BAB II LANDASAN TEORI Pada bab ini penulis akan menjelaskan tentang landasan teori mengenai komponen – komponen yang digunakan dalam pembuatan alat “ PERANCANGAN ALAT PENGUKUR SUHU RUANGAN DENGAN MIKROKONTROLER AT89S51 ”. Selain itu penulis juga akan menjelaskan tentang kegunaan dari masing- masing komponen yang digunakan dalam rangkaian ini. 2.1 Resistor Resistor ialah suatu komponen elektronika yang dapat menghambat arus dan tegangan listrik, semakin besar hambatan resistor akan semakin kecil tegangan atau arus yang dihasilkan. Resistor daat dibagi menjadi dua jenis yaitu : 2.1.1 Resistor Tetap Resistor tetap ialah resistor yang memiliki nilai hambatan yang tetap, sesuai dengan kode warna pada badannya. Resistor ini memiliki batas kemampuan daya artinya resistor hanya dapat dioperasikan dengan daya maksimal sesuai dengan kemampuan dayanya. Gambar 2.1(a) Bentuk fisik resistor Gambar 2.1(b) Simbol resistor 5
23
Embed
BAB II LANDASAN TEORI - storage.jak-stik.ac.idstorage.jak-stik.ac.id/students/paper/penulisan ilmiah/40405006/BAB...AT89S51 ”. Selain itu penulis juga akan menjelaskan tentang kegunaan
This document is posted to help you gain knowledge. Please leave a comment to let me know what you think about it! Share it to your friends and learn new things together.
Transcript
BAB II
LANDASAN TEORI
Pada bab ini penulis akan menjelaskan tentang landasan teori mengenai
komponen – komponen yang digunakan dalam pembuatan alat “ PERANCANGAN
ALAT PENGUKUR SUHU RUANGAN DENGAN MIKROKONTROLER
AT89S51 ”. Selain itu penulis juga akan menjelaskan tentang kegunaan dari masing-
masing komponen yang digunakan dalam rangkaian ini.
2.1 Resistor
Resistor ialah suatu komponen elektronika yang dapat menghambat arus dan
tegangan listrik, semakin besar hambatan resistor akan semakin kecil tegangan atau
arus yang dihasilkan. Resistor daat dibagi menjadi dua jenis yaitu :
2.1.1 Resistor Tetap
Resistor tetap ialah resistor yang memiliki nilai hambatan yang tetap, sesuai
dengan kode warna pada badannya. Resistor ini memiliki batas kemampuan daya
artinya resistor hanya dapat dioperasikan dengan daya maksimal sesuai dengan
kemampuan dayanya.
Gambar 2.1(a) Bentuk fisik resistor Gambar 2.1(b) Simbol resistor
5
6
Besarnya nilai hambatan pada resistor tetap, dinyatakan dengan kode warna.
Kode ini berupa lingkaran –lingkaran berwarna pada badan resistor. Adapun arti kode
warna berdasarkan standart kode elektronika international dijelaskan sebagai berikut :
Tabel 2.2 Kode warna resistor
GELANG KE
WARNA 1 dan 2 3 4
Hitam 0 X 1 -
Coklat 1 X 10 -
Merah 2 X 100 -
Orange 3 X 1000 -
Kuning 4 X 10000 -
Hijau 5 X 100000 -
Biru 6 X 1000000 -
Ungu 7 X 10000000 -
Abu – abu 8 X 100000000 -
Putih 9 X 1000000000 -
Emas - X 0.1 5 %
Perak - X 0.1 10%
Tidak Berwarna - - 20%
Contoh :
Gelang ke-2
Gelang ke-1
Gelang ke-3
Gelang ke-4
7
Keterangan : Gelang ke-1 dan ke-2 menyatakan angka
Gelang ke-3 menyatakan faktor pengali ( banyaknya nol )
Gelang ke-4 menyatakan toleransinya
2.1.2 Resistor Tidak Tetap (Variable )
Resistor tidak tetap adalah resistor yang nilai hambatannya dapat berubah-
ubah dengan cara memutar-mutar porosnya.
Gambar 2.3 Simbol potensiometer
2.2 Kapasitor
Kapasitor ialah suatu komponen elektronika yang dapat menyimpan dan
melepaskan muatan listrik dan energi listrik. Kemampuan untuk menyimpan muatan
listrik pada kapasitor disebut dengan kapasitansi atau kapasitas.
Diantara jenis-jenis kapasitor, dibedakan menjadi dua golongan antara lain
kapasitor bipolar dan kapasitor non-polar, yang mana kapasitor ini mempunyai
kapasitansi yang tetap. Kapasitor ini juga dapat dibedakan dari bahan yang digunakan
sebagai lapisan diantara lempeng-lempeng logam yang disebut dielektrikum, seperti
keramik, mika, milar, kertas, polyester, film. Pada umumnya kapasitor yang terbuat
dari bahan yang tersebut diatas nilainya kurang dari 1 mikro farad.
Gambar 2.4 Simbol kapasitor non polar
8
Adapun kapasitor elektrolit adalah kapasitor tetap, yang memiliki nilai lebih
besar sama dengan 1 mikro farad, dengan bahan dielektrikumnya terbuat dari cairan
elektrolit. Kapasitor elektrolit ini memiliki polaritas ( kutub + dan kutub - ). Muatan (
nilai ) yang digunakan oleh kapasitor menggunakan satuan farad, karena kapasitor
mempunyai nilai yang besar, maka nilai satuan pada kapasitor biasanya dinyatakan
dalam mikro farad, nano farad dan piko farad.
Gambar 2.5 Simbol kapasitor polar
Fungsi kapasitor antara lain :
1. Sebagai filter atau penyaring, biasanya digunakan pada sistem radio, tv, amplifier
dan lain-lain. Filter pada radio digunakan untuk menyaring ( penghambatan )
gangguan-gangguan dari luar.
2. Sebagai kopling, kapasitor sebagai kopling ( penghubung ) amplifier tingkat
rendah ketingkat yeng lebih tinggi
2.3 Voltage Regulator
Regulator merupakan suatu power supply yang dapat diatur tegangannya
sesuai dengan kehendak kita dan sesuai dengan batas tegangannya. Regulator DC volt
yang stabil dan dapat diatur tegangannya banyak dipergunakan pada pesawat televisi.
9
Gambar 2.6 Bentuk fisik regulator
Regulator DC volt sangat berguna pada rangkaian ini, karena tegangan volt
regulator dapat diatur sedemikian rupa sehingga sesuai dengan tegangan DC volt.
2.4 Analog To Digital Converter (ADC) 0804
ADC banyak tersedia dipasaran, tetapi dalam perancangan ini digunakan ADC
0804. Gambar 2.7 menunjukkan susunan kaki ADC tersebut. Beberapa karakteristik
ADC 0804 adalah sebagai berikut:
• Memiliki 2 masukan analog : Vin (+) dan Vin(-) sehingga memperbolehkan
masukan selisih (diferensial). Dengan kata lain, tegangan masukan analog yang
sebenarnya adalah selisih dari masukan kedua pin [ analog Vin = Vin(+) – Vin(-)].
Jika hanya satu masukan maka Vin(-) dihubungkan ke ground. Pada operasi
normal, ADC menggunakan Vcc = +5V sebagai tegangan referensi, dan masukan
analog memiliki jangkauan dari 0 sampai 5 V pada skala penuh.
• Mengubah tegangan analog menjadi keluaran digital 8 bit. Sehingga resolusinya
adalah 5V/255 = 19.6 mV
• Memiliki pembangkit detak (clock) internal yang menghasilkan frekuensi
f=1/(1,1RC), dengan R dan C adalah komponen eksternal.
• Memiliki koneksi ground yang berbeda antara tegangan digital dan analog. Kaki 8
adalah ground analog. Pin 10 adalah ground digital.
10
Gambar 2.7 Pin konfigurasi ADC 0804
ADC 0804 merupakan ADC yang paling familier, yang paling sering
digunakan untuk keperluan pembuatan alat-alat ukur digital, dengan karakteristik
dasar, lebar data = 8 bit, waktu konversi = 100 uS. WR : ( input ) pin ini digunakan
untuk memulai konversi tegangan analog menjadi data digital, bila WR mendapat
logika '0' maka konverter akan mengalami reset; dan ketika WR kembali pada
keadaan tinggi maka konversi segera dimulai. Bila CS atau RD diberi logika '1' maka
output D0 s/d D7 akan berada dalam keadaan high impedanzi, sebaliknya bila CS dan
RD diberi logika '0' maka output digital akan keluar pada D0 s/d D7. INT: ( output )
pin ini digunakan sebagai indikator apabila ADC talah selesai menkonversikan
tegangan analog menjadi digital, INT akam mengeluarkan logika '1' pada saat
memulai konversi dan akan berada pada logika '0' bila konversi telah selesai.
Frekuensi clock konverter harus terletak dalam daerah frekuensi 100 s/d 800 kHz.
CLK IN dapat diturunkan dari sumber clock eksternal. Clock internal dapat
dibangkitkan dengan memeberikan komponen R dan C pada CLK IN dan CLK R. Vin
: pin ini sebagai inputan tegangan analog yang akan dikonversikan menjadi data
digital.
11
2.5 Sensor Suhu LM35
Untuk mendeteksi suhu digunakan sebuah sensor suhu LM 35 yang dapat
dikalibrasikan langsung dalam ºC, LM 35 ini difungsikan sebagai basic temperature
sensor seperti pada gambar 2.8.
Gambar 2.8 Simbol sensor suhu LM 35
Gambar 2.9 Bentuk fisik sensor suhu LM 35
Vout dari LM 35 ini dihubungkan dengan ADC (Analog To Digital
Converter). Dalam suhu kamar (25oC) tranduser ini mampu mengeluarkan tegangan
250mV dan 1,5V pada suhu 150oC dengan kenaikan sebesar 10mV/oC.
12
2.6 Penguat Operasional
2.6.1 Dasar-Dasar Penguat Operasional
Penguat operasional (opamp) adalah suatu blok penguat yang mempunyai dua
masukan dan satu keluaran. Opamp biasa terdapat di pasaran berupa rangkaian
terpadu (integrated circuit-IC).
Gambar 2.10 Rangkaian dasar penguat operasional
Gambar 2.10 menunjukkan sebuah blok op-amp yang mempunyai berbagai
tipe dalam bentuk IC. Dalam bentuk paket praktis IC seperti tipe 741 hanya berharga
beberapa ribu rupiah. Seperti terlihat pada gambar 2.10, op-amp memiliki masukan
tak membalik v+(non-inverting), masukan membalik v- (inverting) dan keluaran vo.
Jika isyarat masukan dihubungkan dengan masukan membalik (v-), maka pada daerah
frekuensi tengah isyarat keluaran akan “berlawanan fase” (berlawanan tanda dengan
isyarat masukan). Sebaliknya jika isyarat masukan dihubungkan dengan masukan tak
membalik (v+), maka isyarat keluaran akan “sefase”. Sebuah opamp biasanya
memerlukan catu daya ± 15 V. Dalam menggambarkan rangkaian hubungan catu daya
ini biasanya dihilangkan. Idealnya, jika kedua masukan besarnya sama, maka
keluarannya akan berharga nol dan tidak tergantung adanya prubahan sumber daya,
yaitu ( + - ) v = A v - v o dimana A berharga sangat besar dan tidak tergantung
besarnya beban luar yang terpasang.
13
2.6.2 Penguatan Tak Membalik ( Non-Inverting Amplification )
Salah satu fungsi op-amp adalah sebagai penguat tak membalik (non-
inverting) dan mengeluarkan isyarat keluaran yang sama tetapi lebih besar dari
masukannya, adapun konfigurasinya sebagai berikut :
Gambar 2.11 Rangkaian penguat operasional tak membalik.
Dari gambar 2.11 terlihat vs diberikan pada masukan tak membalik. Dan
konfigurasi penguatan diberikan pada masukan membalik. Tegangan keluaran akan
sefasa dengan tegangan masukan. Resistor r2 dan r1 membuat jaringan pembagi
tegangan untk memberikan umpan balik (va) yang diperlukan pada masukan
membalik. Karena tegangan umpan balik cenderung menyamai masukan tak
membalik, maka va = vs
Dari rumus penguatannya adalah :
Av = vout = r2/va + 1/r1……………………………………….………………………1
Sehingga didapat tegangan keluarannya adalah :
Vout = r2/r1 + 1……………………………………………………………………..…2
2.7 Dioda
Dioda adalah komponen yang paling sederhana pada keluarga semikonduktor.
Kata “dioda” adalah sebuah kata majemuk yang berarti “dua elektroda”, dimana “di”
berarti dua dan “oda” yang berarti elektroda. Jadi dioda adalah dua lapisan elektroda
N(katoda) dan ;apisan P(anoda), dimana N berarti negative dan P adalah positif.
14
Gambar 2.12 Simbol dioda ideal
Gambar diatas menunjukkna symbol dari dioda ideal. Sifat dasar dari dioda
adalah untuk mengubah arus ac menjadi arus dc. Diioda akan menghantarkan arus
bila diberi beda tegangan. Didalam rangkaian elektronika dioda ideal biasanya
digunakan hanya sebagai penyearah tegangan. Menurut kelompoknya dioda
dogolongan dalam dua jenis, yaitu :
1. Dioda germanium : pada dioda germanium tegangan idealnya berkisar antara 0,3 v
pada suhu sekitar 25ºc.
2. Dioda silicon : sedangkan pada dioda silicon tegangan idealnya berkisar
antara 0,7 v pada suhu yang sama
Yang dimaksud dengan tegangan ideal adalah, dioda akan menghantarkan arus
bila diberi tegangan sumber lebih besar dari tegangan idealnya. Dan dioda tidak akan
menghantarkan arus apabila tegangan yang melaluinya lebih kecil dari tegangan
idealnya. Tetapi mungkin akan ada tegangan yang akan dialirkan oleh dioda itu, dan
besarnya hanya sebesar tegangan ideal dan besarnya tegangan ideal yang akan
dialirkan tergantung dari jenis dioda yang digunakan. Oleh karena itu dioda juga
dapat digunakan sebagai saklar pada rangkaian elektronika selain digunakan sebagai
mana fungsinya yaitu sebagai penyearah tegangan.
2.8 Transformator
2.8.1 Persamaan Dasar
Tegangan saluran (220V) terlalu tinggi bagi sebagian besar peralatan
elektronik. Inilah jawaban mengapa hampir semua peralatan elektronik menggunakan
15
trnsformator. Tranformator dalam hal ini digunakan untuk menurunkan level tegangan
yang lebih sesuai dengan peralatan. Gambar 2.13 menunjukkan sebuah contoh
transformator. Kumparan sebelah kiri disebut sebagai kumparan primer dan yang
sebelah kanan disebut sebagai kumparan sekunder. Jumlah lilitan pada kumparan
primer adalah N1 dan jumlah lilitan pada kumparen sekunder adalah N2. Dua garis
vertikal diantara keduanya adalah untuk menunjukkan bahwa kumparan dililitkan
pada sebuah inti besi.
Tegangan yang diinduksikan pada kumparan sekunder sebesar :
Gambar 2.13 Simbol transformator
2.8.2 Penyearah Gelombang Penuh Trafo CT
Terdapat cara yang sangat sederhana untuk meningkatkan kuantitas keluaran
positif menjadi sama dengan masukan (100%). Ini dapat dilakukan dengan menambah
satu diode pada rangkaian seperti terlihat pada gambar 2.14(a). Pada saat masukan
berharga negatif maka salah satu dari diode akan dalam keadaan panjar maju sehingga
memberikan keluaran positif. Karena keluaran berharga positif pada satu periode
penuh, maka rangkaian ini disebut penyearah gelombang penuh. Pada gambar 2.14(a)
terlihat bahwa anode pada masing-masing diode dihubungkan degan ujung-ujung
rangkaian sekunder dari transformer. Sedangkan katode masing-masing diode
dihubungkan pada titk positif keluaran. Beban dari penyearah dihubungkan antara
titik katode dan titik center-tap (CT) yang dalam hal ini digunakan sebagai referensi
atau “tanah”. Mekanisme terjadinya konduksi pada masing-masing diode tergantung
16
pada polaritas tegangan yang terjadi pada masukan. Keadaan positif atau negatif dari
masukan didasarkan pada referensi CT.
Pada gambar 2.14(a) nampak bahwa pada setengah periode pertama misalnya,
v1 berharga positif dan v2 berharga negatif, ini menyebabkan D1 berkonduksi
(berpanjar maju) dan D2 tidak berkonduksi (berpanjar mundur). Pada setengah
periode ini arus i D1 mengalir dan menghasilkan keluaran yang akan nampak pada
hambatan beban. Pada setengah periode berikutnya, v2 berharga positf dan v1
berharga negatif, menyebabkan D2 berkonduksi dan D1 tidak berkonduksi. Pada
setengah periode ini mengalir arus i D2 dan menghasilkan keluaran yang akan
nampak pada hambatan beban. Dengan demikian selama satu periode penuh
hambatan beban akan dilewati arus i D1 dan i D2 secara bergantian dan menghasilkan
tegangan keluaran DC.
Gambar 2.14 Bentuk gelombang transformator
2.8.3 Penyearah Gelombang Penuh Model Jembatan
Penyearah gelombang penuh model jembatan memerlukan empat buah diode.
Dua diode akan berkonduksi saat isyarat positif dan dua diode akan berkonduksi saat
isyarat negatif. Untuk model penyearah jembatan ini kita tidak memerlukan
transformator yang memiliki centertap. Seperti ditunjukkan pada gambar 2.15, bagian
masukan AC dihubungkan pada sambungan D1-D2 dan yang lainnya pada D3-D4.
Katode D1 dan D3 dihubungkan dengan keluaran positif dan anode D2 dan D4
dihubungkan dengan keluaran negatif (tanah). Misalkan masukan AC pada titik A
17
berharga positif dan B berharga negatif, maka diode D1 akan berpanjar maju dan D2
akan berpanjar mundur.
Pada keadaan ini electron akan mengalir dari titik B melalui D4 ke beban,
melalui D1 dan kembali ke titik A. Pada setengah periode berikiutnya titik A negatif
dan titik B menjadi positif. Pada kondisi ini D2 dan D3 akan berpanjar maju
sedangkan D1 dan D4 akan berpanjar mundur. Aliran arus dimulai dari titik A melalui
D2 ke beban malalui D3 dan kembali ke titik B. Perlu dicatat di sini bahwa apapun
polaritas titik A atau B, arus yang mengalir ke beban tetap pada arah yang sama.
Rangkaian jembatan empat diode dapat ditemukan di pasaran dalam bentuk paket
dengan berbagai bentuk. Secara prinsip masingmasing bentuk mempunyai dua
terminal masukan AC dan dua terminal masukan DC.
Gambar 2.15 Penyearah gelombang penuh model jembatan
2.9 Mikrokontroler AT89S51
AT89S51 merupakan mikrokontroler CMOS 8 bit dengan 4 Kbyte in-system