BAB IILANDASAN TEORI
2.1UmumStruktur atas Railway Fly Over pada proyek Pembangunan
Jalan Cianjur Eastern Ring Road merupakan fly over yang menggunakan
beton precast PCI girder (30,6 m), dengan bentang total 285 meter,
Lokasi Railway Fly Over berada pada STA 2 + 685 sampai dengan STA 2
+ 970 yang terbagi menjadi 9 segmen terdiri dari 8 pier dan 2
abutment.Pembagian ini mengingat kondisi lapangan yang tidak
memungkinkan, untuk memindahkan balok PCI Girder tersebut secara
utuh sesuai panjang bentang dari lokasi pembuatan (pabrik) ke
lokasi pemasangan. Stressing PC I girder adalah kegiatan untuk
menyatukan PC I girder yang sudah di launching, yakni menyatukan PC
I girder yang satu ke PC I girder yang lain untuk menjadikan girder
sebagai beton prategang. Fungsi stressing ini sendiri merupakan
pekerjaan struktur utama dari jembatan PC I girder, karena
kekuatannya bertumpu pada kabel strand yang terdapat di dalam
blister. Pekerjaan stressing PC I girder dilakukan pada malam
maupun siang hari.
Gambar 2.1 Gambar Bagian Penampang Railway Fly OverSumber : Shop
Drawing Railway Fly Over
Gambar 2.2 PCI Girder Railway Fly Over Dengan Topografi
AktualSumber : Shop Drawing Railway Fly Over
2.1.1Pengertian Beton PrategangBeton prategang adalah jenis
beton dimana tulangan baja ditarik/ditegangkan terhadap betonnya.
Penarikan ini menghasilkan sistem keseimbangan pada tegangan dalam
(tarik pada baja dan tekan pada beton) yang akan meningkatkan
kemampuan beton menahan beban luar. Beton prategang merupakan
kombinasi yang ideal dari dua bahan yang berkekuatan tinggi modern,
yaitu beton dan baja mutu-tinggi. Kombinasi aktif ini menghasilkan
perilaku yang lebih baik dari individu kedua bahan itu sendiri.
Keuntungan penggunaan struktur beton prategang antara lain :1.
Balok yang lebih ringan, langsing dan kaku.2. Retak kecil dapat
mencegah terjadinya korosi pada baja sehingga lebih tahan terhadap
lingkungan yang agresif.3. Lintasan tendon bisa diatur untuk
menahan gaya lintang.4. Penghematan maksimum dapat dicapai pada
struktur bentang panjang, lebih ekonomis bila dibandingkan dengan
konstruksi beton bertulang biasa dan baja.5. Dapat digunakan untuk
struktur pracetak yang dapat memberikan jaminan kualitas yang lebih
baik, kemudahan dan kecepatan dalam pelaksanaan konstruksi serta
biaya awal yang rendah.Jika dibandingkan dengan kayu, beton
bertulang, atau baja, penggunaan beton prategang pada struktur atas
jembatan masih tergolong relatif baru. Hal ini tidakterlepas dari
kemajuan teknologi bahan.
2.2Precast Concrete I girder Precast Concrete I girder merupakan
bentuk yang paling banyak digunakan untuk pekerjaan balok fly over.
Profil PC I girder berbentuk penampang I dengan penampang bagian
tengah lebih langsing dari bagian pinggirnya. Penampang I memiliki
bentuk ber-inersia besar, sehingga biasanya (dari hasil analisa)
merupakan penampang yang ekonomis.PC I girder juga memiliki berat
sendiri yang relatif ringan per unitnya.Dapat dilihat secara visual
bahwa bentuk penampangnya jauh lebih kecil dibandingkan dengan PC U
girder. Berat per unit girder sangat berpengaruhterhadap
perlakuanpekerjaan yang diberikan pada girder.Pekerjaan stressing
pada PC I girderdilakukan dengansistem post tension, sedangkan
untuk pekerjaan erection dapat menggunakan portal hoise atau mobile
crane dengan kapasitas 50 ton.Harga per-unit PC I girder lebih
murah dari harga per-unit PC U girder. Hal ini dikarenakan proses
produksi PC I girder memiliki tingkat kesukaran rendah dan
membutuhkan volume beton yang tidak terlalu banyak (dibanding
dengan bentuk lain dengan lebar bentang yang sama).
Gambar 2.3 Bentuk PC I Girder2.3Sistem Pemberian Gaya
PrategangSecara umum, sistem pemberian gaya prategang pada beton
ada 2 metoda, yaitu :1. Pratarik (Pre-Tension), dimana tendon
ditarik sebelum beton dicor2. Pasca tarik (Post-Tension), dimana
tendon ditarik setelah beton dicor2.3.1Metoda Pratarik
(Pre-Tension)Pelaksanaan pemberian tegangan dengan cara pratarik
(pre-tension) didefinisikan dengan memberikan prategang pada beton
dimana tendon ditarik untuk ditegangkan sebelum dilakukan
pengecoran adukan beton ke dalam bekisting yang telah disiapkan.
Pelaksanaan cara pratarik ini, umumnya dilakukan pada suatu tempat
khusus di lapangan pencetakan (casting yard). Adapun
langkah-langkah pelaksanaannya adalah sebagai berikut :1.
Pertama-tama tendon dipasang memanjang di antara dua jangkar di
tempat pengecoran mengikuti pola tertentu sesuai dengan perhitungan
seperti yang terlihat pada Gambar III.6.a. Tendon tersebut kemudian
ditarik hingga mencapai nilai tegangan tarik (fsl) tidak lebih
besar dari 85% kuat tarik ultimitnya (fpu) dan tidak lebih dari 94%
kuat lelehnya (fpy). Kemudian, tendon dalam keadaan tertarik
tersebut di angkur kuat-kuat pada kedua ujungnya sedemikian rupa
sehingga gaya tarik tetap tertahan pada tendon tersebut.2. Apabila
bekisting belum dipasang di tempatnya, segera dipasang mengitari
beton sesuai dengan bentuk komponen yang direncanakan. Kemudian,
dilakukan pengecoran adukan beton ke dalam bekisting berisi tendon
dalam keadaan tertarik dan dilanjutkan dengan pekerjaan perawatan
pengerasan beton.Dalam pelaksanaannya harus disertai upaya
pengendalian keamanan dan kualitas pekerjaan mengingat resiko
bahaya kecelakaan yang dihadapi, termasuk pelaksanaan perawatan
pengerasan beton yang harus dijaga sebaik mungkin,sehingga didapat
hasil akhir berupa beton mutu tinggi yang melekat dengan baik pada
tendon yang sudah ditegangkan (ditarik). Lihat Gambar III.6.b.3.
Apabila beton telah mencapai kekerasan dan kekuatan fctertentu,
yang memerlukan waktu 24 jam, tendon dipotong di tempat
penjangkarannya. Karena tendon terekat kuat dengan beton, maka
seketika setelah dipotong atau dilepas pada angkurnya akan terjadi
pelimpahan gaya tinggi (Tc) kepada beton, seperti tampak pada
Gambar III.6.c.Gaya prategang mengakibatkan beton cenderung
memendek apabila letak tendon tidak sentries akibat dari
tegangan-tegangan yang timbul saat transfer (pelimpahan tegangan).
Dengan diputusnya tendon dan berlangsungnya pelimpahan tegangan,
beban mati (berat sendiri) diperhitungkan bekerja serentak
bersamaan dengan gaya prategang.Keadaan tersebut diilustrasikan
pada Gambar III.6.d yang merupakan keadaan tegangan paling kritis
yang timbul sesaat setelah berlangsung pelimpahan, tetapi sebelum
terjadi kehilangan gaya prategang.Untuk keadaan bersifat sementara
ini, SNI-03 memberikan batasan tegangan tarik di bagian atas balok
tidak melampaui (sekitar 40% kuat tarik) dan tegangan tekan di
bagian tepi bawah tidak melebihi 0.6 fci.Apabila tegangan tarik
terhitung melampaui nilai tersebut, harus dipasang tulangan
tambahan (nonprategang atau prategang)di daerah tarik untuk memikul
gaya tarik total dalam beton yang dihitung berdasarkan asumsi
penampang utuh.4. Setelah cukup kuat dan sesuai persyaratan,
komponen prategang dapat dilepas dan diangkat dari cetakannya untuk
dipindahkan ke lapangan penyimpanan sehingga tempat pencetakan
dapat dipakai untuk proses prategang berikutnya.
a. Tendon ditarik di antara dua angkur
b. Bekisting dipasang dan adukan beton dicor di dalamnya
c. Tendon dipotong dan gaya tekan dilimpahkan kepada beton
d. Kombinasi beban mati dan prategang
e. Kombinasi beban mati, beban hidup, setelah kehilangangaya
prategangGambar 2.4 Komponen Struktur Pratarik
Setelah proses hilangnya gaya prategang berlangsung (Gambar
III.6.e), pada tahap pelayanan beban kerja tersusun suatu kombinasi
beban mati, beban hidup dan gaya prategang. SNI-03 memberikan
batasan tegangan tarik pada bagian tepi bawah balok tidak boleh
melebihi , sedangkan tegangan tekan pada bagian tepi ats tidak
melebihi 0,45 fc. Nilai tegangan tarik ijin tersebut diambil hanya
sedikit di bawah nilai modulus runtuh beton normal, yaitu , karena
kemungkinan bahaya retak atau tekuk secara tiba-tiba di daerah
tersebut hanya kecil karena umumnya posisi tendon berada di dekat
serat bawah.
2.3.2Metoda Pasca tarik (Post-Tension)Pelaksanaan pemberian
tegangan dengan cara pasca tarik (post-tension) didefinisikan
sebagai cara memberikan prategang pada beton, dimana tendon baru
ditarik setelah betonnya dicetak terlebih dahulu dan mempunyai
cukup kekerasan untuk menahan tegangan sesuai dengan yang
diinginkan. Adapun langkah-langkah pelaksanaannya adalah sebagai
berikut :1. Bekisting beton dipasang di tempat yang sesuai dengan
rencana letak komponen struktur dengan dilengkapi pipa selongsong
lentur yang dibuat dari plastik atau metal, yang akan menyelubungi
tendon. Pipa selongsong tendon diletakkan di dalam bekisting dengan
mengatur posisinya dan ditahan untuk membentuk pola tertentu sesuai
dengan momen perlawanan yang direncanakan.2. Kemudian adukan beton
dicor ke dalam bekisting dengan menjaga agar pipa selongsong tendon
tetap kokoh pada posisinya dan tidak kemasukan adukan, kemudian
dilakukan perawatan pengerasan beton secukupnya sampai mencapai
kekuatan tertentu.3. Selanjutnya, tendon dimasukkan ke dalam pipa
selongsong yang sudah disiapkan ke dalam beton. Pada cara ini, ada
juga yang menempatkan pipa selongsong lengkap dengan tendon di
dalam bekisting sebelum dilakukan pengecoran adukan beton.4. Tendon
ditarik dengan menggunakan jacking di satu ujung dan angkur mati
atau plat penahan pada ujung lainnya. Kadang-kadang angkur mati
atau plat penahan sudah disiapkan dipasang tertanam pada ujung
komponen.Fungsi angkur digabungkan dengan cara mencengkram tendon
agar tidak terjadi slip (penggelinciran)dan beban atau tegangan
tarikan tetap bertahan pada tendon.Pada saat penarikan tendon,
sudah terjadi kehilangan gaya prategang berupa perpendekan elastis,
kehilangan tegangan akibat gesekandan sebagian momen beban mati
sudah bekerja sebagai dampak dari posisi lengkung tendon. Dengan
demikian, gayajacking harus sudah memperhitungkan hal-hal yang
menyangkut kehilangan tegangan tersebut. Pembatasan
tegangan-tegangan ijin pada tahap-tahap pelimpahan dan pelayanan
diambil sama dengan yang diberikan untuk cara pra tarik.5. Apabila
digunakan tendon bonded, terutama pada lingkungan korosif, ruang
kosong di dalam pipa selongsong yang mengelilingi tendon, harus di
isi penuh pasta semen dengan cara disuntikan (grouting) setelah
tendon ditarik atau sebelum beban hidup bekerja. Apabila demikian
halnya, maka tegangan akibat beban hidup dihitung berdasarkan
penampang transformasi seperti yang dilakukan pada cara pra tarik.
Tetapi ada juga tendon yang tetap dibiarkan unbounded tanpa
penyuntikan pasta semen, tergantung pada kebutuhan untuk
pelindungan tendon dan perhitungan ekonomi. Untuk keadaan demikian,
gaya prategang hanya diperhitungkan bekerja terhadap penampang
betonnya saja (bukan penampang transformasi) paling tidak sampai
tercapainya keadaan seperti pada Gambar III.6.d.6. Umumnya angkur
ujung setelah dikunci (dimatikan) perlu ditutup atau dilindungi
dengan lapis pelindung.
II-
NoMetoda PratarikMetoda Pasca Tarik
1Tendon prategang ditarik sebelum beton dicorTendon prategang
ditarik setelah beton mengeras
2Transfer prategang terjadi melalui kontak antara tendon yang
diputus dan tendon disekelilingnya setelah beton mengeras (jadi
tidak memerlukan angkur)Transfer prategang terjadi melalui kontak
antara angkur dan beton penumpunya (jadi memerlukan angkur)
3Layout tendon terbatas berbentuk linearLayout tendon dapat
dibuat fleksibel (menyesuaikan dengan bentuk bidang momen), umumnya
berbentuk parabola
4Jenis tendon yang umum digunakan adalah strand atau kawat
tunggal dan umumnya dilakukan pada produksi beton pracetak
prategangMemerlukan selongsong (ducting) tendon
Metoda PratarikMetoda Pasca Tarik
Gambar 2.5 Metode Penarikan Beton Prategang
2.4Tegangan Izin Maksimum Beton dan Tendon 2.4.1 Tegangan Izin
Beton Untuk Komponen Struktur Lentur1.Tegangan beton sesaat sesudah
penyaluran gaya prategang (sebelum terjadinya kehilangan tegangan
sebagai fungsi waktu) tidak boleh melampaui nilai
berikut:a.Tegangan serat terluar b.Tegangan serat tarik terluar
kecuali seperti yang diizinkan dalam (c) c.Tegangan serat tarik
terluar pada ujung-ujung komponen struktur di atas perletakan
sederhana Bila tegangan tarik terhitung melampaui nilai tersebut di
atas, maka harus dipasang tulangan tambahan (non prategang) dalam
daerah tarik untuk memikul gaya tarik total aksial dalam beton,
yang dihitung berdasarkan asumsi suatu penampang utuh yang belum
retak.2. Tegangan beton pada kondisi layan (sesudah memperhitungkan
semua kehilangan prategang yang mungkin terjadi) tidak boleh
melampaui nilai berikut :a.Tegangan serat tekan terluar akibat
pengaruh prategang,beban mati dan beban hidup tetap b.Tegangan
serat tekan terluar akibat pengaruh prategang,beban mati dan beban
hidup totalc.Tegangan serat tekan terluar dalam daerah tarik yang
padaawalnya mengalami tekanand.Tegangan serat tarik terluar dalam
daerah tarik yang pada awalnya mengalami tekan dari
komponen-komponen struktur (kecuali pada sistem pelatdua arah),
dimana analisis yangdidasarkanpada penampang retak transformasi
danhubungan momen-lendutan biliniermenunjukkan bahwa lendutan
jangka panjangterpenuhi3.Tegangan izin dalam ketentuan no 1 dan 2
boleh dilampaui apabila dapat ditunjukkan dengan pengujian atau
analisis bahwa kemampuan strukturnya tidak berkurang dan lebar
retak yang terjadi tidak melebihi nilai yang disyaratkan.2.4.2
Tegangan Izin Beton Tendon Prategang1.Digunakan tendon VSL
dengansifat-sifat:Diameter nominal= 12,5 mmLuas tampang nominal=
98,7 mm22.Beban putus minimum= 18,75 ton= 18750 kg= (18750x9,81) N=
183937,5 N3. Bebanleleh (20%)= 18750x0,8= 15000 kg= (15000x9,81) N=
147150 N4.Tegangan putus minimum(fpu)==1863,6 Mpa5. Tegangan leleh
(fpy)== 1490,88 Mpa6.Modulus elastisitas (Es)= 200000 MpaTegangan
tarik pada tendon prategang tidak boleh melampaui nilai berikut
:1.Akibat pengangkuran tendon Tetapi tidak lebih besar dari nilai
terkecil dan nilai maksimum yang direkomendasikan oleh pabrik
pembuat tendon prategang atau perangkat angkur.fp= 0,94 fpfp= 0,80
fpu
= 0,94x1490,88= 0,80x1863,6
= 1401,43 Mpa= 1490,88 Mpa
2. Sesaat setelah penyaluran gaya prategang Tetapi tidak lebih
besar dari fp= 0,82 fpyfp= 0,74 fpu
= 0,82x1490,88= 0,74x1863,6
= 1222,52 Mpa= 1379,06 Mpa
3.Tendon pasca tarik, pada daerah angkur dan sambungan, segera
setelah penyaluran gayafp= 0,70 fpu= 0,70x1863,6= 1304,52 Mpa
2.5Penyuntikan Tendon Pasca Tarik (Grouting)Untuk memberikan
proteksi permanen pada baja pasca tarik dan untuk mengembangkan
lekatan antara baja prategang dan beton di sekitarnya, saluran
prategang harus diisi bahan suntikan semen yang sesuai dalam proses
penyuntikan di bawah tekanan.2.5.1Material Penyuntikana. Semen
PortlandSemen Portland harus sesuai dengan salah satu dari
spesifikasi ASTM C150.Tipe I, II atau III. Semen yang digunakan
untuk menyuntik harus segar dan tidak mengandung gumpalan apapun
atau indikasi hidrasi atau pack setb. AirAir yang digunakan di
dalam suntikan harus air layak minum, bersih dan tidak mengandung
zat yang membahayakan semen Portland atau baja struktur.c. Bahan
TambahanApabila menggunakan bahan tambahan, harus mengandung kadar
air rendah, mempunyai aliran yang baik, bleeding dan ekspansi
kecil.Serta tidak mengandung bahan kimiawi yang membahayakan baja
prategang atau semen, seperti klorida, sulfat dan nitrat.
2.5.2Selongsonga. Cetakan (Ducts)1. Formed DuctsBahan selongsong
yang digunakan berupa bahan yang tidak memungkinkan tembusnya pasta
semen. Selongsong tersebut harus mentransfer tegangan lekatan yang
dibutuhkan dan harus dapat mempertahankan bentuknya pada saat
memikul beban beton. Selongsong logam harus berupa besi, yang dapat
saja digalvanisasi.2. Cored DuctsSelongsong seperti ini dibentuk
tanpa adanya tekanan yang dapat mencegah aliran suntikan.Semua
material pembentukan saluran jenis ini disingkirkan.b. Celah atau
Bukaan SuntikanSemua selongsong harus mempunyai bukaan untuk
suntikan di kedua ujung.Untuk kabel drapped, semua titik yang
tinggi harus mempunyai celah suntikan kecuali di lokasi dengan
kelengkungan kecil, seperti pada slab menerus. Celah suntikan atau
lubang buangan harus digunakan di titik-titik rendah jika tendon
akan diletakkan, diberi tegangan dan disuntik pada cuaca beku.
Semua celah atau bukaan suntikan harus dapat mencegah bocornya
suntikan.c. Ukuran SelongsongUntuk tendonyang terdiri dari kawat
atau strands, luas selongsong harus sedikitnya dua kali luasnetto
baja prategang. Untuk tendon yang terdiri atas satu kawat, batang
atau strands, diameter selongsongnya harus sedikitnya lebih besar
dari pada diameter nominal kawat, batang atau strands.d. Peletakan
SelongsongSesudah selongsong diletakan dan percetakan selesai,
harus dilakukan pemeriksaan untuk menyelidiki kerusakan selongsong
yang mungkin ada. Selongsong harus dikencangkan dengan baik pada
jarak-jarak yang cukup dekat, untuk mencegah peralihan selama
pengecoran beton. Semua lubang atau bukaan di selongsongan harus
diperbaiki sebelum pengecoran beton. Celah atau bukaan untuk
penyuntikan harus diangkur dengan baik pada selubung dan pada baja
tulangan atau cetakan, untuk mencegah peralihan selama operasi
pengecoran beton.2.5.3Proses Penyuntikana.Selongsong dinding beton
(cored ducts) harus disemprot untuk menjamin bahwa beton dapat
dibasahi dengan baik.b.Semua celah dan suntikan harus terbuka pada
saat penyuntikan dimulai. Suntikan harus dapat mengalir dari celah
pertama setelah pipa masukan sampai air pembersihan residual atau
udara yang terperangkap telah dikeluarkan. Celah-celah lainnya
harus ditutup secara berurutan dengan cara yang sama. Proses
pemompaan pada masukan tendon tidak boleh melebihi 250 Psi (1700
kPa).c.Bahan suntikan harus dipompa melalui selongsong secara terus
menerus ke luar pipa buangan sampai tidak ada air atau udara yang
keluar. Waktu keluar bahan suntikan dari ujung selongsong tidak
boleh kurang dari waktu pemberian bahan suntikan di awal
selongsong. Untuk menjamin bahwa tendon tetap berisi dengan bahan
suntikan, maka keluaran dan masukan harus ditutup. Tutup yang
dibutuhkan tidak boleh lepas atau dibuka sampai bahan suntikan
mengering.d.Apabila aliran searah bahan suntikan dari awal sampai
ujung saluran tidak dapat dipertahankan, maka suntikan harus segera
dikuras dari saluran dengan air.e.Pada temperatur di bawah 00 C,
saluran harus dijaga bebas air untuk menghindari kerusakan akibat
pembekuan.f.Temperatur tidak boleh lebih dari 1.670 Catau lebih
tinggi dari temperatur pada saat penyuntikan sampai kubus suntikan
yang berukuran 5,08 cm (2) mencapai kuat tekan sebesar 5,5
Mpa.g.Bahan suntikan tidak boleh melebihi 32,20 C selama
pencampuran atau pemompaan. Jika perlu, pencampuran air harus
dilakukan untuk pendinginan.
2.6Material Baja PrategangBaja yang dipakai pada prategang
adalah kawat dengan mutu tinggi (cold-drawn high-tensile wires)
atau batang baja alloy (alloy steel bars). Kawatkawat dapat dipakai
tunggal atau dijalin menjadi strand.Istilahyang digunakan dalam
beton prategang adalah :1.PratarikPemberian gaya prategang dengan
menarik tendon sebelum beton dicor. 2.Pasca TarikCara pemberian
tarikan dalam sistem prategang dimana tendon ditarik setelah beton
mengeras.3.Prategang EfektifTegangan yang masih bekerja pada tendon
setelah semua kehilangan tegangan terjadi, di luar pengaruh beban
mati dan beban tambahan.
Gambar 2.6 Detail Balok Prategang
4.TulanganBatang baja berbentuk polos atau ulir atau pipa yang
berfungsi untuk menahan gaya tarik pada komponen struktur beton,
tidak termasuk tendon prategang kecuali bila secara khusus di ikut
sertakan5.Tulangan PolosBatang baja yang permukaan sisi luarnya
rata, tidak bersirip dan tidak berukir6.Tulangan UlirBatang baja
yang permukaan sisi luarnya tidak rata, tetapi bersirip atau
berukir7.Tulangan SpiralTulangan yang dililitkan secara menerus
membentuk suatu ulir lingkaran silindris
Gambar 2.7 Detail Penulangan
8.StrandSekelompok kawat berbentuk helical mengelilingi sumbu
memanjang yang terdiridari beberapa kawat lurus.9.TendonElemen
baja, misalnya kawat baja, kabel batang, kawat untai atau suatu
bundel dari elemen-elemen terebut yang digunakan untuk memberi gaya
prategang pada beton
Gambar 2.8 Jenis Tendon Prategang10. Tendon Dengan LekatanTendon
yang direkatkan pada beton baik secara langsung ataupun dengan cara
grouting.
Gambar2.9 Selongsong (Duct) Tendon11. Gaya JackingGaya sementara
yang ditimbulkan oleh alat yang mengakibatkan terjadinya tarik pada
tendon dalam beton prategang.
Gambar 2.10 Prosedur Jacking
Gambar 2.11 Jacking Tendon Prategang
Gambar 2.12 Tendon yang telah di Jacking
12.AngkurSuatu alat yang digunakan untuk menjangkarkan tendon
kepada komponen struktur beton dalam sistem pasca tarik atau suatu
alat yang digunakan untuk menjangkarkan tendon selama proses
pengerasan beton dalam sistem pra tarik.13.Perangkat
AngkurPerangkat yang digunakan pada sistem prategang pasca tarik
untuk menyalurkan gaya pasca tarik dari tendon ke
beton.14.Perangkat Angkur Strand TunggalPerangkat yang digunakan
untuk strand tunggal atau batang tunggal berdiameter 16 mm dan
memenuhi persyaratan yang telah ditentukan.15.Perangkat Angkur
Strand MajemukPerangkat yang digunakan untuk strand, batang atau
kawat majemuk, atau batang tunggal berdiameter lebih besar dari
pada 16 mm dan memenuhi persyaratan yang telah ditentukan.16.Zona
AngkurBagian komponen struktur prategang pasca tarik dimana gaya
prategang terpusat disalurkan ke beton dan disebarkan secara lebih
merata ke seluruh bagian penampang. Panjang daerah zona angkur ini
adalah sama dengan dimensi tersebar penampang. Untuk perangkat
angkur tengah, zona angkur mencakup daerah terganggu di daerah dan
di belakang perangkat angkur tersebut.
Gambar 2.13 Contoh Angkur Hidup untuk Multistrand (VSL)
Gambar 2.14 Contoh Angkur Tengah (VSL)
Gambar 2.15 Contoh Angkur Mati Anchorage Plate (VSL)
Gambar 2.16 Contoh Angkur Mati Spacer Plate (VSL)
Gambar 2.17 Contoh Angkur Kopel (VSL)
2.7.Pekerjaan Prestressing Oleh Voorspan System Losinger
(VSL)Hal penting yang harus diperhatikan dalam pembuatan PCI Girder
ini adalah elevasi stressing bed. Lokasi post tensioning harus
diusahakan sedatar mungkin agar tidak menyebabkan girder mengalami
perpindahan dalam arah lateral. Setelah itu kesembilan segmen balok
girder yang telah menjadi satu kesatuan dijajarkan sesuai
bagiannya. Sebelumnya dipersiapkan terlebih dahulu perletakan
sementara untuk masing-masing segmen. Di bagian ujung pertemuan
harus diberi oli atau pelumas agar balok dapat bergerak mengimbangi
gaya pratekan yang diberikan. Kabel strand dipotong sesuai dengan
kebutuhan di lapangan. Pemotongan diusahakan seminimal mungkin agar
tidak ada kabel yang terbuang. Berikutnya kabel strand dimasukkan
ke dalam duct secara manual pada tiap-tiap tendon sesuai dengan
perencanaan. Lalu dipasang pengunci kabel strand di ujung kabel.
Penegangan (stressing) dilakukan sampai tegangan 8.000 Psi dengan
dilakukan pengontrol tegangan dan perpanjangan kabel. Pencatatan
dilakukan pada setiap kenaikan tegangan 1.000-2.000 Psi. Dan
hasilnya dibandingkan dengan perhitungan teoritis yang dilakukan
sebelum penarikan.
START
Pemilihan jenis beton prategang
Tafsiran dimensi PC I girder
Perhitungan momen statis tak tentu
Menentukan gaya prategang
Tata letak kabel (tendon)
Kehilangan gaya prategang
Kontrol tegangan setelah kehilangan prategang, kontrol
lendutan
NOT OK
Perhitungan geserOK
Kontrol tegangan di belakang angker
FINISH
Gambar 2.18 Diagram Alur Kerja Pekerjaan PrestressingSumber :
Rencana Mutu Proyek Jalan Lingkar Timur Cianjur
2.7.1Material Prestressing1.Strand (kabel strand)Baja yang
dipakai pada prategang adalah kawat dengan mutu tinggi (cold-drawn
high-tensile wires) atau batang baja alloy (alloy steel bars).
Kawatkawat dapat dipakai tunggal atau dijalin menjadi strand.
Beberapa steel wire yang disatukan secara spiral menjadi satuan
kabel Strand.
Gambar 2.19 Kabel StrandSumber : Dokumentasi Penyusun
2.Duct Pembungkus strand dengan bahan dasar galvanizet zinc yang
dibentuk berupa pipa berulir.
GGambar 2.20 DuctSumber : Dokumentasi Penyusun
3.Angkur-angkur Terdiri dari dua macam yaitu angkur hidup dan
mati, sedangkan yang digunakan dalam proses pelaksanaan stressing
PCI Girder pada proyek pembangunan Railway Fly Over Maleber adalah
angkur hidup dan angkur mati.
Gambar 2.21 Angkur Hidup Multistrand (VSL)Sumber : Dokumentasi
Penyusun
Gambar 2.22 Angkur Mati Anchorage Plate (VSL)Sumber :
Dokumentasi Penyusun
4.Non shrink additive untuk groutingMixing beton yang digunakan
untuk mengisi selongsong/duct setelah streesing dengan campuran
semen, air,dan aditif.
Gambar 2.23 Non Shrink AdditiveSumber : Dokumentasi Penyusun
2.7.2Peralatan Pekerjaan PrestressingUntuk persiapan pekerjaan
stressing kabel strand diperlukan kelengkapan alat. Adapun alat
yang digunakan adalah :1.Kabel Strand Fungsi kabel strand ini
sebagai bahan dasar untuk membuat beton prategang dalam pekerjaan
stressing.
Gambar 2.24 Kabel StrandSumber : Dokumentasi Penyusun
2.Hydroulic pump PE 550 (1 phase) Fungsi Hydroulic pump PE 550
(1 phase) ini untuk mengukur kuat tekan tendon prategang dan
lendutan pada saat dilakukan stressing. Adapun spesifikasi alat
tersebut antara lain adalah : Power 10 Aa. Voltage 220 Voltb. Max
preasures 10000 psic. Capacity tong 9 liter
Gambar 2.25 Hydroulic Pump PE 550 (1 Phase)Sumber : Dokumentasi
Penyusun3.Hydroulic jack TCH Fungsi Hydroulic jack TCH ini untuk
mengangkat beban berat. Adapun spesifikasi alat tersebut antara
lain adalah :a. Capacity 20 tonb. Weight 17 kgc. Stroke 300 mm
Gambar 2.26 Hydroulic Jack TCHSumber : Dokumentasi Penyusun
4.Hydroulic jack SA 507/2 PE 7/A (75) Fungsi Hydroulic jack SA
507/2 PE 7/A (75) ini untuk menarik kabel tendon prategang pada
saat dilakukan stressing. Adapun spesifikasi alat tersebut antara
lain adalah :a.Capacity 105 tonb.Weight140 kgc.Stroke 150 mm
Gambar 2.27 Hydroulic Jack SA 507/2 PE 7/A 75) Sumber :
Dokumentasi Penyusun
5. Gerinda Fungsi gerinda ini untuk memotong material kabel
tendon yang sudah selesai distressing.
Gambar 2.28 Gerinda Sumber : Dokumentasi Penyusun
6. Selang Grouting Fungsi selang grouting ini untuk saluran
bahan grouting dari alat pengadukan bahan grouting ke
selongsong.
Gambar 2.29 Selang Grouting Sumber : Dokumentasi Penyusun
7. Campuran Mortar Fungsi campuran mortar merupakan satu
komponen semen grouting yang digunakan untuk mengisi
celah/lubang-lubang seperti pada pondasi mesin, kolom baja, angkur
baut, dan dapat juga dipergunakan untuk memperbaiki beton yang
keropos.
Gambar 2.30 Campuran Mortar Sumber : Dokumentasi Penyusun
2.8Pelaksanaan Sistem Pasca Tarik (Post Tension)
Gambar 2.31 Metoda Post Tension Sumber : Dokumentasi
Penyusun
Keterangan pekerjaan post tension secara garis besar :a.Tendon
prategang ditarik setelah beton mengeras.b.Memerlukan selongsong
(ducting) tendonc.Transfer prategang terjadi melalui kontak antara
angkur dan beton penumpunya.
2.8.1Pekerjan Stressing Post TensionTahapan pekerjaan meliputi
:1.Persiapan stressing dimulai dari saat PC I girder diturunkan
dari trailer dengan 1 alat crane yang berada di stockyard.2.Proses
leveling, yaitu memposisikan balok girder agar permukaan rata.
3.Proses pemasukan kabel strand kedalam lubang blister yang
telah ditentukan sesuai gambar, jumlah kabel dalam satu lubang
blister berjumlah 15 kabel, kabel dimasukkan sampai terlihat keluar
di sisi PC I girder yang lain.
3. Setelah dimasukkan kabel strand, mulai proses pemasangan alat
jack hidrolik pada salah satu ujung balok girder yang telah
diangkur mati salah satu ujungnya untuk dilakukan stressing dengan
bantuan crane.
5Stressing dilakukan dengan menggunakan alat jack (ditekan
dengan kekuatan 400 Bar), sehingga menimbulkan lendutan ke atas
sebesar 1/400 L. Lendutan diukur dengan alat Hydroulic pump PE 550
(1 phase). 6.Stressing berhenti bila menurut perhitungan tekanan
stressing telah mencapai 100%.7.Jack hidrolik dilepas dari kabel
strand yang telah tertarik.8.Dilakukan pengukuran panjang kabel
strand.
.9.Lalu pekerja memotong kabel strand menggunakan gerinda hingga
terlihat sekitar 5 cm dari angkur selongsong.
10.Lubang tendon yang telah berisi kabel strand yang sudah
dipotong diberi selang untuk grouting, lalu kabel tersebut ditutup
dengan mortar untuk menutup permukaan kabel strand agar tidak
terlihat keluar.