BAB II PENGELOLAAN KASUS 2.1 Konsep Dasar Kebutuhan Nutrisi Kebutuhan nutrisi merupakan kebutuhan yang sangat penting dalam proses pertumbuhan dan perkembangan pada bayi dan anak, mengingat manfaat nutrisi dalam tubuh dapat membantu proses pertumbuhan dan perkembangan anak, serta mencegah terjadinya berbagai penyakit akibat kurang nutrisi dalam tubuh seperti kekurangan energi dan protein, anemia, defisiensi yodium, defesiensi seng (Zn), defesiensi vitamin A, defesiensi Thimin, defesiensi Kalium dan lain-lain yang dapat menghambat proses tumbuh kembang anak. Terpenuhinya kebutuhan nutrisi pada bayi adan anak diharapkan anak dapat tumbuh dengan cepat sesuai dengan usia tumbuh kembang dan dapat meningkatkan kualitas hidup, serta mencegah terjadinya morbiditas dan mortalitas (Aziz Alimul Hidayat.2005). Selain itu kebutuhan nutrisi juga dapat membantu dalam aktivitas sehari-hari karena nutrisi juga sebagai sumber tenaga yang dibutuhkan berbagai organ dalam tubuh, dan juga sebagai sumber zat pembangun dan pengatur dalam tubuh. Sebagai sumber tenaga nutrisi dapat diperoleh dari karbohidrat sebanyak 50-55%, lemak sebanyak 30- 35% dan protein sebanyak 15%. Pemenuhan kebutuhan nutrisi pada anak haruslah seimbang diantara zat gizi lain, mengingat banyak sekali yang kita temukan berbagai masalah dalam pemenuhan kebutuhan nutrisi yang tidak seimbang seperti tidak suka makan, tidak mau atau tidak mampu untuk makan padahal yang tidak disukai makanan tersebut mengandung zat gizi yang seimbang, sehingga harapan dalam pemenuhan gizi harus selaras, serasi dan seimbang tidak terlaksana, disamping itu pada anak sakit dapat dijumpai masalah masukan nutrisi yang kurang sedangkan kebutuhan dalam tubuh semakin meningkat sehingga akan membutuhkan makanan tambahan seperti kalori, vitamin dan mineral (Behrman, dkk.1996). Upaya perbaikan pemenuhan kebutuhan nutrisi dalam rangka membantu proses fisiologis dalam tubuh untuk proses tumbuh kembang anak dan membantu aktivitas serta memelihara kesehatan salah satu bagian dari upaya pemulihan kesehatan anak. Dengan harapan anak akan menjadi puas dan orang tua dapat membantu proses edukatif kemudian juga dapat membina kebiasaan waktu makan, meningkatkan selera makan, memelihara kemampuan dan kebiasaan yang baik, memilih jenis makanan, menentukan jumlah dan mendidik dalam berperilaku makan. Dalam proses pemenuhan tersebut akan UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
32
Embed
BAB II PENGELOLAAN KASUS 2.1 Konsep Dasar …repository.usu.ac.id/bitstream/123456789/41286/4/Chapter II.pdf · pertumbuhan dan perkembangan pada bayi dan ... Lemahnya daya pikir
This document is posted to help you gain knowledge. Please leave a comment to let me know what you think about it! Share it to your friends and learn new things together.
Transcript
BAB II
PENGELOLAAN KASUS
2.1 Konsep Dasar Kebutuhan Nutrisi
Kebutuhan nutrisi merupakan kebutuhan yang sangat penting dalam proses
pertumbuhan dan perkembangan pada bayi dan anak, mengingat manfaat nutrisi dalam
tubuh dapat membantu proses pertumbuhan dan perkembangan anak, serta mencegah
terjadinya berbagai penyakit akibat kurang nutrisi dalam tubuh seperti kekurangan
energi dan protein, anemia, defisiensi yodium, defesiensi seng (Zn), defesiensi vitamin
A, defesiensi Thimin, defesiensi Kalium dan lain-lain yang dapat menghambat proses
tumbuh kembang anak. Terpenuhinya kebutuhan nutrisi pada bayi adan anak
diharapkan anak dapat tumbuh dengan cepat sesuai dengan usia tumbuh kembang dan
dapat meningkatkan kualitas hidup, serta mencegah terjadinya morbiditas dan mortalitas
(Aziz Alimul Hidayat.2005).
Selain itu kebutuhan nutrisi juga dapat membantu dalam aktivitas sehari-hari
karena nutrisi juga sebagai sumber tenaga yang dibutuhkan berbagai organ dalam tubuh,
dan juga sebagai sumber zat pembangun dan pengatur dalam tubuh. Sebagai sumber
tenaga nutrisi dapat diperoleh dari karbohidrat sebanyak 50-55%, lemak sebanyak 30-
35% dan protein sebanyak 15%. Pemenuhan kebutuhan nutrisi pada anak haruslah
seimbang diantara zat gizi lain, mengingat banyak sekali yang kita temukan berbagai
masalah dalam pemenuhan kebutuhan nutrisi yang tidak seimbang seperti tidak suka
makan, tidak mau atau tidak mampu untuk makan padahal yang tidak disukai makanan
tersebut mengandung zat gizi yang seimbang, sehingga harapan dalam pemenuhan gizi
harus selaras, serasi dan seimbang tidak terlaksana, disamping itu pada anak sakit dapat
dijumpai masalah masukan nutrisi yang kurang sedangkan kebutuhan dalam tubuh
semakin meningkat sehingga akan membutuhkan makanan tambahan seperti kalori,
vitamin dan mineral (Behrman, dkk.1996).
Upaya perbaikan pemenuhan kebutuhan nutrisi dalam rangka membantu proses
fisiologis dalam tubuh untuk proses tumbuh kembang anak dan membantu aktivitas
serta memelihara kesehatan salah satu bagian dari upaya pemulihan kesehatan anak.
Dengan harapan anak akan menjadi puas dan orang tua dapat membantu proses edukatif
kemudian juga dapat membina kebiasaan waktu makan, meningkatkan selera makan,
memelihara kemampuan dan kebiasaan yang baik, memilih jenis makanan, menentukan
jumlah dan mendidik dalam berperilaku makan. Dalam proses pemenuhan tersebut akan
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
dipengaruhi oleh berbagai faktor diantaranya usia, status nutrisi itu sendiri dan keadaan
penyakit yang diderita anak sehingga faktor tersebut harus mendapat perhatian dalam
pengetahuan kebutuhan nutrisi pada bayi dan anak (Solihin Pudjiadi. 2001).
2.2 Komponen Zat Gizi
Zat gizi merupakan unsur yang penting dari nutrisi mengingat zat gizi tersebut
dapat memberikan fungsi tersendiri pada nutrisi, kebutuhan nutrisi tidak akan berfungsi
secara optimal apabila tidak mengandung beberapa zat gizi yang sesuai dengan
kebutuhan tubuh, demikian juga zat gizi yang cukup pada kebutuhan nutrisi akan
memberikan nilai yang optimal. Ada beberpa komponen zat gizi yang dibutuhkan pada
nutrisi bayi dan ank yang jumlahnya sangat berbeda untuk setiap umur.Secara umum zat
gizi dibagi menjadi dua golongan yaitu golongan makro dan golongan mikro :untuk zat
gizi golongan makro terdiri dari kalori dan H2O (air), untuk kalori berasal dari
karbohidrat, protein dan lemak, H2O( air) sedangkan kelompok zat gizi mikro terdiri
dari vitamin dan mineral (Berhman, dkk. 1996).
2.2.1 Karbohidrat
Karbohidrat merupakan sumber energi utama. Hampir 80% energi dihasilkan
dari karbohidrat. Setiap 1 gram karbohidrat menghasilkan 4 kkal. Karbohidrat yang
disimpan dalam hati dan otot berbentuk glikogen dengan jumlah yang sangat sedikit.
Glikogen adalah sintesis dari glukosa, pemecahan energi selama masa istirahat/puasa.
Kelebihan energi karbohidrat berbentuk asam lemak.
Karbohidrat merupakan sumber energi yang tersedia dengan mudah disetiap
makanan, karbohidrat harus tersedia dalam jumlah yang cukup sebab kekurangan
karbohidrat sekitar 15% dari kalori yang ada maka dapat menyebabkan terjadi kelaparan
dana berat badan menurun demikian sebaliknya apabila jumlah kalori yang tersedia atau
berasal dari karbohidrat dengan jumlah yang tinggi dapat menyebabkan terjadi
peningkatan berat badan (obesitas). Dalam mendapatkan jumlah karbohidrat yang cukup
maka dapat diperoleh dari susu, padi-padian, buah-buahan, sirup, sukrosa, tepung, dan
sayu-sayuran (Aziz Alimul Hidayat.2005).
Karbohidrat mempunyai fungsi antara lain adalah sebagai berikut :
1. Sumber energi, fungsi utama karbohidrat adalah menyediakan energi bagi
tubuh,satu gram karbohidrat menghasilkan empatKkal.
2. Pemberi rasa manis pada makanan, khususnya monosakarida dan disakarida.
Fruktosa adalah gula paling manis. Bila tingkat kemanisan sukrosa diberi nilai
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
1, maka tingkat kemanisan fruktosa adalah 1,7; glukosa 0,7;maltosa 0,4; laktosa
0,2.
3. Penghemat protein, bila karbohidrat makanan tidak mencukupi, maka protein
akan digunakan untuk memenuhi kebutuhan energi, dengan mengalahkan fungsi
utamanya sebagai zat pembangun. Sebaliknya, bila karbohidrat makanan
mencukupi, protein terutama akan digunakan sebagai zat pembangun.
Standar kecukupan gizi diperlukan sebagai pedoman yang dibutuhkan oleh
individu secara rata-rata dalam sehari untuk mencapai derajat kesehatan yang
optimal.Kebutuhan gizi setiap individu berbeda-beda tergantung berberapa faktor yang
mempengaruhinya.Penilaian standar kecukupan gizi berpedoman pada angka kebutuhan
gizi (AKG).
2.4 Kebutuhan Energi
Kebutuhan energi seseorang tergantung pada usia, ukuran tubuh dan kegiatan,
jenis kelamin, pertumbuhan, iklim, status kesehatan, istirahat dan tidur, serta makanan
dan aktivitas. Berat tubuh seseorang bergantung pada jumlah kalori yang tersedia untuk
energi yang dikeluarkan. Untuk mempertahankan berat badan ideal, diperlukan
keseimbangan antara kalori yang masuk dan energi yang dikeluarkan. Kebutuhan energi
juga dapat dipengaruhi oleh kegiatan diwaktu senggang. Sebagai contoh,bermain sepak
bola atau tenis lebih banyak menguras energi dibandingkan kegiatan membaca atau
menonton televisi.
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
Menurut Dudek (1987), ada tiga cara untuk menghitung kebutuhan nutrisi
seseorang.
1. Untuk individu dewasa, penghitungan didasarkan pada kebutuhan kalori dasar
atau basal dan tingkat aktivitas. Kebutuhan kalori basal (KKB) adalah hasil
perkalian antara berat badan ideal (BBI) dan angka 10. Jadi rumus KKB adalah
(BBI x 10). Sedangkan anak-anak dibawah usia 12 tahun umumnya memerlukan
1000 kalori ditambah 100 kalori dikali usia anak. Bila anak berusia 5 tahun,
kebutuhan kalorinya sebesar 1000 + (100 x 5) = 1500 kalori.
2. Berdasarkan tingkat aktivitas dan jumlah kalori untuk setiap berat badan ideal
(BBI).
3. Pedoman yang digunakan oleh United state dietarian association (USDA) untuk
menghitung jumlah kalori per berat badan menurut jenis kelamin.
2.4.1 Penggunaan energy oleh tubuh.
Energi dibutuhkan untuk keperluan metabolisme basal tubuh, yakni untuk
mempertahankan proses-proses dasar dalam tubuh, dan untuk kegiatan fisik.
Metabolisme Basal
Basal Metabolisme rate (BMR) atau laju metabolisme basal adalah rata-rata
metabolisme makanan dalam tubuh untuk memenuhi kebutuhan energy individu pada
saat bangun dan istirahat (Guyton, 1986). BMR merupakan istilah yang digunakan
untuk menggambarkan proses-proses metabolisme dasar yang membuat tubuh tetap
hidup. Laju penggunaan energi untuk mempertahankan metabolisme basal disebut
dengan laju metabolisme basal. BMR tiap orang berbeda dan diukur pada saat orang
tersebut saat berbaring dilantai, dalam keadaan tenang serta hangat, dan dikakukan
sedikitnya 12 jam setelah makan (Sherington & Gaman, 1992). Semua reaksi kimia
yang berlangsung dalam sel tubuh memungkinkan sel tersebut untuk melanjutkan
hidupnya. Reaksi tersebut meliputi reaksi anabolik (penyusunan) dan reaksi katabolik
(penguraian). Energi yang dihasilkan dari proses tersebut dibutuhkan untuk berbagai hal
(Guyton,1986), yakni :
1. Aktivitas otot untuk melakukan aktivitas, seperti berjalan atau meloncat.
2. Sekresi kelenjar, seperti kelenjar keringat dan kelenjar saliva.
3. Mempertahankan membran potensial saraf dan serabut otot.
4. Sintesis zat-zat didalam tubuh.
5. Absorbsi makanan didalam usus.
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
Pengukuran BMR dilakukan dengan menentukan jumlah panas yang dikeluarkan
dari tubuh, misalnya dengan mengurung seseorang dalam ruangan berisolasi dan
mengukur pengeluaran panasnya. Selain itu, BMR dapat diukur dengan cara sederhana,
yakni dengan meniupkan napas kedalam alat khusus yang memantau penghirupan
oksigen dan pengeluaran oksigen dan pengeluaran karbondioksida secara cermat.
Faktor yang mempengaruhi BMR :
1. Ukuran tubuh. Individu yang ukuran tubuhnya besar lebih banyak menggunakan
energi dibanding individu yamg ukuran tubuhnya kecil.
2. Usia. Anak-anak mempunyai BMR lebih kecil dibandingkan individu dewasa.
3. Aktivitas kelenjar tiroid.
4. Kurang gizi.
5. BMR individu dengan gizi buruk lebih rendah dibandingkan individu yang
sehat.
6. Temperatur tubuh.
7. Temperatur lingkungan.
8. Pertunbuhan.
9. Jenis kelamin dan status ekonomi.
2.5 Kebutuhan Energi Anak Usia sekolah (6-12 tahun)
Anak-anak usia sekolah (6-10 tahun), berkembang pada rata-rata yang rendah
dan terus menerus, dengan penurunan yang bertahap dalam kebutuhan energi perunit
berat badan. Anak usia sekolah mencapai 3 hingga 5 kg dalam berat badan pertahun
hingga hingga pubertas.
Nafsu makan anak-anak usia sekolah lebih besar dari pada mereka yang lebih
muda, dan asupan makanan lebih bervariasi. Asupan makanan yang direkomendasikan
termasuk dua porsi dari kelompok susu, 60 hingga 90 gram kelompok makanan daging,
empat porsi atau lebih dari kelompok buah dan sayuran ( dengan sumber vitamin C
sehari dan sumber vitamin A setiap hari), tiga hingga empat porsi dari seluruh padi-
padian dan roti yang diperkaya gizinya dan sereal, dan hingga 1 hingga 2 sendok teh
margarin atau mentega.
Walaupun nafsu makan lebih baik dan makanan yang dimakan lebih bervariasi,
diet anak usia sekolah harus hati-hati dikaji untuk kecukupan protein, vitamin A dan C.
asupan susu biasanya melebihi rekomendasi. Kendati demikian, anak usia sekolah
seringkali gagal untuk makan sarapan yang tepat dan memilki asupan di sekolah yang
tidak diawasi sebagai hasil, susu dapat memberikan sumber nutrient yang baik.
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
Tabel 2.1 Kebutuhan Energi per Hari
Umur Berat badan (kg) Tinggi badan (cm) Energi (kkal) 0-6 bulan 5,5 60 560 7-12 bulan 8,5 71 800 1-3 tahun 12 89 1220 4-6 tahun 18 108 1720 7-9 tahun 23,5 120 1860 Pria
− 10-10tahun − 13-15 tahun − 16-19 tahun − 20-59 tahun − 60 tahun
30 40 53 56 56
135 152 160 162 162
1950 2200 2360 2400 1960
Wanita − 10-12 tahun − 13-15 tahun − 16-19 tahun − 20-59 tahun − 60 tahun
32 40 53 50 50
139 153 154 154 154
1750 1900 1850 1900 1700
Sumber : Widya Karya Nasional Pangan dan Gizi, 1988, dikutip dari Solihin pudjiadi, 2001.
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
A. Asuhan Keperawatan Dengan Masalah Kebutuhan Nutrisi.
a. Pengkajian
Status nutrisi seseorang, dapat dikaji dengan menggunakan pedoman A-B-C-D.
A : Pengukuran antropometrik (antropometric measurements)
B : Data biomedis (biomedical data)
C : Tanda-tanda klinis status nutrisi (clinical signs)
D : Diet (dietary)
Tabel 2.2 Jumlah Energi Pangan Yang Dianjurkan
Jenis kelamin Kategori pekerjaan Kj Kkal Laki-laki ( 18-34
tahun)
Menetap/ duduk 10.500 2.510
Agak aktif 12.000 2.900
Sangat aktif 14.000 3.350
Perempuan (18-54
tahun)
Berbagai pekerjaan
umunya
9.000 2,150
Sangat aktif 10.500 2.500
Tabel 2.3 Pengkajian Umum Status Gizi Individu
Area pemeriksaan Tanda-tanda normal Tanda-tanda abnormal (malnutrisi)
Penampilan umum dan vitalitas
Gesit, energik, mampu beristirahat dengan baik
Apatis, lesu, tampak lelah
Berat badan Dalam rentang normal, sesuai dengan usia dan tinggi badan
Berat badan kurang atau berlebih
Rambut Rambut bercahaya berminyak tidak kering
Rambut kering kusam, pecah-pecah tipis, rapuh
Kulit Lembab,sedikit lembab, turgor kulit baik
Kering, kusam, pecah-pecah pucat atau berpigmen ada petekia atau memar lemak subkutan sedikit.
Kuku Merah muda, keras Rapuh, pucat bentuk seperti sendok
Mata Berbinar, jernih, lembab, konjungtiva merah muda
Kering,konjungtiva pucat atau merah kornea lembut
Lidah Merah muda,lembap Berwarna merah, bengkak, ukuran lidah bertambah atau berkurang
Bibir Lembap, merah muda Bengkak, pecah-pecah pada sudut bibir.
Gusi Merah muda,lembab Bengkak, meradang, mudah berdarah, bebentuk seperti spon.
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
Otot Kenyal,berkembang dengan baik
Tonus otot lembek, dan tidak berkembang
System pencernaan Nafsu makan baik, eliminasi normal dan teratur
Anoreksia, indigesti, diare, konstipasi.
System kardiovaskuler
Nadi dan tekanan darah normal, irama jantung normal
depresan, agen anti-hipersentivitas, agens anti inflamasi, agens anti-
neoplastik, digitalis, laksatif, diuretic, natrium klorida, dan vitamin atau
preparat nutrient lain.
2. Analisa data
Tabel 2.4 Analisa Data Tanda Dan Gejala Klinis Defisiensi Nutrisi
Bagian tubuh Tanda klinis Kemungkinan kekurangan
Tanda umum Penurunan berat badan, lemah, Lesu rasa haus, adanya dehidrasi Pertumbuhan terhambat
Kalori, cairan, vitamin A
Rambut Kusut, kekuningan, kekurangan pigmen
Protein
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
Kulit Adanya radang pada kulit atau dermatitis. Pada bayi terjadi dermatosis. Adanya petechial hemorarhagik. Eksema.
Niasin, riboflavin, dan biotinemak, Asam asetat Pirodoksin
Mata Fotofobia, atau penglihatan ganda. Rabun senja
Ribovlafin vitamin A
Mulut Stomatitis Glositis
Riboflavin Niasin, asam volat, sianokobalamin (vit B12), dan zat besi.
Gigi Karies gigi Fluoride System neuromuskular Kejang
Lemah otot Vitamin D Kalium
Tulang Riketsia Vitamin D System gastrointestinal Anoreksia atau nafsu
makan menurun Mual dan muntah
Tiamin Garam dapur
System endokrin Gondok Iodium System kardiovaskuler Adanya perdarahan
Penyakit jantung Anemia
Vitamin K Tiamin Pirodoksin dan zat besi
System saraf Kelainan mental Kelainan saraf perifer
Sianokobalamin
3. Rumusan Masalah
Penetapan Diagnosis
Menurut North American Nursing Diagnosis Association (NANDA) ,
diagnosis keperawatan terkait masalah nutrisi dibagi menjadi tiga (Kozier, 2004) :
1. Ketidakseimbangan nutrisi : kurang dari kebutuhan.
2. Ketidakseimbangan nutrisi : lebih dari kebutuhan tubuh.
3. Ketidakseimbangan nutrisi : potensial lebih dari kebutuhan tubuh.
4. Perencanaan dan Implementasi
Penerapan intervensi keperawatan terkait masalah nutrisi bisa merujuk pada
intervensi yang diterapkan secara umum pada klien dengan gangguan pemenuhan
nutrisi. Akan tetapi, pada kasus-kasus tertentu, penerapan diagnosis diatas tersebut
tentulah harus disesuaikan dengan kasus yang dihadapi.
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
1. Ketidakseimbangan nutrisi : kurang dari kebutuhan tubuh yang berhubungan
dengan :
a. Penurunan asupan oral, ketidaknyamanan pada pada mulut, mual,
muntah
b. Penurunan absorpsi nutrisi
c. Muntah, anoreksia, gangguan digesti
d. Depresi, stress, isolasi sosial
Kriteria Hasil
Klien akan mengkonsumsi kebutuhan nutrisi harian sesuai dengan tingkat
aktivitas dan kebutuhan metabolik.
Indikator
a. Menjelaskan pentingnya nutrisi yang adekuat
b. Mengidentifikasi kekurangan/defesiensi dalam asupan sehari-hari
c. Menyebutkan metode-metode untuk meningkatkan nafsu makan
Intervensi umum
Mandiri
a. Jelaskan perlunya konsumsi karbohidrat, lemak, protein, vitamin, mineral
dan cairan yang adekuat.
b. Konsultasikan dengan ahli gizi untuk menetapkan kebutuhan kalori
harian dan jenis makanan yang sesuai bagi klien.
c. Diskusikan bersama klien kemungkinan penyebab hilangnya nafsu
makan.
d. Anjurkan klien untuk istirahat sebelum makan.
e. Tawarkan makanan dalam jumlah sedikit tetapi sering.
f. Pada kondisi menurunnya nafsu makan, batasi asupan cairan saat makan
dan hindari mengkonsumsi cairan satu jam sebelum dan sesudah makan.
g. Dorong dan bantu klien untuk menjaga kebersihan mulut yang baik.
h. Atur agar porsi makanan tinggi kalori dan tinggi protein disajikan saat
klien biasanya merasa paling lapar.
i. Lakukan langkah-langkah untuk meningkatkan nafsu makan.
1) Tentukan makanan kesukaan klien dan atur agar makanan tersebut
tersaji apabila memungkinkan.
2) Hilangkan bau dan pemandangan yang tidak sedap dari area makan.
3) Kontrol rasa nyeri dan mual sebelum makan
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
4) Anjurkan orang terdekat klien untuk membawa makanan yang
diperbolehkan dari rumah apabila memungkinkan.
5) Cipatakan lingkungan yang santai saat makan
j. Beri klien daftar materi nutrisi diet yang terdiri atas:
1) Asupan tinggi karbohidrat kompleks dan serat.
2) Pengurangan asupan tinggi karbohidrat kompleks dan serat.
3) Penggunaan alkohol hanya dalam jumlah sedang.
4) Asupan kalori yang sesuai untuk mempetahankan berat badan ideal.
Kolaborasi
Kolaborasikan dengan dokter untuk pemberian nutrisi secara enteral dan
parenteral
1. Enteral. Ketika pemberian makanan melalui oral tidak memungkinkan
(mis : pada penderita kanker kepala dan leher, masalah usus, luka bakar
berat), maka pemberian nutrisi enteral merupakan suatu pilihan. Pada
kondisi ini, makanan dapat diberikan secara langsung kedalam sistem
pencernaan melalui selang (mis: selang nasogratik). Masalah–masalah
yang mungkin ditemui pada terapi nutrisi enteral antara lain masalah
osmolalitas, ketidakseimbangan eletrolit, komplikasi gastrointestinal dan
sikap ketergantungan karena pemberian makanan melalui selang (Farley,
1988)
2. Nutrisi parenteral total (TPN)
TPN adalah suatu terapi kompleks yang digunakan untuk memenuhi
keperluan nutrisi pasien melalui rute intravena. Larutan yang dugunakan
dalam terapi ini adalah larutan hiperosmolar (konsentrasi tinggi).
Pemberian kalori dalam jumlah besar yang terdiri dari protein, lemak,
karbohidrat, vitamin, dan mineral. Keberhasilan terapi ini bergantung
pada jenis makanan yang diresepkan, penanganan kateter intravena,
perawatan luka insisi, dan penanganan komplikasi akibat terapi (Grant,
1988). Bahkan makanan tersebut diberikan melalui pembuluh vena
sentral yang memiliki aliran darah yang cepat,seperti vena subklavia,
vena jugularis atau pembuluh vena besar lainnya. Terapi ini hanya
digunakan apabila asupan makanan secara enteral tidak memadai atau
merupakan kontraindikasi. TPNtidak diberikan pada pasien yang dapat
pencernanya dapat berfungsi selama 7-10 hari, pasien yang masih dapat
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
mencerna makanan dengan baik, dan pada pasien yang mengalami stress
atau trauma. Terapi ini juga dianjurkan untuk pasien dengan tumor yang
telah bermetastasis (Grant, 1988).
Rasional
a. Nutrisi berperan menyediakan sumber energi, membangun jaringan,
dan mengatur proses metabolisme tubuh.
b. Dengan berkonsultasi, kita dapat menentukan metode diet yang
memenuhi asupan kalori dan nutrisi yang optimal.
c. Faktor-faktor seperti nyeri, kelamahan, penggunaan analgesik, dan
imobilitas dapat menyebabkan anoreksia. Dengan mengidentifikasi
penyebab dari anoreksia, kita bisa melakukan intervensi untuk
menghilangkan atau meminimalkannya (Foltz, 1997).
d. Kondisi yang lebih lemah dapat menurunkan keinginan dan
kemampuan klien anoreksia untuk makan (Foltz, 1997).
e. Distribusi total asupan kalori yang merata sepanjang hari membantu
mencegah distensi lambung sehingga selera makan mungkin akan
meningkat (Foltz, 1997)
f. Pembatasan asupan cairan saat makan membantu mencegah distensi
lambung (Foltz, 1997).
g. Kebersihan mulut yang kurang menyebabkan bau dan rasa yang
tidak sedap yang dapat mengurangi nafsu makan.
h. Menyediakan makanan tinggi-kalori dan tinggi-protein pada saat
klien merasa paling lapar meningkatkan kemungkinan klien untuk
mengkonsumsi kalori dan protein yang adekuat (foltz, 1997).
i. Perencanaan diet berfokus pada upaya mencegah kelebihan nutrisi
mengurangi konsumsi lemak, garam,dan gula dapat menurunkan
risiko penyakit jantung, diabetes, penyakit kanker tertentu,dan
hipertensi.
2. Ketidakseimbangan nutrisi : lebih dari kebutuhan tubuh yang berhubungan
dengan
a. Perubahan pada indera pengecapan dan penciuman
b. Medikasi (kortikosteroid, anthistamin, estrogen)
c. Risiko peningkatan berat badan sebesar 12,5-15 kg selama kehamilan
d. Penurunan pola aktivitas, penurunan kebutuhan metabolic
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
Kriteria Hasil
Klien akan menjelaskan mengapa dia berisiko mengalami peningkatan
berat badan.
Indikator
a. Menjelaskan alasan peningkatan asupan pada kondisi defisit pengecapan
atau penciuman
b. Mendiskusikan kebutuhan nutrisi selama kehamilan
c. Mendiskusikan pengaruh olah raga terhadap pengontrolan berat badan.
Intervensi Umum
a. Kaji adanya faktor penyebab peningkatan berat badan, seperti penurunan
indera pembau dan perasa, pengaruh medikasi, atau riwayat penambahan
berat badan lebih dari 15 kg selama kehamilan.
b. Jelaskan pengaruh penurunan indera perasa dan pembau pada persepsi
kenyang setelah makan. Anjurkan klien untuk mengevaluasi asupan
berdasarkan penghitungan jumlah kalori bukan perasaan kenyang.
c. Jelaskan rasional peningkatan selera makan akibat penggunaan obat-obat
tertentu ( mis : steroid, androgen)
d. Diskusikan tentang asupan nutrisi dan peningkatan berat badan selama
kehamilan.
e. Tingkatkan kesadaran klien mengenai berbagai tindakan yang bisa
menyebabkan peningkatan asupan makanan.
1) Minta klien menuliskan seluruh makanan yang dikonsumsinya dalam
24 jam terakhir.
2) Instruksikan klien untuk membuat buku harian diet selama 1 minggu
yang menjelaskan hal-hal berikut : jenis makanan, kapan,dimana, dan
mengapa klien makan; hal yang klien lakukan saat makan; emosiklien
sebelum makan; serta kehadiran orang lain saat makan
3) Tinjau kembali buku harian diet untuk mengetahui pola makan klien
yang mempengaruhi asupan makanan.
f. Ajarkan teknik-teknik modifikasi perilaku untuk mengurangi asupan kalori,
seperti :
1) Jangan makan pada saat melakukan kegiatan lain
2) Minum satu gelas air sesaat sebelum makan.
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
3) Kurangi porsi makanan tambahan, makanan berlemak, makanan manis,
dan alkohol.
4) Siapkan makanan dalam porsi kecil yang hanya cukup untuk satu kali
makan dan buang sisanya.
5) Makan dengan perlahan dan kunyah makanan hingga sempurna.
g. Instruksikan klien untuk memperbanyak aktivitas guna membakar kalori.
Rasional
a. Kemampuan menurunkan berat badan saat menjalani terapi kortikosteroid
tampaknya bergantung pada pembatasan asupan natrium dan upaya
mempertahankan asupan kalori sesuai.
b. Peningkatan aktivitas mendukung upaya penurunan berat badan.
c. Individu dengan gangguan penciuman atau pengecapan bisa mengkonsumsi
lebih banyak makanan guna memuaskan pengecapan mereka (Dudek, 2000)
3. Ketidakseimbangan nutrisi: potensial lebih dari kebutuhan tubuh. Pada dasarnya,
diagnosa keperawatan ini mirip dengan resiko ketidakseimbangan nutrisi : lebih
dari kebutuhan tubuh. Diagnosis ini menggambarkan individu yang memiliki
riwayat obesitas pada keluarga, yang juga memperlihatkan pola berat badan
yang lebih tinggi serta individu yang pernah memiliki riwayat peningkatan berat
badan yang berlebihan (mis : kehamilan sebelumnya). Sampai penelitian klinis
membedakan diagnosis tersebut dari diagnosis lain yang diterima saat ini, kita
bisa menggunakan diagnosis ketidakefektifan pemeliharaan kesehatan (actual
atau resiko) atau resiko ketidakseimbangan nutrisi: lebih dari kebutuhan tubuh
untuk memberikan penyuluhan langsung guna membantu klien dan keluarga
megidentifikasi pola diet yang tidak sehat.
5. Evaluasi Keperawatan
Evaluasi terhadap masalah kebutuhan nutrisi secara umum dapat dinilai dari
adanya kemampuan dalam :
a. Meningkatkan nafsu makan ditunjukkan dengan adanya kemampuan dalam
makan serta adanya perubahan nafsu makan apabila terjadi kurang dari
kebutuhan.
c. Mempertahankan nutrisi melalui oral atau parenteral ditunjukkan dengan
adanya proses pencernaan makanan yang adekuat.
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
B. ASUHAN KEPERAWATAN KASUS
1. Pengkajian
1. Biodata
Seorang anak laki-laki An.A, berusia 9 tahun, belum menikah, agama islam. An. A
adalah seorang siswa SD yang tinggal di Jalan Garu II A Gang Dahlia Kelurahan
Harjosari I Kecamatan Medan Amplas.
2. Keluhan Utama
Dalam pengkajian yang dilakukan ibu klien mengatakan An.A tidak selera makan,
lebih suka jajan diluar.
3. Riwayat Kesehatan Sekarang
Klien mengatakan sering mengantuk disekolah, kepala pusing, mata berkunang-
berkunang, bawaan nya lemas dan cepat lelah, sering sakit-sakitan. Saat melakukan
pengkajian didapati klien tampak kurus, pucat, rambut tipis, konjungtiva anemis,
stomatitis, BB : 16 kg, TB : 120 cm. Keadaan yang dialami klien mengganggu
aktivitasnya misalnya bermain. Keluhan ini dirasakan sejak An.A berumur 1 tahun.
4. Riwayat Kesehatan Masa Lalu
Penyakit yang pernah dialami oleh klien adalah klien pernah mengalami demam
dan batuk. Klien di bawa ke puskesmas terdekat untuk mendapat pengobatan.
Sampai saat ini klien belum pernah dirawat Rumah Sakit. Klien tidak memiliki
alergi terhadap makanan apapun.
5. Riwayat Kesehatan Keluarga
Saat melakukan pengkajian didapati orang tua klien Ny.D memilki riwayat sakit
maag, saudara kandung klien pernah menderita TB paru tetapi sudah sembuh.
Tidak ada riwayat penyakit keturunan.
6. Pemeriksaan Fisik
Secara umum didapati pasien sadar dan dapat diajak komunikasi dengan
baik, dengan suhu tubuh 36,8 C, nadi 64x/menit, pernafasan 20x/ menit, TB :
120 cm dan BB 16 Kg. Dalam melakukan pengkajian dilakukan juga pemeriksaan
Head to toe untuk memperoleh data pemeriksaan fisik lebih lengkap. Dalam
pemeriksaan kepala dan rambut didapati bentuk kepala simetris, tidak ada benjolan
pada ubun-ubun, kebersihan kepala terjaga. Rambut tipis dan merah, tidak berbau
dan bersih, rambut kering.
Pada pemeriksaan wajah warna kulit tampak coklat dengan struktur wajah
bulat dan simetris. Mata lengkap dan simetris, palpebra tidak ada kelainan, lembab,
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
konjungtiva anemis, sklera tidak ikterik, pupil merah dan coklat muda, kornea bulat
merata, iris simetris berbatas jelas, ketajaman penglihatan baik tekanan bola mata
baik.
Pada pemeriksaan hidung, tulang hidung tepat di tengah, posisi septum nasi
simetris, lubang hidung normal, bersih dan tidak ada sumbatan, tidak ada
pernafasan cuping hidung. Bentuk daun telingan normal, dan simetris, ukuran
telinga simetris kiri dan kanan, lubang telinga paten dan bersih, ketajaman
pendengaran baik.
Pada pemeriksaan mulut dan faring didapati bahwa bibir tidak kering,
keadaan gusi stomatitis, gigi sehat, keadaan lidah bersih tidak ada jamur, pita suara
baik. Posisi trachea normal, tidak ada pembesaran kelenjar tiroid, suara normal.
Tidak ada pembesaran kelenjar limfe, tidak ada distensi vena jugularis, denyut nadi
karotis teraba.
Pada pemeriksaan integumen kebersihan integumen bersih, kulit hangat,
warna kulit coklat, turgor kulit kembali < 2 detik, kulit kering, tidak ada ditemukan
kelainan pada kulit klien. Pada pemeriksaan thoraks/dada normal, simetris,
pernafasan (frekuensi, irama) 20kali / menit dan tidak ada tanda kesulitan saat
bernafas. Saat palpasi pemeriksaan paru gerak dada tampak normal,suara perkusi
resonan dan saat auskultasi suara nafas vesikuler.
Pada pemeriksaan jantung tidak ada kelaianan, pulsasi teraba, suara dullnes
saat diperkusi bunyi jantung 1 dan 2 normal, tidak ada bunyi tambahan. Abdomen
terlihat normal, simetris, tidak ditemukan benjolan, tidak ada nyeri saat di tekan.
Pada pemeriksaan muskoloskeletal (kesimetrisan, kekuatan otot, edema)
otot tampak simetris, tidak ada edema.
7. Pola kebiasaan sehari-hari
Frekuensi makan klien tidak menentu, itu dikarenakan klien tidak nafsu makan
dan lebih suka jajan diluar. Klien tidak mengalami nyeri pada ulu hatinya, tidak
mengalami mual dan muntah, waktu pemberian makanan tidak menentu tergantung
selera makan klien, jumlah dan jenis makanan yang dikonsumsi seperempat piring.
Waktu pemberian cairan dilakukan saat klin mersa haus, dn masaah yang dialami
saat ini klien mengalami anoreksia.
8. Perawatan diri/personal hygine
Tubuh pasien tampak bersih, kebersihan gigi dan mulut kurang bersih dikarenakan
An.A sedang mengalami stomatitis, kuku, kaki dan tangan tampak bersih.
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
9. Pola kegiatan / aktivitas
Klien beraktivitas seperti biasa dengan teman seumurannta, tetapi terkadang
aktivitasnya terganggu karena sering sakit. Untuk mandi, makan, eliminasi, ganti
pakaian, bisa dilakukan secara mandiri.
10. Pola Eliminasi
Klien jarang BAB, saat dilakukan pengkajian BAB terakhir 2 hari yang lalu, klien
tidak menglami diare. Pola BAK klien 5-6 kali sehari dan karakteristik jernih, tidak
ada kesulitan saat BAK dan tidak ada riwayat penyakit ginjal.
2. Analisa Data
Tabel 2.5 Analisa Data
No. Data Masalah Keperawatan 1. DS =
Klien mengatakan sering ngantuk disekolah, kepala pusing,mata berkunang-kunang, cepat lelah DO = Klien tampak kurus, pucat, rambut tipis, konjungtiva anemis, stomatitis, BB ; 16 kg, usia 9 tahun, TB ; 120 cm
Kurang nutrisi dari kebutuhan tubuh
2. DS = Keluarga bertanya mengenai bagaimana cara pemenuhan nutrisi yang seimbang DO = Saat ditanya tentang masalah kesehatan anaknya keluarga tampak bingung menjawab, mengatakan kalau masalah yang dialami anaknya sekarang adalah masalah biasa dan tidak perlu penanganan lebih lanjut
Kurang pengetahuan
3. Rumusan Masalah
Masalah Keperawatan
1. Kurang nutrisi dari kebutuhan tubuh
2. Kurang pengetahuan
Diagnosa Keperawatan
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
1. Ketidakseimbangan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh yang berhubungan
anoreksia ditandai dengan klien tampak pucat, rambut tipis, konjungtiva anemis,
stomatitis, BB ; 16 kg, TB ; 120 cm, usia ; 9 tahun
2. Kurang pengetahuan berhubungan dengan kurang terpaparnya informasi tentang
nutrisi anak usia 9 ditandai dengan saat ditanya tentang nutrisi anaknya keluarga
tampak bingung menjawab dan mengatakan kalau masalah yang dialami
anaknya sekarang adalah masalah biasa dan tidak perlu penanganan lebih lanjut
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
4. Perencanaan Keperawatan Dan Rasional Tabel 2.6 Perencanaan Keperawatan Dan Rasional
Hari/ tanggal
selasa 18 juni 2013
No Dx Perencanaan Keperawatan
1 Tujuan : Kebutuhan nutrisi terpenuhi Kriteria Hasil : − Klien akan mengkonsumsi kebutuhan nutrisi harian sesuai
dengan aktivitas dan kebutuhan. − Berat badan klien meningkat, tidak mengalami pucat dan
konjngtiva tidak anemis Rencana tindakan Rasional
− Kaji frekwensi makan klien perhari
− Kaji tentang nafsu makan
klien − Kaji tentang jumlah dan
jenis makanan yang di konsumsi
− Kaji tanda-tanda vital
berat badan, tinggi badan klien
− Diskusikan bersama klien
kemungkinan penyebab hilangnya nafsu makan
− Kaji pola BAB
− Tawarkan makanan dalam
jumlah sedikit tapi sering
− Dengan mengkaji frekuensi makan klien kita dapat mengetahui pola makan dan kebiasaan makan klien.
− Dengan mengkaji nafsu makan klien kita dapat mengetahui porsi makanan yang di konsumsi klien
− Dengan mengkaji jumlah dan jenis makanan yang di konsumsi klien kita dapat mengetahui jenis dan jumlah makanan yang dikonsumsi klien dan membuat intervensi selanjutnya
− Dengan mengkaji berat badan dan tinggi badan klien kita dapat mengetahui apakah berat badan klien sesuai dengan berat badan anak usia 9 tahun
− Dengan mengidentifikasi penyebab anoreksia kita bisa membuat langkah-langkah untuk meningkatkan nafsu makan klien
− Dengan mengkaji pola BAB kita dapat mengetahui apakah klien mengalami konstipasi atau diare
− Distribusi total asupan kalori yang merata sepanjang hari membantu mencegah distensi lambung sehingga selera makan mungkin akan meningkat.
− Dengan memberikn makanan
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
− Anjurkan keluarga untuk memberikan makanan kesukaan
− Anjurkan klien agar menjaga kebersihan mulut
− Anjurkan kepada keluarga
agar tidak memaksa/mengomeli anak saat makan
− Anjurkan keluarga agar membuat suasana makan yang menyenangkan
kesukaan memungkinkan klien selera makan.
− Kebersihan mulut yang kurang menyebabkan bau dan rasa yang tidak sedap yng dapat mengurangi nafsu makan
− Agar klien tidak susah untuk diajak makan
− Dengan membuat suasana
makan yang menyenangkan memungkinkan klien untuk selera makan..
Hari/ Tanggal selasa 18 juni 2013
No Dx Perencanaan Keperawatan
2 Tujuan : Keluarga mengerti masalah nutrisi yang dialami klien Kriteria Hasil : Mengatakan pemahaman tentang kondisi yang dialami oleh klien
Rencana tindakan Rasioanl − Kaji pengetahuan keluarga
tentang kebutuhan nutrisi anak
− Jelaskan kepada keluarga tentang perlunya konsumsi karbohidrat, lemak, protein, vitamin, mineral, dan cairan yang cukup
− Jelaskan kepada keluarga
tentang penyebab nutrisi kurang dan nutrisi yang berlebih
− Jelaskan kepada keluarga tentang tanda dan gejala nutrisi kurang dan nutrisi berlebih
− Jelaskan kepada keluarga bagaimana cara mencegah nutrisi kurang dan nutrisi berlebih serta pemenuhan gizi seimbang
− Untuk mengetahui sampai sejauh mana pengetahuan keluarga tentang nutrisi
− Dengan penjelasan yang diberikan klien dan keluarga paham mengenai komponen zat yang penting didalam tubuh
− Keluarga paham tentang
penyebab nutrisi kurang dan nutrisi yang berlebih
− Keluarga dank lien paham
tentang tanda dan gejalan nutrisi kurang dan nutrisi berlebih
− Keluarga dan klien paham tentang bagaimana cara mencegah nutrisi kurang dan nutrisi yang berlebih serta pemebuhan gizi seimbang
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
5. Implementasi dan Evaluasi
Tabel 2.7 Implementasi dan evaluasi Hari/
Tanggal No Dx Implementasi Keperawatan Evaluasi (SOAP)
Rabu/ 19 juni 2013
1 − Mengkaji frekwensi makan klien perhari
− Mengkaji tentang nafsu makan klien
− Mengkaji tentang jumlah dan jenis makanan yang di konsumsi
− Mengkaji tanda-tanda vital, berat badan, tinggi badan klien
− Mendiskusikan bersama klien kemungkinan penyebab hilangnya nafsu makan
− Mengkaji pola BAB
S : Klien mengatakan nafsu makan kurang
O : Tanda-tanda vital T : 36,8 0c RR : 2Ox/i HR : 64x/i BB : 16 Kg TB : 120 cm Klien tampak pucat, kurus dan lemah.
A : Masalah teratasi sebagian P : Intervensi dilanjutkan
Rabu/ 19 juni 2013
2 − Mengkaji pengetahuan keluarga tentang kebutuhan nutrisi anak
− Melibatkan keluarga dalam penerimaan informasi.
− Menjelaskan mengenai penyebab kurang nutrisi
S : keluarga mengatakan tidak tahu tentang masalah yang dialami oleh anaknya.
A : keluarga mendengarkan dan memahami informasi yang diberikan oleh perawat.
A : Masalah teratasi sebagian P : Intervensi dilanjutkan