DOKUMEN LELANG PEMBANGUNAN/PENINGKATAN SARANA DAN PRASARANA
JALAN LINGKUNGAN KABUPATEN PASURUAN
BAB II SPESIFIKASI TEKNIS
A. LAPIS PENETRASI MACADAM ( LAPEN )
1
1 UMUM (1) Uraian Pekerjaan ini mencakup pelaksanan pekerjaan
lapisan aus atau lapisan perata terbuat dari agregat yang
distabilisasi dengan aspal untuk penutup permukaan. Lapis penutup
permukaan bisa ditempatkan diatas suatu lapis Pondasi Agregat Kelas
A yang baru dikerjakan dan sudah diberikan lapis peresap, atau pada
suatu lapisan aspal yang sudah ada. (2) Standar Rujukan SNI
03-2457-1991 Daya tahan terhadap abrasi ( gerusan ) dari agregat
kasar berukuran kecil dengan menggunakan mesin Los Angeles. SNI
0088-75 Penentuan mutu agregat dengan menggunakan Sodium Sulfat.
SNI 06-2440-1991 Efek dari panas dan udara pada material aspal
(pengujian lapis tipis dalam tungku). SNI 03-2439-1991 Pelapisan
dan pengelupasan dari campuran agregat dengan aspal. AASHTO T112-78
Gumpalan lempung dan partikel yang mudah pecah didalam agregat.
AASHTO M226 - 80 Kekentalan dari gradasi aspal semen (3) Pembatasan
oleh Cuaca dan Musim Tidak boleh ada pekerjaan Lapis Penetrasi
Macadam (Lapen) yang dilakukan diatas perkerasan basah, selama
hujan, bila hujan tampaknya akan turun atau sewaktu angin kencang.
Pekerjaan Lapis Penetrasi Macadam (Lapen) hanya dapat dilaksanakan
selama musim kemarau, dan bila cuaca kemungkinan tetap baik paling
tidak dalam waktu 24 jam setelah pengerjaan. (4) Standar Penerimaan
dan Perbaikan dari Pekerjaan yang Tidak Memuaskan 1 Suatu inspeksi
resmi pada permukaan jalan lama, akan dilakukan oleh Direksi Teknik
atau oleh wakilnya sebelum pekerjaan Lapis Penetrasi Macadam
(Lapen) dimulai, untuk menentukan apakah permukaan jalan yang ada
telah benar-benar dipersiapkan dan telah dibersihkan sesuai
ketentuan-ketentuan dalam Paragraf (2). Pihak Kontraktor tidak
diperkenankan memulai pekerjaan Lapis Penetrasi Macadam (Lapen)
sebelum mendapat izin tertulis dari Direksi Teknik. Standar
penerimaan pekerjaan lapisan agregat pokok dari Lapis Penetrasi
Macadam (Lapen), bahwa tidak ada satu bagianpun diatas permukaan
yang tidak tertutup oleh lapisan agregat pokok dan permukaan harus
bebas dari material lepas dan kotor.SPESIFIKASI TEKNIS BAB II -
8
DOKUMEN LELANG PEMBANGUNAN/PENINGKATAN SARANA DAN PRASARANA
JALAN LINGKUNGAN KABUPATEN PASURUAN
Lapisan agregat pengunci/penutup dari Lapis Penetrasi Macadam
(Lapen) harus dihamparkan hanya setelah lapisan agregat pokok
diselesaikan dengan standar diatas. Standar penerimaan dari lapisan
agregat pengunci/penutup adalah bahwa tidak kurang dari 98% dari
luas rongga-rongga permukaan dalam lapisan agregat pokok/pengunci
dalam setiap tempat yang lebih besar dari 0,1 m2 harus terisi
dengan agregat pengunci/penutup. Lapisan agregat pengunci/penutup
tidak boleh lebih dalam dari satu batu diatas tiap lapisan batu dan
permukaan harus bebas dari material lepas. Pekerjaan Lapis
Penetrasi Macadam (Lapen) yang telah selesai harus dapat memuaskan
Direksi Teknik dan permukaan harus terlihat seragam dan bentuknya
menerus, terkunci dengan rapat, harus kedap air tanpa ada
lubang-lubang atau tanpa memperlihatkan adanya bagian yang
kelebihan aspal. Pekerjaan perbaikan Lapis Penetrasi Macadam
(Lapen) yang tidak memuaskan harus sesuai petunjuk Direksi Teknik
dan termasuk pula bagian pekerjaan penyingkiran atau penambahan
material, penyingkiran seluruh material dan pekerjaan penggantian,
pekerjaan pelapisan ulang seluruh pekerjaan dengan Lapis Penetrasi
Macadam (Lapen) yang baru sesuai keperluan sampai didapatkannya
suatu hasil pekerjaan yang memuaskan. (5) Pemeliharaan Pekerjaan
yang telah Diterima Tanpa mengabaikan tanggung jawab Kontraktor
untuk melaksanakan pekerjaan perbaikan terhadap pekerjaan yang
tidak memuaskan atau gagal seperti dipersyaratkan dalam Paragraf
(4) diatas, pihak Kontraktor harus pula bertanggung jawab terhadap
pekerjaan pemeliharaan rutin atas semua pekerjaan yang telah
diselesaikan dan telah diterima dari perkerjaan Lapis Penetrasi
Macadam (Lapen) selama periode kontrak, termasuk Periode Jaminan.
Pekerjaan Pemeliharaan Rutin tersebut harus dilaksanakan sesuai
dengan ketentuan dalam Seksi 10.1 Pemeliharaan Rutin Perkerasan
Bahu Jalan, Drainase, Perlengkapan Jalan dan Jembatan dan harus
dibayar secara terpisah dibawah Paragraf Pengukuran dan Pembayaran.
(6) Pelaporan Pihak Kontraktor harus menyerahkan kepada Direksi
Teknik hal berikut ini: a. Contoh aspal sejumlah 5 liter yang
diusulkan oleh Kontraktor untuk dipakai dalam pekerjaan dilampiri
dengan Sertifikat dari Pabrik Pembuat, dan harus telah diserahkan
sebelum pelaksanaan pekerjaan dimulai. Sertifikat tersebut harus
menyatakan bahwa material pengikat tersebut sesuai dengan
Spesifikasi dan tingkat yang dipersyaratkan untuk Aspal, seperti
diberikan dalam Paragraf (2). b. Suatu catatan yang memuaskan dari
sertifikat Kalibrasi dari semua perlengkapan/peralatan dan meteran
dan tongkat celup dari Alat Distribusi Aspal, seperti diuraikan
dalam Paragraf (2) dan (3) harus diserahkan tidak boleh kurang dari
30 hari sebelum pekerjaan konstruksi dimulai. Tongkat celup,
instrumen dan meteran harus dikalibrasi sampai toleransi ketelitian
dan ketentuan-ketetuan seperti diuraikan dalam Paragraf (3) dan
tanggal pelaksanaan kalibrasi harus tidak boleh lebih dari dua
tahun terhitung sebelum saat dimulainya konstruksi.
SPESIFIKASI TEKNIS
BAB II - 9
DOKUMEN LELANG PEMBANGUNAN/PENINGKATAN SARANA DAN PRASARANA
JALAN LINGKUNGAN KABUPATEN PASURUAN
c. Diagram semprot harus memperlihatkan tinggi batang antara
kecepatan dan jumlah kuantitas pemakaian aspal distributor yang
digunakan juga harus menunjukkan hubungan antara kecepatan pompa
dan jumlah nozel yang digunakan, yang berdasar pada keluaran aspal
yang tetap pada nozel. Keluaran aspal pada nozel (liter/menit)
dalam keadaan konstan harus dicatat pada diagram semprotan,
demikian pula untuk tekanan semprotan. Diagram semprot juga harus
memperlihatkan tinggi batang semprot dari permukaan jalan dan
kedudukan sudut horizontal dari nozel semprot, hal ini untuk maksud
menjamin adanya tumpang tindih semprotan sebanyak 3 lapis yang
keluar dari nozel (yaitu lebar permukaan yang tertutup aspal oleh
setiap nozel adalah tepat 3 kali jarak antara nozel-nozel). d.
Grafik semprotan harus diserahkan sebelum pekerjaan konstruksi
dimulai, dengan demikian pemeriksaan dari pada peralatan yang
dipakai dapat dilaksanakan. e. Contoh-contoh agregat yang diusulkan
untuk dipakai pada pekerjaan Lapis Penetrasi Macadam (Lapen),
disertai lampiran daftar hasil pengujian seperti ditunjukkan pada
Paragraf (1) (b), dan harus telah diserahkan tidak boleh kurang
dari 30 hari sebelum produksi pelaburan agregat dimulai. f. Harus
diserahkan pula laporan produksi, lokasi timbunan material dan
lokasi dari material yang diusulkan untuk dipakai dalam pekerjaan.
Hasil pengujian atas agregat laburan harus sesuai persyaratan
Paragraf (1) dan harus dilaporkan paling kurang 5 hari sebelum
timbunan agregat laburan akan digunakan dalam pekerjaan. g.
Contoh-contoh material yang telah digunakan pada setiap hari kerja,
menurut Artikel 6.10.5. Catatan harian pekerjaan Lapis Penetrasi
Macadam (Lapen) yang telah dilaksanakan dan kuantitas penggunaan
mateial menurut Artikel 6.10.5. (7) Kondisi Tempat Kerja a
Permukaan pohon atau struktur atau hak milik lainnya didekat daerah
yang sedang dilapisi harus dilindungi sehingga tidak tercemar dan
tersemprot. b Tidak boleh ada material aspal yang terbuang kedalam
selokan samping atau saluran. c Kontraktor harus menyediakan dan
menjaga tempat pemanasan aspal dengan suatu pencegah kebakaran yang
cukup serta tindakan-tindakan lainnya, dan juga fasilitas untuk
P3K. (8) Pengendalian Lalu Lintas dan Periode Pengamanan
Pengendalian lalu lintas harus sesuai dengan persyaratan Seksi 1.7
Pemeliharaan Terhadap Arus Lalu Lintas, dengan tambahan catatan
yang harus diperhatikan berikut ini : a Lalu lintas tidak
diperbolehkan melintas tempat kerja sewaktu penempatan material
aspal, juga tidak boleh diijinkan untuk melintas ke tepi dari
meterial aspal sampai tempat tersebut telah terlapisi
agregat.SPESIFIKASI TEKNIS BAB II - 10
DOKUMEN LELANG PEMBANGUNAN/PENINGKATAN SARANA DAN PRASARANA
JALAN LINGKUNGAN KABUPATEN PASURUAN
b Lalu lintas tidak diijinkan lewat diatas pekerjaan baru
sebelum paling tidak 3 lintasan mesin gilas diatas seluruh tempat
yang dilapisi untuk memperkecil resiko agregat terganggu. Jika
kendaraan diijinkan lewat diatas pekerjaan baru, rambu lalu lintas
yang diijinkan dengan tulisan ASPAL CAIR dan 20 km/jam harus
disediakan. Kerucut-kerucut, rambu lalu lintas dan
penghalang-penghalang harus digunakan untuk mendapatkan suatu
rintangan positif antara lalu lintas dan agregat yang belum padat
atau permukaan aspal yang masih terbuka. c Pengawasan dan
pengendalian penuh pada posisi, arah dan kecepatan lalu lintas,
menurut Seksi 1.7 - Pemeliharaan Terhadap Arus Lalu Lintas, harus
berlanjut selama 24 jam per hari, dari saat dimulainya pekerjaan
pelaburan dalam tiap bagisn sampai paling tidak 48 jam setelah
pekerjaan pelaburan selesai, pengendalian penuh atas lalu lintas
dilanjutkan sampai suatu periode tanpa gangguan selama 48 jam pada
cuaca bagus berlalu, keculi karena diperintahkan oleh Direksi
Teknik. d Selama periode penyelesaian yang ditentukan dalam (c)
diatas, permukaan jalan harus disapu bersih seluruhnya dari
agregat-agregat yang lepas dan diawasi oleh Direksi Teknik. Jika
Direksi teknik mendapatkan bahwa permukaan tampak kokoh, seluruh
rambu dan penghalang lalu lintas harus disingkirkan. Sebagai
pilihan lain, Direksi Teknik dapat memerintahkan kelanjutan
pengendalian lalu lintas sampai permukaan jalan menjadi kokoh dan
seluruh perbaikan-perbaikan yang diperlukan dikerjakan. 2 MATERIAL
1. Agregat a. Agregat harus terdiri dari butiran yang bersih, kuat
dari kerikil pecah atau batu pecah, bebas dari kotoran, lempung,
debu atau benda yang dapat mencegah pelapisan yang menyeluruh dari
aspal. b. Sumber agregat yang digunakan untuk memproduksi agregat
harus memenuhi persyaratan berikut ini: - Kehilangan akibat abrasi
(SNI-03-2417-1991) ........... maks. 40% - Aspal yang tertinggal
setelah pengujian pengelupasan (SNI-03-2439-1991)
............................. min. 95% - Bagian-bagian yang lunak
(AASHTO T 112).............. maks. 5%. c. Agregat harus dijaga
supaya tetap dalam keadaan kering dan bebas dari debu dan kotoran,
dan harus memenuhi persyaratan berikut : - Persentase berat dari
kerikil pecah yang tertahan saringan 4,75 mm yang mempunyai paling
tidak dua bidang pecah minimum 90 %. e Agregat yang digunakan
terdiri dari agregat pokok, agregat pengunci dan agregat penutup.
Gradasi masing-masing agregat harus memenuhi ketentuan dalam Tabel
(1) dibawah ini. Tabel 1 Gradasi Agregat 1
SPESIFIKASI TEKNIS
BAB II - 11
DOKUMEN LELANG PEMBANGUNAN/PENINGKATAN SARANA DAN PRASARANA
JALAN LINGKUNGAN KABUPATEN PASURUAN
Jenis Agregat
Persen Berat Lolos Tebal Lapisan (cm) 7 10 58 100 95 100 35 70 0
15 05 45 100 95 100 05
Agregat Pokok Lolos : 75 mm 60 mm 50 mm 40 mm 25 mm 18 mm
Agregat Pengunci Lolos : 25 mm 18 mm 9 mm Agregat Penutup Lolos :
12 mm 9 mm 4 mm 2 mm
100 90 100 35 75 0 15 05 -
100 90 100 05
100 95 100 05
100 95 100 05
100 85 100 10 30 0 10
100 85 100 10 30 0 10
100 85 100 10 30 0 10
SPESIFIKASI TEKNIS
BAB II - 12
DOKUMEN LELANG PEMBANGUNAN/PENINGKATAN SARANA DAN PRASARANA
JALAN LINGKUNGAN KABUPATEN PASURUAN
d Agregat pengunci atau agregat penutup juga harus sanggup
saling mengunci kedalam rongga-rongga permukaan dalam agregat pokok
atau agregat pengunci yang telah dipadatkan. 2. Bahan Aspal a.
Bahan aspal pengikat yang dipakai harus dari jenis aspal semen
AC-10 (yang kurang lebih ekivalen dengan Aspal Pen. 80/100), atau
dari AC-20 (yang kurang lebih ekivalen dengan Aspal Pen. 60/70),
memenuhi persyaratan AASHTO M 226-80, diencerkan memakai minyak
tanah sesuai ketentuan Tabel 2.
Tabel 2 Rencana Bahan Pengikat Suhu Ruang Perbandingan Minyak
Suhu Semprotan 0C Udara 0 C Tanah terhadap : Aspal Pen. 80/100 17,5
20,0 22,5 25,0 27,5 30,0 32,5 34,0 > 36 13 11 9 7 5 3 1 0 0 15
13 11 9 7 5 3 2 0 Aspal Pen. 60/70 151 157 162 167 172 177 182 185
187
PPH = Bagian minyak tanah per 100 bagian volume aspal Suhu
semprotan yang sebenarnya harus berada antara harga + 10 % dari
nilai-nilai yang telah ditentukan dalam Tabel 6.2 Setiap material
aspal yang dipanaskan untuk temperatur penyemprotan selama lebih
dari 10 jam, atau telah dipanaskan melewati 200 C diatas suhu
semprot seperti ditentukan pada Tabel 2, harus ditolak,
pengecualian dapat diberikan kalau ternyata hasil pengujian
kekentalan (viskositas) menunjukkan bahwa material aspal tersebut
masih memenuhi persyaratan. b. Bilamana pelaksanaan pekerjaan Lapis
Penetrasi Macadam (Lapen) terpaksa harus dilaksanakan dibawah
kondisi cuaca tanggung, atau daya tahan pengelupasan agregat ada
dalam batas batas akhir ( AASHTO T 182 ), maka Direksi
TeknikSPESIFIKASI TEKNIS BAB II - 13
DOKUMEN LELANG PEMBANGUNAN/PENINGKATAN SARANA DAN PRASARANA
JALAN LINGKUNGAN KABUPATEN PASURUAN
dapat memerintahkan Kontraktor untuk menambah bahan
adhesi-additive ( anti stripping ) kedalam bahan pengikat. Additive
yang dipakai harus dari jenis yang telah disetujui oleh Direksi
Teknik dan perbandingan campuran ( pph ) dari bahan tersebut dengan
material aspal harus menurut ketentuan yang dipersyaratkan oleh
pabrik pembuatnya. Bahan adhesi tidak boleh disimpan lebih dari 10
jam didalam bahan pengikat yang panas atau dapat disimpan kalau
diberi tambahan bahan adhesi. c. Dimana minyak tanah atau bahan
adhesi yang ditambahkan pada material aspal pencampurannya harus
merata, caranya dengan mensirkulasikan bahan tersebut pada seluruh
tangki. Variasi hasil adukan tersebut boleh melebihi + 2 pph minyak
tanah dari persyaratan campuran bahan pengikat berdasarkan pada
hasil pada dua liter contoh dan setiap campuran bahan pengikat.
Jika pencampuran hendak dibuat didalam distributor aspal, maka
syaratnya semua bahan aspal didalam distributor harus
disirkulasikan paling kurang 30 menit pada kecepatan penuh pompa
(pada sirkulasi mode intern) atau menurut waktu yang lebih lama
diperlukan sehingga dicapai campuran yang rata pada suhu yang
merata. 3. PERALATAN 1 Kebutuhan Umum Peralatan yang akan digunakan
harus termasuk Distributor Aspal yang dapat menyemprot sendiri, dua
mesin giling (roda karet dan roda baja), alat penebar agregat
paling kurang 2 (dua) dump truk tongkang belakang, sapu lidi dan
sikat dan peralatan untuk menuang drum dan untuk memanaskan bahan
aspal. 2. Alat Distributor Aspal a. Distributor harus dipasang pada
kendaraan beroda karet dan harus mematuhi semua peraturan
keselamatan jalan. Beban pada roda bila dibebani penuh harus tidak
boleh melampaui ketentuan yang dipersyaratkan pabrik pembuat ban
pada saat operasi dengan kecepatan penuh. b. Sistim tangki bahan
pengikat, pemanasan, pemompaan dan penyemprotan harus sesuai dengan
rekomendasi keamanan dari peraturan yang ada. c. Alat penyemprot,
harus didesain, diperlengkapi, dipelihara dan dioperasikan
sedemikian rupa sehingga bahan aspal dengan panas yang merata dapat
disemprotkan secara merata pada berbagai variasi lebar permukaan,
pada kuantitas yang terkendali dalam batas 0,15 sampai 2,4
liter/m2. d. Distributor harus dilengkapi dengan batang semprot
yang mengsirkulasikan aspal secara penuh yang dapat diatur ke arah
horisontal dan vertikal. Batang semprot harus terpasang dengan
jumlah minimum 24 nozel, dipasang pada jarak yang sama 10 + 1 cm.
Pipa semprot tangan juga harus dipasang. e. Tangki distributor
harus benar-benar sempurna tersekat dalam menahan aliran panas,
dengan demikian apabila diisi penuh oleh bahan pengikat pada
temperatur 150 C, turunnya panas tidak boleh melampaui 2,50 C per
jam, aspal pengikat dan distributor dalam keadaan diam. 3.
Toleransi Peralatan Aspal Distributor Toleransi ketelitian dan
ketentuan-ketentuan jarum baca yang dipasang pada Aspal Distributor
dengan batang semprot harus sebagai berikut : Tachometer Pengukur
Kecepatan + 1,5 persen dari skala putaran penuh sesuai
ketentuan-ketentuan BS 3403BAB II - 14
1
SPESIFIKASI TEKNIS
DOKUMEN LELANG PEMBANGUNAN/PENINGKATAN SARANA DAN PRASARANA
JALAN LINGKUNGAN KABUPATEN PASURUAN
kendaraan + 1,5 persen dari skala putaran penuh Tachometer
Pengukur Kecepatan sesuai ketentuan-ketentuan BS 3403 putaran pompa
+ 5 C, skala antara 0-2500 C minimum garis tengah skala 70 mm.
Pengukur suhu
+ 2 persen dari total volume tangki, Pengukur Volume atau
Tongkat nilai maksimum garis skala Tongkat Celup Celup 50 liter. 4
Mesin Giling Mesin giling roda karet harus mempunyai lebar
pemadatan total tak boleh kurang dari 1,5 meter, dan harus
mempunyai mesin penggerak sendiri. Mesin giling roda baja dapat
berupa Tandem Roller 6 8 ton atau Three Wheel Roller 6 8 ton. 5
Alat Penghampar Agregat Peralatan penghampar agregat harus mampu
menghampar agregat secara merata pada kuantitas kendali, diatas
bidang permukaan dengan lebar paling kurang 2,4 meter dan suatu
peralatan khusus harus sedemikian rupa pada sisi badan truk
sehingga lebar hamparan dapat diatur. Desain dari alat penghampar
agregat dan kecepatan penghamparan harus sedemikian rupa sehingga
terjamin bahwa agregat yang dihampar tak akan bertumpuk pada
permukaan yang telah disemprot aspal. Paling kurang harus disiapkan
2 truk penghampar agregat atau paling tidak disiapkan satu alat
penghampar agregat yang diperasikan secara otomatis memakai Belt
(Four wheel drive belt spreader). Penghamparan/penebaran agregat
memakai tangan hanya dapat dilakukan dalam hubungannya dengan
pemakaian sikat baja ( garpu baja ). 6 Sikat Sapu ijuk kasar untuk
re-distribusi agregat dan sikat mekanis untuk menyingkirkan
kelebihan agregat harus disiapkan. 7. Peralatan lain Peralatan
tambahan lain yang boleh dipakai oleh Kontraktor demi untuk
meningkatkan kinerja hasil pekerjaan dapat ditambahkan hanya kalau
telah mendapat persetujuan terlebih dahulu dari Direksi Teknik. 4.
PELAKSANAAN PEKERJAAN 1 Kuantitas dari Material yang akan Dipakai
a. Kuantitas material agregat dan aspal yang akan digunakan untuk
pekerjaan Lapis Penetrasi Macadam (Lapen) harus ditetapkan sesuai
dengan ketentuan dalam Tabel 4. Tabel 4 Kuantitas Material Agregat
dan AspalSPESIFIKASI TEKNIS
BAB II - 15
DOKUMEN LELANG PEMBANGUNAN/PENINGKATAN SARANA DAN PRASARANA
JALAN LINGKUNGAN KABUPATEN PASURUAN
1
b. Dalam hal Lapis Penetrasi Macadam (Lapen) digunakan sebagai
Lapisan Perata atau Lapen Levelling, maka material aspal dalam
kolom V dan material agregat (agregat penutup) dalam kolom VI dari
Tabel 6.10.4 tidak berlaku / tidak dipakai, dan untuk tebal lapisan
dalam kolom I dari Tabel 4 harus dikoreksi dengan mengurangi dengan
1,5 cm sebagai tebal rencana dari Lapen Levelling.
(2) Pekerjaan Persiapan Permukaan Jalan Lama a. Sebelum
permukaan jalan lama diberi lapis resap pengikat atau lapis
perekat, maka pemukaan tersebut harus benar-benar bersih dari
kotoran dan bahanbahan yang tidak dikehendaki lainnya. Pekerjaan
pembersihan harus dilaksanakan memakai alat penyapu debu atau
peniup debu. Jika hasil pekerjaan pembersihan tidak merata, maka
bagian-bagian yang belum besih dapat dibersihkan memakai sapu kawat
baja. b. Pembersihan daerah permukaan harus dilebihkan paling
kurang 20 cm dari tiaptiap tepi yang akan disemprot. c
Lubang-lubang atau tonjolan-tonjolan dari bahan-bahan yang tidak
dikehendaki yang terlihat harus dikeluarkan dari pemukaan memakai
alat penggaru baja atau cara lain yang disetujui dan bila atas
perintah Direksi Teknik, bahwa daerah yang telah digaru harus
dicuci dengan air dan disikat memakai sikat tangan, maka Kontraktor
harus melaksanakannya. d Sama sekali tidak diperkenankan
melaksanakan pekerjaan Lapis Penetrasi Macadam (Lapen) sebelum
pekerjaan pembersihan telah memuaskan Direksi Teknik. e Permukaan
lama yang belum beraspal, sebelum diberi Lapis Penetrasi Macadam
(Lapen) harus terlebih dahulu diberi lapis resap pengikat, dan
permukaan lama yang sudah beraspal, sebelum diberi Lapis Penetrasi
Macadam (Lapen) harus terlebih dahulu diberi lapis perekat, yang
sesuai ketentuanketentuan dalam Seksi 6.1 - Lapis Resap Pengikat
dan Lapis Perekat. BagianSPESIFIKASI TEKNIS BAB II - 16
DOKUMEN LELANG PEMBANGUNAN/PENINGKATAN SARANA DAN PRASARANA
JALAN LINGKUNGAN KABUPATEN PASURUAN
f
permukaan jalan yang sudah diberi lapis resap pengikat atau
lapis perekat harus diperiksa kembali kesempurnaannya. Apabila
ditemui adanya daerah-daerah / bagian-bagian yang belum tertutup
lapis resap pengikat atau lapis perekat, maka harus diadakan
pelaburan ulang lapis resap pengikat atau lapis perekat sesuai
petunjuk Direksi Teknik. Laburan lapis resap pengikat atau lapis
perekat harus dibiarkan kering, paling kurang 48 jam, atau menurut
periode waktu yang lebih lama sesuai petunjuk Direksi Teknik. Lapis
resap pengikat atau lapis perekat harus dibiarkan sampai
benar-benar kering, sebelum pekerjaan Lapis Penetrasi Macadam
(Lapen) dimulai. Semua lubang-lubang harus ditutup / diperbaiki
terlebih dahulu oleh pihak Kontraktor, sebelum pekerjaan Lapis
Penetrasi Macadam (Lapen) dimulai dan harus memuaskan Direksi
Teknik.
(3) Pemakaian Bahan Aspal a Pemakaian aspal harus dilaksanakan
sedemikian rupa sehingga hasil penanganan yang diperoleh merata
pada semua titik. Pemakaian bahan aspal yang merata sesuai
kuantitas yang ditentukan dalam Tabel 4, harus dibuat dengan
menggunakan peralatan batang semprotan distributor aspal dengan
pengecualian apabila penggunaan Distributor tidak praktis pada
daerah yang kecil, maka Direksi Teknik kemungkinan dapat menyetujui
penggunaan terbatas peralatan semprot aspal tangan. Distributor
aspal harus dioperasikan menurut grafik penyemprotan yang telah
mendapat persetujuan. Kecepatan pompa, kecepatan kendaraan, tinggi
batang semprot dan kedudukan nozel harus dipasang sesuai dengan
grafik yang telah disetujui sebelumnya demikian pula selama setiap
operasi penyemprotan. b Suhu pada saat penyemprotan tidak boleh
bervariasi melebihi 10 C dari hargaharga yang telah diberikan dalam
Tabel (2). c Apabila diperintahkan oleh Direksi Teknik bahwa
pemakaian bahan aspal setiap lintasan semprotan hanyalah
dilaksanakan setengah lebar atau lebih kecil dari lebar rencana dan
bila hal tersebut dilaksanakan maka harus ada satu jalur tumpang
tindih selebar 20 cm sepanjang jalur yang berdekatan. Lebar jalur
sambungan longitudinal yang 20 cm ini, harus tetap dibiarkan tidak
diberi agregat penutup sampai penyemprotan di daerah sampingnya
tumpang tindih diatas sambungan 20 cm. Hal yang sama dilakukan pada
lebar penyemprotan, yang harus lebih besar dari pada lebar yang
akan dilaburi pada tepi permukaan perkerasan atau dari tepi bahu
jalan, hal ini dimaksudkan untuk memberi tempat kuantitas pemakaian
aspal yang kurang pada bagian tepi. d Lembaran pelindung alur dari
kertas bangunan atau material yang sama yang tidak berpori, dan
lentur, dihamparkan diatas permukaan pada titik mula dan bagian
akhir setiap lintasan semprotan. Aliran yang melalui nozel harus
mulai dibuka dan ditutup ( dihentikan ) seluruhnya pada alur
lembaran, dengan demikian semua nozel bekerja dengan benar pada
seluruh panjang jalan yang dilabur. Lebar dari pada lembaran alur
harus cukup sehingga menjamin hal-hal diatas tercapai. Distributor
aspal harus mulai bergerak tidak boleh kurang 5 meter dimuka daerah
yang akan disemprot, sehingga kecepatan jelajah harus tepat bila
batang semprot mencapai kertas alur dan kecepatan ini harus
dipertahankan sampai melewati titik akhir dari pemakaian bahan
pengikat.SPESIFIKASI TEKNIS BAB II - 17
DOKUMEN LELANG PEMBANGUNAN/PENINGKATAN SARANA DAN PRASARANA
JALAN LINGKUNGAN KABUPATEN PASURUAN
Lembaran kertas alur harus segera disingkirkan dan dibuang, dan
harus memuaskan Direksi Teknik. e Setiap distributor aspal selesai
menyemprot, diharuskan dalam tangkinya tetap ada cadangan aspal
sebesar 10 % dari volume terpasang tangki, atau sejumlah persentase
lainnya seperti ditetapkan oleh Direksi Teknik, sedemikian rupa
untuk mencegah masuknya udara pada sistem penyemprotan aspal dan
sebagai cadangan untuk pemakaian kuantitas yang sedikit berlebih.
Jumlah dari aspal pengikat yang telah digunakan dalam setiap
lintasan semprot, atau daerah yang disemprot tangan harus diukur
dengan cara mencelup tangki aspal distributor segera sebelum dan
sesudah setiap lintasan semprot, demikian pula pada pemakaian
semprot tangan. Daerah yang telah tertutupi aspal untuk setiap
lintasan semprot dimaksudkan sebagai hasil kali panjang dari
lintasan semprot antara alur yang terlindung lembaran dan lebar
efektif dari semprotan yang didefinisikan sebagai hasil kali dari
jumlah nosel yang bekerja dan jarak antara nozel yang berdekatan.
Ukuran-ukuran dari daeran jalan yang telah tertutup disetiap daerah
yang disemprot tangan harus diukur dan luasnya dihitung segera
setelah penyemprotan daerah tersebut selesai. Kuantitas rata-rata
pemakaian bahan aspal pengikat pada setiap lintasan semprot atau
daerah yang disemprot tangan, didefinisikan dari bahan pengikat
aspal yang digunakan dibagi luas daerah yang tertutup aspal, dan
jumlahnya harus sesuai dengan Tabel 4 dengan toleransi sebagai
berikut:Toleransi (4% dari kuantitas yang diperintahkan + 1% dari
volume tangki) Kuantitas = Pemakaian luas yang disemprot
f
g
h
i
Kuantitas pemakaian yang dicapai harus dihitung sebelum lintasan
semprotan berikutnya atau daerah semprotan tangan dimulai dan
setiap penyesuaian yang perlu harus dibuat untuk menjamin bahwa
kuantitas pemakaian yang ditentukan telah dicapai pada semprotan
berikutnya. j. Penyemprotan harus segera dihentikan jika ditemui
adanya kerusakan pada peralatan penyemprot dan pekerjaan tidak
boleh dimulai lagi sebelum kerusakan diperbaiki. (4) Penghamparan
Agregat a Sebelum material aspal digunakan, agregat yang
kuantitasnya cukup sudah tersedia dalam bak truk di lapangan.
Jumlahnya harus cukup untuk menutup seluruh daerah yang akan
dilaburi agregat. Agregat tersebut harus bersih dan dalam kondisi
sedemikian rupa sehingga dapat dijamin ia akan melekat ke bahan
pengikat dalam waktu 5 menit setelah penyemprotan. Penghamparan
agregat tersebut harus dilaksanakan segera setelah penyemprotan
aspal dimulai dan harus diselesaikan dalam jangka waktu 5 menit
terhitung sejak selesainya penyemprotan atau selesai dalam jangka
waktu yang lebih singkat sesuai perintah Direksi Teknik.SPESIFIKASI
TEKNIS
BAB II - 18
DOKUMEN LELANG PEMBANGUNAN/PENINGKATAN SARANA DAN PRASARANA
JALAN LINGKUNGAN KABUPATEN PASURUAN
b
Agregat harus dihampar merata diatas permukaan yang telah
disemprot aspal, menggunakan alat penghampar agregat yang telah
disetujui Direksi Teknik. Setiap bagian yang tidak tertutup
hamparan agregat atau tidak tertutup dengan cukup, harus segera
ditutup kembali menggunakan peralatan penghampar atau memakai
tangan seperlunya sampai memberikan suatu permukaan yang tertutup
seluruhnya dan seragam. Setiap kelebihan agregat hamparan dari
jumlah kuantitas yang dipersyaratkan harus dihamparkan kembali dan
didistribusikan secara merata diatas permukaan jalan memakai garpu
baja atau singkirkan bahan tersebut dan tumpuk sesuai
petunjuk-petunjuk Direksi Teknik.
(5) Penyapuan dan Penggilasaan a. Segera setelah penghamparan
agregat, dan telah memuaskan Direksi Teknik, maka agregat tersebut
harus digilas dengan mesin gilas roda baja atau roda karet.
Pemakaian agregat yang berlebihan atau tidak rata harus b.
disingkirkan/didistribusikan dengan garpu baja ke tempat sekitarnya
sebelum penyelesaian penggilasan. c. Penggilasan harus segera
dimulai setelah agregat disebarkan dan redistribusi memakai sapu
dan harus dilanjutkan sampai seluruh daerah tersebut telah
mengalami penggilasan penuh sebanyak 6 (enam) kali. d. Jalan
kemudian harus dibersihkan dari material agregat yang berkelebihan
sesuai dengan ketentuan dari Paragraf (8)(d). (6) Prosedur
Pelaksanaan Pekerjaan a Secara singkat prosedur pelaksanaan Lapis
Penetrasi Macadam (Lapen) dapat diuraikan sebagai berikut : b
Pembersihan dan penyempurnaan permukaan sesuai ketentuan Paragraf
(2) c Pemberian lapis resap pengikat atau lapis perekat pada
permukaan lama sesuai ketentuan Paragraf (2) d Penghamparan agregat
pokok sesuai ketentuan Paragraf (4) e Penggilasan agregat pokok
sesuai ketentuan Paragraf (5) f Penyemprotan aspal sesuai ketentuan
Paragraf (3) dengan kuantitas aspal sesuai Tabel4 kolom III. g
Penghamparan agregat pengunci sesuai ketentuan Paragraf (4) h
Penggilasan agregat pengunci sesuai ketentuan Paragraf (5) i
Penyemprotan aspal sesuai ketentuan Paragraf (3) dengan kuantitas
aspal sesuai Tabel 6.10.4 kolom V. j Penghamparan agregat penutup
sesuai ketentuan Paragraf (4) k Penggilasan agregat pengunci sesuai
ketentuan Paragraf (5). l Dalam hal Lapis Penetrasi Macadam (Lapen)
digunakan sebagai Lapisan Perata atau Lapen Levelling, maka butir
(h) sampai dengan (j) tidak berlaku / tidak dipakai. (7)
Pelaksanaan Pekerjaan Secara Manual
SPESIFIKASI TEKNIS
BAB II - 19
DOKUMEN LELANG PEMBANGUNAN/PENINGKATAN SARANA DAN PRASARANA
JALAN LINGKUNGAN KABUPATEN PASURUAN
Pelaksanaan Lapis Penetrasi Macadam (Lapen) secara manual hanya
diperbolehkan dengan persetujuan tertulis terlebih dahulu dari
Direksi Teknik dan terbatas hanya untuk pekerjaan minor saja. 1 2
a. b. c. 5. PENGENDALIAN MUTU DAN PENGUJIAN LAPANGAN Contoh aspal
dan sertifikatnya, sesuai dengan ketentuan Paragraf (6)(a), harus
disediakan untuk penyerahan aspal di lapangan. Contoh aspal
sejumlah dua liter dari setiap laburan yang telah dicampur harus
diambil dari distributor dekat tempat dimulainya pekerjaan dan
bagian akhir pekerjaan setiap hari kerja. Jumlah data uji pendukung
yang diperlukan untuk persetujuan awal dari mutu sumber bahan
agregat penutup harus sesuai petunjuk Direksi Teknik tapi harus
termasuk semua pengujian seperti dipersyaratkan dalam Paragraf (1)
(b) dengan paling kurang tiga wakil contoh dari sumber bahan yang
diusulkan akan dipakai, dipilih untuk mewakili batas-batas mutu
bahan yang kira-kira sama untuk didapatkan dari sumber bahan.
Menyusul persetujuan mengenai mutu material bahan agregat penutup,
pengujian ini harus diulang lagi selanjutnya, sesuai petunjuk
Direksi Teknik, dalam hal menurut hasil pengamatan ada perubahan
pada material atau sumbernya. 1. Distributor aspal harus diinspeksi
dan diuji sebagai berikut: a Mendahului dimulainya pekerjaan
semprotan pada Kontrak b Setiap 6 bulan atau 150.000 liter aspal
yang telah disemprot oleh distributor diambil yang mana lebih
sering, dan c Setelah terjadi kecelakaan atau diadakan modifikasi
pada distributor, atau ada kejadian lain yang menurut pendapat
Direksi Teknik perlu diadakan pemeriksaan ulang terhadap
distributor. 2. Keseluruhan jenis pengujian dan analisa ukuran
butir tercantum dalam Tabel dari Paragraf (1) (c dan d) harus
dilakukan pada setiap tumpukan material sebelum setiap material
tersebut dipakai. Tidak boleh kurang dari satu contoh harus diambil
dan diuji untuk setiap 75 m3 dari agregat didalam timbunan
persediaan. 3. Catatan terperinci dari setiap pekerjaan pelaburan
harian, termasuk pemakaian aspal pengikat pada setiap lintasan
semprotan dan kuantitas pemakaian yang dicapai, harus dibuat dalam
formulir standar seperti diperlihatkan pada Gambar Rencana.
d.
2
6. PENGUKURAN DAN PEMBAYARAN 1. Metode Pengukuran a. Pekerjaan
Minor. Kuantitas Lapis Penetrasi Macadam (Lapen) untuk pekerjaan
minor yang diukur untuk pembayaran harus merupakan volume padat
yang dipasang yang ditentukan atas dasar luas permukaan yang diukur
dan tebal Lapis Penetrasi Macadam (Lapen) yang disetujui untuk
setiap kelas perbaikan sebagaimana diidentifikasikan dalam Seksi
8.1 - Pengembalian Kondisi Perkerasan yang ada. Kontraktor harus
menyimpan catatan dari luas dan tebal material Lapis Penetrasi
Macadam (Lapen) dan Kuantitas lapis resap pengikat atau lapis
perekat yang dipasang pada pekerjaan minor.SPESIFIKASI TEKNIS BAB
II - 20
DOKUMEN LELANG PEMBANGUNAN/PENINGKATAN SARANA DAN PRASARANA
JALAN LINGKUNGAN KABUPATEN PASURUAN
b. Pekerjaan Pelapisan Ulang. 1 (i) Kuantitas yang diukur untuk
pembayaran dari Lapis Penetrasi Macadam (Lapen) yang digunakan
untuk pelapisan ulang harus merupakan jumlah meter kubik material
yang dipasang dan diterima, yang dihitung sebagai hasil kali luas
yang diukur dan diterima dan tebal nominal rancangan. 2 (ii)
Kuantitas yang diterima untuk pengukuran tidak boleh mencakup
tempat-tempat dimana Lapis Penetrasi Macadam (Lapen) yang lebih
tipis dari tebal minimum yang diterima atau bagian-bagian yang
terlepas, terbelah, retak/abu menipis sepanjang tepi perkerasan
atau ditempat lain. 3 (iii) Lebar daerah Lapis Penetrasi Macadam
(Lapen) yang akan dibayar harus seperti tercantum dalam Gambar
Rencana atau yang telah disetujui Direksi Teknik dan harus
ditentukan dengan survey pengukuran yang dilakukan Kontraktor
dibawah pengawasan Direksi Teknik. Pengukuran harus dilakukan tegak
lurus pada sumbu jalan dan harus tidak boleh termasuk material yang
tipis dan dengan kata lain tidak memuaskan sepanjang tepi Lapis
Penetrasi Macadam (Lapen) yang dipasang. Jarak selang pengukuran
memanjang harus seperti yang diperintahkan Direksi Teknik, dan
harus sama serta tidak lebih dari 20 meter. Lebar yang digunakan
untuk menghitung luas untuk keperluan pembayaran untuk setiap
bagian perkerasan yang diukur harus merupakan harga rata-rata dari
pengukuran lebar yang diambil dan disetujui. 4 (iv) Panjang Lapis
Penetrasi Macadam (Lapen) harus diukur sepanjang sumbu jalan,
dengan menggunakan prosedur teknik standar. 5 2 c. Pengukuran dari
Pekerjaan yang diperbaiki. Bila telah diadakan pekerjaan perbaikan
Lapis Penetrasi Macadam (Lapen) sesuai perintah Direksi Teknik pada
Paragraf (4) diatas maka kuantitas yang diukur untuk pembayaran
haruslah merupakan pekerjaan yang seharusnya telah dibayar jika
pekerjaan yang semula telah diterima. Tidak ada pembayaran tambahan
untuk suatu pekerjaan tambahan atau kuantitas tambahan atau
pengujian ulang karena pekerjaan perbaikan tersebut. 2 Dasar
Pembayaran Kuantitas yang ditentukan, sebagaimana diuraikan diatas,
harus dibayar menurut Harga Satuan per satuan pengukuran untuk
masing-masing Mata Pembayaran yang terdaftar dibawah dan tercantum
dalam Jadwal Penawaran. Harga dan pembayaran ini harus merupakan
kompensasi penuh untuk pengadaan dan pemasangan seluruh material,
termasuk agregat dan aspal, dan juga termasuk seluruh buruh,
perlengkapan dan perkakas, dan pelengkap lainnya yang diperlukan
untuk menyelesaikan dan memelihara pekerjaan yang diuraikan dalam
Seksi ini. Nomor Mata Pembayaran UraianSPESIFIKASI TEKNIS
1
Satuan
BAB II - 21
DOKUMEN LELANG PEMBANGUNAN/PENINGKATAN SARANA DAN PRASARANA
JALAN LINGKUNGAN KABUPATEN PASURUAN
Pengukuran 6.10 (1) 6.10 (2) Lapis Penetrasi Macadam Meter
persegi (Lapen) Lapen Levelling Meter persegi
B. PEKERJAAN JALAN PAVING STONE 1. Lingkup pekerjaan : 1.
Meliputi pengadaan bahan, tenaga kerja dan peralatan hingga
terlaksanya pemasangan paving bloc. Paving block untuk jalan dengan
spesifikasi sbb : a. Bahan : bahan yang dugunakan harus memenuhi
syarat sbb : Tebal : 6 cm Type : persegi Warna : Natural Mutu
Paving : K 300 (kuat tekan hancur paving) Keausan : 0.002 mm
Konstruksi Pekerjaan Paving Block adalah sebagai berikut : a.
Interlocking block : 6 cm (jenis pasir, semen + split) b. Pasir
beton padat : 10 cm c. Sub base course sirtu : 20 cm d. Sub-grade
dipadatkan CBR :6% e. Kemiringan ditentukan :2 % Dilengkapi dengan
kansteen pracetak model berkait dengan ukuran kanstin 10 x 20 x 40
cm dengan Mutu Beton K-300 2.Syarat Syarat Pelaksanaan - Lapisan
dasar Sub Base 1. Lapisan dasar (Sub base) harus telah digilas
dengan mesin pemadat sehingga lapisan tersebut menjadi padat dan
tidak bergerak dan mencapai kepadatan minimum CBR yang diisyaratkan
2. Permukaan sub base harus sesuai dengan kemiringan permukaan
interlocking block yang diinginkan dan bila tidak disebutkan lain
dalam perencanaan harus minimum 2,5% dua arah pada potongan
melintang. - Bingkai (kansteen)/tanggul, dan manhole 1. Semua
bingkai (kansteen)/ tanggul dan manhole harus sudah terpasang
dengan baik sebelum pemasangan dimulai. 2. Semua galian untuk
instalasi di bawah ini dan saluran-saluran harus sudah dilaksanakan
terlebih dahulu sebelum pemasangn interlocking block. 3. Pemadatan
Paving block menggunakan mesin pemadat (plate vibrator) kapasitas
1,0 1, 5 ton. - Kelengkapan peralatanSPESIFIKASI TEKNIS BAB II -
22
DOKUMEN LELANG PEMBANGUNAN/PENINGKATAN SARANA DAN PRASARANA
JALAN LINGKUNGAN KABUPATEN PASURUAN
1. 2. 3. 4. 5.
Mesin pemadat interlocking block (Plate vibrator) kapasita 1,0
1,5 ton Alat pemotong interlocking block (cutter) Kayu dan papan,
panjang 3 m yang sudah diserut rata untuk jidar peralatan pasir
Benang, sapu ijuk, dan sapu asphalt. Alat pengangkutan interlocking
block berupa lori dan bangku-bangku yang terbuat dari 2 lembar
papan, panjang 1,5 m, tebal 2,5 cm, yang dibentuk menyiku.
- Pemasangan 1. Pasir untuk lapisan bawah interlocking block
(laying course) harus merupakan pasir yang tajam dan bersih dengan
kadar tanah tidak lebih dari 3 % berat, dan tidak lebih dari 10 %
yang tertahan pada sieve 5 mm, pasir seperti ini lebih dikenal
dengan nama pasir extra beton. 2. Celah atau naad antara unit-unit
maksimum adalah 5 mm. 3. Apabila disebutkan lain dalam gambar
rencana, maka profil melintang permukaan interlocking block minimal
mncapai 2,5 % dengan toleransi 10 mm. Penyimpangan/ deviasi pada
permukaan datar adalah 8 mm bila dukur pada setiap jarak 3 m garis
lurus. Perbedaan maksimum antar ketinggian sebuah batu interlocking
block dengn lainnya adalah tidak lebih dari 2 mm. 4. Dalam hal
terjadi pemberhentian pekerjaan pemasangan, misalnya karena hujan
atau melanjutkan pekerjaan pemasangan kemarin, maka baris terakhir
interlocking block harus diperbaiki lebih dahulu. 5. Interlocking
topi uskup dipasang pada tepi-tepi bingkai sehingga meniadakan
pemotongan interlocking block. 6. Plate vibrator yang dipakai harus
mempunyai luas plate dasar 0,3 0, 5 m 2 dengan sentrifugal 1,6 -
2,0 ton 7. Pemakain plate vibrator dengan ukuran lebih kecil akan
menghasilkan pekerjaan pemasangan yang tidak baik. 8. Pemadatan
pertama dilakuakan minimal 3 kali jalan sebelum celah-celah antar
diisi pasir 9. Pemasangan haru telah dipadatkan segara atau pada
hari yang sama dan tidak boleh ditinggalkan lebih dari 24 jam 10.
Pada pasangan interlocking block yang belum dipadatkan tidak boleh
dilaui lalu lintas dan karenanya harus diberi batas-batas pengaman.
3. Pekerjaan leveling a. Tanah sub base harus dipadatkan dengan
stamper kodok. b. Pemasangan sand bedding berupa pasir urug, harus
disertai dengan mesin stamper setrika. c. Paving block yang si
pasang harus memiliki tampilan bagus dan tidak cacat pada
permukaanya d. Pemasangan paving bloks harus rata, rapi dan nat nat
antar paving block harus seragam. e. Kemiringan ( slope ) pada saat
pemasangan paving block harus > 2 o/oo kearah akhiran jalan. f.
Pemasangan sambungan tepi paving block, harus rapi, rata dan bagus,
paving block tepi harus menggunakan jenis untuk tepi, bukan dengan
memotong paving block g. Paving block kemudian dipadatkan dengan
stemper.
SPESIFIKASI TEKNIS
BAB II - 23
DOKUMEN LELANG PEMBANGUNAN/PENINGKATAN SARANA DAN PRASARANA
JALAN LINGKUNGAN KABUPATEN PASURUAN
PEKERJAAN SALURAN TEPI JALAN Pembuatan Saluran dari Buis Beton
dan Pas. Batu Bata a. Bahan yang diperlukan batu bata yang
dikehendaki adalah batu bata lokal yang berkualitas baik yaitu
dengan hasil pembakaran yang matang berukuran sama kira-kira
6x12x24 cm tidak boleh terdapat pecah-pecah (melebihi 20%) dan
tidak diperbolehkan memasang bata yang pernah dipakai., Buis Beton
yang digunakan harus hasil dari cetakan yang mempunyai ukuran
lingkaran dengan panjang jari-jari 15 Cm, pasir pasang yang
mempunyai gradasi yang baik, semen yang digunakan harus mempunyai
standart SNI. b. Pelaksanaan Pembuatan Saluran (1) Galian tanah
yang dimaksud adalah untuk galian pasangan batu bata dan buis
beton, galian badan saluran merupakan galian tanah untuk dibuang /
ditimbun / diratakan. Pembuangan / penimbunan / perataan tanah
galian dilakukan sehingga sekitar saluran menjadi bersih dan rapi.
Pasangan batu bata menggunakan spesi 1 pc : 4 ps dan permukaan yang
terlihat diplester dengan spesi 1 pc : 4 ps. Pengadukan spesi
dengan menggunakan beton molen. Permukaan atas dan bagian dalam
diplestes halus dengan campuran 1 pc : 3 ps. Campuran untuk
pekerjaan plesteran harus memenuhi persyaratan. Pekerjaan plesteran
dikerjakan satu lapis sampai jumlah ketebalan 1,5 cm dan dihaluskan
dengan air semen. Untuk type saluran yang tidak menyatu dengan
jalan, maka pada bibir saluran setiap jarak 6 m ke arah memanjang
dibuat lobang air hujan selebar 15 cm dengan kedalaman 10 cm. Untuk
dasar saluran menggunakan buis beton yang diletakan pada permukaan
spesi dengan campuran 1 pc : 4 ps dengan kedalaman ketebalan 10 cm.
Penyelesaian pekerjaan saluran adalah dari titik ke titik, sehingga
tidak ada pekerjaan yang terhenti di tengah tengah.
(2) (3) (4)
(5) (6) (7)
PEKERJAAN DINDING PENAHAN PENGAMAN JALAN Pembuatan Dinding
Penahan dari Batu Kali a. Bahan yang diperlukan batu kali yang
bersih dan keras serta homogen, pasir pasang yang mempunyai gradasi
yang baik, semen yang digunakan harus mempunyai standart SNI. b.
Pelaksanaan Pembuatan dinding Penahan (1) Galian tanah yang
dimaksud adalah untuk galian pasangan batu kali dan galian badan
saluran merupakan galian tanah untuk dibuang / ditimbun /
diratakan.SPESIFIKASI TEKNIS BAB II - 24
DOKUMEN LELANG PEMBANGUNAN/PENINGKATAN SARANA DAN PRASARANA
JALAN LINGKUNGAN KABUPATEN PASURUAN
(2) (3) (4)
(5) (6)
Pembuangan / penimbunan / perataan tanah galian dilakukan
sehingga sekitar dinding menjadi bersih dan rapi. Pasangan batu
kali menggunakan spesi 1 pc : 4 ps dan permukaan yang terlihat
diplester/siar dengan spesi 1 pc : 3 ps. Pengadukan spesi dengan
menggunakan beton molen. Permukaan atas dan bagian dalam kurang
lebih 10 Cm diplestes halus dengan campuran 1 pc : 4 ps. Sedang
permukaan lain yang terlihat menggunakan siaran dengan spesi 1Pc :
3Ps. Campuran untuk pekerjaan plesteran/siaran harus memenuhi
persyaratan. Pekerjaan plesteran dikerjakan satu lapis sampai
jumlah ketebalan 1,5 cm dan dihaluskan dengan air semen. Untuk type
dinding penahan yang tidak menyatu dengan jalan, maka pada bibir
dinding setiap jarak 6 m ke arah memanjang dibuat lobang air hujan
selebar 15 cm dengan kedalaman 10 cm. Sebelum pemasangan batu kali
pada bagian bawah (pondasi) di pasangn urugan pasir dilanjutkan
pasangan batu kosong baru kemudian dilakukan pasangan batu kali,
secara bertahap mengikuti ketinggaian pasangan pada sisi dalam yang
berongga di isi urugan tanah dan dipadatkan
E. PEKERJAAN BETON 1. Ruang Lingkup Pekerjaan - Bagian ini
mencakup segala sesuatu yang diperlukan untuk pelaksanaan pekerjaan
beton sesuai dengan gambar dan spesifikasi. - Pekerjaan yang
mencakup dalam bagian ini adalah 1. Bahan, upah dan peralatan untuk
mengaduk, memasang cetakan, pembesian, penyelesaian, pemeliharaan
beton. 2. Pengadaan, detail, fabrikasi dan pemasangan semua
pembesian, serta item-item pekerjaan yang tertanam dalam beton. 3.
Perencanaan, pelaksanaan dan pembongkaran cetakan-cetakan beton. 4.
Penyelesaian dan pemeliharaan beton. 5. Semua jenis pekerjaan yang
menunjang pekerjaan beton termasuk pengangkutan, penyimpanan
bahan-bahan. 2. Syarat - Syarat Umum dan Peraturan -
Persyaratan-persyaratan konstruksi beton, istilah - istilah teknik
serta syarat-syarat pelaksanaan beton secara umum menjadi satu
kesatuan dalam bagian dokumen ini. - Kecuali tercantum lain dalam
spesifikasi ini, maka semua pekerjaan beton harus sesuai dengan
standar dibawah ini. 1. Peraturan Umum Pemeriksaan Bahan-bahan
Bangunan (P.U.B.B./N.1.3 1970). 2. Peraturan. Cement Portland
(N.I.8 - 1964) 3. Peraturan Beton Indonesia (N.I.2 / P.B.1 197 1)
Peraturati Muatan Indonesia (P.M.1 - 1970) 4. American Society for
Testing and Materials (ASTM) Arnericwi Concrete Institute (A.C.1)
5. Tata Cara Penghitungan Struktur Beton untuk Bangunan Gedung
(SNI0302847-1992). - Persyaratan-persyaratan dalam standar-standar
tersebut diatas adalah persyaratan minimum. Bilamana terjadi
ketidak sesuaian antara peraturan-peraturan tersebut diatas maka
peraturan-peraturan Indonesia yang menentukan.SPESIFIKASI TEKNIS
BAB II - 25
DOKUMEN LELANG PEMBANGUNAN/PENINGKATAN SARANA DAN PRASARANA
JALAN LINGKUNGAN KABUPATEN PASURUAN
- Semua bahan yang digunakan dalam pekerjaan ini harus mendapat
persetujuan terlebih dahulu dari Konsultan Pengawas/Ahli sebelum
digunakan dalam proyek ini.
3. Bahan a. Semen - Semen, kecuali tercantum lain dalam
spesifikasi ini, harus digunakan semen portland dengan persyaratan
standar Indonesia NI-8 (64) atau ASTM C150. - Cara pengaturan dan
tempat penyimpanan semen harus sedemikian rupa pada tempat-tempat
yang baik untuk memudahkan pekerjaan dan setiap saat semen secara
cermat terlindung terhadap kelembaban dan hujan. b. Agregat Beton -
Agregat beton berupa batu pecah yang diperoleh dari pemecahan batu.
- Agregat beton harus sesuai dengan spesifikasi agregat beton
menurut ASTM-C 33. - Ukuran agregat beton terbesar adalah 2,5 cm. -
Sistem penyimpanan harus sedemikian agar memudahkan pekerjaan dan
menjaga agar tidak terjadi kontaminasi bahan yang tidak diinginkan.
- Agregat kasar : 1. Agregat kasar untuk beton harus terdiri dari
butir-butir yang kasar, keras, tidak berpori-pori dan berbentuk
kubus. Bila ada butir-butir yang pipih berat jumlahnya tidak boleh
melampaui 20% dari jumlah seluruhnya. 2. Agregat kasar tidak boleh
mengalami pembubukkan hingga melebihi 50% kehilangan berat menurut
test mesin Los Angeles ASTM C- 131 - 55. 3. Agregat kasar harus
bersih dari zat-zat organis, zat-zat reaktif alkali atau substansi
yang merusak beton. Gradasi : Saringan Ukuran % lewat saringan 1 25
mm 100 20 mm 90-100 3/8" 9.5 mm 22-25 No. 4 4.76 mm 0-10 - Agregat
halus 1. Agregat halus dapat menggunakan pasir alam atau pasir yang
dihasilkan dari mesin pemecah batu. Pasir harus bersih dari bahan
organis, lumpur, zat-zat alkali dan substansi yang merusak beton.
2. Pasir laut tidak boleh digunakan untuk beton. 3. Pasir harus
terdiri dari partikel-partikel yang tajam dan keras. 4. Cara dan
penyimpanan harus sedemikian rupa agar menjamin kemudahan
pelaksanaan pekerjaan dan menjaga agar tidak menjadi kontaminasi
bahan yang tidak diinginkan.SPESIFIKASI TEKNIS BAB II - 26
DOKUMEN LELANG PEMBANGUNAN/PENINGKATAN SARANA DAN PRASARANA
JALAN LINGKUNGAN KABUPATEN PASURUAN
Gradasi : Saringan 3/8 No. 4 No. 8 No. 16 No. 30 No. 50 No. 100
No. 200 c. Air
Ukuran 9.5 mm 4.76 mm 2.38 mm 1.19 mm 0.595 mm 0.297 mm 0.149 mm
0.074 mm
% lewat saringan 100 90-100 80-100 50--85 25-65 10-30 5- 10
0-5
Air untuk pembuatan beton dan perawatan beton harus bersih,
tidak mengandung minyak, garam, zat-zat yang dapat merusak beton
dan baja. Dalam hal ini sebaiknya digunakan air yang dapat diminum.
d. Baja Tulangan - Baja tulangan harus memenuhi persyaratan
tegangan leleh karakteristik fy = 240 MPa (BJTP-24) untuk baja
tulangan yang berdiameter lebih kecil dari 12 mm. fy = 320 MPa
(BJTD-40) untuk baja tulangan yang berdiameter lebih besar dari 12
mm, dan harus menggunakan tulangan berprofil (ulir). fy = 320 MPa
untuk tulangan Wire Mesh. - Kontraktor harus dapat memberikan
sertifikat dari pabrik besi beton yang menyatakan bahwa kekuatan
besi-besi tersebut sesuai dengan spesifikasi. - Jika dalam surat
keterangan tersebut ada petunjuk-petunjuk bahwa
persyaratan-persyaratan dari spesifikasi ini mungkin tidak
dipenuhi, Kontraktor harus menanggung semua biaya pengujian untuk
memastikan baja itu memenuhi spesifikasi ini. 4. Cara Pelaksanaan
a. Beton - Beton harus dibuat dari campuran semen, agregat, dan air
dalam suatu perbandingan tepat sehingga didapat kekuatan tekan
karakteristik K-300, Tbk 300 kg/cm 2 untuk balok, kolom, tie beam,
pondasi, pile cap .Untuk Pelat dipergunakan beton dengan kekuatan
tekan karakteristik K-225.Water Cement Ratio maximum 0,52 dalam
berat. - Slump (kekentalan beton) Kekentalan beton untuk jenis
konstruksi berdasarkan pengujian dencan ASTM C 143 adalah sebagai
berikut Jenis Konstruksi Slump max (mm) Slump minimum (mm) Kaki dan
dinding pondasi 75 25 Pelat, balok dan dinding 100 25 Kolom 100 25
- Bila tidak digunakan alat penggetar dengan frekuensi getaran
tinggi, harga tersebut dapat dinaikkan sebesar 50 % tetapi dalam
hal apapun tidak boleh melebihi 150 mm.SPESIFIKASI TEKNIS BAB II -
27
DOKUMEN LELANG PEMBANGUNAN/PENINGKATAN SARANA DAN PRASARANA
JALAN LINGKUNGAN KABUPATEN PASURUAN
- Percobaan pendahuluan 1. Untuk mendapatkan mutu beton seperti
yang diminta, Kontraktor harus mengadakan percobaan-percobaan di
laboratorium sebagai persiapan dari percobaan pendahuluan sampai
didapatkan suatu perbandingan perbandingan bermutu untuk mutu beton
yang akan dipakai. 2. Setiap ada perubahan-perubahan jenis
bahan-bahan, harus diadakan percobaan di laboratorium untuk
mendapatkan mutu beton yang diperlukan. 3. Benda uji yang dibuat
dalam percobaan ini dan prosedur percobaan harus sesuai dengan PBI.
4. Sebelum hasil percobaan laboratorium dapat dtunjukkan seperti
mutu beton, kekentalan yang ditunjukkan dengan slump test,
pekerjaan beton tidak boleh dilaksanakan. 5. Hasil percobaan
pendahuluan di lapangan harus sesuai dengan hasil percobaan di
laboratorium. - Perlengkapan Mengaduk Kontraktor harus
menyediakan.peralatan dan perlengkapan yang mempunyai ketelitian
cukup untuk menetapkan dan mengawasi jumlah dari masing-masing
bahan pembentuk beton. - Perlengkapan-perlengkapan tersebut dan
cara pengerjaannya selalu harus mendapatkan persetujuan dari
Direksi/Konsultan Pengawas. - Mengaduk Bahan-bahan pembentuk beton
harus dicampur dan diaduk dalam mesin pengaduk beton yaitu "Batch
Mixer" atau "Portable Continous Mixer" selama sedikitnya 1,5 menit
sesudah semua bahan (kecuali untuk air dalam jumlah yang penuh) ada
dalarn mixer. Mesin pengaduk tidak boleh dibebani melebihi dari
kapasitas yang telah ditentukan. Tiap mesin pengaduk dilengkapi
dengan alat mekanis untuk mengatur waktu dan menghitung jumlah
adukan. Waktu pengadukan dapat ditambah bila mesin pengaduk
berkapasitas lebih besar dari 1,5 m 3 Direksi/Konsultan Pengawas
Pelaksana berwenang untuk menambah waktu pengadukan jika pemasukan
bahan dan cara pengadukan gagal untuk mendapatkan hasil adukan
dengan susunan kekentalan dan warna yang merata/seragam. Beton
harus seragam dalam komposisi dan konsistensi dari adukan ke
adukan.. Air harus dituang sebelum dan selama pekerjaan mencampur
(pengadukan). Pengadukan yang berlebih-lebihan (famanya) yang
membutuhkan penambahan air untuk mendapatkan konsistensi beton yang
dikehendaki, tidak diperkenankan. - Pengangkutan Adukan
Pengangkutan adukan beton dengan truk pengaduk (truck mixer) dari
tempat pengadukan (batching plant) ke tempat pengecoran harus
diatur sedemikian, sehingga pekerjaan mengaduk dapat diawasi dengan
mudah dari stasium operator. Waktu pengangkutan harus
diperhitungkan dengan cermat sehingga waktu antara pengadukan dan
pengecoran tidak lebih dari 1 jam dan tidak terjadi perbedaan
waktu, pengikatan yang menyolok antara beton yang sudah dicor dan
yang akan dicor. Apabila waktu yang dibutuhkan untuk pengangkutan
melebihi waktu yang ditentukan, maka harus dipakai bahan-bahan
penghambat pengikatan (retarder) dengan persetujuan
Direksi/Konsultaii Pengawas.SPESIFIKASI TEKNIS BAB II - 28
DOKUMEN LELANG PEMBANGUNAN/PENINGKATAN SARANA DAN PRASARANA
JALAN LINGKUNGAN KABUPATEN PASURUAN
- Ready Mixed Kontraktor harus menggunakan beton dari satu ready
mixed dengan disertai hasil test kuat tekan beton yang memenuhi
semua ketentuan dalami spesifikasi. Kontraktor harus menyerahkan
spesifikasi beton ready mixed yang akan digunakan sesuai dengan
mutu beton yang diinginkan sebelum pekerjaan beton dimulai kepada
Direksi/Konsultan Pengawas. b. Pengecoran - Memberitahukan
Direksi/Konsultan Pengawas selambat-lambatnya 24 jam sebelum
pengecoran beton dilaksanakan. Persetujuan Direksi/Konsultan
Pengawas untuk mengecor beton berkaitan dengan pelaksanaan
pekerjaan cetakan dan pasangan besi serta bukti bahwa Kontraktor
dapat melaksanakan pengecoran tanpa gangguan. Persetujuan tersebut
diatas tidak mengurangi tanggung jawab Kontraktor atas pelaksanaan
pekerjaan beton secara menyeluruh. - Adukan beton tidak boleh
dituang bila waktu sejak dicampurnya air pada semen dan agregat
telah melampaui 1 jam dan waktu ini dapat berkurang lagi jika
Direksi/Konsultan Pengawas menganggap perlu berdasarkan kondisi
tertentu. - Beton harus dicor sedemikian rupa sehingga
menghindarkan terjadinya. pemisahan material (segregation) dan
perubahan letak tulangan. Cara penulangan dengan alat-alat pembantu
seperti talang, pipa, chute dan sebagainya harus mendapat
persetujuan Direksi/Konsultan Pengawas. - Alat-alat penuang seperti
talang, pipa, chute dan sebagainya harus selalu bersih dan bebas
dari lapisan-lapisan beton yang mengeras. Adukan beton tidak boleh
dijatuhkan secara bebas dari ketinggian lebih dari 2 meter. Selama
dapat dilaksanakan sebaiknya digunakan pipa yang terisi penuh
adukan dengan penangkalnya terbenam dalam adukan yang baru dituang.
- Penggetaran tidak boleh dilaksanakan pada beton yang telah
mengalami "initial set" atau yang telah mengeras dalam batas dimana
beton akan menjadi plastis karena getaran. - Semua pengecoran
bagian dasar konstruksi beton yang menyentuh tanah harus diberi
lantai dasar setebal 5 cm agar menjamin duduknya tulangan dengan
baik dan penyerapan air semen oleh tanah. - Bila pengecoran beton
harus berhenti sementara, sedang beton sudah menjadi keras tidak
berubah bentuk, maka beton harus dibersihkan dari lapisan air semen
(laitance) dan partikel-partikel yang terlepas sampai suatu
kedalaman yang cukup sampai tercapai beton yang padat. Segera
setelah pemberhentian pengecoran ini maka adukan yang lekat pada
tulangan dan cetakan harus dibersihkan. c. Pemadatan Beton -
Kontraktor harus bertanggung jawab untuk menyediakan peralatan
untuk mengangkut dan menuang beton dengan kekentalan secukupnya
agar didapat beton yang padat tanpa menggetarkan secara
berlebihan.SPESIFIKASI TEKNIS
BAB II - 29
DOKUMEN LELANG PEMBANGUNAN/PENINGKATAN SARANA DAN PRASARANA
JALAN LINGKUNGAN KABUPATEN PASURUAN
- Pelaksanaan penuangan dan penggetaran beton adalah sangat
penting. Beton digetarkan dengan vibrator secukupnya, dan dijaga
agar tidak berlebihan (overvibrate). Hasil beton yang
berongga-rongga dan terjadi pengantongan beton-beton tidak akan
diterima. - Penggetaran tidak boleh dengan maksud mengalirkan
beton. - Pada daerah pembesian yang penuh (padat) harus digetarkan
dengan penggetar berfrekuensi tinggi diameter 1 inch, agar dijamin
pengisian beton dan pemadatan yang baik. - Penggetaran beton harus
dilaksanakan oleh tenaga kerja yang mengerti dan terlatih. d.
Cetakan beton - Rencana (design) sepenuhnya. seluruh cetakan
menjadi tanggung jawab Kontraktor
- Cetakan harus sesuai dengan bentuk, ukuran batas-batas bidang
dari hasil beton yang diinginkan oleh perencana dalam
gambar-gambar. - Cetakan harus sedemikian rupa menghasilkan muka
beton yang rata. Untuk itu dapat digunakan cetakan dari multiplek,
plat besi atau papan dengan permukaan yang halus dan rata. -
Sebelum beton dituang, konstruksi cetakan harus diteliti untuk
memastikan bahwa cetakan benar dalam letak, kokoh, rapat, tidak
terjadi penurunan dan pengembangan pada saat beton dituang serta
bersih dari segala benda yang tidak diinginkan dan kotoran-kotoran.
Permukaan cetakan harus diberi minyak yang biasa diperdagangkan
(form oil) untuk mencegah lekatnya beton pada cetakan. -
Pelaksanaannya agar berhati-hati jangan terjadi kontak dengan besi
yang dapat mengurangi daya lekat besi dan beton. - Permukaan
cetakan harus dibasahi dengan rata agar tidak terjadi penyerapan
air beton yang baru dituang. - Cetakan beton dapat dibongkar dengan
persetujuan tertulis dari Direksi/Konsultan Pengawas atau jika umur
beton telah melampaui waktu sebagai berikut : 1. Bagian sisi balok
48 jam 2. Balok tanpa beban konstruksi 7 hari 3. Balok dengan beban
konstruksi 21 hari 4. Pelat lantai/atap 21 hari - Dengan
persetujuan Direksi/Konsultan Pengawas cetakan beton dapat
dibongkar lebih awal asal benda uji yang kondisi perawatannya sama
dengan beton sebenarnya telah mencapai kekuatan 75% dari kekuatan
pada umur 28 hari. - Segala ijin yang diberikan oleh
Direksi/Konsultan Pengawas sekali-kali tidak boleh menjadi bahan
untuk mengurangi/membebaskan tanggung jawabSPESIFIKASI TEKNIS
BAB II - 30
DOKUMEN LELANG PEMBANGUNAN/PENINGKATAN SARANA DAN PRASARANA
JALAN LINGKUNGAN KABUPATEN PASURUAN
Kontraktor dari adanya kerusakan-kerusakan yang timbul akibat
pembongkaran cetakan tersebut. - Pembongkaran cetakan beton harus
dilaksanakan dengan hati-hati sedemikian rupa sehingga tidak
menyebabkan cacat pada permukaan beton, tetap dihasilkan
sudut-sudut yang tajam dan tidak pecah. - Bekas cetakan beton untuk
bagian-bagian konstruksi yang terpendam dalam tanah harus dicabut
dan dibersihkan sebelum dilaksanakan pengurugan tanah kembali. e.
Construction Joints (sambungan beton) - Rencana atau schedule
pengecoran harus dipersiapkan untuk penyelesaian satu struktur
secara. menyeluruh. Dalam schedule tersebut
Direksi/KonsultanPengawas akan memberikan persetujuan dimana letak
Construction Joint. tersebut. - Dalarn keadaan mendesak,
Direksi/Konsultan Pengawas dapat merubah letak construction joints.
- Permukaan construction joints harus bersih dan dibuat kasar
dengan mengupas seluruh permukaan sampai didapat permukaan beton
yang padat dengan menyemprotkan air pada permukaan beton, sesudah 2
jam tetapi kurang dari 4 jam sejak beton dituang. - Bila cara
tersebut diatas tidak berhasil, maka dapat digunakan cara lain
vaniz disetujui Direksi/Konsultan Pengawas seperti sandblast atau
dipahat. - Sebelum pengecoran dilanjutkan, permukaan beton harus
dibasahi dan diberi lapisan grout segera sebelum beton dituang.
Grout terdiri dari satu bagian semen dan dua bagian pasir. -
Construction joints harus diusahakan semaksimurn mungkin berbentuk
garis tegak atau horizontal. Bila construction joints tegak
diperlukan, tulangan harus menonjol sedemikian rupa sehingga
didapatkan suatu struktur yang monolit. Sedapat mungkin dihindarkan
ada construction joints tegak, kalaupun ada prosedurnya harus
disetujui Direksi/Konsultan Pengawas. f. Tulangan Beton - Tulangan
harus bersih dari kotoran-kotoran, karat, minyak, cat dan lain-lain
segera sebelum disetujui untuk pengecoran beton. - Pelaksanaan
penyambungan, pemotongan, pembengkokan dan pemasangan harus sesuai
dengan persyaratan dalam P. B. 1. 7 1. - Selimut beton harus
mempunyai ketetapan sebagai berikut : 1. Beton tanpa cetakan,
kontak langsung dengan tanah.. 75 mm 2. Beton dengan cetakan,
kontak langsung dengan tanah 50 mm 3. Balok, kolom tidak kontak
langsung dengan tanah .40 mm 4. Pelat, dinding, tidak kontak
langsung dengan tanah .......... ...20 mmSPESIFIKASI TEKNIS
BAB II - 31
DOKUMEN LELANG PEMBANGUNAN/PENINGKATAN SARANA DAN PRASARANA
JALAN LINGKUNGAN KABUPATEN PASURUAN
g. Penyelesaian Beton - Semua beton yang tampak dalam pandangan,
pertemuan dua bidang harus tajam dan halus bidang-bidangnya. Segera
sesudah cetakan dibuka dan beton masih relatif segar semua
penonjolan-penonjolan harus diisi dengan adukan 1 semen dan 1
pasir. Sebelum pelaksanaan pekerjaan tersebut diatas beton harus
dibasahi secara menyeluruh. - Semua bagian-bagian atau permukaan
yang kasar harus digosok dengan batu carborundum dengan air dan
ditinggalkan dalam warna yang merata. - Penggosokan hanya
diperlukan pada permukaan yang kasar akibat cetakan atau tetesan
air semen. - Permukaan lantai beton harus mempunyai bentuk finish
yang halus dan rata. Menaburkan semen kering pada permukaan beton
dengan maksud menyerap kelebihan air tidak dibenarkan. - Kerataan
pada permukaan lantai tidak boleh melampaui 1 cm dalam jarak 10m.
h. Benda - benda yang tertanam dalam beton - Semua angkur,
baut-baut, pipa-pipa dan sebagainya yang diperlukan tertanam, dalam
beton harus terikat dengan baik pada cetakan sebelum beton di cor.
- Benda-benda tersebut diatas harus dalam, keadaan bersih dari
karat dan kotoran-kotoran lain pada waktu beton dicor. - Baut-baut
angkur harus dipasang dalam posisi yang akurat dan diikat pada
tempatnya dengan menggunakan template. i. Perawatan dan
Perlindungan Beton - Semua pekerjaan beton harus dirawat secara
baik dengan cara yang disetujui Direksi/Konsultan Pengawas. Segera
sesudah beton di cor dan difinish, maka permukaan-permukaan yang
tidak tertutup oleh cetakan harus dijaga terhadap kehilangan
kelembabannya dengan menjaga agar tetap basah secara terus menerus
selama 7 hari. - Permukaan-permukaan yang dibongkar cetakannya,
sedang masa perawatan beton belum dilampaui harus dirawat dan
dilindungi seperti permukaanpermukaan beton yang tidak tertutup
oleh cetakan. - Cetakan beton yang tidak dilindungi terhadap
penguapan dan tidak dibongkar selama masa perawatan beton harus
selalu dibasahi dengan air untuk mengurangi retak dan terjadinya
celah-celah pada sambungan-sambungannya. - Lantai beton dan
permukaan beton lainnya yang tidak disebut diatas harus dirawat
dengan air atau ditutupi dengan membran yang basah. - Melapisi
permukaan beton dengan bahan khusus perawat beton (curing compound
) hanya diperbolehkan pada bagian-bagian beton yang tidak
ditonjolkan secara estetika. Kecuali dapat dibuktikan kepada
Konsultan/AhliSPESIFIKASI TEKNIS
BAB II - 32
DOKUMEN LELANG PEMBANGUNAN/PENINGKATAN SARANA DAN PRASARANA
JALAN LINGKUNGAN KABUPATEN PASURUAN
bahwa bahan-bahan tersebut tidak memberi pengaruh buruk pada
permukaan beton.
j. Pengujian Beton Secara umum semua pengujian beton harus
sesuai dengan Peraturan Beton Indonesia (PBI 1971), dengan
syarat-syarat minimum sebagai berikut : Tidak kurang dari satu
pengujian harus dibuat untuk setiap jenis pekerjaan beton yang
dikerjakan dalam satu hari dengan volume sampai sejumlah 5 m 3.
Untuk satu pengujian dibutuhkan 4 buah benda uji khusus 15 x 15 x
15 cm. Satu benda uji akan diuji pada umur 28 hari. Hasil test
merupakan hasil rata-rata dari ketiga spesimen tersebut. Batas
kekuatan beton rata-rata harus sama atau lebih dari kekuatan
karakteristik 300 kg/cm 2 untuk beton K-300 (untuk test silinder
fc' = 25 Mpa). Bila diperlukan dapat ditambah dengan satu benda uji
lagi yang ditinggal dilapangan, dibiarkan mengalami proses
perawatan yang sama dengan keadaan sebenarnya. 5. S U H U Suhu
beton sewaktu di cor tidak boleh lebih dan 32 C. BiIa suhu dari
beton yang ditaruh berada antara 27 C dan 32 C, beton harus diaduk
ditempat pekerjaan untuk kemudian langsung dicor. Bila beton di cor
pada waktu iklim sedemikian sehingga suhu beton melebihi 32 C,
Kontraktor harus mengambil langkah-langkah yang efektif, umpamanya
mendinginkan agregat, mengecor pada waktu malam.
SPESIFIKASI TEKNIS
BAB II - 33