BAB II PROFIL KOTA MEDAN DAN DZULMI ELDIN 2.1 SEJARAH KOTA MEDAN Pada zaman dahulu Kota Medan ini dikenal dengan nama Tanah Deli dan keadaan tanahnya berawa-rawa kurang lebih seluas 4000 Ha. Beberapa sungai melintasi Kota Medan dan semuanya bermuara ke Selat Malaka. Sungai-sungai itu adalah Sei Deli, Sei Babura, Sei Sikambing, Sei Denai, Sei Putih, Sei Badra, Sei Belawan dan Sei Sulang Saling/Sei Kera. 31 Dahulu orang menamakan Tanah Deli mulai dari Sungai Ular (Deli Serdang) sampai ke Sungai Wampu di Langkat sedangkan Kesultanan Deli yang berkuasa pada waktu itu wilayah kekuasaannya tidak mencakup daerah diantara kedua sungai tersebut. Secara keseluruhan jenis tanah di wilayah Deli terdiri dari tanah liat, tanah pasir, tanah campuran, tanah hitam, tanah coklat dan tanah merah. Hal ini merupakan penelitian dari Van Hissink tahun 1900 yang dilanjutkan oleh penelitian Vriens tahun 1910 bahwa disamping jenis tanah seperti tadi ada lagi ditemui jenis tanah liat yang spesifik. Tanah liat inilah pada waktu penjajahan Belanda ditempat yang bernama Pada mulanya yang membuka perkampungan Medan adalah Guru Patimpus lokasinya terletak di Tanah Deli, maka sejak zaman penjajahan orang selalu merangkaikan Medan dengan Deli (Medan– Deli). Setelah zaman kemerdekaan lama kelamaan istilah Medan Deli secara berangsur-angsur lenyap sehingga akhirnya kurang popular. 31 Sejarah Lahirnya Kota Medan https://www.academia.edu/8313671/BAB_I_PENDAHULUAN diakses pada 7 Agustus 2016 Pukul 01.12. WIB. Universitas Sumatera Utara
42
Embed
BAB II PROFIL KOTA MEDAN DAN DZULMI ELDIN 2.1 SEJARAH ...
This document is posted to help you gain knowledge. Please leave a comment to let me know what you think about it! Share it to your friends and learn new things together.
Transcript
BAB II
PROFIL KOTA MEDAN DAN DZULMI ELDIN
2.1 SEJARAH KOTA MEDAN
Pada zaman dahulu Kota Medan ini dikenal dengan nama Tanah Deli dan
keadaan tanahnya berawa-rawa kurang lebih seluas 4000 Ha. Beberapa sungai
melintasi Kota Medan dan semuanya bermuara ke Selat Malaka. Sungai-sungai itu
adalah Sei Deli, Sei Babura, Sei Sikambing, Sei Denai, Sei Putih, Sei Badra, Sei
Belawan dan Sei Sulang Saling/Sei Kera.31
Dahulu orang menamakan Tanah Deli mulai dari Sungai Ular (Deli Serdang)
sampai ke Sungai Wampu di Langkat sedangkan Kesultanan Deli yang berkuasa
pada waktu itu wilayah kekuasaannya tidak mencakup daerah diantara kedua sungai
tersebut. Secara keseluruhan jenis tanah di wilayah Deli terdiri dari tanah liat, tanah
pasir, tanah campuran, tanah hitam, tanah coklat dan tanah merah. Hal ini merupakan
penelitian dari Van Hissink tahun 1900 yang dilanjutkan oleh penelitian Vriens tahun
1910 bahwa disamping jenis tanah seperti tadi ada lagi ditemui jenis tanah liat yang
spesifik. Tanah liat inilah pada waktu penjajahan Belanda ditempat yang bernama
Pada mulanya yang membuka
perkampungan Medan adalah Guru Patimpus lokasinya terletak di Tanah Deli, maka
sejak zaman penjajahan orang selalu merangkaikan Medan dengan Deli (Medan–
Deli). Setelah zaman kemerdekaan lama kelamaan istilah Medan Deli secara
berangsur-angsur lenyap sehingga akhirnya kurang popular.
31Sejarah Lahirnya Kota Medan https://www.academia.edu/8313671/BAB_I_PENDAHULUAN diakses pada 7 Agustus 2016 Pukul 01.12. WIB.
Universitas Sumatera Utara
Bakaran Batu (sekarang Medan Tenggara atau Menteng) orang membakar batu bata
yang berkwalitas tinggi dan salah satu pabrik batu bata pada zaman itu adalah Deli
Klei.
Mengenai curah hujan di Tanah Deli digolongkan dua macam yakni : Maksima
Utama dan Maksima Tambahan. Maksima Utama terjadi pada bulan-bulan Oktober
s/d bulan Desember sedang Maksima Tambahan antara bulan Januari s/d September.
Secara rinci curah hujan di Medan rata-rata 2000 pertahun dengan intensitas rata-rata
4,4 mm/jam.Menurut Volker pada tahun 1860 Medan masih merupakan hutan rimba
dan disana sini terutama dimuara-muara sungai diselingi pemukiman-pemukiman
penduduk yang berasal dari Karo dan semenanjung Malaya. Pada tahun 1863 orang-
orang Belanda mulai membuka kebun Tembakau di Deli yang sempat menjadi
primadona Tanah Deli. Sejak itu perekonomian terus berkembang sehingga Medan
menjadi Kota pusat pemerintahan dan perekonomian di Sumatera Utara.
Pada awal perkembangannya merupakan sebuah kampung kecil bernama
"Medan Putri". Perkembangan Kampung "Medan Putri" tidak terlepas dari posisinya
yang strategis karena terletak di pertemuan sungai Deli dan sungai Babura, tidak jauh
dari jalan Putri Hijau sekarang. Kedua sungai tersebut pada zaman dahulu
merupakan jalur lalu lintas perdagangan yang cukup ramai, sehingga dengan
demikian Kampung "Medan Putri" yang merupakan cikal bakal Kota Medan, cepat
berkembang menjadi pelabuhan transit yang sangat penting.32
32 R.Thaib. 1959. Lima Puluh Tahun Kotapraja. Medan: Panitia Tahun Kotapraja Medan. hal. 44. Lihat dalam
Semakin lama semakin
banyak orang berdatangan ke kampung ini dan isteri Guru Patimpus yang mendirikan
https://medankota.bps.go.id/backend/pdf_publikasi/Kota-Medan-Dalam-Angka-2016.pdfdiakses pada 7 Agustus 2016 pukul 01.18 WIB.
kampung Medan melahirkan anaknya yang pertama seorang laki-laki dan dinamai si
Kolok. Mata pencarian orang di Kampung Medan yang mereka namai dengan si
Sepuluh dua Kuta adalah bertani menanam lada. Tidak lama kemudian lahirlah anak
kedua Guru Patimpus dan anak inipun laki-laki dinamai si Kecik.
Pada zamannya Guru Patimpus merupakan tergolong orang yang berfikiran
maju. Hal ini terbukti dengan menyuruh anaknya berguru (menuntut ilmu) membaca
Alqur’an kepada Datuk Kota Bangun dan kemudian memperdalam tentang agama
Islam ke Aceh.Kampung Medan ini merupakan Benteng dan sisanya masih ada
terdiri dari dinding dua lapis berbentuk bundaran yang terdapat dipertemuan antara
dua sungai yakni Sungai Deli dan sungai Babura. Rumah Administrateur terletak
diseberang sungai dari kampung Medan. Kalau kita lihat bahwa letak dari Kampung
Medan ini adalah di Wisma Benteng sekarang dan rumah Administrateur tersebut
adalah kantor PTP IX Tembakau Deli yang sekarang ini.
Sekitar tahun 1612 setelah dua dasa warsa berdiri Kampung Medan, Sultan
Iskandar Muda yang berkuasa di Aceh mengirim Panglimanya bernama Gocah
Pahlawan yang bergelar Laksamana Kuda Bintan untuk menjadi pemimpin yang
mewakili kerajaan Aceh di Tanah Deli. Gocah Pahlawan membuka negeri baru di
Sungai Lalang, Percut. Selaku Wali dan Wakil Sultan Aceh serta dengan
memanfaatkan kebesaran imperium Aceh, Gocah Pahlawan berhasil memperluas
wilayah kekuasaannya, sehingga meliputi Kecamatan Percut Sei Tuan dan
Kecamatan Medan Deli sekarang. Dia juga mendirikan kampung-kampung Gunung
Klarus, Sampali, Kota Bangun, Pulau Brayan, Kota Jawa, Kota Rengas Percut dan
Sigara-gara.Dengan tampilnya Gocah pahlawan mulailah berkembang Kerajaan Deli
Universitas Sumatera Utara
dan tahun 1632 Gocah Pahlawan kawin dengan putri Datuk Sunggal. Setelah terjadi
perkawinan ini raja-raja di Kampung Medan menyerah pada Gocah Pahlawan.
Gocah Pahlawan wafat pada tahun 1653 dan digantikan oleh puteranya
Tuangku Panglima Perunggit, yang kemudian memproklamirkan kemerdekaan
Kesultanan Deli dari Kesultanan Aceh pada tahun 1669, dengan ibukotanya di
Labuhan, kira-kira 20 km dari Medan. Jhon Anderson seorang Inggris melakukan
kunjungan ke Kampung Medan tahun 1823 dan mencatat dalam bukunya Mission to
the East Coast of Sumatera bahwa penduduk Kampung Medan pada waktu itu masih
berjumlah 200 orang tapi dia hanya melihat penduduk yang berdiam dipertemuan
antara dua sungai tersebut.33
Pesatnya perkembangan Kampung "Medan Putri", juga tidak terlepas dari
perkebunan tembakau yang sangat terkenal dengan tembakau Delinya, yang
merupakan tembakau terbaik untuk pembungkus cerutu. Pada tahun 1863, Sultan
Deli memberikan kepada Nienhuys Van der Falk dan Elliot dari Firma Van Keeuwen
en Mainz & Co, tanah seluas 4.000 bahu (1 bahu = 0,74 ha) secara erfpacht 20 tahun
di Tanjung Sepassi, dekat Labuhan. Contoh tembakau deli. Maret 1864, contoh hasil
Anderson menyebutkan dalam bukunya “Mission to the
East Coast of Sumatera“ bahwa sepanjang sungai Deli hingga ke dinding tembok
mesjid Kampung Medan di bangun dengan batu-batu granit berbentuk bujur sangkar.
Batu-batu ini diambil dari sebuah Candi Hindu Kuno di Jawa.
33John Anderson. 1924. Mission to The East Cost of Sumatra: A Report. London: Blackwood. Lihat juga penjasalan K. J. Pelzer. 1978. Planter and Peasent: ColonialPolicy and the Agrarian Stuggle in East Coast Sumatera (1863–1847). S’Gravenhage: Martinus Nijhoff. Lihat dalam Lambok W. P. Sitorus. 2016. Aktor dan Pemilu 2014 di Kota Medan (Studi Tentang Bentuk Dukungan Saling Menguntungkan Organisasi Kemasyarakatan dengan Calon Anggota DPRD Kota Medan Daerah Pemilihan 2 pada Pemilu Legislatif 2014)Skripsi. Medan: Universitas Sumatera Utara. hal. 32.
Universitas Sumatera Utara
panen dikirim ke Rotterdam di Belanda, untuk diuji kualitasnya. Ternyata daun
tembakau tersebut sangat baik dan berkualitas tinggi untuk pembungkus cerutu.
Kemudian di tahun 1866, Jannsen, P.W. Clemen, Cremer dan Nienhuys
mendirikan de Deli Maatscapij di Labuhan. Kemudian melakukan ekspansi
perkebunan baru di daerah Martubung, Sunggal (1869), Sungai Beras dan Klumpang
(1875), sehingga jumlahnya mencapai 22 perusahaan perkebunan pada tahun 1874.
Mengingat kegiatan perdagangan tembakau yang sudah sangat luas dan berkembang,
Nienhuys memindahkan kantor perusahaannya dari Labuhan ke Kampung "Medan
Putri". Dengan demikian "Kampung Medan Putri" menjadi semakin ramai dan
selanjutnya berkembang dengan nama yang lebih dikenal sebagai Kota Medan.34
No
Sebagai salah satu daerah otonom berstatus kota di provinsi Sumatera Utara,
kedudukan, fungsi dan peranan Kota Medan cukup penting dan strategis secara
regional. Bahkan sebagai Ibukota Propinsi Sumatera Utara, Kota Medan sering
digunakan sebagai barometer dalam pembangunan dan penyelenggaraan pemerintah
daerah.
Tabel 2.1. Daftar Nama Walikota Medan Sepanjang Masa
Nama Walikota Medan Masa Bakti
1 MR. Luat Siregar 3 Oktober 1945 s/d 10 November 1945
2 MR. M. Yusuf 10 November 1945 s/d Agustus 1947
34Kota Medan adalah Ibukota provinsi Sumatera Utara yang dahulu pertama kali dibuka perkampungan Medan oleh Guru Patimpus Sembiring Pelawi, seorang anak dari pemimpin Karo.
Universitas Sumatera Utara
3 Djaidin Purba 1 November 1947 s/d 12 Juli 1952
4 A. M. Jalaludin 12 Juli 1952 s/d 1 Desember 1954
5 H. Muda Siregar 6 Desember 1954 s/d 14 Juni 1958
6 Madja Purba 3 Juli 1958 s/d 28 Agustus 1961
7 Basyrah Lubis 28 Februari 1961 s/d 30 Oktober 1964
8 P. R. Telaumbanua 10 Oktober 1964 s/d 28 Agustus 1965
9 Aminurrasyid 28 Agustus 1965 s/d 26 September 1966
10 Drs. Sjoerkani 26 September 1966 s/d 3 Juli 1974
11 A. M. Saleh Arifin 3 Juli 1974 s/d 31 Maret 1980
12 H. A. S. Rangkuti 1 April 1980 s/d 31 Maret 1990
13 H. Bachtiar Djafar 1 April 1990 s/d 31 Maret 2000
14 Drs. Abdillah, Ak, MBA 1 April 2000 s/d 20 Agustus 2008
15 Drs. H. Afifuddin Lubis, M.Si 20 Agustus 2008 s/d 22 Juli 2009
16 Drs. Rahudman Harahap, MM 16 Juli 2010 s/d 15 Mei 2013
17 Drs. H. T. Dzulmi Eldin, M.Si 18Juni 2014 sampai sekarang
Sumber: Data diolah dari BPS Kota Medan
Universitas Sumatera Utara
2.2 LETAK GEOGRAFIS
Secara geografis Kota Medan terletak pada 3⁰30’-3⁰43’ Lintang Utara dan
98⁰35’-98⁰44’ Bujur Timur.35
Kabupaten Deli Serdang merupakan salah satu daerah yang kaya dengan
Sumber Daya Alam (SDA), Khususnya di bidang perkebunan dan kehutanan.
Karenanya secara geografis kota Medan didukung oleh daerah-daerah yang kaya
Sumber daya alam seperti Deli Serdang, Labuhan Batu, Simalungun, Tapanuli Utara,
Tapanuli Selatan, Mandailing Natal, Karo, Binjai dan lain-lain. Kondisi ini
menjadikan kota Medan secara ekonomi mampu mengembangkan berbagai
kerjasama dan kemitraan yang sejajar, saling menguntungkan, saling memperkuat
dengan daerah-daerah sekitarnya. Disamping itu sebagai daerah yang pada pinggiran
jalur pelayaran Selat Malaka, maka Kota Medan memiliki posisi strategis sebagai
gerbang (pintu masuk) kegiatan perdagangan barang dan jasa, baik perdagangan
domestik maupun luar negeri (ekspor-impor). Posisi geografis Kota Medan ini telah
Kota Medan memiliki luas 26.510 Hektar atau 265,10
Km2 atau sama dengan 3,6% dari total luas wilayah Provinsi Sumatera
Utara.Topografi Kota Medan cenderung miring ke utara dan berada pada ketinggian
2,5-37,5 meter diatas permukaan laut. Secara administratif, wilayah Kota Medan
hampir secara keseluruhan berbatasan dengan daerah Kabupaten Deli Serdang, yaitu
sebelah Barat, Selatan dan Timur. Sepanjang wilayah Utara nya berbatasan langsung
dengan Selat Malaka, yang diketahui merupakan salah satu jalur lalu lintas terpadat
di dunia.
35Kota Medan, pintu gerbang utara sumatera http://www.gosumatra.com/kota-medan/ diakses pada 7 agustus 2016 pukul 01.23 WIB.
Universitas Sumatera Utara
mendorong perkembangan kota dalam 2 kutub pertumbuhan secara fisik, yaitu
daerah terbangun Belawan dan pusat Kota Medan saat ini.
Pada Tahun 1951, Walikota Medan mengeluarkan Maklumat Nomor 21
tanggal 29 September 1951, yang menetapkan luas Kota Medan menjadi 5.130 Ha,
meliputi 4 Kecamatan dengan 59 Kelurahan. Maklumat Walikota Medan dikeluarkan
menyusul keluarnya Keputusan Gubernur Sumatera Utara Nomor 66/III/PSU tanggal
21 September 1951, agar daerah Kota Medan diperluas menjadi tiga kali lipat.
Melalui Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 22 Tahun 1973, Kota
Medan kemudian mengalami pemekaran wilayah menjadi 26.510 Ha yang terdiri
dari 11 Kecamatan dengan 116 Kelurahan.36
36 Maghfira Faraidiany. 2015. Politik Identitas Etnis Di Indonesia Suatu Studi Terhadap Politik Identitas Etnis Tionghoa Di Kota Medan. Skripsi. Medan: Universitas Sumatera Utara. hal. 33
Berdasarkan luas administrasi yang
sama maka melalui Surat Persetujuan Menteri Dalam Negeri Nomor
140/2271/PUOD, tanggal 5 Mei 1986, Kota Medan melakukan pemekaran Kelurahan
menjadi 144 Kelurahan. Perkembangan terakhir berdasarkan Surat Keputusan
Gubernur KDH Tingkat I Sumatera Utara Nomor 140.22/2772.K/1996 tanggal 30
September 1996 tentang pendefitipan 7 Kelurahan di Kotamadya Daerah Tingkat II
Medan berdasarkan Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 35 tahun 1992
tentang Pembentukan Beberapa Kecamatan di Kotamadya Daerah Tingkat II Medan,
secara administrasi Kota Medan dimekarkan kembali, dibagi atas 21 Kecamatan
yang mencakup 151 Kelurahan.
Universitas Sumatera Utara
Kotamadya Medan memiliki 21 Kecamatan dan 158 Kelurahan. Adapun luas
wilayah masing-masing kecamatan dapat dilihat dalam tabel I berikut ini37
No
:
Tabel 2.2. Luas Wilayah Kota Medan Berdasarkan Kecamatan
Kecamatan Luas
(𝐊𝐊𝐊𝐊𝟐𝟐)
Persentase
(%)
1. Medan Tuntungan 20,68 7,80
2. Medan Selayang 12,81 4,83
3. Medan Johor 14,58 5,50
4. Medan Amplas 11,19 4,22
5. Medan Denai 9,05 3,41
6. Medan Tembung 7,99 3,01
7. Medan Kota 5,27 1,99
8. Medan Area 5,52 2,08
9. Medan Baru 5,84 2,20
10. Medan Polonia 9,01 3,40
11. Medan Maimun 2,98 1,13
12. Medan Sunggal 15,44 5,83
13. Medan Helvetia 13,16 4,97
14. Medan Barat 6,82 2,57
15. Medan Petisah 5,33 2,01
37http://www.pemkomedan.go.id/file/h_1197211827.pdfdiakses pada tanggal 8 Agustus 2016 Pukul 13.20
Karo, Tamil, Benggali, Jawa, dan lain sebagai. Suku-suku yang ada di Kota Medan
ini hidup secara harmonis dan toleran antara satu suku dengan yang lain.38
Suku bangsa
Tabel 2.3. Perbandingan Suku Bangsa di Kota Medan pada Tahun 1930, 1980, 2000
Tahun 1930 Tahun 1980 Tahun 2000 Jawa 24,9% 29,41% 33,03% Batak 10,7% 14,11% - Tionghoa 35,63% 12,8% 10,65% Mandailing 6,43% 11,91% 9,36% Minangkabau 7,3% 10,93% 8,6% Melayu 7,06% 8,57% 6,59% Karo 0,12% 3,99% 4,10% Aceh - 2,19% 2,78% Sunda 1,58% 1,90% - Lain-lain 16,62% 4,13% 3,95% Sumber: 1930 Dan 1980 Usman Pelly, 1983; 2000; BPS Sumut
Kota Medan memiliki beragam etnis dengan mayoritas penduduk beretnis Jawa
, Batak, Tionghoa, dan Minangkabau. Adapun etnis aslinya adalah Melayu. Keanekar
agaman etnis di Medan terlihat dari jumlah masjid, gereja dan vihara Tionghoa yang
banyak tersebar di seluruh kota. 38http://www.kemendagri.go.id/pages/profil-daerah/kabupaten/id/12/name/sumatera-utara/detail/1271/kota-medandiakses pada 8 agustus 2016 pukul 14.09 WIB.
Penduduk Kota Medan memiliki ciri penting yaitu yang meliputi unsur agama,
suku etnis, budaya dan keragaman (plural) adat istiadat. Hal ini memunculkan
karakter sebagian besar penduduk Kota Medan bersifat terbuka.
Universitas Sumatera Utara
Tabel 2.4. Jumlah Penduduk Menurut Kecamatan dan Agama yang Dianut.
No Kecamatan Islam Protestan Katolik Hindu Budha Lainnya
1. Medan Tuntungan 62396 19414 10301 133 101 -
2. Medan Johor 72082 28660 12229 15563 11733 -
3. Medan Amplas 87979 24391 3223 737 192 -
4. Medan Denai 132193 42565 9095 107 866 -
5. Medan Area 9467 6807 1647 429 28918 13
6. Medan Kota 37373 - 21948 314 23578 -
7. Medan Maimun 8000 232 261 231 125 -
8. Medan Polonia 25000 8822 369 2494 7615 -
9. Medan Baru 21459 17653 6536 2450 3989 -
10. Medan Selayang 51674 24286 8678 1385 1097 -
11. Medan Sunggal 64658 29963 20737 9136 12808 -
12. Medan Helvetia 84717 30714 14190 408 3188 -
13. Medan Petisah 48399 26872 2901 2050 21595 -
14. Medan Barat 51212 14793 4995 1325 25801 -
15. Medan Timur 765 18075 5485 3824 13565 -
16. Medan Perjuangan 71529 27756 2462 1196 14983 -
17. Medan Tembung 108675 40875 2179 917 9340 -
18. Medan Deli 100530 8386 2536 478 12243 -
19. Medan Labuhan 90849 24944 6281 29 7753 -
20. Medan Marelan 11494 4372 2691 227 6467 33
21. Medan Belawan 67090 19836 4893 76 3689 -
Jumlah 1207541 418876 143637 43509 209646 53
Universitas Sumatera Utara
Keragaman sering juga disebut pluralitas. Kata ini biasa merujuk pada
keragaman agama dan budaya. Pluralitas adalah kondisi objektif dalam suatu
masyarakat yang terdapat di dalamnya sejumlah kelompok saling berbeda, baik strata
ekonomi, ideologi, keimanan, maupun latar belakang etnis. Medan menjadi tujuan
warga dari daerah, baik untuk bekerja mencari nafkah, menetap ataupun sekedar
singgah. Keragaman yang terjadi di Provinsi Sumatera Utara kemudian terefleksi
dalam wujud wajah Kota Medan. Oleh karena itu, bisa kita bayangkan kompleksnya
kehidupan sosial dalam masyarakat yang sangat heterogen seperti ini. Tidak saja
dibutuhkan saling pengertian dan saling tolerasi dalam kehidupan beragama dan
berbudaya, tetapi juga dibutuhkan pemimpin yang kuat yang didukung oleh
masyarakatnya. Oleh karena itu, akan mustahil bisa melestarikan kestabilan
kehidupan sosial kemasyarakatan dan membawa Kota Medan ini maju dan
berkembang menjadi Kota yang modren.
Tabel 2.5.Status Pekerjaan Utama dan Jenis Kelamin di Kota Medan
No Status Pekerjaan Utama Jenis Kelamin Laki-Laki Perempuan Jumlah
1 Berusaha sendiri 85081 66557 151638 2 Berusaha dibantu buruh tidak
tetap/buruh tidak dibayar 27844 16412 44256
3 Berusaha dibantu buruh tetap/ buruh dibayar
27428 7831 35259
4 Buruh/Karyawan/Pegawai 346727 200538 547265 5 Pekerja bebas di pertanian 2608 0 2608 6 Pekerja bebas di non pertanian 32774 20458 53232 7 Pekerja tidak dibayar 10860 30676 41536 Jumlah 533322 342472 875794 Sumber: Data diolah dari BPS Kota Medan.
Universitas Sumatera Utara
Pada akhir proses transisi ini, baik tingkat kelahiran maupun kematian sudah
tidak banyak berubah lagi, akibatnya jumlah penduduk juga cenderung untuk tidak
banyak berubah, kecuali disebabkan faktor migrasi atau urbanisasi. Komponen
kependudukan lainnya umumnya menggambarkan berbagai berbagai dinamika sosial
yang terjadi di masyarakat, baik secara sosial maupun kultural.
SD/MI 88,97 106,02 263160 SMP/MTs 75,96 104,59 118727 SMA/SMK/MA 71,13 95,07 127836 Universitas 34,28 37,88 Sumber: Data diolah dari BPS Kota Medan.
Universitas Sumatera Utara
Menurunnya tingkat kelahiran (fertilitas) dan tingkat kematian (mortalitas),
meningkatnya arus perpindahan antar daerah (migrasi) dan proses urbanisasi,
termasuk arus ulang alik (commuters), mempengaruhi kebijakan kependudukan yang
diterapkan.39Adapun komposisi penduduk Kota Medan berdasarkan jumlah
penduduk dan kepadatan penduduk, dapat dilihat dalam tabel 2 berikut ini40
39
.
http://pemkomedan.go.id/hal-selayang-pandang.htmldiakses pada tanggal 10 Agustus 2016 pukul 15.04 40http://medankota.bps.go.id/frontend/index.php/Brsdiakses pada tanggaldiakses pada tanggal 10 Agustus 2016 pukul 15.18 WIB.
Mengembangkan kepribadian masyarakat kota bersarakan etika dan moralitas
keberagaman agama dalam bingkai kebhinekaan.
4. Penanggulangan Kemiskinan
Meningkatkan percepatan dan perluasan program penanggulangan kemiskinan.
5. Multikulturalisme
Menumbuhkembangkan harmonisasi, kerukunan, solidaritas, perstuan dan
kesatuan serta keutuhan sosial, berdasarkan kebudayaan daerah dan identitas lokal
multikulturalisme.
6. Tata Ruang Kota yang Konsisten
Menyelenggarakan tata ruang kota yang konsisten serta didukung oleh
ketersediaan infrastruktur dan utilitas kota yang semakin modern dan berkelanjutan.
7. Peningkatan Kesempatan Kerja
Mendorong peningkatan kesempatan kerja dan pendapatan masyarakat melalui
peningkatan taraf pendidikan dan kesehatan masyarakat secara merata dan
berkeadilan.
8. Smart City
Mengembangkan Medan sebagai Smart City.
Universitas Sumatera Utara
2.6.Strategi dan Arah Kebijakan Pembangunan Kota Medan43
2. Pengembangan Daya Saing Koperasi, Usaha Mikro, Kecil, dan Menengah
Perluasan basis usaha dan kesempatan usaha UKMK dengan mendorong
penumbuhan wirausaha baru, melalui peningkatan pengetahuan dan semangat
kewirausahaan. Penguatan kelembagaan UKMK terutama untuk : Memperluas akses
kepada sumber permodalan khususnya perbankan - non perbankan, pemanfaatan
teknologi dan pemasaran serta promosi produk. Memperbaiki lingkungan usaha
Misi pertama adalah mewujudkan percepatan pembangunan daerah lingkar
luar, dengan meningkatkan pertumbuhan ekonomi melalui pengembangan usaha
kecil, menengah dan Koperasi (UKMK) untuk kemajuan dan kemakmuran yang
berkeadilan bagi seluruh masyarakat kota. Arah kebijakan yang ditetapkan pada
agenda :
1. Percepatan Pembangunan Wilayah Lingkar Luar. Mendorong percepatan
pertumbuhan wilayah strategis / cepat tumbuh di wilayah lingkar luar Mendorong
pengembangan wilayah lingkar luar, melalui pemberdayaan masyarakat dan alokasi
khusus anggaran. Mengembangkan kerjasama lintas batas, baik di bidang sosial
maupun ekonomi. Mengembangkan keterkaitan kegiatan ekonomi antara inti kota
dengan wilayah lingkar luar secara sinergis. Meningkatkan derajat pendidikan
masyarakat yang berdomisili di wilayah lingkar luar. Mendorong proses kreatif,
inovatif dalam pengembangan sektor non pertanian di wilayah lingkar luar.
43Strategi dan Arah Kebijkan Pembangunan Kota Medan. http://www.pemkomedan.go.id/hal-strategi-dan-arah-kebijakan-pembangunan-kota.html diakses pada 15 Agustus 2016 pukul 14.33 WIB.