12 BAB II LANDASAN TEORI PELAYANAN HOLISTIK GEREJA TERHADAP ANAK AUTIS Pada bab ini penulis membahas empat konsep yakni Gereja, pelayanan Gereja, pelayanan holistik dan anak autis. Penulis juga menguraikan beberapa konsep yang diungkapkan oleh para ahli mengenai gereja, pelayanan gereja, pelayanan holistik dan anak autis serta problemnya. Pandangan-pandangan ini akan membantu penulis dalam menguraikan dan menganalisa bagaimana pelayanan gereja yang holistik terhadap anak autis. 2.1 Pengertian Gereja Gereja secara literer muncul dalam Perjanjian Baru. 1 Tetapi munculnya gereja dalam Perjanjian Baru tidak lepas dari peran Allah. Peran tersebut adalah Allah memakai manusia untuk menyatakan kehendak-Nya. Kehendak Allah itu adalah memperkenalkan kembali umat Allah (dalam Kristus) secara eksplisit. Kata “Gereja” berasal dari bahasa Portugis “igreja” dan bahasa Yunani “ecclesia. Kata inilah yang kita jumpai di dalam Perjanjian Baru; biasanya diterjemahkan dengan jemaat (dahulu juga dengan “sidang” ataupun “sidang- jemaat”). Disebabkan terjemahannya di dalam Katekismus Heidelberg, maka di dalam Pengakuan Iman Rasuli kata “Ecclesia” itu dapat dianggap diterjemahkan dengan “Gereja Kristen”. Tetapi kata “Kristen” sebenarnya tidaklah terdapat di 1 Edmund Woga, Dasar-dasar Misiologi, (Yogyakarta: Kanisius, 2002), 78.
37
Embed
BAB II LANDASAN TEORI PELAYANAN HOLISTIK GEREJA … · 2.1 Pengertian Gereja Gereja secara literer muncul dalam Perjanjian Baru.1 Tetapi munculnya gereja dalam Perjanjian Baru tidak
This document is posted to help you gain knowledge. Please leave a comment to let me know what you think about it! Share it to your friends and learn new things together.
Transcript
12
BAB II
LANDASAN TEORI
PELAYANAN HOLISTIK GEREJA TERHADAP ANAK AUTIS
Pada bab ini penulis membahas empat konsep yakni Gereja, pelayanan
Gereja, pelayanan holistik dan anak autis. Penulis juga menguraikan beberapa
konsep yang diungkapkan oleh para ahli mengenai gereja, pelayanan gereja,
pelayanan holistik dan anak autis serta problemnya. Pandangan-pandangan ini akan
membantu penulis dalam menguraikan dan menganalisa bagaimana pelayanan gereja
yang holistik terhadap anak autis.
2.1 Pengertian Gereja
Gereja secara literer muncul dalam Perjanjian Baru.1 Tetapi munculnya
gereja dalam Perjanjian Baru tidak lepas dari peran Allah. Peran tersebut adalah
Allah memakai manusia untuk menyatakan kehendak-Nya. Kehendak Allah itu
adalah memperkenalkan kembali umat Allah (dalam Kristus) secara eksplisit.
Kata “Gereja” berasal dari bahasa Portugis “igreja” dan bahasa Yunani
“ecclesia. Kata inilah yang kita jumpai di dalam Perjanjian Baru; biasanya
diterjemahkan dengan jemaat (dahulu juga dengan “sidang” ataupun “sidang-
jemaat”). Disebabkan terjemahannya di dalam Katekismus Heidelberg, maka di
dalam Pengakuan Iman Rasuli kata “Ecclesia” itu dapat dianggap diterjemahkan
dengan “Gereja Kristen”. Tetapi kata “Kristen” sebenarnya tidaklah terdapat di
1 Edmund Woga, Dasar-dasar Misiologi, (Yogyakarta: Kanisius, 2002), 78.
13
dalam naskah asli. Oleh karena itu dapat dikatakan, bahwa kata “Ecclesia” telah
menjadi suatu istilah yang demikian khusus artinya, sehingga tambahan kata “Kristen
sebenarnya tidak perlu lagi. Di dunia Yunani Kata “ek-klesia” (dari kata kerja
“kleo”) mula-mula berarti: mereka yang “dipanggil (ke luar)”, yaitu orang-orang
merdeka (bukan budak, bukan-pelayan) yang oleh seorang bentara dipanggil
berhimpun untuk menghadiri rapat rakyat. “Gereja” terdapat di mana ada yang
dipanggil, dipanggil berhimpunan, yaitu oleh Allah. Gereja bukanlah suatu
organisasi orang-orang yang mau mendirikan suatu perkumpulan guna suatu tujuan
tertentu, melainkan orang-orang itu telah dipanggil berkumpul oleh Allah sendiri.2
Istilah gereja di dalam Ensiklopedi Alkitab masa kini, berasal dari bahasa
Yunani ekklesia yang berarti pertemuan atau sidang (jemaat). Kata ini umumnya
dipakai bagi sidang umum dari penduduk kota yang dikumpulkan secara resmi.
Sidang seperti ini menjadi ciri segala kota di luar Yudea, di mana Injil dimasyurkan.
Kata ekklesia juga dipakai di kalangan Yahudi (LXX) bagi ‘jemaat Israel’, yang
dibentuk di Sinai dan dikumpulkan di depan hadirat Allah pada hari-hari raya
tahunan, yakni pengantara yang ditunjuk Allah menjadi wakil umat. Tidaklah jelas
apakah pemakaian ekklesia secara Kristiani pada mulanya diambil dari pemakaian
non-Yahudi atau dari pemakaian Yahudi (ini diperdebatkan), tapi adalah pasti bahwa
kata ini lebih mengandung arti ‘pertemuan’ daripada ‘organisasi’ atau masyarakat.3
Menurut Robinson kata gereja (ekklesia) menunjuk kepada mereka yang
dipanggil keluar dari dosa ke dalam keselamatan, dari kematian kepada hidup, dari
tawanan iblis kepada kemerdekaan dalam Kristus, dari perbudakan oleh iblis kepada
2 G.C.van Niftrik, Dogmatika Masa Kini, (Jakarta: Gunung Mulia, 2008), 359.
3 J. D. Douglas, Ensiklopedi Alkitab Masa Kini, (National Council of the church of Christ in
the USA, 1946, 1952, 1971, 1973), 332.
14
pelayanan Kristus. Mereka adalah orang-orang yang dijamah oleh Tuhan. Mereka
dipisahkan dari dunia bagi Kristus dan dikhususkan untuk melayani-Nya. Mereka
adalah orang-orang yang khusus disiapkan untuk melaksanakan misi Kristus dalam
dunia ini. Apa yang Yesus lakukan sewaktu Ia di dunia ini ditugaskan-Nya kepada
gereja-Nya supaya gereja-Nya meneruskan pekerjaan itu.4 Gereja adalah komunitas
baru milik Tuhan. Tujuan-Nya yaitu untuk menyelamatkan setiap orang dari dosa
dan mendapatkan kehidupan dan kemerdekaan dalam Kristus. Dengan kehadiran
gereja, Tuhan memanggil dan menguduskan orang-orang dari tengah-tengah dunia
demi kemuliaan-Nya. Karena Tuhan telah memberi diri-Nya dan menyelamatkan
manusia dari dosa, maka kehadiran gereja menjadi sebuah wadah dimana Tuhan
memanggil umat manusia untuk bersama-sama berkomimen dalam sebuah pelayanan
yang sama seperti yang telah dilakukan oleh-Nya. Jadi dalam hal ini, bisa dikatakan
bahwa umat manusia terikat pada misi gereja. Gereja mempunyai identitas ganda, di
satu pihak, Tuhan memanggil umat untuk keluar dari dunia menjadi milik Tuhan,
dan di lain pihak, diutus kembali ke dunia untuk menjadi saksi dan melayani. Misi
gereja dimodelkan pada misi Kristus. Dia sungguh-sungguh memasuki dunia dan
mengambil kodrat manusia, menjalani kehidupan sama seperti manusia dan mati
seperti kematian manusia. Totalitas yang telah di tunjukan oleh Tuhan menjadi dasar
bagi pelayanan yang akan dilakukan oleh gereja, dimana Ia mengosongkan diri-Nya
demi kesetaraan dengan umat manusia. Melalui contoh yang telah dilakukan oleh
Yesus perlu juga dilakukan oleh gereja dan orang-orang yang telah diutus sebagai
4 Darell, W. Robinson, Total Church Life-Kehidupan Gereja yang Utuh, (Bandung:
Lembaga Literatur Babtis, 1997), 26.
15
alat cinta kasih di tengah-tengah dunia ini. Sehingga pelayanan yang dilakukan
dapat dirasakan semua orang.
Sutarno menegaskan, gereja adalah wadah persekutuan dari para pengikut
Yesus Kristus, yaitu orang-orang percaya dan mengaku Yesus Kristus adalah Tuhan
dan Juruselamatnya. Lahirnya gereja berdasarkan kehendak dan panggilan dari
Kristus sendiri, demi menjalankan misi-Nya. Dengan demikian keberadaan gereja
bukan merupakan tujuan dalam dirinya sendiri (not an end in itself), melainkan untuk
melaksanakan maksud tertentu, berupa misi Kristus yakni karya penyelamatan oleh
dan di dalam Kristus yang merupakan anugerah pengampunan dosa dan tuntutan
pembaharuan hidup. Selain itu, gereja merupakan tempat di mana karya dan
kekuasaan Kristus sebagai Raja Mesias, Juruselamat, diakui dan ditaati. Dengan kata
lain, gereja merupakan tempat dimana hukum-hukum Kerajaan Sorga/Allah
sebagaimana di amanatkan oleh Kristus diakui dan ditaati secara kolektif atau
bersama-sama. Sedangkan hukum-hukum Kristus itu pada intinya didasarkan pada
Hukum Kasih, di mana pelayanan, pengorbanan dan pengampunan merupakan
prinsip-prinsip dasar yang harus diupayakan pelaksanaannya.5 Keberadaan gereja
bukan merupakan tujuan dalam dirinya sendiri, tetapi kehadiran gereja sebagai
wadah dimana misi Tuhan di amanatkan supaya dilaksanakan. Kehadiran gereja
diharapkan dapat membawa sukacita, dan cinta kasih yang menjangkau semua aspek
dalam kehidupan jemaat maupun masyarakat sebagai ladang Allah.
5 Sutarno, Di Dalam Dunia, Tetapi Tidak dari Dunia, (Jakarta: BPK Gunung Mulia, 2004),
169.
16
Menurut Tom Jacob Gereja adalah umat Allah yang baru dengan pengertian
dalam Kristus, gereja dipersatukan Allah dalam iman.6 Karena itu hakekat gereja
dalam Alkitab digambarkan sebagai “tubuh Kristus. Karena Kristus menjadi kepala
yang menyebut diriNya gembala yang baik.7 Gereja dapat diartikan sebagai
persekutuan sukarela orang-orang percaya kepada Kristus.8 Oleh karena itu gereja
dapat terbentuk karena Yesus Kristus memanggil para pemercaya menjadi
pengikutNya. Dengan demikian persekutuan dengan Kristus berarti persekutuan
dengan sesama manusia. Karena gereja secara definitif adalah melampaui sebagai
institusi, pranata, atau organisasi di dunia ini.9 Namun kekuasaan gereja ada untuk
membangun suatu tanda baru di dunia yang berbeda dengan cara dunia.10
Tanda baru
untuk membangun dunia itu adalah untuk mendemonstrasikan kasih Allah sepanjang
waktu dalam dunia ini.11
Singkatnya gereja hadir atau lahir karena tugas panggilan.12
Tugas panggilan gereja itu adalah melakukan pelayanan (diakonia) di dunia ini.13
Karena pelayanan merupakan kehendak Allah dalam Kristus yang dilanjutkan oleh
gereja. Karena gereja itu dapat hidup dalam arti yang sesungguhnya apabila
melayani. Oleh karena itu dengan tegas Hendrik Kreamer berpendapat pelayanan
atau diakonia adalah roh, dan pola yang benar dari gereja yang berakar dalam wujud
6 Tom Jacobs, Gereja Menurut Vatikan II (Yogyakarta: Kanisius, 1987), 24.
7 S.M. Hutagalung, Peranan PAK dalam Rangka Meningkatkan Sumber daya manusia
Mengantisipasi Era Globalisasi Dalam membangun Tubuh Kristus, (Siantar: Yayasan STT, 1996),
551. 8 Agus Santosa, Agape dan Spiritualitas gereja dalam kepemimpinan Kristiani: Spiritualitas,
Etika, dan teknik-teknik kepemimpinan gereja dalam Era penuh perubahan, (Jakarta: STT Jakarta,
2001) 100. 9 Ibid., 100.
10 Ibid., 100.
11 Michael Griffiths, Gereja dan panggilannya (Jakart: BPK Gunung Mulia, 1995) 7.
12 Arlyyanus Larosa, Misi sosial Gereja (Bandung: Yayasan Kalam Hidup, 1999)9-10.
13 Norman E. Thomas, Teks-Teks Klasik Tentang Misi Dan Kekristenan Sedunia: Melengkapi
Adikarya David Bosch Transformasi Misi Kristen (Jakarta: BPK Gunung Mulia, 2001), 359.
17
dan pekerjaan Kristus, Tuhan gereja. Gereja adalah diakonia, yang harus dinyatakan
dalam semua bidang kehidupan sekuler. 14
Menurut Egune Bianchi, diakonia merupakan tugas fundamental gereja untuk
mewujudkan perdamaian atau pemulihan kembali mengatasi pelbagi alienasi yang
menindas umat manusia zaman ini.15
Oleh sebab itu dibutuhkan pendekatan yang
rendah hati dan menghamba kepada dunia yang telah ditebus. Supaya dapat
melakukan perintah Kristus dengan baik dan seimbang gereja harus melakukan tugas
tridarma gereja.16
Tugas tersebut, meliputi koinonia, marturia, dan diakonia.
Menurut B. Kieser, gereja bersifat adikodrati, tetapi konsekuensi logisnya Gereja
melakukan tugas kodrati.17
Tugas kodrati tersebut dikenal dengan diakonia gereja.
2.1 Pelayanan (Diakonia)
Gerhard Kittel (1874:81) menegaskan, Istilah “diakonia” berasal dari bahasa
Yunani, διακονια artinya pelayanan, sedangkan orang yang melakukan disebut
sebagai pelayan (δίακονος). Diakonia merupakan tindakan dari melayani (δίακονέίν),
yang dilakukan oleh pelayan.18
Biasanya diakonein diartikan juga sebagai pekerjaan
dalam melayani meja yaitu dengan mempersiapkan hidangan-hidangan atau
kebutuhan fisik para tuan atau orang-orang terhormat. Gambaran dalam melayani
14
Ibid., 359. 15
Avery Dulles, Model-model gereja (Flores: Nusa Indah, 1990), 90. 16
Emanuel Gerrit Singgih, Transformasi Gereja Menyongsong Abad-21 (Yogyakarta:
kanisius, 1997, 19-26. 17
B. Kieser, Moral Sosial: keterlibatan umat dalam hidup bermasyarakat (Yogyakarta:
kanisius, 1987), 17. 18
Gerhard Kittel, Theological Dictionary of The New Testament, (Michigan: Grand Rapids,
1874) , 81.
18
adalah dengan merangkak, berlutut sampai ke tanah, yang diuntungkan adalah
penerimanya atau yang dilayani, sedangkan pelayan itu sendiri tidak memperoleh
jasa atau gaji.19
Lebih lanjut, melayani berarti melakukan sesuatu bagi orang lain
yang kedudukannya terhormat, baik secara sukarela ataupun terpaksa. Biasanya,
pekerjaan ini hanya dilakukan oleh budak atau orang yang kedudukannya dipandang
rendah ditengah masyarakat, sedangkan orang-orang merdeka tidak bersedia
melakukannya.
Hal tersebut terjadi karena arti hidup dalam kebudayaan Yunani dilihat dalam
perkembangan yang bebas dari diri sendiri, sedangkan melayani bertentangan dengan
kehendak sendiri karena harus merendahkan diri dan memberi diri kepada orang lain.
Oleh karena itu diakonia tersebut dipandang sebagai suatu pekerjaan hina.20
Istilah
diakonia yang dipandang rendah dan hina dalam kehidupan dunia Yunani tersebut,
menjadi salah satu istilah yang dihormati dalam kehidupan Kristen. Bahkan diakonia
merupakan salah satu dari tritugas panggilan gereja yang harus dijalankan dalam
rangka mewujudkan kerajaan Allah di dunia ini.
Menurut A. Noordegraaf istilah diakonia, melalui kedatangan Yesus Kristus
telah memiliki makna dan isi yang baru. Anak manusia datang bukan untuk dilayani
melainkan untuk melayani atau melakukan diakonia dan memberikan hidup-Nya
untuk menjadi tebusan bagi orang banyak. Yesus yang adalah Mesias dan Raja justru
hadir dan merendahkan diri-Nya untuk melayani umat-Nya. Dalam hal ini Yesus
menentang tata kehidupan duniawi yang cenderung memperlihatkan kekuasaannya,
19
Ibid., 82. 20
Ibid., 83.
19
yang sifatnya selalu harus dilayani.21
Disini Yesus memberi contoh yang baik,
dimana Ia selalu merendahkan dirinya tanpa melihat statusnya sebagai Anak Allah
yang kita tahu bahwa Ia mempunyai kuasa. Tetapi Ia tidak memakai itu sebagai
patokan dalam pelayananNya. Bagi Yesus melayani itu tanpa memandang kuasa atau
memperlihatkan kekuasaan untuk menindas tetapi merangkul semua dengan cinta
kasih dan kerendahan hati.
Menurut P. G.van Hooijdonk, diakonia adalah bidang pelayanan pastoral:
gereja dan masyarakat yang tidak terbatas pada ranah sosial saja, tetapi meliputi
politik, pendidikan, medis, kebudayaan dan lain-lain. Oleh karena itu diakonia ialah
pelayanan yang dilakukan dengan sadar oleh gereja untuk ikut mewujudkan nilai-
nilai kerajaan Allah seperti perdamaian, keadilan, kebenaran, cinta kasih bagi
masyarakat. 22
Namun yang berlawanan dengan nilai-nilai kerajaan Allah adalah