8 BAB II LANDASAN TEORITIK 2.1. Perencanaan Karir 2.1.1. Teori Perencanaan Karier E.G Williamson (Winkel dan Sri Hastuti, 2006) menguraikan sejarah perkembangan bimbingan karir dan proses lahirnya konseling karir yang berpegang pada teori Trait-Factor. Teori Trait and Factor dikembangkan berdasarkan sumbangan beberapa ahli perkembangan karir seperti Frank Parson, E.G Williamson, D.G Patterson, JG Darley, dan Miller yang tergabung dalam kelompok Minnesota (Munandir, 1996). Frank Parsons (Sharf 1992) mengajukan bahwa untuk memilih karir, seorang individu idealnya harus memiliki : pertama, Pengertian yang jelas mengenali diri sendiri, sikap, minat ambisi, batasan sumber dan akibatnya. Kedua, Pengetahuan akan syarat-syarat dari kondisi sukses dan kerugian, kompensasi, kesempatan, dan harapan masa depan pada jenis pekerjaan yang berbeda-beda. Ketiga, Pemikiran nyata mengenai hubungan-hubungan antara dua kelompok atau fakta-fakta-fakta diatas.. Williamson (dalam Winkel dan Sri Hastuti, 2006) merumuskan pula sejumlah asumsi yang mendasari Trait-Factor counseling dalam suatu karangan yang dimuat dalam Theories of counseling sebagai berikut: a. Setiap individu mempunyai sejumlah kemampuan dan potensi, seperti taraf intelegensi umum, bakat khusus, taraf kreativitas, wujud minat serta ketrampilan yang bersama-sama membentuk suatu pola yang khas untuk individu itu. Kemampuan dan variasi potensi itu merupakan ciri-ciri kepribadian (traits), yang telah agak stabil sesudah masa remaja lewat dan
18
Embed
BAB II LANDASAN TEORITIK 2.1. Perencanaan Karir 2.1.1.repository.uksw.edu/bitstream/123456789/9649/2/T1_132012033_BAB II.pdf · 8 BAB II LANDASAN TEORITIK . 2.1. Perencanaan Karir
This document is posted to help you gain knowledge. Please leave a comment to let me know what you think about it! Share it to your friends and learn new things together.
Transcript
8
BAB II
LANDASAN TEORITIK
2.1. Perencanaan Karir
2.1.1. Teori Perencanaan Karier
E.G Williamson (Winkel dan Sri Hastuti, 2006) menguraikan sejarah
perkembangan bimbingan karir dan proses lahirnya konseling karir yang
berpegang pada teori Trait-Factor. Teori Trait and Factor dikembangkan
berdasarkan sumbangan beberapa ahli perkembangan karir seperti Frank Parson,
E.G Williamson, D.G Patterson, JG Darley, dan Miller yang tergabung dalam
kelompok Minnesota (Munandir, 1996). Frank Parsons (Sharf 1992) mengajukan
bahwa untuk memilih karir, seorang individu idealnya harus memiliki : pertama,
Pengertian yang jelas mengenali diri sendiri, sikap, minat ambisi, batasan sumber
dan akibatnya. Kedua, Pengetahuan akan syarat-syarat dari kondisi sukses dan
kerugian, kompensasi, kesempatan, dan harapan masa depan pada jenis pekerjaan
yang berbeda-beda. Ketiga, Pemikiran nyata mengenai hubungan-hubungan antara
dua kelompok atau fakta-fakta-fakta diatas..
Williamson (dalam Winkel dan Sri Hastuti, 2006) merumuskan pula
sejumlah asumsi yang mendasari Trait-Factor counseling dalam suatu karangan
yang dimuat dalam Theories of counseling sebagai berikut:
a. Setiap individu mempunyai sejumlah kemampuan dan potensi, seperti
taraf intelegensi umum, bakat khusus, taraf kreativitas, wujud minat serta
ketrampilan yang bersama-sama membentuk suatu pola yang khas untuk
individu itu. Kemampuan dan variasi potensi itu merupakan ciri-ciri
kepribadian (traits), yang telah agak stabil sesudah masa remaja lewat dan
9
dapat diidentifikasikan melalui tes-tes psikologis. Data hasil testing
memberikan gambaran deskriptif tentang individualitas sesorang yang
lebih dapat diandalkan daripada intropeksi atau refleksi terhadap diri
sendiri.
b. Pola kemampuan dan potensi yang tampak pada seseorang menunjukkan
hubungan yang berlainan dengan kemampuan dan ketrampilan yang
dituntut pada seorang pekerja di berbagai bidang pekerjaan. Juga wujud
minat yang dimiliki seseorang menunjukkan hubungan yang berlain-
lainan dengan pola minat yang ditemukan pada orang berkarir diberbagai
bidang pekerjaan. Dengan demikian dibuthkan informasi pekerjaan
(vocational information), yang tidak hanya mendeskripsikan tugas-tugas
yang dilakukan, tetapi menggambarkan pula pola kualifikasi dalam
kepribadian pekerja, yang harus dipenuhi supaya mencapai sukses dalam
suatu bidang pekerjaan.
c. Setiap individu mampu, berkeinginan dan berkecenderungan untuk
mengenal diri sendiri serta memanfaatkan pemahaman diri itu dengan
berpikir baik-baik, sehingga dia akan menggunakan keseluruhan
kemampuannya semaksimal mungkin dan dengan demikian mengatur
kehidupannya sendiri secara memuaskan
Dari uraian diatas penulis menyimpulkan bahwa memilih karir, seorang
individu idealnya harus memiliki Pengertian yang jelas mengenali diri sendiri,
sikap, minat ambisi, batasan sumber dan akibatnya, Pengetahuan akan syarat-
syarat dari kondisi sukses dan kerugian, kompensasi, kesempatan, dan harapan
masa depan pada jenis pekerjaan yang berbeda-beda.
Perencanaan yang matang menurut pemikiran tentang segala tujuan yang
hendak dicapai dalam jangka waktu panjang (long range goals) dan semua tujuan
yang hendak dicapai dalam jangka waktu pendek (short range goals). Secara
ideal, tujuan yang terakhir ini menjadi tujuan intermediar yang semakin
mendekatkan orang pada tujuan jangka waktu panjang. Kegunaan dari
perencanaan yang matang adalah meminimalkan kemungkinan dibuat kesalahan
yang berat dalam memilih diantara alternatif-alternatif yang tersedia. Hasil dari
perencanaan adalah keputusan tentang sesuatu yang dipilih secara sadar, biasanya
10
dari antara sejumlah alternatif yang dapat dipilih. Perencanaan bukan sekedar
langkah mengawang-awang atau tingkah laku mencoba-coba saja (Winkel dan Sri
Hastuti, 2006).
Bimbingan karir merupakan bimbingan yang juga perlu diterapkan dalam
bimbingan dan konseling di sekolah, karena bimbingan ini diperlukan untuk masa
depan siswa atau individu untuk memeprolah pekerjaan yang benar-benar sesuai
dengan bakat dan minatnya. Bimbingan karir adalah kegiatan dan layanan
pemberian bantuan kepada para siswa dengan tujuan agar siswa memperoleh
pemahaman dunia kerja dan akhirnya mampu menentukan pilihan kerja dan
menyusun perencanaan karir (Munandir 1996). Sukardi (1994) suatu proses yang
berkesinambungan yang membantu siswa melalui perantara kurikuler yang dapat
membantu perencanaan karir. Menurut Marsudi (2003) Bimbingan karir
adalah suatu perangkat, lebih tepatnya suatu program yang sistematik, proses,
teknik, atau layanan yang dimaksudkan untuk membantu individu memahami dan
berbuat atas dasar pengenalan diri dan pengenalan kesempatan-kesempatan dalam
pekerjaan, pendidikan, dan waktu luang, serta mengembangkan ketrampilan-
ketrampilan mengambil keputusan sehingga yang bersangkutan dapat
menciptakan dan mengelola perkembangan karirnya.
Dari pengertian-pengertian bimbingan karir diatas maka pada dasarnya
bimbingan karir merupakan suatu bantuan yang diberikan kepada siswa yang
berkesinambungan, memberikan informasi tentang dunia kerja, memberi
pemahaman tentang kemampuan diri, membantu menentukan tujuan karir,
pemilihan karir dan perencanaan karir serta tentang lingkungan kerja.
11
Bimo Walgito (2004) menyatakan bahwa tujuan dilaksanakannya
bimbingan karir di sekolah yaitu:
a. Agar siswa dapat memahami nilai dirinnya sendiri, terutama yang
berkaitan dengan potensi yang ada dalam dirinya, mengenai kemampuan
minat, bakat, sikap dan cita-citannya. b. Agar siswa menyadari dan memahami nila-nilai yang ada dalam dirinya
dan yang ada dalam masyarakat.
c. Agar siswa mengetahui beberapa jenis pekerjaan yang berhubungan
dengan potensi yang ada didalam dirinya, mengetahui jenis pendidikan
dan latihan yang diperlukan bagi suatu bidang tertentu. Memahami
hubungan usah dirinya yang sekarang dengan masa depannya.
d. Agar siswa menemukan hambatan-hambatan yang mungkin timbul yang
disebabkan oleh dirinya sendiri dan faktor lingkungan, serta mencari jalan
untuk dapat mengatasi hambatan-hambatan tersebut.
e. Agar siswa dapat merencanakan masa depannya serta menemukan karir
dan kehidupannya yang serasi.
Dari uraian diatas penulis menyimpulkan bahwa bimbingan karir sangatlah
penting dikalangan anak-anak karena untuk menunjang kehidupan mendatangya
nanti maka perlu sekali perencanaan karir dari dini yang disesuaikan bakat minat
siswa agar siswa tidak menemukan hambatan-hambatan yang akan dilakukan
kedepanya nanti.
Dari uraian di atas, perencanaan karir menurut beberapa ahli seperti Dillard
(1985) mengemukakan bahwa perencanaan karir merupakan proses pencapaiaan
tujuan karir individu, yang ditandai oleh adanya: tujuan yang jelas setelah
menyelesaikan pendidikan,cita-cita yang jelas terhadap pekerjaan yang dicita-
citakan nanti. Menurut Hale dalam Manrihu (1992) perencanaan karir di pandang
“sebagai proses menghubungkan hasil dari evaluasi diri dengan informasi yang
tersedia sekarang tentang dunia kerja”. Menurut Gunawan (1992) perencanaan
karir dilakukan “untuk membantu perkembangan siswa melalui bantuan kepada
setiap siswa untuk memilih dan merencanakan menggunakan setiap kesempatan
12
dan sumber kemungkinan yang tersedia di sekolah atau dalam pasaran kerja dalam
masyarakat” Perencanaan karir merupakan bagian dari orientasi karir total
individu. Hal ini senada dengan pendapat supriatna (2009) mengatakan bahwa
perencanaan karir adalah aktivitas peserta didik yang mengarah pada keputusan
karir masa depan.
Secara essensial perencanaan karir merupakan salah satu proses layanan
yang bertujuan membantu siswa dalam proses pemahaman diri, pemahaman nilai-
nilai, pengenalan lingkungan, hambatan dan cara mengatasinya serta perencanaan
masa depan. Masa depan harus direncanakan disongsong bukan di tunggu. Awal
masa depan itu adalah “di sini dan sekarang”. Persiapan untuk menyongsong masa
depan dilakukan melalui prosedur-prosedur tertentu baik melaui pendidikan
informal, formal maupun non formal. Melalui pendidikan di sekolah siswa
dibekali dengan berbagai pengetahuan, keterampilan, nilai dan sikap- sikap
tertentu. Bekal yang diperoleh siswa di sekolah bertujuan untuk mempersiapkan
mereka memasuki dunia kerja
2.1.2. Tujuan Adanya Perencanaan Karir
Perencanaan yang matang menuntut pemikiran tentang segala tujuan yang
hendak dicapai dalam jangka panjang (long-range goals) dan semua tujuan yang
hendak dicapai dalam jangka pendek (short-range goals). Secara ideal, tujuan
yang terakhir ini menjadi tujuan intermediary yang semakin mendekatkan siswa
kepada tujuan jangka panjang. Gaya hidup (life style) yang ingin dicapai termasuk
tujuan dalam jangka panjang misalnya nilai-nilai kehidupan (values) yang ingin
13
direalisasikan dalam hidup. Sertifikat, ijasah yang dipersiapkan untuk memegang
suatu rencana pekerjaan dimasa depan, termasuk tujuan dalam jangka pendek.
Kegunaan dari perencanaan karir dimasa depan adalah untuk
meminimalkan kemungkinan dibuat kesalahan yang berat dalam memilih
alternatif-alternatif yang ada. Seadainya siswa hanya memikirkan tujuan jangka
pendek saja, tanpa jelas menghubungkan dengan suatu tujuan jangka panjang
(karirnya dimasa depan) terdapat kemungkinan bahwa suatu tujuan jangka pendek
yang telah dicapai ternyata tidak selaras dengan tujuan jangka panjang.
Kematangan perencanaan karir untuk jangka panjang juga tergantung dari corak
pendidikan yang diterima dari dalam keluarga.
Hasil dari perencanaan ialah suatu keputusan yang dipilih secara sadar,
biasanya dari antara jumlah tingkat pertama, lain juga disekolah lanjut tingkat
atas dan lain pula dijenjang perguruan tinggi. Namun kebanyakan pilihan itu
menyangkut tujuan jangka pendek, yang merupakan tujuan penunjang dari tujuan
jangka panjang. Setelah membuat keputusan siswa mendaftarkan diri untuk
diterima dalam suatu program akademik, suatu program pendidikan latihan pra-
jabatan atau suatu program ekstrakurikuler. Siswa tersebut diterima atau tidak
dalam program yang dipilih, bukan keputusan siswa tersebut melainkan keputusan
dari instansi atau pejabat yang berwenang. Keputusan ini akan semakin
dimudahkan bila instansi tersebut yakin bahwa pilihan siswa telah dipikir secara
matang dan merupakan suatu hasil perencanaan, bukan sekedar langkah yang
mengawang-awang atau hanya mencoba-coba saja.
14
2.1.3. Faktor-Faktor Yang Menentukan dalam Perencanaan Karir Siswa
Kunci bagi perencanaan yang matang dan keputusan yang bijaksana
terletak pada pengolahan informasi tentang diri dan pemahaman tentang
lingkungan hidupnya. Dengan kata lain siswa memiliki gambaran tentang
informasi yang relevan dan menafsirkan makna bagi dirinya sendiri dan membuat
pilihan-pilihan yang dapat dipertanggung jawabkan. Oleh karena itu konselor
sekolah harus membantu siswa dalam memperoleh informasi yang relevan dan
memberikan informasi kepada siswa baik melalui kegiatan bimbingan karir dalam
bentuk kelompok maupun individual. Berikut ini adalah faktor-faktor menurut
williamsom yang diperlukan untuk membuat perencanaan karir siswa (WS Winkel
& Sri Hastuti 2006).
a. Informasi tentang diri sendiri yang meliputi data tentang (1) kemampuan
intelektual (2) bakat khusus di bidang studi akademik (3) minat-minat
baik yang bersifat luas maupun lebih khusus (4) hasil belajar dalam
berbagai bidang studi inti (5) sifat-sifat kepribadian yang mempunyai
relevansi terhadap suatu program studi akademik, suatu program
latihan pra jabatan dan suatu bidang jabatan, seperti berani berbicara
dan bertindak, kooperatif, sopan dapat diandalkan, bijaksana, rajin,
berpotensi, dalam bidang kepemimpinan, rapi, tekun, toleran, tahan
dalam situasi yang penuh ketegangan, terbuka, jujur, dan berwatak
baik.
b. Data tentang keadaan keluarga dekat juga dimasukan dalam lingkup
informasi tentang gambaran diri sendiri yang sebenarnya termasuk data
15
sosial. Namun, keadaan keluarga sebagai lingkungan hidup yang paling
bermakna bagi individu yang sehari-hari bersama keluarga ikut
berpengaruh besar terhadap pembentukan gambaran diri. Keadaan
keluarga dekat ini meliputi tentang (1) Posisi anak dalam keluarga; (2)
pandangan keluarga tentang peranan kewajiban anak laki-laki dan
perempuan; (3) harapan keluarga untuk masa depan anak; (4) taraf sosial
ekonomi kehidupan keluarga,; (5) gaya hidup dan suasana keluarga
c. Di dalam arus globalisasi yang memiliki diferensiasi sosial yang
semakin kompleks, khususnya siswa akan dihadapkan pada berbagai
macam kemungkinan pilihan hidup yang penting, seperti pilihan untuk
melanjutkan studi, pilihan tentang dunia kerja, pilihan tentang pekerjaan
yang sesuai dengan kemampuan, bakat dan minat, dan semua ini
menuntut kemandirian dalam menjatuhkan pilihannya. Bagi siswa yang
tidak dapat memahami potensi yang dimliki, di duga mereka juga tidak
akan dapat menentukan berbagai macam pilihan karir, akhirnya akan
mengalami masalah. Agar siswa dapat menyiapkan masa depannya
dengan baik, siswa harus dibekali dengan sejumlah informasi karir yang
akan dipilihnya.
Berdasarkan uraian diatas penulis menyimpulkan bahwa Kunci bagi
perencanaan yang matang dan keputusan yang bijaksana terletak pada pengolahan
informasi tentang diri dan pemahaman tentang lingkungan hidupnya. Oleh karena
itu konselor sekolah harus membantu siswa dalam memperoleh informasi yang
16
relevan dan memberikan informasi kepada siswa baik melalui kegiatan bimbingan
karir dalam bentuk kelompok maupun individual.
2.1.4. Tantangan-Tantangan konselor sekolah dalam membantu membuat
perencanaan karir siswa
Konselor sekolah dalam membantu siswa membuat perencanaan karir
siswa tidaklah mudah, karena konselor sekolah harus mempertimbangkan
beberapa aspek yang ada didalam diri siswa. Berikut ini beberapa tantangan
konselor sekolah dalam membantu perencanaan karir siswa (Winkel & Sri
Hastuti, 2006) :.
a) Harus dihindari ramalan yang bersifat dogmatik tentang kemungkinan
konseli akan berhasil atau gagal dalam megambil suatu jalur. Setelah
siswa mendapat penjelasan tentang makna data yang tersedia tentang diri
sendiri dan tentang lingkungan kehidupannya, dia tetap bebas memilih.
b) Harus menghindari bahaya yang terkandung dalam memberikan saran
tentang pilihan yang dibuat, karena sebaiknya mungkin tidak dimengerti
oleh siswa dan hanya mengikuti saran saja
c) Harus dihindari memberikan kesan hanya terdapat satu karir yang cocok
bagi konseli dan akan memuaskan baginya. Maka dapat dianggap
bijaksana jika seorang siwa membuat beberapa alternatif dalam urutan
prioritas; pilihan pertama, kedua dan seterusnya.
d) Harus dijaga apabila siswa membuat pilihan hanya atas dasar keinginan
saja. Alternatif yang tersedia selain ditinjau dari sudut pandang yang
diinginkan,juga harus ditinjau dari sudut pandang apakah dimungkinkan,
dan dapat membawa hasil yang diharapkan seandainya dipilih.
Berdasarkan uraian diatas penulis menyimpulkan bahwa taraf
perkembangan siswa mendapat penjelasan tentang makna data yang tersedia
tentang lingkungan kehidupanya bahwa konselor harus bertanggung jawab
memfasilitasi anak-anak untuk merencanakan karir nanti.
17
2.2. Bimbingan Kelompok
2.2.1. Pengertian Bimbingan Kelompok
Layanan bimbingan kelompok merupakan layanan yang diberikan kepada
sekelompok individu yang berjumlahkan 10-15 orang yang dipimpin oleh
konselor atau pemimpin kelompok dimana membahas masalah yang bersifat
umum dan aktual yang menjadi kepeduliaan para anggota kelompok untuk
mengembangkan dinamika kelompok, pengembangan kepribadian, sosial, belajar
dan karier. Bimbingan kelompok adalah layanan bimbingan yang diberikan dalam
kelompok (Prayitno, 1996).
Layanan bimbingan kelompok merupakan suatu bantuan untuk membahas
permasalahan siswa yang memanfaatkan dinamika kelompok yang bertujuan
menggali dan mengembangkan potensi diri individu. Dalam kelompok ini semua
anggota kelompok bebas mengeluarkan pendapat. Semua yang dibicarakan
bermanfaat bagi semua anggota kelompok. Bimbingan kelompok sangat tepat
bagi remaja karena memberikan kesempatan untuk menyampaikan gagasan,
permasalahan, perasaan.
Menurut Sukardi (2002) layanan bimbingan kelompok adalah layanan
yang memungkinkan sejumlah peserta didik secara bersama-sama memperoleh
bahan dari nara sumber tertentu (terutama guru pembimbing atau konselor) yang
berguna unuk menunjang kehidupan sehari-hari baik individu sebagai pelajar,
anggota kelompok, anggota keluarga dan masyarakat serta untuk
mempertimbangkan dalam pengambilan keputusan. Menurut Romlah (2002)
bimbingan kelompok adalah proses pemberian bantuan yang diberikan pada
18
individu dalam situasi kelompok. Bimbingan kelompok ditujukan untuk
mencegah timbulnya masalah pada siswa dan mengembangkan potensi siswa.
Berdasarkan pemaparan tersebut, dapat disimpulkan bimbingan
kelompok adalah salah satu teknik dalam bimbingan konseling untuk memberikan
bantuan kepada peserta didik atau siswa yang dilakukan oleh seorang
pembimbing/konselor melalui kegiatan kelompok yang dapat berguna untuk
mencegah berkembangnya masalah-masalah yang dihadapi anak.
2.2.2. Tahap- Tahap Bimbingan Kelompok
Tahap pelaksanaan bimbingan kelompok menurut (Prayitno,1996) ada
empat tahapan, yaitu:
a. Tahap I Pembentukan
Tahap ini merupakan tahap pengenalan, tahap pelibatan diri atau tahap
memasukkan diri ke dalam kehidupan suatu kelompok. Pada tahap ini
pada umumnya para anggota saling memperkenalkan diri dan juga
mengungkapkan tujuan ataupun harapan-harapan yang ingin dicapai
baik oleh masing-masing, sebagian, maupun seluruh anggota.
Memberikan penjelasan tentang bimbingan kelompok sehingga masing-
masing anggota akan tahu apa arti dari bimbingan kelompok dan
mengapa bimbingan kelompok harus dilaksanakan serta menjelaskan
aturan main yang akan diterapkan dalam bimbingan kelompok ini. Jika
ada masalah dalam proses pelaksanaannya, mereka akan mengerti
bagaimana cara menyelesaikannya. Asas kerahasiaan juga disampaikan