetaraan, serta pendidikanlainyang ditujukan untuk
mengembangkan kemampuan pesertadidik.
(1) Satuan pendidikan nonformal terdiri atas lembaga kursus, lembaga
pelatihan, kelompok belajar, pusat kegiatan belajar masyarakat, dan majelis
taklim,serta satuan pendidikan yang sejenis.
(2) Kursus dan pelatihan diselenggarakan bagi masyarakat yang
memerlukan bekalpengetahuan, keterampilan, kecakapan hidup, dan sikap
28
untuk mengembangkandiri, mengembangkan profesi, bekerja, usaha mandiri,
dan/atau melanjutkan pendidikan kejenjang yang lebih tinggi.
Penyelenggaraan pendidikan nonformal (PNF) merupakan upaya dalam
rangka mendukung perluasan akses dan peningkatan mutu layanan pendidikan
bagi masyarakat. Jenis layanan dan satuan pembelajaran PNF sangat beragam,
yaitu meliputi: (1) pendidikan kecakapan hidup, (2) pendidikan anak usia dini,
(3) pendidikan kesetaraan seperti Paket A, B, dan C, (4) pendidikan
keaksaraan, (5) pendidikan pemberdayaan perempuan, (6) pendidikan
keterampilan dan pelatihan kerja (kursus, magang, kelompok belajar usaha),
serta (7) pendidikan lain yang ditujukan untuk mengembangkan kemampuan
peserta didik.
Lembaga pendidikan non formal memberikan ruang kesadaran baru pada
masyarakat, bahwa upaya pendidikan bukan sekedar kegiatan untuk meraih
sertifikasi atau legalitas semata. Lebih daripada itu, upaya pendidikan
sejatinya merupakan kegiatan penyerapan dan internalisasi ilmu, yang pada
akhirnya diharapkan mampu membawa peningkatan taraf kehidupan bagi
individu maupun masyarakat dalam berbagai aspek.
Keunggulan lain yang ditawarkan oleh lembaga pendidikan non formal
sebenarnya ada pada fleksibilitas waktu yang dimiliki. Selain bisa dijalankan
secara manunggal, pendidikan non formal bisa dijalankan pula secara
berdampingan dengan pendidikan formal. Tak mengherankan apabila
29
belakangan lembaga pendidikan non formal tumbuh dengan pesat, berbanding
lurus dengan tingginya minat masyarakat terhadap jenis pendidikan tersebut.
2.2.1.6 Faktor Environmental
Menjelaskan bagaimana lingkungan yang ada untuk mendukung bisnis yang
sedang dibangun.
Berdasarkan Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan RI
lingkungan adalah kombinasi antara kondisi fisik yang mencakup keadaan
sumber daya alam seperti tanah, air, energi surya, mineral, serta flora dan
fauna yang tumbuh di atas tanah maupun di dalam lautan, dengan
kelembagaan yang meliputi ciptaan manusia seperti keputusan bagaimana
menggunakan lingkungan fisik tersebut. Lingkungan juga dapat diartikan
menjadi segala sesuatu yang ada di sekitar manusia dan mempengaruhi
perkembangan kehidupan manusia.
2.3 Analisa Industri
Analisa Industri berguna untuk mengetahui kondisi dari sebuah industri, dalam hal ini
pendidikan. Dalam melihat industry yang ada dan menempatkan Teen Edu sebagai
pusat dari bisnis ini, tools yang paling tepat adalah dengan menggunakan Analisa
Kekuatan Porter, atau Porter’s Five Forces.
30
2.3.1 Analisa Porter’s Five Forces
Five Competitive Forces adalah sebuah metode analisa dalam dunia
pemasaran yang digunakan untuk membantu menghadapi persaingan, untuk
memberikan gambaran yang kuat mengenai bagaimana tingkat persaingan dalam
suatu industri, baik dari sisi supply chain (supplier dan pelanggan) serta pasar
(pemain baru dan substitusi).
Gambar 2.3 Gambar Analisa Porter’s Five Forces Teen Edu
31
Analisis Five Competitive Forces terdiri 5 (lima) area cara pandang, yaitu:
2.3.1.1 Threat of New Entrants – Medium
Bagaimana tingkat kesulitan/ kemudahan bagi para pesaing baru untuk masuk
ke dalam suatu industri. Hal ini antara lain dipengaruhi oleh brand equity, hambatan
masuk seperti hak paten, distribusi, skill atau core competence, economies of scope,
cost advantage, dan lainnya.
Besarnya jumlah populasi anak usia 15-19 tahun di Indonesia menyebabkan
peningkatan permintaan akan pendidikan pendidikan formal maupun pendidikan non-
formal. Peningkatan kondisi ekonomi masyarakat dan kesadaran akan pentingnya
ilmu pengetahuan dan teknologi menyebabkan keberadaan lembaga pendidikan non-
formal sedikit demi sedikit bermunculan untuk memenuhi permintaan pasar tersebut.
Namun untuk saat ini kesempatan yang ada belum banyak dilirik oleh para pemain
lainnya sehingga menjadikan Teen Edu sebagai salah satu pelopor dalam metodologi
pendidikan non-formal remaja yang terintegrasi.
Selain hal-hal tersebut Teen Edu juga menggunakan teori Resource Based
View, dimana Teen Edu telah melakukan berbagai macam mitigasi untuk
menurunkan kemungkinan terjadinya resiko bisnis seperti copycat ide bisnis oleh
pesaing bisnis serupa. Salah satu cara mitigasi yang dilakukan oleh Teen Edu adalah
dengan menonjolkan SDM yang berkualitas yang telah diseleksi langsung oleh Teen
Edu, yang dalam hal ini adalah coach yang akan setia menemani siswa dalam
menjalani proses INITIATING di Teen Edu. Sehingga sekalipun ide bisnis nya dapat
32
di copycat oleh lawan pesaingnya, namun mereka tidak akan pernah dapat memiliki
SDM serupa yang telah mengerti benar proses yang harus mereka jalankan.
2.3.1.2 Bargaining Power of Customers - Medium
Bagaimana kekuatan yang dimiliki oleh pelanggan. Hal ini antara lain
dipengaruhi oleh: jumlah pembeli, konsentrasi pembeli, switching cost pembeli,
ketersediaan barang, besarnya permintaan pembeli, sensitivitas harga, tingkat
diferensiasi, dan sebagainya.
Metode pendidikan Teen Edu yang breaktrough dan belum umum di
masyarakat menyebabkan timbulnya tantangan untuk menciptakan kepercayaan
customer.Para Customer yang memiliki banyak keinginkan bisa dengan mudah
mencari servis substitusi lainnya yang sesuai dengan keinginan mereka di dalam
pasar.
2.3.1.3 Threat of Substitute Products - High
Analisis ini hanya memfokuskan pada satu bisnis atau strategi binis
tertentu.Bagaimana substitusi terhadap barang/ jasa. Sejauh mana konsumen dapat
memperoleh barang substitusinya dengan mudah. Semakin banyak dan dekat
barang substitusi, maka pelanggan juga bisa beralih dengan mudah. Hal ini
dipengaruhi oleh beberapa faktor diantaranya switching cost, kecenderungan untuk
substitusi, diferensiasi produk, dan lainnya.
Customers memiliki substitusi servis pendidikan non-formal seperti
bimbingan belajar (bimbel), kursus-kursus yang lebih spesifik seperti kursus
fotografi, memasak, computer, dan sebagainya. Terdapat juga substisuti servis lain
berupa seminar-seminar khusus yang dapat diikuti oleh calon customers.
33
2.3.1.4 Bargaining Power of Suppliers - Medium
Supplier merupakan tempat dimana dapat membeli input yang digunakan
untuk bahan produksi. Hal ini ditentukan oleh beberapa faktor penting diantaranya:
switching cost ke supplier lain, jumlah supplier, konsentrasi supplier, ketersediaan
barang substitusi, tingkat diferensiasi input, hingga tingkat hubungan dengan
supplier.
Supplier seperti tenaga pengajar memiliki bargaining power yang menengah.
Lembaga-lembaga pendidikan formal ataupun non-formal yang sudah berdiri sejak
lama dapat saja menawarkan paket yang lebih menarik bagi tenaga-tenaga pengajar
tersebut.
2.3.1.5 Competitive Rivalry Within an Industry - Low
Bagaimana intensitas persaingan dalam industri. Semakin banyak jumlah
pesaing, dengan produk yang berkualitas dan harga bersaing, maka semakin tinggi
tingkat persaingan. Hal ini ditentukan oleh beberapa faktor diantaranya: jumlah