Page 1
BAB II
TINJAUAN TEORITIS
2.1. Pengertian
Infeksi adalah invasi tubuh oleh patogen atau mikroorganisme yang mampu
menyebabkan sakit (Potter & Perry, 2005). Infeksi adalah peristiwa masuk dan penggadaan
mikroorganisme (agen) di dalam tubuh pejamu (Linda T, 2004). Berdasarkan uraian
tersebut, dapat disimpulkan bahwa infeksi adalah penyakit yang disebabkan oleh invasi
patogen atau mikroorganisme yang berkembang biak dan bertahan hidup dengan cara
menyebar dari satu orang ke orang lain sehingga menimbulkan sakit pada seseorang.
Sedangkan penyakit infeksi merupakan manifestasi klinik bila suatu organisme menginvasi,
bertumbuh dan/ atau berkembang biak dan menimbulkan kerusakan jaringan dan/atau fungsi
di dalam tubuh penjamu (Potter & Perry, 2005).
2.2. Rantai Infeksi
Adanya organisme pathogen belum memastikan bahwa infeksi akan terjadi. Proses terjadinya
infeksi seperti rantai yang saling terkait antara berbagai faktor yang mempengaruhi, yaitu
agen infeksi, reservoir, portal of exit, cara penularan, portal of entri dan host/pejamu yang
rentan.
(Potter & Perry, 2005)
4
Agen Infeksius
ReservoirHost/Pejamu
Portal ExitPortal Entry
Cara Penularan
Page 2
5
a. Reservoir
Merupakan tempat dimana mikroorganisme pathogen mampu bertahan hidup tetapi dapat
atau tidak dapat berkembang biak. Contohnya Psuedomonas bertahan hidup dan
berkembang biak dalam reservoir nebilizer yang digunakan dalam perawatan klien
dengan gangguan pernafasan. Tetapi reservoar yang paling umum adalah tubuh manusia.
Untuk berkembang biak dengan cepat, organism memerlukan lingkungan yang sesuai
dengan cepat, organism memerlukan lingkungan yang sesuai, termasuk makanan,
oksigen, air, suhu yang tepat, PH dan cahaya.
b. Portal Exit
Mikroorganisme yang hidup di dalam reservoir harus menemukan jalan keluar untuk
masuk kedalam host dan menyebabkan infeksi. Pada manusia, kuman dapat keluar
melalui saluran pernapasan, pencernaan, perkemihan, genitalia, kulit dan membrane
mukosa yang rusak serta darah.
c. Cara Penularan
Kuman dapat berpindah melalui kontak langsung dengan penderita melalui oral, fekal,
kulit atau darahnya, kontak tidak langsung melalui jarum atau balutan bekas luka,
peralatan yang terkontaminasi, makanan yang diolah tidak tepat, melalui vector nyamuk
atau lalat.
d. Portal Entry
Rusaknya kulit atau ketidakutuhan kulit dapat menjadi portal masuk. Mikroba dapat
masuk ke dalam tubuh melalui rute yang sama dengan portal keluar. Faktor-faktor yang
menurunkan daya tahan tubuh memperbesar kesempatan pathogen masuk ke dalam tubuh
e. Host/pejamu
Seseorang terkena infeksi bergantung pada kerentanan individu terhadap pathogen.
Beberapa faktor yang memepengaruhi kerentanan tubuh terhadap kuman yaitu usia,
keturunan, stress (fisik dan emosional), status nutrisi, terapi medis, pemberian obat dan
penyakit penyerta.
2.3. Etilogi
Agen Penyebab Infeksi
Page 3
6
a. Virus terutama RNA/DNA dengan lapisan protein, subseluler, terkecil, replikasi hanya
pada sel host, tidak sensitif pada antibiotik, 400 infeksi. Hanya apat bereplikasi pada sel
yang hidup. Jenis Virus : Sikolitik dan genetik, Sifat virus : bukan suatu kehidupan, virus
akan mati bila diluar tubuh, dan akan mematikan sel tubuh bila berada di dalam tubuh.
b. Mikoplasma
Bakteri yang tidak biasa yang dapat membelah diri tidak mempunyai dinding sel, resisten
terhadap antibiotik, bergantung kuat terhadap host.
c. Bakteri
Mikroba sel tunggal, mempunyai dinding sel, berkembang sendiri tanpa host,
diklasifikasikan berdasarkan: spheres cocci (bulat), bentuk basil, bentuk spiral, atau
spirochetes, gram posotif dan gram negatif, motilitas, capsulasi. Menurut Sifatnya ada
yang aerob dan ada yang an aerob.
Jenis Bakteri :
Intrasel (Endotoxin) : lembut, cara kerja seperti virus, cara kerja dilepaskan
saat merusak sel.
Ekstrasel (Exotoxin): hanya merusak protein.
d. Rickettsiae
Patogen binatang, menginfeksi manusia melalui gigitan serangga, gram (-), organisme
intrasel, mengancam kehidupan seperti clamydia, lebih kecil, rentan terhadap antibiotik.
e. Protozoa
Sel tunggal, sel tidak berdiferensiasi, tidak punya dinding sel, membran.
f. Jamur
Uniseluler, berkoloni, mempunyai filamen (hifa), menempel sgt kuat di dinding sel,
nukleus, sel kecil.
g. Prions
Proteinaceous infectious particles, tidak punya asam nukleat, long latency, merupakan
mikroorganisme yang baru ditemukan. Penyakit ini terdapat pada hewan yang bisa
menular ke manusia seperti penyakit sapi gila.
h. Parasit
Menumpang pada hostnya dan merugikan hostnya
Page 4
7
Co : cacing, kutu
Organ Tempat Pelekatan Bakteri :
1. Membran Mukosa
a. Saluran pernafasan (paling sering)
b. Saluran pencernaan: bakteri masuk melalui air, makanan, jari kotor dsb. Bakteri tahan
terhadap asam lambung, enzim dan empedu
c. Saluran kencing: penularan penyakit seksuak
d. Konjungtiva: membran yg melapisi bola mata
2. Kulit
Bakteri tidak bisa terpenetrasi pada sel kulit yg sehat. Beberapa mikroba dapat
menyerang melalui folikel rambut & kelenjar keringat. Beberapa fungi dapat tumbuh
pada kulit karena mampu memproduksi enzim keratinase.
3. Organ dalam
Mikroba dapat langsung beradhesi pada organ di bawah kulit atau membran mukosa
melalui rute parenteral. Contoh : injeksi, gigitan, luka, sayatan, bedah dsb.
Beberapa mikroba hanya dpt menimbulkan penyakit apabila masuk via rute parenteral.
Contoh : Streptococcus pneumoniae menyebabkan pneumonia bila terhirup, tetapi jika
tertelan tidak menimbulkan penyakit.
2.4. Tanda dan Gejala
Radang juga merupakan proses tubuh mempertahankan diri dari aneka rangsangan
agar tubuh dapat meminimalisir dampak dari rangsangan tadi. Peradangan dapat dikenali
dengan adanya beberapa tanda khas yang sering menyertai, Aulus Cornelius Celcus (30 SM-
45 M) memberi istilah latin yaitu rubor, calor, dolor, tumor. Sementara Galen menambahkan
dengan Functio laesa.
a. Rubor (merah)
Daerah tubuh yang mengalami radang akan nampak lebih merah. Hal inilah yang paling
mudah terlihat dan akhirnya masyarakat menjadikan sebagai trade mark radang. Misalnya
lapisan permukaan tenggorokan menjadi lebih merah pekat, orang-orang spontan
menyebut radang. Sampai akhirnya ketika orang menyebut radang maka langsung
diasosiasikan sebagai penyakit/ gangguan tenggorokan. Padahal radang tidak hanya di
Page 5
8
tenggorokan, seluruh bagian tubuh manusia punya “hak” sama untuk “menikmati”
radang.
b. Calor (panas).
Radang umumnya disertai dengan kenaikan suhu tubuh. Suhu tubuh diklasifikasi atas
hipotermia (< 36°C), normotermi (36-37°C), subfebris (37,8°C) dan febris (>38°C). Dua
yang terakhir disebut juga sebagai demam. Kenaikan suhu tubuh yang menyertai radang
dapat berupa demam subfebris atau demam febris. Kenaikan panas tubuh disebabkan oleh
meningkatnya aktifitas sel-sel imun (pertahanan) tubuh. Namun oleh sebagian orang
tidak merasakan kenaikan suhu tubuh ini secara signifikan padahal ketika dilakukan
pengukuran dengan termometer ternyata demam subfebris, oleh sebab itu pengukuran
suhu tubuh selalu dianjurkan menggunakan termometer dan bukan dengan meletakkan
telapak tangan di dahi atau di leher.
c. Dolor (nyeri)
Tanda radang ini lebih bersifat subyektif sebab tidak dapat di nilai langsung oleh orang
lain kecuali si pemilik tubuh yang menyatakan bahwa timbul rasa sakit. Rasa sakit
muncul akibat pelepasan suatu zat yang dikenal dengan nama prostaglandin.
d. Tumor (pembesaran abnormal dari bagian tubuh)
Segala benjolan yang muncul baik di permukaan luar tubuh maupun sepanjang rongga
tubuh disebut sebagai tumor. Benjolan ini pada keadaan normal tidak ada, tetapi oleh
reaksi tubuh benjolan ini muncul menyertai tanda-tanda terdahulu. Benjolan dapat
berukuran besar maupun kecil dengan batas yang bisa tegas atau tidak. Contoh yang
sering ditemukan adalah bisul, jerawat, kutil ataupun bengkak.
e. Functio laesa (gangguan fungsi)
Pada keadaan radang maka organ tubuh yang terkena akan mengalami gangguan fungsi.
Misalnya sendi yang kaku pada rematik atau gangguan penyerapan cairan dalam usus
pada keadaan diare. Bagaimana dengan infeksi. Infeksi merupakan adalah keadaan
jaringan tubuh yang terpapar mikroorganisme baik oleh bakteri, virus, jamur maupun
parasit. Sama seperti radang, infeksi dapat terjadi baik di permukaan luar tubuh maupun
di permukaan rongga dalam tubuh.
Page 6
9
Tanda dan Gejala Infeksi oleh Mikroba pada Saluran Nafas antara lain:
a. Batuk
b. Kesulitan bernafas
c. Sakit tenggorokan
d. Pilek
e. Demam
f. Sakit kepala
2.5. Patofisiologi
Bagaimana agen infeksi dapat menyebabkan penyakit :
1. Agen memasuki sel inang dan membunuh sel secara langsung
2. Adhesi (menmpel pada permukaan inang) - Kolonisasi
3. Berinvasi : Merilis (mengeluarkan) racun dan membunuh sel inang
4. Merilis enzim yang menghancurkan jaringan dan pembuluh darah
5. Menginduksi respon inflamasi host yang secara langsung berkontribusi pada jaringan
pengrusakan
Page 7
10
2.6. Mikrobiologi
Ada berbagai macam bakteri yang bisa menyebabkan infeksi pada salauran
pernafasan. Bakteri-bakteri ini bisa menular berbagai cara seperti melalui udara, droplet, air,
dan lain-lain. Bakteri penyebab infeksi saluran pernafasan diantaranya adalah
Stapylococcus, Mycobacterium tuberculosis, Sterptococcus Pneumoni, Haemophilus
Influenza, Corynebacterium diphtheria, Mycoplasma Pneumoni, Klibsiela Pneumoni,
Bordetella pertusis dan Legionella Pneumophilia.
MIKROORGANISME PENYEBAB INFEKSI SALURAN PERNAFASAN
a. Stapylococcus Aureus
Morfologi : Bentuk bulat,gram +, susunan bergerombol, Koloni bulat, menonjol, Warna
abu – abu, kuning emas putih, Tidak bergerak, tidak membentuk spora, menyebabkan
Pneumonia & abses
b. Streptococcus pneumonia
Morfologi : Bentuk bulat,diplococcus, gram +. Rantai Koloni discoid, bulat, Struktur
protein, menyebakan Pneumonia
c. Streptococcus pyogenus
Bakteri yang melekat pada epitel pharing, pembesarann kelenjar limfa, menyebabkan
Nasofaringitis, tonsillitis, Abses peritonsil
d. Mycobacterium tuberculosis
Morfologi : Bentuk batang, gram +, susunan berkelompok, Koloni pd media, cara
penularan droplet, menyebabkan TBC
e. Haemophilus influenza
Morfologi : Kokobasil, rantai pendek, Golongan bakteri gram negative, menyebabkan
Bronchitis, otitis media, sinusitis
f. Bordetella pertusis
Morfologi : Gram negatif, kokobasil, bergranula, penghasil toksin pertusis, Bakteri ini
melekat & berkembang biak pada permukaan epitel trachea & bronchus, menyebabkan
pneumonia
g. Aspergilus
Page 8
11
Morfologi : Jamur berbentuk filament, bercabang, dikotom, warna abu- abu pada koloni
granula invasive, menyebabkan Pneumonia nekrotik, allergi yang di sertai asma
h. Virus influenza
Morfologi : Virus bulat, beberapa strain berfilamen
Pathogenesis : Transmisi virus lewat partikel udara, Dosis inefektif = 10 virus/droplet,
Virus melekat pada epitel hidung & bronchus masuk ke sel. Mengenai Infeksi saluran
nafas atas, Batuk, pilek, demam
i. Avian influenza
Flu burung, virus influenza A, sub tipe H5N1 Virus influenz, ditularkan melalui unggas,
babi, kucing, anjing, manusia
j. Sars ( Severe Acut Respiratory Syndrome)
Corona virus, mengenai saluran nafas atas, virion : bulat, masa inkubasi 2- 5 hari
1. Staphylococcus Aureus
Infeksi oleh jenis kuman ini yang terutama menimbulkan penyakit pada manusia
a. Morfologi dan Identifikasi
Kuman ini berbentuk sferis, bila menggerombol dalam susunan yang tidak teratur
mungkin sisinya agak rata karena tertekan. Diameter kuman antara 0,8 – 1,0 mikron.
Pada sedian langsung yang berasal dari nanah dapat terlihat sendiri, berpasangan,
menggerombol dan bahkan dapat tersusun seperti rantai pendek. Susunan gerombolan
yang tidak teratur biasanya ditemukan pada sediaan yang dibuat dari perbenihan kaldu
biasanya ditemukan tersendiri atau tersusun sebagai rantai pendek. Kuman ini tidak
bergerak, tidak berspora dan gram positif.
b. Daya Tahan Kuman
Diantara semua kuman yang tidak membentuk spora, maka staphylococcus aureus
termasuk jenis yang paling kuat daya tahannya. Pada agar miring dapat tetap hidup
sampai berbulan – bulan, baik dalam lemari es maupun dalam suhu kamar.
c. Patogenesis dan Infeksi Stafilokokus
Kuman stafilokokus terutama S.epidermis, merupakan sebagian dari flora normal pada
kulit manusia, saluran pernafasan dan saluran pencernaan makanan. Pada 6,6% dari bayi
Page 9
12
yang berumur 1 hari telah ditemukan Stafilokokus di hidungnya, 50% pada umur 2 hari,
62% pada umur 3 hari dan 88,8% pada umur 4-8 hari. Kuman ini juga dapat ditemukan
di udara dan lingkunag sekitar kita. Patogenitasnya merupakaan efek gabungan dari
berbagai macam metabolit yang dihasilkannya. Kuman yang patogen ( S. Aureus )
bersifat invasif, penyebab hemolisis, mencairkan gelatin. Selain itu kuman ini dapat
pula menyebabkan terjadinya sistitis dan pielitis bahkan dapat pula menyababkan
terjadinya endokarditis, meningitis dll.
2. Streptococcus Pyogenes
Manusia adalah reservoir alamiah S. Pyogenes, organisme ini terdapat di nasofaring. Inilah
sebabnya organisme ini disebarkan terutama oleh bersin dan batuk, strepkokus patogenik
dapat bertahan hidup selama berminggu – minggu di dalam dahak atau sekresi tubuh lain
sehingga membantu penyebarannya.
a. Morfologi dan Identifikasi
Streptokokus terdiri dari kokus yang berdiameter 0,5 – 1 mikron. Dalam bentuk rantai
yang khas, kokus agak memanjang pada arah sumbu rantai. Streptokokus patogen jika
ditanam dalam perbenihan cair atau padat yang cocok sering membentuk rantai panjang
yang terdiri dari 8 buah kokus atau lebih. Organisme ini tidak bergerak dan merupakan
anaerob fakultatif. Streptokokus yang menimbulkan infeksi pada manusia adalah gram
positif.
b. Daya Tahan Kuman
Dalam sputum, eksudat dan ekskreta binatang kuman ini dapat hidup terus sampai
beberapa minggu. Pada media biasa pada suhu kamar biasanya mati sesudah 10-14 hari.
Beberapa varietas mati setelah 10 menit pada 55oC dan semua spesies mati setelah 30-60
menit pada suhu 60oC. Pasteurisasi ( 62oC selama 30 menit) cukup untuk mematikan
semua kuman streptokokus yang patogen dalam air susu.
c. Patogenesis
Berbagai macam penyakit yang disebabkan oleh strepkokus hemolitik kelompok A
mungkin berkaitan dengan produk ekstra seluler yang dihasilkannya dalam jumlah besar.
Lebih dari 20 macam senyawa dihasilkan, sifatnya antigenik dan sebagian besar
nampaknya berperan dalam menimbulkan penyakit.
Page 10
13
3. Streptococcus Pneumonia ( Pneumokokus )
Kuman ini biasa hidup normal dalam traktus respiratorius bagian atas dan dapat
menyababkan penyakit pneumonia, sinusitis, otitis, meningitis dan proses infeksi lainnya.
a. Morfologi dan Identifikasi
Secara mikroskopik nampak sebagai kokus berbentuk lanset, berukuran 1 mikron,
biasanya berpasangan dan berselubung. Pneumokokus berbentuk bulat, baik yang
berasal dari eksudat maupun perbenihan. Rantaian panjang terdapat bila ditanam dalam
perbenihan yang hanya sedikit mengandung magnesium. Kuman ini gram positif, tidak
membentuk spora, tidak bergerak ( tidak berflagel ),. Selubung terutama di buat oleh
jenis yang virulen.
b. Daya Tahan Kuman
Kuman ini dalam sputum yang kering dan tidak terkena sinar matahari secara langsung
dapat tahan beberapa bulan. Kuman ini mati setelah 10 menit pada 52oC, 1 jam oleh
sinar matahari langsung. Pneumokokus lebih mudah mati dengan fenol, HgCl2, kalium
permanganat, selain itu kuman ini rentan terhadap sabun, natrium oleat, zat warna dan
derivat kuinin.
c. Patogenesis
Pneumokokus dapat dibagi menjadi lebih dari 80 tipe serologis berdasarkan perbedaab
antigenik pada kapsul polisakaridanya. Tipe-tipe tersebut dapat ditentukan dengan uji
presipitin dan uji aglutinasi, tetapi yang paling banyak dipakai ialah reaksi quellung
yaitu pembengkakan kapsul dengan adanya antiserum yang tipe-khas. Bahan kapsul
inilah yang mencegah terfagositnya organisme tersebut.
4. Cornybacterium Diphtheriae
Manusia adalah inang alamiah satu – satunya bagi C. diphtheriae, bakteri ini dipindah
sebarkan dari satu orang ke orang lain dengan kontak langsung lewat inti titik air dari sekresi
saluran pernapasan bagian atas. Organisme ini terlokalisasi di tenggorokan yang menjadi
meradang bila bakteri ini tumbuh dan mengeluarkan eksotoksin yang ampuh.
a. Morfologi
Page 11
14
Kuman difteri berbentuk batang ramping berukuran 1,5 – 5 mikron X 0,5 – 1 mikron
dan biasanya salah satu ujungnya menggembung sehingga berbentuk gada, tidak
berspora, tidak bergerak, gram positif dan tidak tahan asam.
b. Daya Tahan Kuman
Dibandingkan dengan kuman – kuman lain yang tidak berspora C. diphteriae lebih
tahan terhadap pengaruh cahaya, pengeringan dan pembekuan. Di dalam
pseudomembran kering tahan selama 14 hari tetapi dalam air mendidih hanya tahan
selama 1 menit, dan pada 580c tahan selam 10 menit. Kuman ini mudah dimatikan oleh
desinfektan.
c. Potogenesis
Difteri merupakan penyakit infeksi yang akut dengan masa inkubasi 1-7 hari yang
disebabkan oleh strain C. diphtheriae yang toksigenik. Toksin yang dibuat pada lesi
lokal diabsorpsi oleh darah dan diangkut ke bagian tubuh yang lain, tapi efek toksin
yang paling utama adalah jantung dan saraf perifer. Jalan masuk yang umum adalah
saluran nafas baagian atas dimana organisme berkembang biak pada lapisan superfisial
pada selaput lendir.
5. Mycobacterium Tuberculosis
a. Morfologi
Kuman ini berbentuk batang halus berukuran 3 x 0,5 mikron, bersifat tahan asam, , tidak
bergerak, tidak membentuk spora dan bersifat aerobic. Pada perbenihan berbentuk kokoid dan
berfilamen.
b. Daya Tahan Kuman
Kandungan lipidnya sangat tinggi (20-40% dari berat kering) bahan ini diduga sebagai
penyebab resistensi pertahanan humoral, desinfektans, larutan asam dan basa. Dinding sel yang
tebal dari mycobacterium kaya akan asam mikolat dan asam lemak lainnya, sehingga
menyebabkan mikroba ini bersifat hidrofobik dan bersifat impermeable terhadap zat warna.
Daya tahan kuman ini lebih besar apabila dibandingkan dengan kuman lainnya karena sifat
hirofobik permukaan sel. Pada sputum kering yang melekat pada debu dapat tahan hidup 8 – 10
hari.
Page 12
15
c. Patogenesis
Infeksi terjadi biasanya melalui debu atau droplet yang mengandung kuman tuberkulosis dan
masuk ke jalan napas. Penyakit timbul setelah kuman menetap dan berkembang biak dalam
paru-paru atau kelenjar getah bening regional.
6. Neisseria Meningitidis
Orang dewasa pembawa kuman ( carrier ) dalam nasofaring merupakan sumber penularan
penting kuman meningokokus .
a. Morfologi
Neisseria adalah diplokokus gram negatif dan tidak bergerak, sel-selnya berbentuk khas
seperti ginjal dengan sisi cekungnya terletak bersebelahan. Bakteri ini bergaris tengah
0,6 – 1,0 mikron.
b. Patogenesis
Meningokokus masuk kedalam tubuh lewat traktus respiratorius bagian atas dan
berkembang biak dalam selaput nasofaring. Pada suatu saat terjadi penyebaran secara
hematogen, penyebarannya lewat aliran darah mengakibatkan terjadinya lesi metastatik
di berbagai tempat di badan.
7. Haemophilus Influenzae
a. Morfologi
H. influenzae berbentuk cocobacillus gram negatif dengan ukuran 0,2 – 0,3 X 0,5-0,8
mikron, serta bersimpai. Kuman – kuman tak bersimpai yang berasal dari sputum atau
cairan telinga, bentuknya sering memanjang dan menunjukan sifat-sifat bipoler pada
pewarnaan gram.
b. Daya Tahan Kuman
H. influenzae sangat peka terhadap kebanyakan disinfektan dan kekeringan. Pada suhu
55oC akam mati dalam waktu 30 menit
c. Patogenesis
Infeksi kuman ini terjadi setelah menghirup droplet berasal dari penderita, penderita
baru sembuh dan carrier. Manusia merupakan satu-satunya reservoir bagi kuman ini,. H.
Influenzae menyebabkan sejumlah infeksi pada saluran pernafasan bagian atas seperti
faringitis, otitis media dan sinusitis, selain itu infeksi saluran pernafasan juga menjadi
Page 13
16
sumber invasi kuman ke dalam peredaran darah dan penyebaran ke lain – lain bagian
tubuh.
8. Bordetella Pertusis
Penyakit pertusis tersebar di seluruh dunia dan mudah sekali menular. Manusia
merupakan satu-satunya sumber Bordetella pertussis, dan penyebaran penyakit ini hampir
selalu disebabkan oleh orang-orang dengan infeksi aktif. Pertusis menular melalui droplet
batuk dari pasien yg terkena penyakit ini dan kemudian terhirup oleh orang sehat yg tidak
mempunyai kekebalan tubuh.
a. Morfologi
Boredetella pertussis berbentuk coccobacillus kecil-kecil, terdapat sendiri-sendiri,
berpasangan, atau membentuk kelompok-kelompok kecil. Pada isolasi primer, bentuk
kuman biasanya uniform, tetapi setelah subkultur dapat bersifat pleomorfik.Bentuk
koloni pada biakan agar yaitu smooth, cembung, mengkilap, dan tembus cahaya.
Bentuk-bentuk filament dan batang-batang tebal umum dijumpai. Simpai dibentuk
tapi hanya dapat dilihat dengan pewarnaan khusus, dan tidak dengan penggabungan
simpai. Kuman ini hidup aerob, tidak membentuk HS, indol serta asetilmetilkarbinol.
Bakteri ini merupakan gram negative dan dengan pewarnaan toluidin biru dapat
terlihat granula bipolar metakromatik.
b. Patogenesis
Setelah menghisap droplet yang terinfeksi, kuman akan berkembang biak di dalam
saluran pernafasan. Gejala sakit hampir selalu timbul dalam 10 hari setelah kontak,
meskipun masa inkubasi bervariasi antara 5-21 hari.
9. Legionella pneumophila
Bakteri ini ditemukan secara alami di alam, biasanya di air. Bakteri ini tumbuh subur di air
hangat, seperti di kolam air panas, menara pendingin, atau bagian dari system pendingin
bangunan besar. Bakteri ini ditemukan di sungai dan juga kolam, keran air panas dan dingin,
tangki air panas, dan juga tanah di lokasi penggalian. Penyakit ini tampaknya menyebar
melalui udara dari tanah atau sumber air. Semua penelitian hingga saat ini telah
menunjukkan bahwa penularan dari orang ke orang tidak terjadi. Orang dari segala usia
dapat terkena penyakit ini. Namun yang biasanya terkena adalah orang-orang dengan usia
Page 14
17
lanjut ( diatas 65 tahun) ataupun orang-orang dengan system imun yang lemah terhadap
penyakit.
a. Karakteristik
Legionella termasuk bakteri gram negative batang yang tidak meragi D-glukosa, dan
juga tidak meragi nitrat menjadi nitrit. Koloni bakteri ini hidup subur menempel di pipa-
pipa karet dan plastic yang berlumut dan tahan kaporit dengan konsentrasi klorin 26
mg/l. legionella dapat hidup pada suhu antara 5,7oC – 63oC dan tumbuh subur pada
suhu 30oC – 45oC. Bakteri ini termasuk bakteri aerobic dan tidak mampu
menghidrolisis gelatin ataupun memproduksi urease. Bakteri ini juga termausk bakteri
yang nonfermentatif. Bakteri ini juga tidak berpigmen dan tidak berautofluoresensi.
b. Patogenesis
Legionellosis yang disebabkan oleh Legionella pneumophila bisa menjadi penyakit
pernafasan ringan atau dapat cukup parah untuk dapat menyebabkan kematian. Penyakit
ini bisa menjadi sangat serius dan menyebabkan kematian dari 5%-30% kasus yang ada.
Dari 10%-40% orang dewasa yang sehat memiliki antibody menunjukkan paparan
sebelumnya terhadap organism, namun hanya sebagian kecil yang memiliki riwayat
pneumonia sebelumnya. Pada manusia, legionella pneumophila menyerang dan
replikasi di dalam bentuk makrofag. Internalisasi dari bakteri dapat ditingkatkan dengan
adanya antibody dan system komplemen namun tidak mutlak diperlukan. Terdapat
sebuah pseudopod koil di sekitar bakteri dalam bentuk fagositosis yang unik. Begitu
diinternalisasi, bakteri mengelilingi diri dalam membrane vakuola yang terikat yang
tidak bereaksidengan lisosom yang akan menurunkan bakteri. Dalam kompartemen
yang terlindungi ini, bakteri akan berkembang biak. Bakteri menggunakan system
sekresi tipe IV B yang dikenal sebagai ICM/Dot untuk menyuntikkan protein efektor ke
dalam host. Efektor ini terlihat dalam meningkatkan kemampuan bakteri untuk bertahan
hidup dalam sel inang.
10. Rhinovirus
a. Morfologi
Rhinovirus tergolong dalam kelompok pioornavirus, mengandung RNA dan
berdiameter kurang lebih 30 nm.
Page 15
18
b. Patogenesis
Sel yang melapisi saluran hidung dan faring tampaknya terserang paling berat karena
merupakan situs replikasi virus secara aktif. Replikasi semacam itu mulai terjadi 24 jam
setelah penularan.
2.7. Farmakologi
Farmakologi merupakan suatu studi tentang obat dan pengaruhnya terhadap manusia.
Dalam farmakologi dikenal dengan istilah farmakokinetik dan farmakodinamik.
Farmakokinetik merupakan bagian ilmu farmakologi yang cenderung mempelajari tentang
nasib dan perjalanan obat didalam tubuh dari obat itu diminum hingga mencapai tempat
kerja obat itu. Sedangkan farmakodinamik ini merupakan bagian ilmu farmakologi yang
mempelajari efek fisiologik dan biokimiawi obat terhadap berbagai jaringan tubuh yang
sakit maupun sehat serta mekanisme kerjanya.
Farmakokinetika adalah segala proses yang dilakukan tubuh terhadap obat berupa
absorpsi, distribusi, metabolisme (biotrans -formasi), dan ekskresi. Tubuh kita dapat
dianggap sebagai suatu ruangan besar, yang terdiri dari beberapa kompartemen yang
terpisah oleh membran-membran sel. Sedangkan proses absorpsi, distribusi dan ekskresi
obat dari dalam tubuh pada hakekatnya berlangsung dengan mekanisme yang sama, karena
proses ini tergantung pada lintasan obat melalui membran tersebut.
Membran sel terdiri dari suatu lapisan lipoprotein (lemak dan protein) yang
mengandung banyak pori-pori kecil, terisi dengan air . Membran dapat ditembus dengan
mudah oleh zat-zat tertentu, dan sukar dilalui zat-zat yang lain , maka disebut semi
permeabel. Zat-zat lipofil (suka lemak) yang mudah larut dalam lemak dan tanpa muatan
listrik umumnya lebih lancar melintasinya dibanding kan dengan zat-zat hidrofil dengan
muatan (ion).
Adapun mekanisme pengangkutan obat untuk melintasi membran sel ada dua cara:
a. Secara pasif, artinya tanpa menggunakan energi.
Filtrasi, melalui pori-pori kecil dari membran misalnya air dan zat hidrofil.
Difusi, zat melarut dalam lapisan lemak dari membran sel, contoh ion anorganik.
b. Secara aktif, artinya menggunakan energi.
Page 16
19
Pengangkutan dilakukan dengan mengikat zat hidrofil (makromolekul atau ion) pada
enzim pengangkut spesifik. Setelah melalui membran, obat dilepaskan lagi. Cepatnya
penerusan tidak tergantung pada konsentrasi obat, Contohnya: glukosa, asam amino
asam lemak, garam besi, vitamin B1,B2 dan B12.
Proses yang dilakukan tubuh terhadap obat berupa:
1. Absorpsi
Proses absorpsi sangat penting dalam menentukan efek obat. Pada umumnya obat yang
tidak diabsorpsi tidak menimbulkan efek. Kecuali antasida dan obat yang bekerja lokal.
Proses absorpsi terjadi di berbagai tempat pemberian obat , misalnya melalui alat cerna,
otot rangka, paru-paru, kulit dan sebagainya. Absorpsi dipengaruhi oleh beberapa factor :
a. Kelarutan obat.
b. Kemampuan difusi melintasi sel membran
c. Konsentrasi obat.
d. Sirkulasi pada letak absorpsi.
e. Luas permukaan kontak obat.
f. Bentuk sediaan obat
g. Cara pemakaian obat.
2. Distribusi.
Obat setelah diabsorpsi akan tersebar melalui sirkulasi darah ke seluruh badan dan harus
melalui membran sel agar tercapai tepat pada efek aksi. Molekul obat yang mudah
melintasi membran sel akan mencapai semua cairan tubuh baik intra maupun ekstra sel,
sedangkan obat yang sulit menembus membran sel maka penyebarannya umumnya
terbatas pada cairan ekstra sel .
Kadang-kadang beberapa obat mengalami kumulatif selektif pada beberapa organ dan
jaringan tertentu, karena adanya proses transport aktif, pengikatan dengan zat tertentu
atau daya larut yang lebih besar dalam lemak . Kumulasi ini digunakan sebagai gudang
obat (yaitu protein plasma, umumnya albumin, jaringan ikat dan jaringan lemak).
Selain itu ada beberapa tempat lain misalnya tulang , organ tertentu, dan cairan transel
yang dapat berfungsi sebagai gudang untuk beberapa obat tertentu. Distribusi obat
Page 17
20
kesusunan saraf pusat dan janin harus menembus sawar khusus yaitu sawar darah otak
dan sawar uri. Obat yang mudah larut dalam lemak pada umumnya mudah
menembusnya.
3. Metabolisme (biotransformasi)
Tujuan biotransformasi obat adalah pengubahannya yang sedemikian rupa hingga mudah
diekskresi ginjal,dalam hal ini menjadikannya lebih hidrofil. Pada umumnya obat
dimetabolisme oleh enzim mikrosom di retikulum endoplasma sel hati. Pada proses
metabolisme molekul obat dapat berubah sifat antara lain menjadi lebih polar. Metabolit
yang lebih polar ini menjadi tidak larut dalam lemak sehingga mudah diekskresi melalui
ginjal. Metabolit obat dapat lebih aktif dari obat asal (bioaktivasi), tidak atau berkurang
aktif (detoksifikasi atau bio-inaktivasi) atau sama aktifitasnya. Proses metabolisme ini
memegang peranan penting dalam mengakhiri efek obat
Hal-hal yang dapat mempengaruhi metabolism, yaitu :
a. Fungsi hati, metabolisme dapat berlangsung lebih cepat atau lebih lambat, sehingga
efek obat menjadi lebih lemah atau lebih kuat dari yang kita harapkan..
b. Usia, pada bayi metabolismenya lebih lambat.
c. Faktor genetik (turunan), ada orang yang memiliki faktor genetik tertentu yang dapat
menimbulkan perbedaan khasiat obat pada pasien.
d. Adanya pemakaian obat lain secara bersamaan, dapat mempercepat metabolisme
(inhibisi enzim).
4. Ekskresi.
Pengeluaran obat atau metabolitnya dari tubuh terutama dilakukan oleh ginjal melalui air
seni, dan dikeluarkan dalam bentuk metabolit maupun bentuk asalnya. Disamping ini ada
pula beberapa cara lain, yaitu:
a. Kulit, bersama keringat.
b. Paru-paru, dengan pernafasan keluar, terutama berperan pada anestesi umum, anestesi
gas atau anestesi terbang.
c. Hati, melalui saluran empedu, terutama obat untuk infeksi saluran empedu.
d. Air susu ibu, misalnya alkohol, obat tidur, nikotin dari rokok dan alkaloid lain. Harus
diperhatikan karena dapat menimbulkan efek farmakologi atau toksis pada bayi.
Page 18
21
e. Usus, misalnya sulfa dan preparat besi .
Farmakodinamik ialah subdisiplin farmakologi yang mempelajari efek biokimiawi
dan fisiologi obat, serta mekanisme kerjanya. Tujuan mempelajari mekanisme kerja obat
adalah :
a. Untuk meneliti efek utama obat
b. Mengetahui interaksi obat dalam sel
c. Mengetahui urutan peristiwa serta spektrum efek dan respons yang terjadi.
Pengetahuan yang baik mengenai hal ini merupakan dasar terapi rasional dan berguna
dalam sintesis obat baru. Farmakodinamik lebih fokus membahas dan mempelajari seputar
efek obat-obatan itu sendiri di dalam tubuh baik dari segi fisiologi maupun biokimia
berbagai organ tubuh serta mekanisme kerja obat-obatan itu sendiri di dalam tubuh manusia.
Farmakodinamik juga sering disebut dengan aksi atau efek obat. Efek Obat merupakan
reaksi Fisiologis atau biokimia tubuh karena obat, misalnya suhu turun, tekanan darah turun,
kadar gula darah turun.
2.8. Efek Samping Pemberian Obat
Setiap obat mempunyai kemungkinan untuk menyebabkan efek samping, oleh karena
seperti halnya efek farmakologik, efek samping obat juga merupakan hasil interaksi yang
kompleks antara molekul obat dengan tempat kerja spesifik dalam sistem biologik tubuh.
Kalau suatu efek farmakologik terjadi secara ekstrim, inipun akan menimbulkan pengaruh
buruk terhadap sistem biologik tubuh.
Penggunaan
Rasional Irasional
Tepat indikasi Tidak sesuai Indikasi
Tepat penderita Pemberian dosis tidak tepat
Tepat obat
Page 19
22
Tepat dosis
Waspada terhadap efek samping :
Pemberian resep yang tepat atau sesuai indikasi
Penggunaan dosis yang tepat
Lama pemberian obat yang tepat
Interval pemberian obat yang tepa
Aman pada pemberiannya
Terjangkau oleh penderita.
Pengertian efek samping dalam pembahasan ini adalah setiap efek yang tidak
dikehendaki yang merugikan atau membahayakan pasien (adverse reactions) dari suatu
pengobatan. Efek samping tidak mungkin dihindari/dihilangkan sama sekali, tetapi dapat
ditekan atau dicegah seminimal mungkin dengan menghindari faktor-faktor risiko yang
sebagian besar sudah diketahui. Beberapa contoh efek samping misalnya:
Reaksi alergi akut karena penisilin (reaksi imunologik)
Neuropati perifer, efek dari pemberian terapi INH (obat TB)
Buta warna, terutama warna hijau, efek dari pemberian terapi Ethambutol (obat TB)
Ganguan fungsi hati, efek dari pemberian terapi Rifampicin dan Pirazinamid
Ototoksic dan GGK efek dari pemberian terapi Streptomicyn
hipoglikemia berat karena pemberian insulin (efek farmakologik yang berlebihan)
osteoporosis karena pengobatan kortikosteroid jangka lama (efek samping karena
penggunaan jangka lama)
hipertensi karena penghentian pemberian klonidin (gejala penghentian obat -
withdrawal syndrome)
fokomelia pada anak karena ibunya menggunakan talidomid pada masa awal
kehamilan (efek teratogenik) dan sebagainya.
Masalah efek samping obat dalam klinik tidak dapat dikesampingkan begitu saja oleh
karena kemungkinan dampak negatif yang terjadi, misalnya:
Page 20
23
Kegagalan pengobatan
Timbulnya keluhan penderitaan atau penyakit baru karena obat (drug-induced
diseases) yang semula tidak diderita oleh pasien
Pembiayaan yang harus ditanggung sehubungan dengan kegagalan terapi,
memberatnya penyakit atau timbulnya penyakit yang baru tadi (dampak ekonomik)
Efek psikologik terhadap penderita yang akan mempengaruhi keberhasilan terapi
lebih lanjut misalnya menurunnya kepatuhan berobat.
PEMBAGIAN EFEK SAMPING OBAT
Efek samping obat dapat dikelompokkan/diklasifikasi dengan berbagai cara, misalnya
berdasarkan ada/tidaknya hubungan dengan dosis, berdasarkan bentuk-bentuk manifestasi
efek samping yang terjadi, dsb. Namun mungkin pembagian yang paling praktis dan paling
mudah diingat dalam melakukan pengobatan adalah pembagian jenis-jenis efek samping,
yaitu :
1. Efek samping yang dapat diperkirakan :
a.Efek farmakologik yang berlebihan
Terjadinya efek farmakologik yang berlebihan (disebut juga efek toksik) dapat
disebabkan karena dosis relatif yang terlalu besar bagi pasien yang bersangkutan.
Keadaan ini dapat terjadi karena dosis yang diberikan memang besar, atau karena
adanya perbedaan respons kinetik atau dinamik pada kelompok-kelompok tertentu,
misalnya pada pasien dengan gangguan faal ginjal, gangguan faal jantung, perubahan
sirkulasi darah, usia, genetik dsb., sehingga dosis yang diberikan dalam takaran lazim,
menjadi relatif terlalu besar pada pasien-pasien tertentu
b. Gejala penghentian obat
Gejala penghentian obat (gejala putus obat, withdrawal syndrome) adalah munculnya
kembali gejala penyakit semula atau reaksi pembalikan terhadap efek farmakologik
obat, karena penghentian pengobatan. Contoh yang banyak dijumpai misalnya, agitasi
ekstrim, takikardi, rasa bingung, delirium dan konvulsi yang mungkin terjadi pada
penghentian pengobatan dengan depresansia susunan saraf pusat seperti barbiturat,
Page 21
24
benzodiazepin dan alkohol, krisis Addison akut yang muncul karena penghentian
terapi kortikosteroid, hipertensi berat dan gejala aktivitas simpatetik yang berlebihan
karena penghentian terapi klonidin, gejala putus obat karena narkotika, dsb.
2. Efek samping yang tidak dapat diperkirakan
a. Reaksi alergi
Alergi obat atau reaksi hipersensitivitas merupakan efek samping yang sering terjadi,
dan terjadi akibat reaksi imunologik. Reaksi ini tidak dapat diperkirakan sebelumnya,
seringkali sama sekali tidak tergantung dosis, dan terjadi hanya pada sebagian kecil
dari populasi yang menggunakan suatu obat. Reaksinya dapat bervariasi dari bentuk
yang ringan seperti reaksi kulit eritema sampai yang paling berat berupa syok
anafilaksi yang bisa fatal. Reaksi alergi dapat dikenali berdasarkan sifat-sifat khasnya,
yaitu gejalanya sama sekali tidak sama dengan efek farmakologiknya, seringkali
terdapat tenggang waktu antara kontak pertama terhadap obat dengan timbulnya efek,
reaksi dapat terjadi pada kontak ulangan, walaupun hanya dengan sejumlah sangat
kecil obat, reaksi hilang bila obat dihentikan, keluhan/gejala yang terjadi dapat
ditandai sebagai reaksi imunologik, misalnya rash (ruam) di kulit, serum sickness,
anafilaksis, asma, urtikaria, dll.
Walaupun mekanisme efek samping dapat ditelusur dan dipelajari seperti diuraikan di
atas, namun dalam praktek klinik manifestasi efek samping karena alergi yang akan dihadapi
oleh dokter umumnya akan meliputi:
1. Demam.
Umumnya demam dalam derajad yang tidak terlalu berat, dan akan hilang dengan
sendirinya setelah penghentian obat beberapa hari.
2. Ruam kulit (skin rashes).
Ruam dapat berupa eritema, urtikaria, vaskulitis kutaneus, purpura, eritroderma dan
dermatitis eksfoliatif, fotosensitifitas, erupsi, dll.
3. Penyakit jaringan ikat.
Page 22
25
Merupakan gejala lupus eritematosus sistemik, kadang-kadang melibatkan sendi, yang
dapat terjadi pada pemberian hidralazin, prokainamid, terutama pada individu asetilator
lambat (lihat II.2.b.).
4. Gangguan sistem darah.
Trombositopenia, neutropenia (atau agranulositosis), anemia hemolitika, dan anemia
aplastika merupakan efek yang kemungkinan akan dijumpai, meskipun angka
kejadiannya mungkin relatif jarang.
5. Gangguan pernafasan:
Asma akan merupakan kondisi yang sering dijumpai, terutama karena aspirin. Pasien
yang telah diketahui sensitif terhadap aspirin kemungkinan besar juga akan sensitif
terhadap analgetika atau antiinflamasi lain.