21 BAB II PEMBAHASAN A. Gambaran Umum Bukit Sinai 1. Macam-macam Istilah Bukit Sinai Menurut catatan sejarah nama Sinai diambil dari nama Tuhan masyarakat Mesir Kuno, yaitu Sin yang berarti Tuhan Bulan. Selain itu Sinai juga mempunyai banyak julukan seperti Land of Turquoise, Land of Enchantment (Tanah Pesona), dan Bridge to Asia. Untuk nama yang terkahir ini, Sinai disebut demikian karena letaknya yang merupakan persimpangan antara Asia dan Afrika. Dalam al-Quran, Sinai disebutkan dengan nama Thur Saina> atau Thur Sini>n (Marzuq, 2015:172). Menurut pendapat lain bukit Sinai disebut juga dengan Jabal Musa (gunung Musa), karena di puncak gunung itulah nabi Musa a.s. menerima wahyu dan berdialok langsung dengan Tuhannya, sebagaimana yang dikisahkan dalam Al Qur’an. Dalam agama Nasrani peristiwa luar biasa tersebut terkenal dengan isitilah “Ten Commandments atau Decalogue”. ( Baddal, 2013: diakses 20 Agustus 2015) Seperti yang dipaparkan oleh Jauhar Ridloni Marzuq tentang definisi Sinai, menurut al-Qamus al-Islam, kata Thursina>' adalah gunung yang tandus atau gersang. Namun, menurut mufassir Qatadah dan Al Kalibi, Thu>r Sini>n (Sinai) adalah bukit yang berpepohonan dan berbuah-buahan. Dan diantara dua pendapat tersebut, pendapat
60
Embed
BAB II PEMBAHASAN A. Gambaran Umum Bukit Sinai …abstrak.ta.uns.ac.id/wisuda/upload/C1011015_bab2.pdf · Menurut catatan sejarah nama Sinai diambil dari nama Tuhan ... dari rangkaian
This document is posted to help you gain knowledge. Please leave a comment to let me know what you think about it! Share it to your friends and learn new things together.
Transcript
21
BAB II
PEMBAHASAN
A. Gambaran Umum Bukit Sinai
1. Macam-macam Istilah Bukit Sinai
Menurut catatan sejarah nama Sinai diambil dari nama Tuhan
masyarakat Mesir Kuno, yaitu Sin yang berarti Tuhan Bulan. Selain itu
Sinai juga mempunyai banyak julukan seperti Land of Turquoise, Land
of Enchantment (Tanah Pesona), dan Bridge to Asia. Untuk nama yang
terkahir ini, Sinai disebut demikian karena letaknya yang merupakan
persimpangan antara Asia dan Afrika. Dalam al-Quran, Sinai
disebutkan dengan nama Thur Saina> atau Thur Sini>n
(Marzuq, 2015:172). Menurut pendapat lain bukit Sinai disebut juga
dengan Jabal Musa (gunung Musa), karena di puncak gunung itulah
nabi Musa a.s. menerima wahyu dan berdialok langsung dengan
Tuhannya, sebagaimana yang dikisahkan dalam Al Qur’an. Dalam
agama Nasrani peristiwa luar biasa tersebut terkenal dengan isitilah
“Ten Commandments atau Decalogue”. ( Baddal, 2013: diakses 20
Agustus 2015)
Seperti yang dipaparkan oleh Jauhar Ridloni Marzuq tentang
definisi Sinai, menurut al-Qamus al-Islam, kata Thursina>' adalah
gunung yang tandus atau gersang. Namun, menurut mufassir Qatadah
dan Al Kalibi, Thu>r Sini>n (Sinai) adalah bukit yang berpepohonan dan
berbuah-buahan. Dan diantara dua pendapat tersebut, pendapat
22
terakhirlah yang banyak disepakati para ulama sehingga Thursina>
memang dikenal sebagai tempat kaya akan aneka ragam vegetasi
(Zainudin, 2008: diakses 03 Juni 2015).
2. Batas-batas Wilayah Bukit Sinai
Gambar.01 Peta Sinai (www.googlemap.com)
Gambar diatas adalah peta kawasan Sinai yang diambil dari google
map online. Secara geografis bukit Sinai berada di wilayah Sinai, salah
satu provinsi Mesir yang terletak di Semananjung Sinai. Semananjung
Sinai terdiri dari dua provinsi yaitu provinsi Sinai Selatan dan provinsi
Sinai Utara. Semenanjung Sinai mempunyai luas sebesar 60.000 km².
Gunung Sinai terletak di sebelah selatan semenanjung tersebut (Sinai
Selatan). Semenanjung Sinai dalam bahasa Arab disebut syibhu
jazi<rotu si<na’ adalah sebuah semenanjung berbentuk segi tiga yang
Kemudian datanglah kepada Musa salah seorang dari kedua perempuan itu berjalan dengan malu-malu, dia berkata, "Sesungguhnya ayahku mengundangmu untuk memberi balasan sebagai imbalan atas (kebaikan)mu memberi minum (ternak) kami”. Ketika Musa mendatangi ayahnya dan dia menceritakan kepadanya kisah (mengenai dirinya), dia berkata, "Janganlah engkau takut! Engkau telah selamat dari orang-orang yang zalim itu”. (al-Qashas ayat 25)
Musa memenuhi ajakannya dan berjalan mengikuti gadis itu
kerumah Syu’aib yang menyambutnya dengan ramah. Musa
menceritakan keadaan dirinya dan membuka rahasia pelariannya
dari Mesir. Setelah sekian lama Musa tinggal bersama Syu’aib,
Musa mendapatkan tawaran untuk menikahi salah satu putri
Syu’aib. Sebagai syarat mas kawin Musa diminta bekerja
menggembalakan ternak-ternak milik nabi Syu’aib selama 8 tahun.
Musa menyaggupi syarat tersebut, bahkan Musa menggenapkan
sampai dengan 10 tahun (Maula, 2015:219-222).
31
Sekian lama meninggalkan tanah air (Mesir) telah
menimbulkan kerinduan Musa untuk pulang melihat perubahan dan
perkembangan yang terjadi di negerinya. Musa meminta ijin
kepada nabi Syu’aib untuk pulang ke tanah kelahirannya, dan Nabi
Syu’aib mengizinkannya. Musa dan istrinya berjalan ke arah
selatan hingga pada suatu malam mereka tiba di bukit Sinai. Tiba-
tiba Musa kehilangan arah jalan pulang. Tidak lama kemudian
perlindungan Allah datang dengan memberikan mukjizat pada
tongkatnya. Ia dibekali mukjizat tersebut untuk menghadapi para
pengikut Fir’aun (Maula, 2015:222-225).
Perjalanan Musa meninggalkan mesir ke negeri Madyan
menjadi salah satu unsur dari latarbelakang yang membangun
sejarah bukit Sinai karena pada perjalanan tersebut Musa mendapat
mukjizat dari Allah sebuah tongkat yang sakti, yang mana mukjizat
tersebut diturunkan di bukit Sinai.
c. Musa dan Harun menghadapi Fir’aun
Latarbelakang sejarah bukit Sinai di Mesir yang ketiga
adalah kisah nabi Musa as yang menghadapi Fir’aun. Nabi Musa as
dibantu oleh saudaranya yang bernama Harun as sebagai juru
bicaranya untuk menghadapi Fir’aun.
Allah menyeru Musa untuk segera menghadap Fir’aun,
akan tetapi Musa memiliki keraguan dalam hatinya yang
dikarenakan ia telah membunuh salah satu dari pengikut Fir’aun,
dan dia merasa takut jika pengikut Fir’aun itu membunuhnya. Akal
32
dan hatinya dipenuhi harapan besar untuk membimbing dan
menyeru menusia ke jalan kebenaran. Namun, nabi Musa merasa
tidak punya kemampuan untuk menyampaikan dalil dan hujjah
tentang cara yang benar dan meyakinkan. Musa tidak dapat
mengungkapkan apa yang dipikirkannya ke dalam kata-kata yang
runut, jelas, dan dipahami orang-orang. Musa memiliki kesulitan
untuk berbicara. Allah pun menentramkan hati Musa dan
dijadikannya Harun sebagai pendukung dakwahnya, dan orang
yang memuliakan risalahnya. Kemudian Allah mengilhamkan
kepada Harun yang saat itu berada di Mesir untuk menemui Musa
di lereng Sinai sebelah kanan (Maula, 2015: 226-228).
Musa dan Harun beserta keluarganya berangkat ke Mesir.
Setibanya di Mesir keduanya langsung menemui Fir’aun dan
menyampaikan seruan menuju jalan kebenaran. Namun Fir’aun
menentang seruan tersebut. Fir’aun masih menganggap dirinya
sebagai Tuhan, dan tidak ada yang lebih kuat dibanding dengan
dirinya. Segala upaya dilakukan Musa dan Harun, dari bertanding
dengan para penyihir utusan Fir’aun. Musa mengalahkan para
penyihir tersebut sehingga membuat para penyihir beriman kepada
Musa (2015: 230-241).
Amarah dan kebencian Fir’aun tak tertahankan dan kembali
berkata, “Kita harus membunuh anak laki-laki mereka dan
membiarkan anak-anak perempuan mereka”. Mulailah Fir’aun dan
para pengikutnya menjalankan kezaliman dan penindasan. Mereka
33
menangkap, menyiksa, dan siapa saja yang dianggap
membahayakan kekuasaan. Semua orang yang menyatakan
beriman dan mengikuti Musa mereka buru dan mereka siksa. Para
pengikut Musa meminta perlindungan kepada Musa
(Maula, 2015:241-242).
Kisah dari pemaparan di atas menjadi salah satu unsur
konstruksi sejarah bukit Sinai, karena pada bagian ini telah muncul
nabi Harun yang merupakan saudara dan sekaligus teman dakwah
nabi Musa. Kemunculan nabi Harun as akan berpengaruh kepada
konstruksi sejarah bukit Sinai karena nabi harun ditugaskan untuk
mengawasi Bani Isarel dalam perjalanan ke bukit Sinai selagai nabi
Musa bermunajat kepada Allah di atas puncak bukit sinai. Selain
itu, makam nabi Harun as juga menjadi peninggalan bersejarah
yang terdapat di bukit Sinai.
d. Musa dan Bani Israil keluar dari Mesir
Latarbelakang sejarah bukit Sinai selanjutnya didasari dari
kisah nabi Musa as yang membawa kaumnya yaitu Bani Israel
keluar dari Mesir guna menghindari penindasan yang dilakukan
oleh Fir’aun terhadap kaumnya.
Bani israel hidup menderita di bawah tekanan Fir’aun dan
para pengikutnya. Kehadiran Musa untuk menyelematkan dan
membebaskan mereka dari belenggu penindasan. Bani Israel
mendatangi Musa agar memohonkan rahmat dan hidayah Allah
untuk mereka. Nabi Musa bersama kaumnya dari Bani Israil,
34
sedang dalam perjalanan keluar dari negeri Mesir, menuju ke
negeri harapan Kan’an (Palestina). Karena dikejar oleh pasukan
Fir’aun Mesir (Baddal, 2013: diakses 20 Agustus 2015).
Bani Israel berjalan dengan cepat karena takut tertangkap
oleh Fir'aun dan bala tenteranya yang mengejar mereka dari
belakang . Pada waktu fajar di tepi lautan merah setelah selama
semalam suntuk dapat melewati padang pasir yang luas. Rasa
cemas dan takut makin mencekam hati para pengikut Nabi Musa
dan Bani Isra'il ketika melihat laut terbentang di depan mereka
sedang dari belakang mereka dikejar oleh Fir'aun dan bala
tenteranya yang akan berusaha mengembalikan mereka ke Mesir.
Mereka tidak meragukan lagi bahwa bila mereka tertangkap, maka
hukuman matilah yang akan mereka terima dari Fir'aun yang zalim
itu.
Musa memukul laut tersebut dengan tongkatnya, maka
dengan izin Allah terbelah laut itu, tiap-tiap belahan merupakan
seperti gunung yang besar. Di antara kedua belahan air laut itu
terbentang dasar laut yang sudah mengering yang segera di bawah
pimpinan Nabi Musa dilewatilah oleh kaum Bani Isra'il menuju ke
tepi timurnya. Setelah mereka sudah berada di bagian tepi timur
dalam keadaan selamat terlihatlah oleh mereka Fir'aun dan bala
tenteranya menyusuri jalan yang sudah terbuka di antara dua belah
gunung air itu. Kembali rasa cemas dan takut mengganggu hati
mereka seraya memandang kepada Nabi Musa seolah-olah
35
bertanya apa yang hendak dia lakukan selanjutnya. Nabi Musa
telah diilhamkan oleh Allah agar tenang menanti Fir'aun dan bala
tentaranya turun semua ke dasar laut. Karena takdir Allah telah
mendahului bahwa mereka akan menjadi bala tentera yang
tenggelam (Baddal, 2013: diakses 20 Agustus 2015).
Fir’aun berbohong kepada para pengikutnya dan mengaku
bahwa lautan terbelah itu karena kuasanya untuk menangkap
rombongan dari nabi Musa. Para pengikut Fir’aun percaya dengan
ucapannya, kemudian kembali mengejar Musa dan kaumnya.
Ketika pengikut Musa sampai ke tepi daratan, tiba-tiba laut yang
terbelah tersebut kembali menutup. Fir’aun dan pasukannya
tenggelam di dalam samudera (Maula, 2015:251).
Bani Isra'il yang merupakan pengikut Nabi Musa masih
meragukan kematian Fir'aun. Mereka masih terpengaruh dengan
kenyataan yang ditanamkan oleh Fir'aun semasa ia berkuasa
sebagai raja bahwa dia adalah manusia luar biasa lain daripada
yang lain dan bahwa dia akan hidup kekal sebagai tuhan dan tidak
akan mati. Khayalan yang masih melekat pada fikiran mereka
menjadikan mereka tidak mau percaya bahwa dengan
tenggelamnya, Fir'aun sudah mati. Mereka menyatakan kepada
Musa bahwa Fir'aun mungkin masih hidup namun di alam lain.
Nabi Musa berusaha menyakinkan kaumnya bahwa apa yang
terfikir oleh mereka tentang Fir'aun adalah suatu khayalan belaka
dan bahwa Fir'aun sebagai orang biasa telah mati tenggelam akibat
36
pembalasan Allah atas perbuatannya, menentang kekuasaan Allah
mendustakan Nabi Musa dan menindaskan serta memperhambakan
Bani Isra'il. Dan setelah melihat dengan mata kepala sendiri,
tubuh-tubuh Firaun dan orang-orangnya terapung-apung di
permukaan air, hilanglah segala tahayul mereka tentang Fir'aun dan
kesaktiannya (Baddal, 2013: diakses 20 Agustus 2015).
Menurut catatan sejarah, mayat Fir'aun yang terdampar di
pantai diketemukan oleh orang-orang Mesir, lalu diawet hingga
utuh sampai sekarang, sebagai mana dapat dilihat di museum
Mesir.
Kisah perjalanan nabi Musa dan Harun beserta kaumnya
keluar dari mesir merupakan unsur dari latarbelakang sejarah bukit
Sinai, karena keluarnya Musa beserta kaumnya dari mesir
merupakan bagian perjalanan mereka menuju ke bukit Sinai.
e. Musa bermunajat di Bukit Sinai
Latarbelakang sejarah yang terahir inilah yang merupakan
inti dari latarbelakang sejarah bukit Sinai di Mesir terkait dengan
kisah nabi Musa as. Pada bagian ini terdapat kisah nabi Musa yang
menjalankan perintah Allah untuk mendaki Bukit Sinai guna
mendapatkan wahyu yang berupa perintah serta larangan sebagai
pedoman hidup bagi kaumnya.
Selamat dari kejaran fir’aun dan tentaranya, Musa dan
pengikutnya tinggal di sebuah tempat. Mereka mulai membangun
komunitas dengan segala perangkat dan sistem yang
37
dibutuhkannya. Mereka membutuhkan pedoman untuk
menciptakan tatanan masyarakat yang teratur, untuk nabi Musa
meminta kepada Tuhannya sebuah kitab untuk dijadikan sebagai
petunjuk dan landasan hukum (Maula, 2015:254).
Allah memerintahkan Musa untuk bersuci dan berpuasa
selama tiga puluh hari. Musa diperintahkan pergi ke Bukit Sinai
setelah selesai menjalankan puasanya, untuk menerima perintah-
Nya yang terdapat dalam sebuah kitab yang berisi perintah dan
larangan bagi kaumnya. Musa memilih tujuh puluh laki-laki dari
kaumnya. Kemudian mereka berangkat ke Bukit Sinai
(2015:254).
Musa berjalan lebih dulu daripada kaumnya, demi
menjalankan perintah Allah, Musa meningglakan kaumnya. Harun
ditugaskan untuk mengurus, mengatur dan menjaga keadaan
kamunya sampai Musa kembali membawa syariat dan pedoman
dari Tuhannya. Musa berjalan seorang diri mendaki Bukit Sinai.
Musa meminta Tuhannya untuk menampakkan wujudnya agar
ketetapan dan hukum Allah menjadi hujjah yang pasti bagi
kaumnya. Kaumnya sendiri pernah memintanya agar
memperlihatkan Allah dengan jelas kepada mereka. Allah berkata
kepada musa bahwa dia bisa melihat-Nya jika bukit tersebut tetap
berda di tempatnya seperti semula, akan tetapi nabi Musa pingsan
karena ketakutan setelah melihat bukit tersebut hancur ditelan bumi
(2015:255).
38
Nabi Musa berbicara langsung dengan Tuhannya untuk
membawa risalah yang diberikan oleh Tuhannya, akan tetapi
pengelihatan nabi Musa tidak mampu melihat wujud Allah. Seperti
yang tertulis dalam al-Quran surat al-A’raf ayat 144 ,
Qa>la ya> Mu>sa inni>s-'shthafaituka ‘ala'n-nasi birisa>la>ti> wa bikala>mi fakhud ma> ataituka wa ku'm-mina'sy-sya>kiri>n (144)
Allah berfirman, “ Hai Musa, sesungguhnya Aku telah memilihmu diantara manusia lainnya untuk membawa risalah-Ku dan berbicara langsung dengan-Ku. Maka berpegang teguhlah kepada apa yang Aku berikan kepadamu dan jadilah diantara orang-orang yang bersyukur (QS. al-A’raf ayat 144).
Susunan dari kisah-kisah nabi Musa as diatas merupakan
konstruksi yang membangun sejarah bukit Sinai di Mesir. Bukit
atau Gunung Tursina merupakan salah satu tempat yang
berpengaruh bagi para agamawan atau orang-orang muslim yang
ingin bernapak tilas menelusuri jejak nabi Musa as. Nabi Musa
bermunajat kepada Allah untuk menunjukkan bukti kenabian
kepada kaumnya di bukit Sinai. Bukit Sinai menjadi saksi bisu saat
Musa menerima mukjizat kenabian Musa yang diberikan dalam
wujud tongkat yang bisa berubah menjadi ular . Bukit Tursina juga
yang menjadi saksi bahwa Nabi Musa pernah berbicara langsung
kepada Allah. Di tempat ini pula kita akan temui dua jenis buah
39
yang dijadikan sumpah oleh Allah , buah tin dan buah zaitun.
Seperti yang dijelaskan di dalam al-Quran surat at-Tin ayat 1 dan 2.
Wat-'ti>ni wazzaitu>n (1) wa thu>ri si>ni>n (2)
Demi (buah) tin dan (buah) zaitun,(1) dan demi bukit Sinai (2).
Ayat tersebut juga yang menjadikan bukit Sinai sebagai
tempat yang amat penting bagi umat Islam pada khususnya, karena
nama dari bukit Sinai terdapat di dalam al-Quran yang merupakan
kitab suci dari umat Islam.
2. Peninggalan Bersejarah di Bukit Sinai
Peninggalan bersejarah yang berada di kawasan bukit Sinai juga
merupakan sebuah konstruksi sejarah bukit Sinai serta sebagai saksi
bahwa kawasan bukit Sinai mempunyai nilai histotis yang tinggi.
Terdapat beberapa peninggalan bersejarah di bukit Sinai yang
menambah kawasan di sekitar Sinai menjadi lebih menarik untuk
dijelajahi, karena pada masing-masing peninggalan tersebut
mempunyai nilai sejarah tersendiri yang penting untuk diketahui bagi
para penganut agama samawi.
40
a. Puncak Bukit Sinai
Puncak bukit Sinai mempunyai sejarah penting bagi umat
islam dan yahudi. Menurut Islam, di atas puncak bukit Sinai inilah
nabi Musa bermunajat kepada Allah SWT selama 40 hari
sebagaimana disebutkan dalam al-Quran surat al-Baqarah ayat 51.
Ketika sedang bermunajat di atas puncak bukit Sinai, nabi Musa
menerima wahyu dari Allah secara langsung, yakni berupa kitab
Taurat sebagai pedoman baginya dan bagi kaumnya. Menurut
kepercayaan yahudi, di bukit inilah Musa menerima The Ten
Dan Kami seberangkan Bani Israil ke seberang lautan itu. Maka setelah mereka sampai kepada suatu kaum yang tetap menyembah berhala mereka, Bani lsrail berkata: "Hai Musa. buatlah untuk Kami sebuah Tuhan (berhala) sebagaimana mereka mempunyai beberapa Tuhan (berhala)". Musa menjawab: "Sesungguh-nya kamu ini adalah kaum yang tidak mengetahui (sifat-sifat Tuhan)" (138).
Berdasarkan ayat di atas, munculah ambisi samiri untuk
mengajak bani Isarel menyembah patung anak sapi. Salah
seorang dari Bani Israel yang bernama Samiri, telah
menghimpunkan emas, perak dan barang perhiasan lalu
membentuk seekor anak lembu dan membawa patung tersebut
ke hadapan Nabi Harun. Dia meminta kaumnya supaya
menyembah dan menyembelih korban kepada Tuhan baru
mereka (berhala patung Samiri). Sekembalinya Nabi Musa
bermunajat, dia membawa bersamanya kitab Taurat sebagai
ajaran dan panduan kepada Bani Israel. Namun, Nabi Musa
kecewa setelah mendapati kaumnya menyekutukan Allah
dengan menyembah patung berhala yang dibuat oleh Samiri
(BKMIP, 2008: diakses 31 Agustus 2015).
44
2) Biografi Samiri
Menurut Muhammad Ibnu Ishaq (704 M-767 M) penyusun
kitab Sirat ar-Rasulullah, meriwayatkan kisah dari Ibnu Abbas,
mengatakan bahwa, Samiri adalah seorang penduduk Bajarma
dan dia berasal daripada kaum yang menyembah berhala.
Dalam dirinya telah tertanam kecintaan kepada penyembahan
terhadap patung dan berhala sapi. Samiri menampakkan dirinya
adalah pengikut Musa di hadapan Bani Israil namun hatinya
bergelojak dengan kepercayaan nenek-moyangnya. Menurut
Muhammad Ibnu Ishaq, Samiri adalah nama panggilan bagi
seorang individu kufur bernama Musa bin Zafar (wikipedia,
2015: diakses 30 Juli 2015). Pendapat lain mengatakan, Samiri
adalah penisbatan kepada salah satu kabilah bani Israil. Dahulu,
Samiri bergaul dengan orang-orang yang menyembah patung
anak sapi, sehingga cintanya kepada anak sapi benar-benar
merasuk tulang (Fadhl, 2012: diakses 11 September 2015).
Menurut sumber yang penulis peroleh dari data kuesioner,
bahwa lokasi patung anak sapi yang disebut patung Samiri
berada di kawasan bawah perbukitan Sinai di Mesir diantara
batu-batu besar yang terdapat di kawasan tersebut.
c. Wadi Arbain
Wadi Arbain adalah tempat bersejarah yang berada di bukit
Sinai. Nama Wadi Arbain (empat puluh lembah) diambil dari
firman Allah Ta’ala di dalam al-Quran surat al-Ma’idah ayat 26,
Allah berfirman: "(Jika demikian), Maka Sesungguhnya negeri itu diharamkan atas mereka selama empat puluh tahun, (selama itu) mereka akan berputar-putar kebingungan di bumi (padang Tiih) itu. Maka janganlah kamu bersedih hati (memikirkan nasib) orang-orang yang Fasik itu".
Di kawasan inilah pengikut Nabi Musa menjadi
kebingungan tidak menjumpai tempat keluar selama 40 tahun
disebabkan mereka enggan mematuhi perintah Allah untuk
memasuki kota Palestina. Keengganan mereka di sebabkan karena
keangkuhan mereka serta cerita yang menyatakan terdapat orang-
orang yang kuat di dalam negeri Palestina tersebut
(BKMIP, 2008: diakses 31 Agustus 2015). Peristiwa tersebut
Hai kaumku, masuklah ke tanah suci (Palestina) yang telah ditentukan Allah bagimu[409], dan janganlah kamu lari kebelakang (karena takut kepada musuh), Maka kamu menjadi orang-orang yang merugi (21). Mereka berkata: "Hai Musa, Sesungguhnya dalam negeri itu ada orang-orang yang gagah perkasa, Sesungguhnya Kami sekali-kali tidak akan memasukinya sebelum mereka ke luar daripadanya. jika mereka ke luar daripadanya, pasti Kami akan memasukinya" (22). Berkatalah dua orang diantara orang-orang yang takut (kepada Allah) yang Allah telah memberi nikmat atas keduanya: "Serbulah mereka dengan melalui pintu gerbang (kota) itu, Maka bila kamu memasukinya niscaya kamu akan menang. dan hanya kepada Allah hendaknya kamu bertawakkal, jika kamu benar-benar orang yang beriman" (23).Mereka berkata: "Hai Musa, Kami sekali sekali tidak akan memasuki nya selama-lamanya, selagi mereka ada didalamnya, karena itu Pergilah kamu bersama Tuhanmu, dan berperanglah kamu berdua, Sesungguhnya Kami hanya duduk menanti disini saja" (24).
Wadi Arbain terletak di dekat 12 mata air yang disebut
Uyun Musa. Kawasan tersebut terdapat banyak air dan pepohonan
yang masih hijau. Lokasi Wadi Arbain adalah berupa jalan
sepanjang terdapat beberapa lembah.
47
Gambar. 05 Wadi Arbain (www.discoversinai.net)
Pada gambar di atas adalah sebuah papan nama sebagai
penanda bahwa kawasan tersebut merupakan kawasan dari
Wadi Arbain.
d. Uyun Musa
Uyun Musa adalah sumur yang diyakini sebagai 12 mata air
yang berasal dari sebuah batu yang dipecahkan oleh Musa dengan
tongkatnya. Nabi Musa melakukan hal tersebut karena mukjizat
dari Allah SWT untuk memberi minum kaumnya, yaitu Bani Israel
(Marzuq, 2015: 178-179). Cerita tentang kejadian tersebut
dipaparkan oleh al-Quran dalam surat al-Baqarah: 60.
Wa idzistasqa> mu>sa> liqaumihi fakulna>dh-rib bi’asha>kal-chajara fan-'fajarat minhutsnata> ‘asyrata ‘ainan qad ‘alima kullu unasim-masyrabahum kulu> wasyrabu> min rizqi'l-la>hi wa la> ta’tsau fil-ardhi mufsidi>na (9)
Dan (ingatlah) ketika Musa memohon air untuk kaumnya,
lalu Kami berfirman: "Pukullah batu itu dengan tongkatmu". lalu memancarlah daripadanya dua belas mata air. sungguh tiap-tiap suku telah mengetahui tempat minumnya (masing-masing). Makan dan minumlah rezki (yang diberikan) Allah, dan janganlah kamu berkeliaran di muka bumi dengan berbuat kerusakan (9).
Menurut beberapa ahli tafsir , kedua belas mata air tersebut
sesuai dengan jumlah golongan atau suku yang ada adalam
tubuh Bani Israel, seperti yang dijelaskan dalam al-Quran surat
Dan mereka Kami bagi menjadi dua belas suku yang masing-masingnya berjumlah besar dan Kami wahyukan kepada Musa ketika kaumnya meminta air kepadanya: "Pukullah batu itu dengan tongkatmu!". Maka memancarlah dari padanya duabelas mata air. Sesungguhnya tiap-tiap suku mengetahui tempat minum masing-masing. dan Kami naungkan awan di atas mereka dan Kami turunkan kepada mereka manna dan salwa. (kami berfirman): "Makanlah yang baik-baik dari apa yang telah Kami rezkikan kepadamu". mereka tidak Menganiaya Kami, tapi merekalah yang selalu Menganiaya dirinya sendiri (19).
Dua belas dari jumlah sumur yang ada, saat ini hanya tersisa
dua buah sumur, karena sebagian sumur yang lain tertutup oleh
pasir.
Gambar. 06 Uyun Musa (gambar diambil oleh Aini
Masithoh, 12 Desember 2014)
Uyun Musa berada di sebuah kawasan padang pasir yang
luas dan hanya ditumbuhi sedikit pohon kurma yang saling
berjauhan. Uyun Musa terletak 20 km dari terowongan Ahmed
Hamdi Sinai selatan, yaitu terowongan bawah laut dan dekat
dengan Saint Chaterine City. Dari beberapa peninggalan
50
bersejarah, Uyun Musa berlokasi dekat dengan Wadi Arbain.
Sebagai tempat pariwisata, sebenarnya tempat tersebut tidak
begitu menarik untuk dikunjungi. Tempat tersebut menjadi
menarik untuk dikunjungi karena terkandung nilai historis
didalamnya, khususnya bagi pemeluk agama samawi.
e. Makam Nabi Harun dan Nabi Shaleh
Istilah makam dalam bahasa Arab berasal dari kata maqam
yang berarti tempat, status, atau hirarki. Tempat penyimpan
jenazah sendiri disebut qubra yang berarti kubur atau kuburan.
Makna dari keduanya tidak dapat dibedakan secara tegas. Sehingga
orang yang akan berziarah bisa menyatakan “ke makam” atau “ke
keburuan” (Nur Syam dalam Anton, 2008:17).
Penelitian ini akan membahas dua makam yang berada di
kawasan bukit Sinai, yaitu makam nabi Harun dan nabi Shaleh.
Kedua makam tersebut terlihat biasa saja dan tak terlalu istimewa.
Hanya sebuah ruangan kecil yang di dalamnya terdapat gundukan
tanah yang kurang terawat secara baik (Marzuq, 2015:181). Hanya
saja tempat tersebut menjadi tempat yang sakral dan bersejarah
karena kedua tokoh tersebut sangat berpengaruh bagi umat islam,
sehingga pada saat ini dijadikan sebagai tempat berziarah bagi
pemeluk agama Islam pada khususnya.
51
1) Makam Nabi Harun
Makam Nabi Harun as merupakan peninggalan bersejarah
yang disucikan, karena nabi Harun as adalah salah satu dari
sekian banyak nabiallah yang dianggap berpengaruh dan di
hormati bagi umat Islam. Maka, peninggalan dari tokoh yang
sangat bersejarah inilah yang menambah nilai daya tarik di
sekitar kawasan bukit Sinai.
Harun bin Imran bin Qahits bin Lawi bin Yaakub bin Ishak
bin Ibrahim. Baginda ialah adik-beradik seibu Nabi Musa,
diutuskan untuk membantu Musa memimpin Bani Israel ke
jalan yang benar. Harun dilahirkan tiga tahun sebelum Musa.
Beliau yang fasih berbicara dan mempunyai pendirian tetap
sering mengikuti Musa dalam menyampaikan dakwah kepada
Firaun. Nabi Musa sendiri mengakui saudaranya fasih
berbicara dan berdebat, seperti diceritakan al-Quran,Surah Al-
Qashas ayat 34:
Wa akhi> ha>ru>na huwa afshachu minni> lisa>nan fa-arsilhu ma’iya rid'an yushaddiquni> inni> akha >fu an-yukaddibu>na (34)
Dan saudaraku Harun, Dia lebih fasih lidahnya
daripadaku, Maka utuslah Dia bersamaku sebagai pembantuku untuk membenarkan (perkataan) ku, Sesungguhnya aku khawatir mereka akan mendustakanku.
52
Nabi Harun hidup selama 120 tahun. Dia wafat
sebelum kematian Musa. Nabi Harun as dikubur di bukit Hur
yaitu di daerah al-Tiih di dataran Sinai yaitu sebelum Bani
israel memasuki Palestina. Nabi musa yang telah mengubur
jasad nabi Harun as.setelah pengeburan itu nabi Musa kembali
dan mengabarkan kematian Harun kepada Bani Israel (Fikri,
2003:143).
Gambar. 07 Papan Nama Kawasan Makam Nabi Harun as (Gambar diambil oleh Wawan B, 07 Maret
2015).
Di kawasan makam nabi Harun as terdapat papan nama
yang menuliskan nama dari nabi harun. Jarak makam dan
papan nama tersebut agak jauh, karena makam nabi Harun
berada di puncak perbukitan. Sebagian wisatawan hanya
mengambil gambar pada papan nama kawasan makam nabi
Harun tersebut, karena jarak untuk menempuh lokasi makam
53
nabi Harun as sangatlah jauh dan akses jalannya yang tidak
mudah karena berada di puncak perbukitan.
2) Makam Nabi Shaleh
Baginda merupakan nabi kelima dan menjadi Rasul pada
tahun 1990 SM. Suatu ketika dahulu, Allah Taala telah
mengutus Nabi Saleh untuk menyampaikan dakwah kepada
kaum Thamud. Nabi Saleh telah berhijrah dari satu kawasan ke
kawasan yang lain. Antara kawasan yang dipercayai pernah
dijadikan tempat penginapan Nabi Saleh bersama pengikutnya
yang menerima seruan dakwah Islam terletak di kaki bukit
Thursina ini. Terdapat beberapa pohon yang menjadi simbol
kawasan tersebut. Ia dapat dilihat dengan jelas apabila melalui
kaki bukit sebelum sampai ke puncak bukit Thursina