16 BAB II TINJAUAN UMUM TENTANG JUAL BELI DAN UNDIAN BERHADIAH DALAM ISLAM A. Tinjauan Umum Tentang Jual Beli Dalam Islam 1. Pengertian Jual Beli Jual beli merupakan akad yang umum digunakan oleh masyarakat, karena dalam setiap pemenuhan kebutuhannya, masyarakat tidak bisa berpaling untuk meninggalkan akad ini. 1 Menurut Sayyid Sabiq, jual beli (al-bai’) secara lughawi (bahasa) adalah saling menukar. Kata al-Bai’ (jual) dan al-Syira’ (beli) dipergunakan biasanya dalam pengertian yang sama. Dan kata ini masing-masing mempunyai makna dua yang satu dengan yang lainya bertolak belakang. 2 Dengan demikian, kata al-ba’i berarti jual, tetapi sekaligus juga berarti beli. 3 Menurut bahasa, jual beli berarti "menukarkan sesuatu dengan sesuatu". 4 Hamzah Ya’ub dalam bukunya “Kode Etik Dagang Menurut Islam” menjelaskan bahwa jual beli menurut bahasa adalah “menukar sesuatu dengan sesuatu”. 5 1 Dimyauddin Djuwaini, Fiqih Muamalah, (Yogyakarta: Pustaka Pelajar, 2008), hal 69 2 Sayyid Sabiq, Fiqh Sunnah, terj. Kamaluddin A. Marzuki, Jilid XII, Bandung: al- Ma’arif, 1987, Cet. ke-1, hlm. 47. 3 Nasrun Haroen, Fiqh Muamalah, Jakarta: Gaya Media Pratama, 2000, hlm. 111. 4 Abd Arrahmân al-Jazirî, Kitab al-Fiqh ‘alâ al-Mazâhib al-Arba’ah, Beirut: Dâr al-Fikr, 1972, Juz III, hlm. 123. 5 Hamzah Ya’ub, Kode Etik Dagang Menurut Islam (Pola Pembinaan Hidup Dalam Berekonomi), Bandung: Diponegoro, 1992, Cet.ke-2, hlm. 18.
26
Embed
BAB II - EPrintseprints.walisongo.ac.id/2734/3/092311024_Bab2.pdf · Pengertian Jual Beli ... Hukum Perjanjian dalam Islam, Jakarta: Sinar Grafika Offset , 1996, hlm. 36. 24 lain,
This document is posted to help you gain knowledge. Please leave a comment to let me know what you think about it! Share it to your friends and learn new things together.
Transcript
16
BAB II
TINJAUAN UMUM TENTANG JUAL BELI
DAN UNDIAN BERHADIAH DALAM ISLAM
A. Tinjauan Umum Tentang Jual Beli Dalam Islam
1. Pengertian Jual Beli
Jual beli merupakan akad yang umum digunakan oleh masyarakat,
karena dalam setiap pemenuhan kebutuhannya, masyarakat tidak bisa
berpaling untuk meninggalkan akad ini.1
Menurut Sayyid Sabiq, jual beli (al-bai’) secara lughawi (bahasa)
adalah saling menukar. Kata al-Bai’ (jual) dan al-Syira’ (beli)
dipergunakan biasanya dalam pengertian yang sama. Dan kata ini
masing-masing mempunyai makna dua yang satu dengan yang lainya
bertolak belakang.2 Dengan demikian, kata al-ba’i berarti jual, tetapi
sekaligus juga berarti beli.3 Menurut bahasa, jual beli berarti
"menukarkan sesuatu dengan sesuatu".4
Hamzah Ya’ub dalam bukunya “Kode Etik Dagang Menurut
Islam” menjelaskan bahwa jual beli menurut bahasa adalah “menukar
sesuatu dengan sesuatu”.5
1 Dimyauddin Djuwaini, Fiqih Muamalah, (Yogyakarta: Pustaka Pelajar, 2008), hal 69 2 Sayyid Sabiq, Fiqh Sunnah, terj. Kamaluddin A. Marzuki, Jilid XII, Bandung: al-
Ma’arif, 1987, Cet. ke-1, hlm. 47. 3Nasrun Haroen, Fiqh Muamalah, Jakarta: Gaya Media Pratama, 2000, hlm. 111. 4 Abd Arrahmân al-Jazirî, Kitab al-Fiqh ‘alâ al-Mazâhib al-Arba’ah, Beirut: Dâr al-Fikr,
1972, Juz III, hlm. 123. 5 Hamzah Ya’ub, Kode Etik Dagang Menurut Islam (Pola Pembinaan Hidup Dalam
Agama Islam sangat mendorong agar tiap pemeluknya giat
berusaha, sehingga terhadap beberapa landasan hukum mengenai jual
beli, di mana jual beli merupakan bagian dari usaha dan sarana tolong
menolong antara sesama umat manusia.
a. Landasan dalam Al-Qur’an
1) Firman Allah SWT, Q.S. Al-Baqarah:275
....
.....: ٢٧۵(ا� ��ة(
Artinya: “Dan Allah menghalalkan jual beli dan mengharamkan
riba”. 11
2) Firman Allah SWT, Q.S. An-Nisa: 29
Artinya:."Hai orang-orang yang beriman, janganlah kamu saling memakan harta sesamamu dengan jalan yang batil, kecuali dengan jalan perniagaan yang Berlaku dengan suka sama-suka di antara kamu. dan janganlah kamu membunuh dirimu, Sesungguhnya Allah adalah Maha Penyayang kepadamu".12
Jelaslah sudah bahwa diharamkannya kepada kita harta sesama
dengan jalan batil, baik itu dengan cara mencuri, menipu, merampok,
11 Departemen Agama RI, Al-qur’an dan Terjemahnya, (Bandung: CV J-ART, 2005),
hal.47 12
Departemen Agama RI, Ibid, hal .83
20
merampas maupun dengan jalan yang lain yang tidak dibenarkan
Allah, kecuali dengan jalan perniagaan atau jual beli yang didasarkan
atas suka sama suka dan saling menguntungkan.
b. Landasan dalam Hadits
Hadits Rifa’ah Ibnu Rafi
أيى سئل وسلم عليه االله صلى النبي أن : عنه االله رضي رافع بن رفاعة عن رور بـيع وكل بيده جل الر عمل : قال ؟ اطيب الكسب البزار رواه( مبـ
)كم الحا ومحمه Artinya: “Dari Rifa’ah ibnu Rafi RA sesungguhnya Nabi ditanya
tentang pekerjaan yang paling baik, beliau menjawab: pekerjaan seorang lelaki dengan tangannya sendiri dan setiap jual beli yang baik” (HR. al-Bazzar). 13
Hadits di atas menunjukkan bahwa pekerjaan yang paling baik
dan membawa berkah adalah pekerjaan dari tangannya sendiri dan
yang kedua adalah jual beli yang di dalamnya tidak ada sumpah palsu
dan tipuan.
Dari ayat- ayat Al-qur’an dan hadis yang dikemukakan diatas
dapat dipahami bahwa jual beli merupakan pekerjaan yang mulia.
Apabila pelakunya jujur, maka kedudukannya di akhirat nanti setara
Artinya: “Dari Jabir RA, Rasulullah SAW. bersabda; sesungguhnya Allah dan Rasul-Nya telah mengharamkan menjual arak, bangkai, babi dan berhala" (Riwayat Bukhari dan Muslim).31
2) Jual beli sesuatu yang tidak ada. Para ulama fiqh sepakat
menyatakan jual beli seperti ini tidak sah/batil. Misalnya,
memperjual belikan buah-buahan yang putiknya pun belum
muncul di pohonnya atau anak sapi yang belum ada, sekalipun
Undian menurut bahasa adalah As-sahm (bagian) atau An-nasib
(andil, nasib).34 Undian berasal dari kata undi yaitu sesuatu yang dipakai
untuk menentukan atau memilih (seperti untuk menentukan siapa yang
berhak atas sesuatu, siapa yang bermain dahulu) jadi undian berhadiah
adalah undian yang ada hadiahnya, undian yang memberikan hadiah bagi
pemenangnya.
Menurut Ibrahim Hosen adalah salah satu cara untuk
menghimpun dana yang dipergunakan untuk proyek kemanusiaan dan
kegiatan sosial. 35 Sedangkan menurut Yusuf Qardhawi yang dinamakan
undian (yaa nashib), adalah salah satu macam dari macam-macam judi
yang ada. Oleh karena itu tidak patut dipermudah dan dibolehkan
permainan tersebut dengan bantuan sosial atau tujuan kemanusiaan. 36
Sebagai gambaran, apabila konsumen membeli suatu produk, atau
belanja di pusat perbelanjaan tertentu, dan lain sebagainya. Setelah
membayar, konsumen akan mendapatkan kupon untuk mengikuti undian
yang diadakan oleh produsen, yang penarikan undiannya akan dilakukan
pada tanggal yang sudah ditentukan. Hukum promosi seperti ini adalah
haram karena termasuk qimâr. Konsumen tidak diperbolehkan terlibat
dalam undian-undian seperti ini. Hukum promosi seperti ini tidak
34 Ahmad Warson Munawwir, Kamus Al-Munawwir, Yogyakarta: PT. Al-Munawwir
Krapyak. 1984,hlm. 1194. 35 Ibrahim Hosen, Ma Huwa Al-Maisir, Jakarta: IIQ, 1987, hlm. 44. 36 Syekh M. Yusuf Qardhawi, Halal Haram Dalam Islam (alih bahasa H. Mu’ammad
Hamidy), Surabaya : PT. Bina Ilmu, 1992, hlm. 421.
36
diperbolehkan karena beberapa hal, yaitu: hadiahnya tidak diketahui,
hadiahnya berpengaruh pada harga produk, mengandung unsur gharar,
yaitu konsumen akan menduga bahwa hadiahnya adalah sesuatu yang
berharga, dan juga mengkondisikan konsumen berlaku ishrâf. Dan
apabila hadiah mengandung pada sebagian produk saja. Promosi seperti
ini hukumnya haram juga. Alasannya: konsumen membeli produk untuk
mendapatkan hadiah, tetapi ternyata sebagian dari mereka tidak
mendapatkannya, mengandung unsur gharar karena hadiahnya
berpengaruh kepada harga jual produk, harga produk lebih tinggi
dibandingkan ketika tidak ada hadiahnya, tetapi produsen tidak
memberitahukannya, telah mengkondisikan konsumen untuk berlaku
ishrâf karena memburu hadiah, menimbulakan sifat iri dengki di antara
konsumen, atau lain sebagainya.37
Selanjutnya Imam al-Gazali juga menjelaskan seluruh permainan
yang didalamnya terdapat unsur perjudian, maka permainan itu
hukumnya haram. Al-Qur’an telah jelas menegaskan bahwa judi (maisir)
itu adalah dosa besar dan termasuk pekerjaan setan.38 Oleh karena itu
perjudian adalah jika ada salah satu pihak yang dirugikan. Dalam hal ini,
ditemukan ribuan atau puluhan bahkan jutaan manusia yang dirugikan
sebagaimana dalam undian yang bertaraf internsional (semua mengalami
kerugian, dan yang beruntung hanya satu orang).
37
http://www.Sekripsiku/BahanSekripsi/FIQHISLAM.com_Hukum Promosi Dengan Menggunakan Hadiah.htm/, diakses Tanggal 03 Juni 2014.
38 Bakri Nizar, Problematika pelaksanaan fiqih Islam, PT. Raja Grafindo Persada, Jakarta
: 1994, hlm. 70.
37
Islam mengharamkan perjudian karena perjudian akan
membiasakan manusia dalam mencari keuntungan tanpa mau melakukan
usaha dan hanya menggantungkan nasib. Untuk menjadi seorang yang
kaya, mereka tidak mau berusaha dan tidak melalui jalan yang sudah
menjadi sunnatullah yang telah diketahui oleh manusia.39
2. Dasar Hukum Undian Berhadiah
a. Landasan dalam Al-Qur’an
1) Firman Allah SWT dalam QS. Al-Baqarah : 219, ialah :
...
Artinya : “Mereka bertanya kepadamu tentang khamar dan judi. Katakanlah, “Pada keduanya itu terdapat dosa besar dan beberapa manfaat bagi manusia, tetapi dosa keduanya lebih besar dari manfaatnya. “ (QS. Al-Baqarah : 219).40
2) Firman Allah SWT dalam QS. Al-Maidah : 90-91.
39
Yusuf al-Qaradhawi, Fatwa-fatwa Kotemporer jilid 3, penerj. Abdul Hayyie al-Kattani, dkk, (Jakarta: Gema Insani Press, 2002), hlm. 500
40 Departemen Agama RI, Al-qur’an dan Terjemahnya, (Bandung: CV J-ART, 2005),
hlm. 35.
38
Artinya : “ Hai orang-orang yang beriman, sesungguhnya (meminum) khamar, berjudi (berkorban untuk) berhala, mengundi nasib dengan panah, adalah perbuatan keji termasuk perbuatan setan. Maka jauhilah perbuatan-perbuatan itu agar kamu mendapat keberuntungan. Sesungguhnya setan itu bermaksud hendak menimbulkan permusuhan dan kebencian diantara kamu lantaran (meminum) khamar dan berjudi itu, dan menghalangi kamu dari mengingati Allah dan sembahyang, maka berhentilah kamu (dari mengerjakan pekerjaan itu)”. (QS. Al-Maidah : 90-91).41
Bentuk judi yang disepakati adalah keluarnya taruhan
dari dua pihak yang setara dan itulah yang dimaksud dengan al-