BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Dasar Teori 1. Skrining kartu snellen dan kartu snellen E a. Sejarah Dahulu Prof. Hermann Snellen dari Belanda menciptakan alat uji penglihatan jauh yang sekarang dikenal dengan optotip Snellen atau kartu Snellen. Kartu ini berupa huruf atau angka yang disusun berdasarkan daya pisah konus di retina. Dua titik yang terpisah dapat dibedakan oleh mata dengan syaraf 2 konus yang diselingi 1 konus harus terangsang. Lebar 1 konus = 2 mikron, berarti jaraknya adalah 4 mikron. Kalau sinar yang datang ke retina dipantulkan lagi oleh 2 konus yang diselingi oleh 1 konus keluar bola mata, maka sinar ini akan berpotongan tepat di belakang lensa (titik 13
This document is posted to help you gain knowledge. Please leave a comment to let me know what you think about it! Share it to your friends and learn new things together.
Transcript
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
A. Dasar Teori
1. Skrining kartu snellen dan kartu snellen E
a. Sejarah
Dahulu Prof. Hermann Snellen dari Belanda menciptakan alat
uji penglihatan jauh yang sekarang dikenal dengan optotip Snellen atau
kartu Snellen. Kartu ini berupa huruf atau angka yang disusun
berdasarkan daya pisah konus di retina. Dua titik yang terpisah dapat
dibedakan oleh mata dengan syaraf 2 konus yang diselingi 1 konus
harus terangsang. Lebar 1 konus = 2 mikron, berarti jaraknya adalah 4
mikron. Kalau sinar yang datang ke retina dipantulkan lagi oleh 2
konus yang diselingi oleh 1 konus keluar bola mata, maka sinar ini
akan berpotongan tepat di belakang lensa (titik nodus, pada mata
skematik titik ini adalah titik pusat kelengkungan kornea ) dan
membentuk sudut sekitar 1 menit. Apabila sinar yang berpotongan ini
diperpanjang ke depan pengamat, maka pada jarak 60 meter, jarak
kedua sinar tadi adalah sama dengan diameter jari telunjuk (1,8 cm).
Apabila terus diperpanjang 300 meter di depan mata, maka jarak kedua
sinar tadi sama dengan diameter tangan (9 cm).
13
14
Diameter tangan ini kemudian diturunkan dalam bentuk angka
atau huruf dan sebagai patokan digunakan huruf “E”. diameter jari
telunjuk ini sesuai dengan lebar balok huruf snellen yang paling besar
(paling atas) yaitu 1,8 cm. Huruf Snellen ini semestinya diletakkan 60
m di depan pasien. Karena ruang pemeriksaan tidaklah sebesar
lapangan sepak bola, supaya mudah dibuat 6 meter jaraknya, dan huruf
E-nya diperkecil jadi 1,8 mm. Kalau pasien bisa melihat huruf ini,
dikatakan visus 6/6. kalau pasien hanya bisa melihat huruf yang
pailing atas, visusnya dikatakan 6/60. Untuk keperluan pengukuran
visus yang besarnya 6/60 sampai 6/6, maka dibuatlah ukuran huruf
Snellen.
Kalau huruf paling atas tidak dapat dibaca, maka pasien
diminta untuk menghitung jari pada jarak 5m, 4m, 3m, 2m, 1m, dan
visusnya masing – masing dikatakan 5/60, 4/60, 3/60, 2/60, 1/60.
Apabila pasien tak bisa melihat jari pada jarak 1 m maka digunakan
lambaian tangan pada jarak 1 m. Apabila pasien bisa melihat arah
gerak tangan dikatakan visusnya 1/500. Kalau masih tidak bisa juga,
digunakan rangsang cahaya senter pada jarak 1 m. Kalau bila melihat
dikatakan visusnya 1/8, tapi kalau tidak bisa melihat apa – apa, maka
visusnya nol atau buta. Untuk pasien yang tidak bisa membaca,
digunakan optotip snellen bertuliskan huruf “E” dengan berbagai
posisi arah kaki huruf “E” (atas, bawa, kanan, kiri). Pasien diminta
15
menunjukkan arah kaki huruf “E” dengan jari tangannya (Suhardjo
2007).
b. Prosedur kartu ketajaman
Prosedur ini dikembangkan untuk memperpendek waktu yang
diperlukan untuk mendapat dan memperkirakan ketajaman pada bayi
secara individual, sehingga memungkinkan prosedur looking
preferential dikombinasikan dalam klinis. Looking preferential adalah
pada bayi diperlihatkan gambar – gambar, ada yang warnanya kontras,
ada yang warnanya homogen. Bayi akan lebih menyukai melihat
gambar kontras (Suhardjo 2007).
c. Pengkajian ketajaman penglihatan
Uji ketajaman pada anak – anak tidak mudah dan dapat
dipengaruhi secara langsung oleh anak, perawat, dan lingkungan.
Tidak ada metode sederhana untuk uji ketajaman penglihatan yang
tepat pada anak – anak kurang dari 3 tahun.
Pemeriksaan tajam penglihatan dilakukan pada mata tanpa atau
dengan kaca mata. Setiap mata diperiksa secara terpisah. Biasakan
memeriksa tajam penglihatan kanan terlebih dahulu kemudian kiri lalu
mencatatnya. Pemeriksaan tajam penglihatan sebaiknya dilakukan
pada jarak 5 atau 6 meter, karena pada jarak ini mata akan melihat
benda dalam keadaan beristirahat atau tanpa akomodasi.
16
Pada pemeriksaan tajam penglihatan dipakai kartu baku atau
standar, misalnya kartu baca snellen yang setiap huruf membentuk
sudut 5 menit pada jarak tertentu sehingga huruf pada baris tanda 60,
berarti huruf tersebut membentuk sudut 5 menit pada jarak 60 meter;
dan pada baris tanda 30, berarti huruf tersebut membentuk sudut 5
menit pada jarak 30 meter. Huruf pada baris tanda 6 adalah huruf yang
membentuk sudut 5 menit pada jarak 6 meter, sehingga huruf ini pada
orang normal akan dapat dilihat dengan jelas.
Rumus visus atau ketajaman V= d/D, dimana,
V = Visus
d = Jarak Optotype Snellen dengan subjek
D = Skala sejauh mana mata masih bisa membaca
Dengan kartu Snellen standar ini dapat ditentukan tajam atau
kemampuan melihat seseorang (IIyas, 2003), seperti :
1) Bila tajam penglihatan 6/6 maka berarti ini dapat melihat huruf
pada jarak 6 meter, yang oleh orang normal huruf tersebut dapat
dilihat pada jarak 6 meter.
2) Bila pasien hanya dapat melihat huruf pada baris yang
menunjukkan angka 30, berarti tajam penglihatan pasien adalah
6/30
17
3) Bila pasien hanya dapat membaca pada huruf baris yang
menunjukkan angka 50, berarti tajam penglihatan pasien adalah
6/50.
4) Bila tajam penglihatan adalah 6/60 berarti ia hanya dapat melihat
pada jarak 6 meter yang hanya oleh orang normal tersebut dapat
dilihat pada jarak 60 meter.
5) Bila pasien tidak dapat mengenal huruf terbesar pada kartu
Snellen maka dilakukan uji hitung jari. Jari dapat dilihat terpisah
oleh orang normal pada jarak 60 meter.
6) Bila pasien hanya dapat melihat atau menentukan jumlah jari
yang diperlihatkan pada jarak 3 meter, maka dinyatakan tajam
3/60. dengan pengujian ini tajam penglihatan hanya dapat dinilai
sampai 1/60, yang berarti hanya dapat menghitung jari pada jarak
1 meter.
7) Dengan uji lambaian tangan, maka dapat dinyatakan tajam
penglihatan pasien yang lebih buruk dari pada 1/60. orang
normal dapat melihat gerakan atau lambaian tangan pada jarak
300 meter. Bila mata hanya dapat melihat lambaian tangan pada
jarak 1 mater, berarti tajam penglihatannya adalah 1/300.
8) Kadang – kadang mata hanya dapat mengenal adanya sinar saja
dan tidak dapat melihat lambaian tangan. Keadaan ini disebut
18
sebagai tajam penglihatan 1/~. Orang normal dapat melihat
adanya sinar pada jarak tidak terhingga.
9) Bila penglihatan sama sekali tidak mengenal adanya sinar maka
dikatakan penglihatannya adalah 0 ( nol ) atau buta total.
Untuk mengetahui sama atau tidaknya ketajam penglihatan
kedua mata anak dapat dilakukan dengan uji menutup salah satu mata.
Bila satu mata ditutup akan menimbulkan reaksi berbeda pada sikap
anak, yang berarti ia sedang memakai mata yang tidak disenangi atau
kurang baik dibanding dengan mata lainnya.
Bila seseorang diragukan apakah penglihatannya berkurang
akibat kelainan refraksi, maka dilakukan uji pinhole. Bila dengan
pinhole penglihatan lebih baik, maka berarti ada kelainan refraksi yang
masih dapat dikoreksi dengan kacamata. Bila penglihatan berkurang
dengan diletakkannya pinhole di depan mata berarti ada kelainan
organik atau kekeruhan media penglihatan yang mengakibatkan
penglihatan menurun.
Pada seseorang yang terganggu akomodasinya atau ada
perbiopia, maka apabila melihat benda – benda yang sedikit
didekatkan akan terlihat kabur.
19
Sebaiknya diketahui bahwa :
1) Bila dipakai huruf tunggal pada uji tajam penglihatan maka
penderita ambliopia akan mempunyai tajam penglihatan huruf
tunggal lebih baik dibandingkan memakai huruf ganda.
2) Huruf pada satu baris tidak sama mudahnya terbaca karena
bentuknya kadang – kadang sulit dibaca seperti huruf T dan W.
3) Pemeriksaan tajam penglihatan mata anak jangan sampai terlalu
meletihkan anak.
4) Gangguan lapang pandangan dapat memberikan gangguan
penglihatan pada satu sisi pembacaan uji baca.
5) Tajam penglihatan dengan kedua mata akan lebih baik dibanding
dengan membaca dengan satu mata.
6) Amati pasien selama pemeriksaan karena mungkin akan
mengintip dengan matanya yang lain.
d. Pengkajian uji Snellen
Gunakan kartu snellen pada dinding yang berwarna terang
dengan posisi yang tepat. Sebaiknya tidak ada cahaya yang
menyilaukan pada kartu. Suruh anak berdiri 6,1 meter dari kartu. Uji
kedua mata terlebih dahulu, kemudian mata kanan, dan mata kiri.
Kecuali anak mempunyai penglihatan yang sangat buruk, mulai
20
pemeriksaan dengan garis pada kartu yang cocok dengan dengan jarak
12,2 meter. Anak harus mampu melihat tiga dari empat atau empat dari
enam symbol pada sebuah garis untuk memvisualisasikan garis
tersebut dengan benar. Lakukan pemeriksaan dengan kaca mata atau
lensa kontak jika anak memakainya.
1) Pengkajian dengan kartu Snellen
Alat :
a) Kartu Snellen
b) Balok huruf
c) Ruangan yang bersih, terang dengan penyinaran yang baik.
d) Dua buah kursi, 1 untuk anak, 1 untuk pemeriksa.
e) Alat penunjuk
f) Alat tulis untuk mencatat hasil pemeriksaan
Langkah kegiatan
a) Persiapan
(1) Pilih ruangan yang bersih, terang dengan penyinaran
yang baik
21
(2) Letakkan 2 buah kursi, 1 untuk anak, 1 untuk pemeriksa
dengan jarak 6 meter
(3) Pasang poster snellen di dinding samping penguji
(4) Letakkan balok – balok huruf di dekat anak
(5) Tentukan umur anak dengan menanyakan tanggal bulan
dan tahun anak lahir. Bila umur anak 6 bulan atau lebih
dibulatkan menjadi 1 tahun.
(6) Tanyakan kepada orang tua atau anak apakah anak
kelihatan janggal, duduk terlalu dekat dengan televise,
mengalami kesulitan melihat papan tulis
(7) Tanyakan mengenai adanya nyeri, rabas, air mata yang
berlebihan, mata juling, penglihatan kabur atau ganda,
rasa terbakar, gatal, dan sensitivitas terhadap cahaya
(8) Tanyakan apakah ada riwayat keluarga yang
berhubungan dengan masalah penglihatan (glaukoma,
buta warna)
b) Cara melakukan tes daya lihat :
(1) Latih anak untuk menunjukan huruf yang benar dengan
menggunakan balok huruf di samping anak sesuai yang
22
ditunjuk pada poster snellen oleh pemeriksa. Beri pujian
setiap kali anak mau melakukannya.
(2) Dengan alat penunjuk, tunjuk huruf pada poster
snellen, satu persatu, mulai baris pertama sampai baris
keempat atau baris huruf terkecil yang masih dapat
dilihat.
(3) Puji anak setiap kali dapat menunjukkan huruf yang
sama sesuai dengan huruf yang ditunjuk oleh
pemeriksa.
(4) Catat hasil pemeriksaan pada kertas yang telah
disediakaan.
c) Interpretasi:
Anak prasekolah umumnya tidak mengalami
kesulitan melihat sampai baris ketiga pada poster snellen.
Bila kedua mata anak tidak dapat melihat baris ketiga
poster snellen, artinya tidak dapat menunjukkan huruf yang
sama sesuai dengan huruf yang ditunjuk oleh pemeriksa,
kemungkinan anak mengalami gangguan daya lihat
(Departemen Pendidikan, 2008).
23
d) Intervensi :
Bila kemungkinan anak mengalami gangguan daya
lihat, minta anak datang lagi untuk periksa ulang. Bila pada
pemeriksaan berikutnya, tidak dapat melihat pada baris
yang sama, atau tidak dapat melihat baris yang sama
dengan kedua matanya, rujuk ke Rumah Sakit dengan
menuliskan mata yang mengalami gangguan (kanan, kiri,
atau keduanya) (Departemen pendidikan 2008).
2) Pengkajian dengan kartu snellen “E”
Alat :
a) Kartu snellen “E”
b) Ruangan yang bersih, terang dengan penyinaran yang baik.
c) Dua buah kursi, 1 untuk anak, 1 untuk pemeriksa.
d) Alat penunjuk
e) Alat tulis untuk mencatat hasil pemeriksaan
Langkah kegiatan :
a) Persiapan
(1) Pilih ruangan yang bersih, terang dengan penyinaran
yang baik
24
(2) Letakkan 2 buah kursi, 1 untuk anak, 1 untuk pemeriksa
dengan jarak 6 meter
(3) Pasang poster snellen “E” di dinding samping penguji
(4) Tentukan umur anak dengan menanyakan tanggal bulan
dan tahun anak lahir. Bila umur anak 6 bulan atau lebih
dibulatkan menjadi 1 tahun.
(5) Tanyakan kepada orang tua atau anak apakah anak
kelihatan janggal, duduk terlalu dekat dengan televise,
mengalami kesulitan melihat papan tulis
(6) Tanyakan mengenai adanya nyeri, rabas, air mata yang
berlebihan, mata juling, penglihatan kabur atau ganda,
rasa terbakar, gatal, dan sensitivitas terhadap cahaya
(7) Tanyakan apakah ada riwayat keluarga yang
berhubungan dengan masalah penglihatan (glaukoma,
buta warna)
b) Cara melakukan tes daya lihat :
(1) Latih anak untuk menunjuk arah kaki snellen dengan
menggunakan tangan kanannya seperti menunjuk
kearah atas, bawah, kanan, dan kiri sesuai yang ditunjuk
pada poster “E” oleh pemeriksa. Beri pujian setiap kali
25
anak mau melakukannya. Lakukan hal ini sampai anak
dapat mengarahkan tangan kanannya dengan benar.
(2) Dengan alat penunjuk, tunjuk huruf “E” pada poster,
satu persatu, mulai baris pertama sampai baris keempat
atau baris “E” terkecil yang masih dapat dilihat.
(3) Puji anak setiap kali dapat mengarahkan tangan
kanannya dengan benar sesuai dengan huruf “E” yang
ditunjuk oleh pemeriksa.
(4) Catat hasil pemeriksaan pada kertas yang telah
disediakaan.
c) Interpretasi:
Anak prasekolah umumnya tidak mengalami
kesulitan melihat sampai baris ketiga pada poster “E”. Bila
kedua mata anak tidak dapat melihat baris ketiga poster
“E”, artinya tidak dapat mengarahkan tangan kanannya
dengan arah kaki poster “E” pada baris ketiga yang
ditunjuk oleh pemeriksa, kemungkinan anak mengalami
gangguan daya lihat (Departemen Pendidikan, 2008).
d) Intervensi :
Bila kemungkinan anak mengalami gangguan daya
lihat, minta anak datang lagi untuk periksa ulang. Bila pada
26
pemeriksaan berikutnya, tidak dapat melihat pada baris
yang sama, atau tidak dapat melihat baris yang sama
dengan kedua matanya, rujuk ke Rumah Sakit dengan
menuliskan mata yang mengalami gangguan (kanan, kiri,
atau keduanya) (Departemen pendidikan 2008).
2. Pertumbuhan dan Perkembangan Anak
a. Definisi pertumbuhan
Pertumbuhan (growth) berkaitan dengan masalah dalam besar, jumlah,
ukuran, atau dimensi tingkat sel, organ maupun individu, yang bisa
diukur dengan ukuran berat (gram, pound, kilogram), ukuran panjang
(cm, meter), umur tulang dan keseimbangan metabolik (retensi
kalsium dan nitrogen tubuh ) (Soetjiningsih 1995).
b. Definisi perkembangan
Perkembangan (development) adalah bertambahnya kemampuan (skill)
dalam struktur dan fungsi tubuh yang lebih kompleks dalam pola yang
teratur dan dapat diramalkan, sebagai hasil dari proses pematangan.
Disini menyangkut adanya proses diferensiasi dari sel – sel tubuh,
jaringan tubuh, organ – organ dan sistem organ yang berkembang
sedemikian rupa sehingga masing – masing dapat memenuhi
fungsinya. Termasuk juga perkembangan emosi, intilektual, dan
27
tingkah lak sebagai hasil interaksi dengan lingkungannya
(Soetjiningsih 1995).
Sehingga dapat disimpulkan bahwa pertumbuhan mempunyai
dampak terhadap aspek fisik, sedangkan perkembangan berkaitan
dengan pematangan fungsi organ/ individu. Walaupun demikian,
kedua peristiwa itu terjadi secara sinkron pada setiap individu.
c. Ciri – ciri tumbuh kembang anak
1) Tumbuh kembang anak adalah proses yang kontinyu sejak dari
konsepsi sampai maturitas/ dewasa, yang dipengaruhi oleh faktor
bawaan dan lingkungan. Ini berarti bahwa tumbuh kembang sudah
terjadi sejak di dalam kandungan dan setelah kelahiran merupakan
suatu masa dimana mulai saat itu tumbuh kembang anak dapat
dengan mudah diamati.
2) Dalam periode tertentu terdapat adanya masa percepatan atau masa
perlambatan, serta laju tumbuh kembang yang berlainan diantara
organ – organ. Terdapat 3 periode pertumbuhan cepat adalah pada
masa janin, masa bayi 0 – 1 tahun, dan masa pubertas. Sedangkan
pertumbuhan organ – organ tubuh mengikuti 4 pola, yaitu pola
umum, limfoid, neural, dan reproduksi.
3) Pola perkembangan anak adalah sama pada semua anak, tetapi
kecepatannya berbeda antara anak satu dengan yang lainnya.
28
4) Perkembangan erat hubungannya dengan maturasi sistem susunan
saraf.
5) Aktifitas seluruh tubuh diganti respons individu yang khas.
6) Arah perkembangan anak adalah sefalokaudal. Langkah pertama
sebelum berjalan adalah perkembangan menegakkan kepala.
7) Refleks primitive seperti refleks memegang dan berjalan akan
menghilang sebelum gerakan volunter tercapai.
d. Faktor yang mempengaruhi kualitas tumbuh kembang anak
Pada umumnya anak memiliki pola pertumbuhan dan
perkembangan normal yang merupakan hasil interaksi banyak faktor
yang mempengaruhi pertumbuhan dan perkembangannya. Faktor –
faktor tersebut antara lain :
1) Faktor internal :
a) Ras/ suku bangsa.
Pertumbuhan somatik juga dipengaruhi oleh ras/ suku bangsa.
Bangsa kulit putih/ ras Eropa mempunyai pertumbuhan
somatik lebih tinggi dari pada bangsa Asia.
29
b) Jenis kelamin.
Fungsi reproduksi pada anak perempuan berkembang lebih
cepat dari pada laki – laki, tetapi setelah melewati masa
pubertas pertumbuhan anak laki – laki lebih cepat.
c) Umur
Kecepatan pertumbuhan yang pesat adalah pada masa prenatal,
tahun pertama kehidupan, dan masa remaja.
d) Keluarga
Ada kecenderungan keluarga yang memiliki postur tubuh
tinggi, pendek, gemuk, dan kurus.
e) Genetik
Faktor genetik merupakan modal dasar dalam mencapai hasil
akhir proses tumbuh kembang anak. Melalui intruksi genetik
yang terkandung di dalam sel telur yang telah dibuahi, dapat
ditentukan kualitas dan kuantitas pertumbuhan.
f) Kelainan kromosom
Kelainan kromosom umumnya disertai dengan kegagalan
pertumbuhan seperti pada sindrom Down’s dan sindrom
Turner’s.
30
2) faktor ekstrinsik :
a) Pranatal
Faktor lingkungan yang berpengaruh terhadap tumbuh
kembang janin mulai dari konsepsi sampai lahir, antara lain
adalah :
(1) Gizi ibu pada waktu hamil
Gizi ibu yang buruk sebelum terjadinya kehamilan
maupun pada waku sedang hamil, lebih sering
menghasilkan bayi BBLR (berat badan lahir rendah)
atau lahir mati dan jarang menyebabkan cacat bawaan.
Disamping itu dapat pula menyebabkan hambatan
pertumbuhan otak janin, anemia pada bayi baru lahir,
bayi baru lahir mudah terkena infeksi, abortus, dan
sebagainya.
(2) Mekanis
Trauma dan cairan ketuban yang kurang dapat
menyebabkan kelainan bawaan pada bayi yang
dilahirkan. Demikian pula dengan posisi janin pada
uterus dapat mengakibatkan talipes, dislokasi panggul,
tortikolis kongenital, palsi fasialis, atau kranio tabes.
31
(3) Toksin/ zat kimia
Masa organogenesis adalah masa yang sangat peka
terhadap zat – zat teratogen. Misalnya obat – obatan
seperti thalidomide, phenitoin, methadion, obat – obat
anti kanker, dan lain sebagainya dapat menyebabkan
kelainan bawaan. Demikian pula dengan ibu hamil yang
perokok berat/ peminum alkohol kronis sering
melahirkan bayi berat badan lahir rendah, lahir mati,
cacat, atau retaldasi mental.
(4) Endokrin
Hormon – hormon yang mungkin berperan pada
pertumbuhan janin, adalah somatotropin, hormon
plasenta, hormon tiroid, insulin, dan peptida – peptida
lain dengan aktifitas mirip insulin.
(5) Radiasi
Radiasi pada janin sebelum umur kehamilan 18 minggu
dapat mengakibatkan kematian janin, kerusakan oak,
mikrosefali, atau cacat bawaan lainnya. Sedangkan pada
orang laki – laki, dapat mengakibatkan cacat bawaan
pada anaknya.
(6) Infeksi
32
Infeksi intrauterine yang sering menyebabkan cacat
bawaan adalah TORCH (Toxoplasmois, Rubella,
Cytomegalovirus, Herpes Simplex). Sedangkan infeksi
lainnya yang juga dapat menyebabkan penyakit pada
janin adalah varisela, Coxsackie, Echovirus, malaria,