BAB II PENGAMATAN MIKROSKOPIS
2.1. Pengamatan Mikroskopis Orthoskopis Paralel NikolPengamatan
Mikroskopis Orthoskopis Paralel Nikol merupakan pengamatan
mikroskopis pada mineral dimana analisator tidak digunakan dengan
syarat bidang getar analisator sejajar dengan polarisator.
Sifat-sifat optik yang dapat diamati pada pengamatan paralel nikol
adalah : Sifat optik yang mempunyai hubungan erat dengan sumbu
kristal, misalnya bentuk belahan. Sifat optik yang mempunyai
hubungan erat dengan mineral atau kristalnya, misal : warna,
pleokroisme, relief dna indeks bias.
2.1.1. Warna Warna yang diamati adalah warna yang dihasilkan
oleh kekuatan sinar yang sedang bergetar sejajar dengan arah
polarisator. Kenampakan warna akan sangat tergantung pada kemampuan
mineral untuk menyerap sinar serta komposisi mineral, yaitu
mineral-mineral yang mengandung unsur transisi, seperti : Ti, Y,
Cr, Mn, Fe, Ni, Cu dan Zn. Mineral-mineral yang kenampakkan
megaskopis berwarna relatif pucat (misal kwarsa, Feldspar group)
dibawah mikroskop akan nampak tidak berwarna colourless. sedangkan
mineral-mineral yang tampak atau memberikan warna dibawah mikroskop
biasanya secara megaskopis mineral-mineral tersebut berwarna gelap.
Warna terbagi atas :1. Warna Aliokromatik Jika warna utamanya sudah
berubah menjadi warna lain yang disebabkan oleh
pengotoran-pengotoran mineral lain.
2. Warna idiokromatik Merupakan warna dari mineral yang terlihat
dibawah mikroskop dan sesuai dengan warna sesungguhnya.
2.1.2. Bentuk (Shape)Pengamatan bentuk mineral dilakukan dengan
mengamati bidang batas atau garis batas dari mineral, dapat
dibedakan atas : Bentuk Euhedral, bila mineral secara keseluruhan
dibatasi oleh bidang kristal itu sendiri. Bentuk Subhedral, bila
mineral sebagian dibatasi oleh bidang kristalnya sendiri. Bentuk
anhedral, bila mineral sama sekali tidak dibatasi oleh bidang
bidang kristalnya.Istilah lain yang berhubungan dengan bentuk
kristal dan juga sering digunakan dalam mineral optik adalah :
Tabular, bentuk dari mineral yang mempunyai satu bidang dengan
kedua sisinya hampir sama panjang dengan ketebalan yang tipis.
Kubik atau equant, bentuk dari mineral dimana ketiga sisi dari
minera atau kristal mempunyai panjang yang sama. Misal : Pirit
(mineral sistem isometri). Lath-like, bentuk dari mineral dimana
ketiga sisi dari mineral atau kristal panjangnya berbeda, dimana
salah satu dari sisinya jauh lebih panjang dari kedua sisi yang
lain. Misal Plagioklas. Jarum atau acicular, kristal yang
panjangnya bila dipotong tegak lurus terhadap arah memanjang akan
berbentuk persegi empat dengan kedua sisinya jauh lebih pendek dari
kristalnya itu sendiri. Misal : Silimanit, actinolit. Serat
Fibrous, masing-masing kristal berbentuk panjang dan sangat kecil,
semua serta merupakan suatu kelompok yang biasanya agak memusat.
Pipih platy atau micacecous, mineral terdapat sebagai tumbukan yang
berlapis-lapis.Jika polarizer dipindahkan dari mikroskop dan sinar
direfleksikan dari permukaan ke bidang horizontal, maka bidang
terpolarisasi menjadi gelap jika diputar ke kanan. Biotit yang
disayat memotong belahannya memiliki absorpsi terbaik jika bidang
belahan sejajar dengan bidang vibrasi terpolarisasi. Pada posisi
ini mineral menjadi gelap maksimum. Vibrasi gelapan juga dijumpai
pada mineral Tourmaline yang diputar ke kanan dari sumbu C.
Kedudukan normal dari vibrasi sinar yang melalui prisma (sinar
ekstra-ordinary) dijumpai maksimum pada kanada balsam. Prisma nikol
digunakan untuk melakukan pengamatan pada posisi nikol silang.
OlB
Ol
Ol
Ol
CA
Gambar 2.1. Bentuk bentuk mineralA. Bentuk mineral olivin (Ol)
yang euhedralB. Bentuk mineral olivin (Ol) yang subhedralC. Bentuk
mineral olivin (Ol) yang anhedral
2.1.3. BelahanDalam arti sifat, belahan adalah kecenderungan
dari mineral atau kristal untuk terbelah sejajar dengan salah satu
atau lebih arah didalam kristal. Belahan dari mineral tidak
terlepas dari struktur dalam atau sistem kristal yang dimiliki dari
masing-masing mineral. Tidak semua mineral memiliki belahan dan
belahan pada mineral tertentu akan mempunyai sifat tertentu pula.
Belahan yang dimiliki oleh mineral ada beberapa arah, seperti :
Belahan satu arah, misal : Muskovit, topaz, biotit. Belahan dua
arah, misal : Piroksen, hornblende, feldspar. Belahan tiga arah,
misal : Kalsit, dolomit. Belahan empat arah, misal : intan, klorit,
spinel, fluorit. Belahan lima arah, misal : sfalerit. Berdasarkan
kenampakan garis-garis belahannya, belahan dapat dibedakan atas:
Belahan sempurna (Perfect cleavage), bila garis belahan terlihat
menerus atau berupa garis-garis lurus didalam mineral (belahan
terlihat jelas) Belahan Baik (good cleavage), bila garis belahan
secara umum membentuk garis lurus (sebagian ada terputus) Belahan
Jelek (poor cleavage),bila garis belahan dari mineral terlihat
terputus-putus atau tidak tampak jelas.
Gambar 2.2. Belahan satu arah
Gambar 2.3. Belahan dua arah saling tegak lurus.
Gambar 2.4. Belahan dua arah tidak saling tegak lurus
Gambar 2.5. Belahan tiga arah saling tegak lurus
Gambar 2.6. Belahan tiga arah tidak saling tegak lurus
Gambar 2.7. Belahan empat arah
2.1.4. Indeks BiasIndeks bias merupakan suatu angka (konstanta)
yang menunjukkan perbandingan antara sinus sudut datang dan sinus
sudut pantul (hukum sinilus dalam perjalanan cahaya atau sinar yang
terbias). Indeks bias juga merupakan fungsi dari sinar didalam
medium.Pengukuran indeks bias mineral dibawah mikroskop dapat
dilakukan secara:1. Relatif yang dibedakan atas : Metode Garis
Becke (central Illumination) Metode Oblique Illumination2.
Absolut
1. Menentukan Indeks Bias secara Relatif :a. Metode Garis Becke
Garis Becke adalah suatu garis terang yang timbul pada batas antara
dua media yang saling bersentuhan, disebabkan oleh adanya perbedaan
indeks bias dari kedua media tersebut. Penentuan harga indeks bias
relatif pada dasarnya adalah membandingkan secara relatif antara
harga indeks bias mineral yang diamati dengan harga indeks bias
balsem kanada.Untuk melihat garis Becke, tutuplah sebagian dari
diafragma iris (kurangi intensitas cahaya), pada kondisi ini garis
becke akan tepat berada pada batas mineral (berimpit, warna putih
keabuan). Agar pergerakan garis becke terlihat, maka gerakanlah
tubus mikroskop (dinaik turunkan). Bila tubus dinaikkan atau
dijauhkan dari meja objek, garis becke akan bergerak kearah media
yang indeks biasnya lebih besar. Dengan kata lain bila tubus
dinaikkan : Garis becke bergerak kearah dalam, maka indeks bias
mineral (N) lebih besar dari indeks bias balsem kanada (n) atau N
> n. Garis becke bergerak kearah dalam, maka indeks bias mineral
(N) lebih kecil dari indeks bias balsem kanada (n) atau N <
n.Catatan : Cara tersebut diatas untuk mikroskop model olimpus
(skrup pengatur fokus diputar kearah atas) Untuk mikroskop model
Zeiss, maka meja objek dijauhkan dari lensa objektif (skrup
pengatur fokus) diputar kearah bawah.
(a) Garis Becke bergerak (b) Garis Becke bergerakkedalam (N >
n)keluar (N < n)
Gambar 2.8. Penentuan Indeks bias dengan metode garis becke
b. Metode Oblique illuminationPada metode ini dilakukan dengan
cara menutup sebagian jalan sinar yang masuk (cermin) dengan
kartu.
Batasan :- Bila bayangan gelap (dark shadow) terjadi pada pihak
yang sama dengan penutupan sinar (jalan sinar yang ditutup), maka
indeks bias sinar (jalan sinar yang ditutup), maka indeks bias
mineral < dari indeks bias balsem kanada (N < n)
Kartu N > n N < n
Gambar 2.9. Penentuan Indeks Bias dengan metode Oblique
Illumination
2. Penentuan Indeks Bias secara AbsolutPenentuan indeks bias
cara ini dengan menggunakan immersion oil (minyak imersi), dimana
harga indeks biasnya sudah tertentu. Metode yang digunakan adalah
metode garis becke. Adapun cara melakukannya adalah :a. Mineral
yang akan ditentukan indeks biasnya diletakkan diatas gelas
preparat (tidak ditutup cover glass).b. Tetesi dengan minyak imersi
yang diketahui harga indeks biasnya (misal ...n1).c. Dengan metode
garis becke tentukan harga indeks biasnya apakah N > n atau N
< n.d. Bila hasil (3) N > n, maka minyak imersi diganti
dengan minyak imersi yang harga indeks bias n2 lebih besar dari n1
(n2 > n1) atau sebaliknya. e. Lihat lagi dengan metode garis
beckif. Lihat lagi dengan metode garis becke. Demikian selanjutnya
sampai garis becke tidak bergerak yang berarti harga N = n dengan
demikian harga indeks bias mineral (N) diketahui harganya.
2.1.5. ReliefRelief adalah kenampakan yang timbul karena adanya
perbedaan harga indeks bias mineral dengan media sekitarnya.
Pengamatan relief pada dasarnya pengamatan terhadap kenampakan
bidang atau garis batas dari mineral, apakah terlihat jelas atau
tidak jelas kenampakan bidang atau garis batas mineral. Kenampakan
dari relief sangat tergantung pada besarnya perbedaan harga indeks
bias dari mineral yang saling bersinggungan. Berdasarkan hal
tersebut pengamatan relief dibedakan atas : Relief rendah, bila
bidang atau garis batas antara mineral yang bersinggungan mempunyai
harga indeks bias yang relatif sama atau garis batas mineral
relatif tidak terlihat. Relief sedang, bila harga indeks bias dari
mineral yang saling bersinggungan berbeda (tidak terlalu jauh harga
perbedaannya) atau bidang atau garis batas mineral sangat terlihat
jelas. Relief kuat, bila perbedaan harga dari indeks bias dari
mineral yang bersiggungan sangat besar, maka bidang atau garis
batas mineral sangat terlihat jelas.Untuk melihat kenampakan relief
dari mineral, bukalah diafragma iris selebar-lebarnya (intensitas
cahaya dibuat maksimum) sehingga akan terlihat kenampakkan relief
yang lemah, sedang maupun kuat.
Gambar 2.10. Kenampakan relief pada mineral2.1.6.
PleokroikPleokroik merupakan gejala perubahan warna saat meja objek
diputar, disebabkan oleh adanya perbedaan daya serap atau absorbsi
dari sumbu-sumbu kristal. Kenampakan pleokroik juga tergantung pada
posisi penyayatan mineral terhadap sumbu C kristal. Berdasarkan hal
tersebut pleokroik dibedakan atas : Nokroik, bila meja diputar
tidak terjadi perubahan warna. Dikroik, terjadi dua kali perubahan
warna saat meja diputar 0-90. bisa dimiliki oleh mineral yang
mempunyai sistem kristal tetragonal, trigonal dan heksagonal.
Trikoik, terjadi perubahan warna tiga kali saat meja diputar sejauh
0-90. biasa dimiliki oleh mineral yang bersistem kristal
ortorombik, monoklin dan triklin.Berdasarkan sifat atau kecepatan
perubahan warnanya, plekroik dibedakan atas : plekroik lemah,
sedang dan kuat.
2.1.7. PertingPerting merupakan kecenderungan dari beberapa zat
yang bersifat kristalin untuk terbelah sejajar dengan bidang-bidang
yang rata (tidak selalu sejajar dengan bidang-bidang kristal atau
permukaan kristal). Perting bersifat tidak tetap dan sering
dikontrol oleh kembaran atau kungkungan yang terorientasi secara
teratur sehingga menghasilkan bidang-bidang yang mudah
terbelah.
2.1.8. Pecahan (Fracture) Pecahan adalah kecenderungan dari
mineral untuk pecah dengan cara tertentu yang tidak dikontrol oleh
struktur atom. Contoh pecahan gelass yang biasanya berbentuk
Subconcoidal. Pecahan ada yang bersifat memotong dan biasanya
pecahan tegak lurus terhadap sumbu C. Contoh : olivin, ortopiroksen
dan nefelin yang dominan memperlihatkan pecahan dibandingkan dengan
belahannya sendiri, dimana biasanya pecahannya tidak
menerus.Pecahan adalah kemampuan mineral untuk pecah melalui bidang
yang tidak rata dan tidak teratur merupakan kenampakan pecahan dari
mineral. Kebanyakan ditunjukkan oleh mineral yang tidak mempunyai
bidang belahan, misal kwarsa menunjukkan kenampakan seperti pecahan
kaca yang disebut konkoidal. Kebanyakan mineral menunjukkan pecahan
tidak rata.
Gambar 2.11. Macam-macam bentuk pecahan pada mineral2.2.
Pengamatan Mikroskopis Orthoskopis Cross NikolSifat optis yang
diamati pada pengamatan ini adalah sifat optis yang dihasilkan dari
perjalanan sinar atau cahaya yang masuk dari cermin, kemudian
melalui polarisator kemudian masuk melalui peraga dan akhirnya
melalui analisator. Sifat optis yang umum yang dapat diamati adalah
: Bias rangkap, tanda rentang atau orientasi dan pemadaman. Dan
dalam pengamatan cross nikol analisator digunakan (kondensor dan
lensa betran amici tidak dipergunakan).
2.2.1. Bias Rangkap Bias rangkap adalah harga angka yang
menunjukkan perbedaan antara indeks ordiner dan ekstraordiner yang
maksimum. Atau harga beda lintasan yang terjadi oleh adanya dua
sinar yang bergerak kearah yang berbeda dengan kecepatan yang
berbeda. Faktor-faktor yang mempengaruhi pengamatan bias rangkap
dapat dilakukan dengan bantuan tabel Michel-levy, yaitu tabel warna
interferensi.Cara menentukan Bias rangkap : Meletakkan mineral pada
posisi terang maksimum. Menentukan warnanya atau W.I. orde harga
bias rangkap. Cara membaca tabel W.I. : W.I. (warna bias rangkap)
ditunjukkan oleh perpotongan antara garis vertikal ketebalan
sayatan (0,035mm) dengan garis horizontal warna interferensi
(disebut perpotongan titik X) dan lihat warnanya, maka itulah warna
bias rangkap mineral yang diamati. Orde dari bias rangkap diperoleh
dengan mengikuti garis horizontal dari perpotongan titik X kearah
kiri sampai tepi tabel dan melihat masuk keorde berapa warna bias
rangkap titik X tertentu. Harga bias rangkap diperoleh dengan
melihat perpotongan antara garis miring yang melalui titik X. Garis
miring yang melalui titik X tersebut diikuti sampai memotong garis
tepi tabel sebelah kanan, lalu baca bias rangkap.Berdasarkan
ordenya bias rangkap dibedakan atas : Bias rangkap lemah, bila
berada pada orde I bawah Bias rangkap sedang, bila berada pada orde
I atas orde II Bias rangkap kuat, bila berada pada orde III bawah
atas Bias rangkap ekstrim, bila berada pada orde IV
Gambar 2.12. Sketsa Tabel warna Interferensi dan cara membacanya
dari gambar diperoleh bias rangkap : W.I. = abu-abu ; Orde = II dan
harga bias rangkapnya = PMikroskop yang dipergunakan untuk
pengamatan sayatan tipis dari batuan, pada prinsipnya sama dengan
mikroskop yang biasa dipergunakan dalam pengamatan biologi.
Keutamaan dari mikroskop ini adalah cahaya (sinar) yang
dipergunakan harus sinar terpolarisasi. Karena dengan sinar itu
beberapa sifat dari kristal akan nampak jelas sekali. Salah satu
factor yang paling penting adalah warna dari setiap mineral, karena
setiap mineral mempunyai warna yang khusus. Untuk mencapai daya
guna yang maksimal dari mikroskop polarisasi maka perlu difahami
benar bagian-bagiannya serta fungsinya di dalam penelitian. Perlu
kiranya diingat bahwa butir debu yang betapapun kecilnyaakan dapat
dibesarkan berlipat ganda sehingga akan mengganggu jalannya
pengamatan.
2.2.2. Orientasi Atau Tanda RentangOrientasi optik dari suatu
mineral, secara umum menunjukkan hubungan antara arah memanjangnya
kristal terhadap arah getaran sinar cepat ataupun arah getaran
sinar lambat. Dengan ketentuan : Bila arah getaran sinar cepat
terletak searah atau menyudut lancip terhadap arah memanjangnya
mineral, maka mineral memiliki orientasi atau tanda rentang negatif
(-) atau elongasi negatif atau elongasi cepat Length fast
orientation. Bila arah getaran sinar lambat terletak searah atau
menyudut lancip terhadap arah memanjangnya mneral, maka mineral
memiliki orientasi atau tanda rentang positif (+) atau elongasi
positif atau elongasi lambat Length Slow.Dalam mengamati orientasi
dibawah mikroskop digunakan keping kompensator, baik dari keping
gips maupun dari keping mika (sesuai kebutuhan), yaitu dengan
melihat perubahan warna interferensi (warna bias rangkap). Dengan
Ketentuan : Bila saat dimasukkan keping kompensator terjadi
kenaikan warna interferensi atau orde disebut gejala addisi atau
orientasi atau tanda rentang positif (+) Bila saat dimasukkan
keping kompensator terjadi penurunan warna interferensi atau orde,
disebut gejala substraksi atau orientasi atau tanda rentang negatif
(-)
Sb. CSb. CSb. C
BA
Sb. CSb. CSb. C
Gambar 2.13. Hubungan antara getaran atau jalannya sinar dengan
sumbu kristal pada orientasi negatif (A) dan orientasi positif
(B)
Cara menentukan Orientasi, adalah sebagai berikut :a. Letakkan
mineral dengan sumbu c atau sumbu panjang sejajar dengan garis
vertikal.b. Putar meja sayatan hingga mineral pada posisi terang
maksimum, catat warna interferensi dan ordenya (seperti penentuan
bias rangkap).c. Pada posisi b, masukkan kompensator atau
komperator, dengan ketentuan : Bila bias rangkap lemah sedang
gunakan kompensator keping gips ( = 550) Bila bias rangkapnya kuat
atau ekstrim gunakan keping mika ( = 147,3)d. Lihat perubahan warna
interferensi atau orde, tentukan orientasi apakah positif (+) atau
gejala addisi atau orientasi negatif (-) atau gejala subtraksi.
2.2.3. Pemadaman Pemadaman atau gelapan terjadi bila sumbu
indikatrik atau sumbu-sumbu sinar (dua sumbu sinar) sejajar dan
tegak lurus dengan bidang getar polarisator. Atau dengan kata lain
bahwa pemadaman terjadi bila bidang getar sumbu sinar yang satu
berada dalam bidang analisator dan sumbu sinar yang satu lagi
bidang getarnya berada dalam bidang polarisator. Hal tersebut
menyebabkan tidak ada sinar yang dibias ganda, sehingga tidak ada
sedikitpun cahaya yang diteruskan kemata sipengamat.Cara untuk
menentukan sudut pemadaman untuk pemadaman miring :a. Posisikan
mineral dengan sumbu c atau belahan mineral // dengan benang
vertikal (mineral terang maksimum), baca posisi ini dengan nonius
yang menunjukkan harga dimeja mikroskop misal : Xb. Putar meja
objek sampai mineral tampak gelap maksimum, baca kedudukan ini,
misal : Yc. Tentukan sudut pemadaman, dengan ketentuan Bila pada
saat orientasi menunjukkan gejala addisi, maka sudut pemadaman
mineral atau Z = Y - X Bila saat orientasi menunjukkan gejala
subtraksi, maka sudut pemadaman mineral atau Z = 90 - (Y - X)
Berdasarkan hubungan antara sumbu-sumbu kristalografi dengan
sumbu-sumbu sinar, maka pemadaman dibagi atas tiga atau dari
kenampakan dibawah mikroskop, berdasarkan hubungan antara sumbu
kristal terhadap benang silang, yaitu : Pemadaman sejajar, mineral
menjadi gelap bila sumbu-sumbu kristalografi (sumbu c atau belahan
kristal) sejajar dengan benang silang. Pemadaman miring, mineral
menjadi gelap pada kedudukan arah memanjang atau belahan kristal
berada diantara benang silang (tidak sejajar dengan salah satu
benang silang). Pemadaman simetri, hanya dijumpai pada mineral yang
mempunyai bidang-bidang batas atau garis-garis belahan yang
membentuk sufut tertentu. Mineral menjadi padam pada saat benang
silang membagi kedua arah batas atau bidang kristal menjadi dua
sama besar atau benang silang membagi kedua sudut yang dibentuk
oleh belahan sama besar (simetri).
(A)(C)(B)
Gambar 2.14. Jenis-jenis pemadaman, (A) Pemadaman Paralel, (B)
Pemadaman Miring, (C) Pemadaman Simetri
2.2.4. Kembaran (Twinning)Kembaran ditunjukkan oleh adanya
kenampakan terang dan gelap yang dibatasi oleh garis atau bidang
batas yang jelas dalam satu mineral.Secara genetis kembaran dibagi
atas :1. Kembaran Tumbuh (grouth twinning), merupakan hasil dari
proses pertumbuhan dan terbentuk pada saat kristal sedang tumbuh.a.
Terbentuk dari dua kristal atau lebih yang tumbuh bersama-sama dan
saling mengikat, disebut juga kembaran penetrasi. Contoh: grafik
(tumbuh bersama-sama K-feldspar dengan kwarsa) dan mirmiketik
(tumbuh bersama antara plagioklas dan kwarsa).b. Terbentuk karena
satu bagian atau lebih dari suatu kristal mengalami rotasi secara
mekanis terhadap bagian yang berdampingan, disebut juga kembaran
singgung (contac twinning)Contoh : Kembaran kalsbat (pada
plagioklas, piroksin dan ortoklas) Kembaran Albit (pada plagiklas)
Kembaran Kalsbat Albit (pada plagioklas) Kembaran Periklin (pada
plagiklas) Kembaran Cross hatch (pada mikroklin)
KalsbatKalsbat-AlbitAlbitPeriklinCross hatch
Gambar 2.15. Kenampakan beberapa jenis kembaran
2. Kembaran Deformasi (deformasi twinning), terbentuk oleh
adanya proses deformasi dan terjadi pada saat kristal sudah
padat.Catatan : Besar sudut pemadaman dari kembaran Albit dan
Kalsbat-Albit dapat digunakan untuk menentukan jenis
plagioklas.Cara penentuan sudut pemadaman dan jenis plagioklasa.
Cara penentuan sudut pemadaman kembaran albit
Gambar 2.16. Cara menentukan pemadaman untuk kembaran albit1.
Posisikan mineral dengan garis atau bidang kembaran sejajar garis
vertikal, baca kedudukan di meja objek, misal a 2. Putar meja ke
kanan sampai terjadi gelap maksimum pada sebagian garis kembaran,
baca kedudukan, misal b, .......... maka X1 = b - a3. Kembalikan
mineral pada posisi point ( 1 ), lalu putar kekiri sampai terjadi
terang meksimum pada bagian yang gelap meksimum saat diputar
kekanan (kenampakan gelap maksimum di kiri bergantian dengan posisi
saat di putar ke kakan atau lihat gambar), catat kedudukan, misal
c, ........... maka X2 = c - a4. Besar sudut pemadaman dari
kembaran albit adalah nilai rata-rata dari X1 dan X2 atau Z = (X1 +
X2)/2. Dengan batasan selisih antara X1 dan X2 harus lebih kecil
atau sama dengan enam (6) atau (X1-X2) 6.b. Penentuan jenis
plagioklas dari sudut pemadaman kembaran albit :Untuk penentuan
jenis plagioklas digunakan metode Michel Levt, yaitu dengan
menggunakan kurva F.E Wright dengan cara sebagai berikut :1.
Plotkan harga Z pada garis atau sumbu vertical, tarik garis sampai
berpotongan dengan garis kurva. Dari titik perpotongan tarik garis
vertikal ke arah bawah (cara matrik) sampai ke garis atau sumbu
horizontal,..........maka di dapat jenis dari plagioklas dengan
kedudukan An.... (baca di garis horizontal)2. Untuk harga Z < 20
atau = 20 , terdapat dua kurva, maka batasanya: Bila N < n,
digunakan kurva sebelah kiri dan bila N > n, digunakan kurva
kanan Atau bila mineral plagioklas bertanda optik positif, gunakan
kurva kiri dan bila bertanda optik negatif, gunakan kurva sebelah
kanan.c. Cara penentuan sudut pemadamna dari kembaran Kalsbar
Albit.
Gambar 2.17. Kurva F.E. Wright, untuk penentuan jenis plagioklas
dari sudut pemadaman kembaran albit
Gambar 2.18. Cara penentuan sudut pemadaman untuk kembaran
Kalsbat Albit
1. Pada kembaran Kalsbat Albit, pada bagian yang terang (kanan)
dan bagian yang gelap (kiri) terdapat kembaran atau garis-garis
Albit (lihat gambar).2. Penentuan besar sudut pemadaman sama dengan
cara menentukan besar sudut pemadaman untuk masing-masing kembaran
albit (sebelah kanan dan kiri) secara bergantian, sehingga akan
diperoleh dua harga besar sudut pemadaman, yaitu X dan Y .3. Untuk
Albit sebelah kanan, lakukan seperti cara penentuan besar sudut
pemadaman albit di atas, sehingga diperoleh : Y = (Y1 + Y2)/2,
dimana : Y1 = b - a dan Y2 = c - a Untuk Albit sebelah kiri,
lakukan cara penentuan besar sudut pemadaman seperti di atas,
sehingga diperoleh : X = (X1 + X2)/2, dimana : X1 = d - a dan X2 =
e - a d. Penentuan jenis plagioklas dari sudut pemadaman kembaran
Kalsbat AlbitSeperti halnya penentuan jenis plagioklas dari sudut
pemadaman kembaran albit, penentuan jenis plagioklas dari kembaran
Kalsbar Albit juga menggunakan metode Mechey Levy, yaitu dengan
kurva F. E Wright.
Gambar 2.19. Kurva F.E Wright, untuk penentuan jenis plagioklas
dari sudut pemadaman kembaran kalsbat albit (metode Michel Levy)
Cara penentuannya ialah sebagai berikut :1. Plotkan harga sudut
pemadaman yang bernilai kecil (dari X atau Y) ke dalam garis atau
sumbu vertikal, dan harga sudut pemadaman yang besar (dari X atau
Y) di plot pada kurva yang melengkung.2. Tentukan perpotongan kedua
sudut pemadaman tersebut (secara matrik), lalu tarik garis vertikal
kearah bawah, sehingga di peroleh jenis dari plagioklas dengan
kedudukan An.
2.3. Pengamatan Mikroskopis KonoskopisPengamatan pada
Mikroskopis konoskopis semua bagian pada mikroskop telah digunakan
atau dengan kata lain pengamatan cross nikol ditambah dengan
kondensor dan lensa betran amici. Lensa objektif pada pengamatan
ini diganti dengan menggunakan pembesaran yang lebih besar, yaitu
40x. Pada saat lensa betran amici diaktifkan (di in kan) maka
dibawah mikroskop akan terlihat gambar interferensi. Yang dimaksud
dengan gambar interferensi adalah suatu bayangan optik yang
dihasilkan karena gejala bias ganda dari mineral yang bersifat
anisotrop. Pada setiap gambar interferensi terdiri dari dua unsur,
yaitu : Gelang-gelang warna (isocromatic rings atau disebut
isocrome), terlihat bila menggunakan komperator keping kwarsa.
Isogir-isogir (isogyres atau brushers) yang berwarna hitam atau
abu-abu. Melatop, yaitu perpotongan antara isogir dan dari
perpotongan tersebut akan diperoleh empat kwadran.
Gambar 2.20. Gambar Interferensi saat Pengamatan KonoskopisDan
dari gambar interferensi ini akan dapat ditentukan :1. Tanda optik
dari mineral-mineral yang bersumbu optik satu (uniaxial) dan
mineral-mineral bersumbu optik dua (biaxial)2. Sudut 2 V dari
mineral yang bersumbu optik dua (biaxial)Kenampakan gambar
interferensi dari mineral yang mempunyai sumbu uniaxial dan biaxial
berbeda yang sangat mempengaruhinya adalah arah penyayatan mineral
terhadap sumbu c.
2.3.1. Gambar interferensi1. Gambar Interferensi Mineral
UniaxialMineral dengan sumbu optik terpusat mempunyai gambar
interferensi yang sempurna, dimana terlihat empat lengan isogir dan
empat kwadran. Sedangkan mineral yang tidak terpusat gambar
interferensinya tidak terlihat sempurna, dimana hanya terlihat dua
atau satu lengan isogir dengan satu atau dua kwadran. Pergerakan
isogir dari mineral uniaxial dengan sumbu optik tidak terpusat saat
meja mikroskop diputar adalah sejajar dengan analisator (bergerak
kekanan dan kekiri) dan polarisator (bergerak keatas dan
kebawah).
Gambar 2.21. Gambar interferensi mineral uniaxial, A. Sayatan
dengan sumbu optik terpusat (sayatan sumbu C) dan B, sayatan dengan
sumbu optik tidak terpusat (sayatan miring/sembarang terhadap sumbu
c).
2. Gambar Interferensi Mineral BiaxialSeperti halnya mineral
uniaxial, gambar interferensi mineral biaxial yang disayat tegak
lurus dengan sumbu c (sumbu optik terpusat) akan berbeda dengan
kenampakan mineral yang disayat miring atau sembarang dengan sumbu
C (sumbu optik tidak terpusat).Gambar interferensi dengan sumbu
optik terpusat untuk mineral biaxial berbeda dengan uniaxial,
dimana gelang-gelang warna (isocromatic) ada dua dibagian dalam dan
semakin kearah luar menyatu dengan bentuk yang tidak melingkar
sedangkan bentuk isogirnya relatif sama.
Gambar 2.22. Gambar interferensi mineral biaxial dengan sumbu
optik terpusat
Gambar interferensi dengan sumbu optik tidak terpusat (disayat
miring atau sembarang terhadap sumbu C) dibedakan atas :1. Isogir
sejajar dengan salah satu benang silang, dimana : Isogir berbentuk
lurus diposisi : 0, 90, 180, 270 Bidang sumbu optiknya (BSO)
sejajar dengan benang silang
BSOBSO 0BSOBSO90180270
Gambar 2.23. Isogir sejajar dengan benang silang di 0, 90, 180,
270
2. Isogir Diagonal, dimana : Isogir berbentuk melengkung
diposisi 45, 135, 225, 315. Bidang sumbu Optik (BSO) tegak lurus
pada isogir dan memotong isogir pada melatop.
BSOBSOBSOBSO45135225315
Gambar 2.24. Gambar Interferensi dengan isogir diagonal di 45,
135, 225 dan 315
3. Bidang Sumbu Optik (BSO = 45) Isogir berbentuk melengkung di
kwadran 1 dan 3 dan dikwadran 2 dan 4
BSOBSO
Gambar 2.25. Gambar Interferensi biaxial dengan BSO = 45
Pergerakan isogir dari mineral biaxial sumbu optik tidak
terpusat berbeda dengan mineral uniaxial, dimana isogirnya bergerak
berlawanan arah jarum jam saat meja mikroskop diputar searah jarum
jam dan pergerakannya terkesan bergerak dari satu titik (pergerakan
terpusat).
2.3.2. Tanda OptikTanda optik suatu mineral dinyatakan dalam
bentuk positif (+) atau negatif (-), dengan batasan-batasan sebagai
berikut :a. Tanda optik positif (+) bila : Kecepatan sinar biasa
(B) atau sinar ordiner lebih besar dibanding sinar luar biasa (L)
atau sinar extraordiner (B > L) atau Indeks bias sinar
extraordiner (n) lebih besar dari indeks bias sina ordiner (n) atau
n > nb.Tanda optik negatif (-), bila: Kecepatan sinar luar biasa
(L) atau sinar extraordiner lebih besar dibanding sinar biasa (B)
atau ordiner (L > B). Indeks bias sinar ordiner (n) lebih besar
dari indeks bias sinar extraordiner (n) atau n < n.
1. Tanda Optik Mineral UniaxialDibawah mikroskop penentuan tanda
optik mineral uniaxial dilakukan dengan melihat perubahan warna
interferensi disetiap kwadran pada saat dimasukkan kompensator,
dengan batasan-batasan sebagai berikut : Tanda optik positif (+),
bila terjadi perubahan warna interferensi atau gejala addisi
dikwadran 1 dan 3 dan gejala substraksi dikwadran 2 dan 4. Tanda
optik negatif (-), bila terjadi penurunan warna interferensi atau
gejala substraksi dikwadran 1 dan 3 gejala addisi dikwadran 2 dan
4.Kenampakan perubahan warna interferensi sangat tergantung pada
jenis kompensator yang digunakan, yaitu : Komperator Keping Gips,
gejala addisi warna interferensinya biru dan gejala substraksi
berwarna kuning. Komperator keping Mika, geja addisi warna
interferensinya kuning dan gejala substraksi berwarna abu-abu.Cara
menentukan tanda optik uniaxial1. Posisikan mikroskop cross nikol2.
Putar meja sampai terang maksimum3. Ganti lensa objektif dengan
perbesaran 40x.4. Gunakan lensa betrand amici (betrand di in kan)
lalu fokuskan dengan skrup pemusat halus.5. Amati kenampakan gambar
interferensi. Bila gambar interferensi terlihat seperti gambar 2.10
(sumbu optik terpusat) akan terlihat empat lengan isogir dengan
empat kwadran. Masukkan komperator yang sesuai (jenis sama dengan
jenis komperator saat mengamati orientasi). Lihat perubahan warna
interferensinya dimasing-masing kwadran dan tentukan tanda optiknya
dengan ketentuan seperti diatas.6. Bila gambar interferensinya
berupa sumbu optik tidak terpusat (gambar 2.10 B), akan terlihat
satu atau dua lengan isogir. Amati kwadran berapa yang terlihat,
dengan cara memutar meja mikroskop dan amati pergerakan isogir.
Bila saat meja diputar isogir bergerak kearah kanan (//
analisator), maka kwadran yang terlihat adalah kwadran 3 dan 2 Bila
saat meja diputar isogir bergerak kearah kiri (// analisator), maka
kwadran yang terlihat adalah kwadran 1 dan 4 Bila saat meja diputar
isogir bergerak kearah bawah (// Polarisator), maka kwadran yang
terlihat adalah kwadran 4 dan 3 Bila saat meja diputar isogir
bergerak kearah atas (// polarisator), maka kwadran yang terlihat
adalah kwadran 2 dan 1Selanjutnya masukkan komperator yang sesuai
lihat perubahan warna dimasing-masing kwadran dan tentukan tanda
optiknya.
Gambar 2.26. Pergerakan Isogir Mineral Uniaxial
Gambar 2.27. Kenampakan Tanda Optik Mineral uniaxial sumbu optik
terpusat dengan menggunakan komperator mika dan kwarsa
2. Tanda Optik Mineral Biaxial Seperti halnya mineral uniaxial,
penentuan tanda optik biaxial dibawah mikroskop dilakukan dengan
cara melihat perubahan warna interferensi saat komperator
digunakan. Cara menentukan tanda optik biaxial, yaitu : Penentuan
tanda optik biaxial dengan sumbu optik terpusat sama dengan
penentuan tanda optik uniaxial sumbu optik terpusat. Sedangkan
penentuan tanda optik sumbu optik tidak terpusat adalah sebagai
berikut :1. Isogir tegak lurus BSO (BSO = 90), dengan
langkah-langkah sebagai berikut : Mikroskop pada posisi konoskopis
Posisikan isogir di 225 Masukkan komperator yang sesuai Tentukan
tanda optik dengan batasan :a. Tanda optik Positif (+), bila
terjadi penambahan warna interferensi atau gejala addisi disebelah
cembung dan gejala substraksi disebelah cekungb. Tanda optik
negatif (-) bila terjadi pengurangan warna interferensi atau gejala
substraksi disebelah cembung dan gejala addisi disebelah
cekung.Bila posisi isogir tidak di 225 (di 135 atau 315), maka
penentuan tanda optiknya berlawanan dengan tanda optik diposisi 225
atau : a. Tanda optik Positif (+), bila terjadi pengurangan warna
interferensi atau gejala substraksi disebelah cembung dan gejala
addisi disebelah cekungb. Tanda optik negatif (-) bila terjadi
Penambahan warna interferensi atau gejala addisi disebelah cembung
dan gejala Substraksi disebelah cekung.
Gambar 2.28. Kenampakan Tanda Optik Mineral biaxial sumbu optik
tidak terpusat diposisi 315, komperator dari jenis Kwarsa.
2. BSO = 45 Tanda optik untuk isogir dikwadran 1 dan 3 :a. Tanda
optik positif (+), bila terjadi pengurangan warna interferensi atau
gejala substraksi disebelah cembung dan gejala addisi disebelah
cekung.b. Tanda optik negatif (-) bila terjadi Penambahan warna
interferensi atau gejala addisi disebelah cembung dan gejala
Substraksi disebelah cekung. Tanda Optik untuk isogir dikwadran 2
dan 4a. Tanda optik Positif (+), bila terjadi penambahan warna
interferensi atau gejala addisi disebelah cembung dan gejala
substraksi disebelah cekungb. Tanda optik negatif (-) bila terjadi
pengurangan warna interferensi atau gejala substraksi disebelah
cembung dan gejala addisi disebelah cekung.
Gambar 2.29. Kenampakan tanda optik mineral biaxial sumbu optik
tidak terpusat, isogir dikwadran 1 dan 3,komperator gips (A), Mika
(B), Kwarsa (C)Laboratorium Mineral Optik II-3012307002