6 BAB II LANDASAN TEORI II.1. Pemeriksaan Operasional II.1.1. Pengertian Pemeriksaan Operasional Berikut ini akan diuraikan beberapa definisi mengenai pengertian pemeriksaan operasional: 1. Arens dan Loebbecke yang diterjemahkan oleh Jusuf, A. A. (2003) menyatakan, “Audit operasional merupakan penelaahan atas bagian manapun dari prosedur dan metode operasi suatu organisasi untuk menilai efisiensi dan efektivitasnya” (h. 4). 2. Agoes, S. (2004) mendefinisikan, “Audit operasional adalah suatu pemeriksaan terhadap kegiatan operasi suatu perusahaan, termasuk kebijakan akuntansi dan kebijakan operasional yang telah ditentukan oleh manajemen, untuk mengetahui apakah kegiatan operasi tersebut sudah dilakukan secara efektif, efisien dan ekonomis” (h. 10). 3. Boynton, Johnson, dan Kell yang diterjemahkan oleh Rajoe, Gania, dan Budi (2003) mendefinisikan, “Audit operasional adalah suatu proses sistematis yang mengevaluasi efektifitas, efisiensi, dan kehematan operasi organisasi yang berada dalam pengendalian manajemen serta melaporkan kepada orang-orang yang tepat hasil-hasil evaluasi tersebut beserta rekomendasi perbaikan” (h. 498). 4. Tunggal, A. W. (2001) menyatakan, “Audit operasional merupakan audit atas operasi yang dilaksanakan dari sudut pandang manajemen untuk menilai ekonomi, efisiensi dan efektifitas dari setiap dan seluruh operasi, terbatas hanya pada keinginan manajemen” (h. 1).
22
Embed
BAB II LANDASAN TEORI II.1. Pemeriksaan Operasionalthesis.binus.ac.id/Doc/Bab2/2007-3-00009-AK Bab 2.pdfdalam pengendalian manajemen serta melaporkan kepada orang-orang yang tepat
This document is posted to help you gain knowledge. Please leave a comment to let me know what you think about it! Share it to your friends and learn new things together.
Transcript
6
BAB II
LANDASAN TEORI
II.1. Pemeriksaan Operasional
II.1.1. Pengertian Pemeriksaan Operasional
Berikut ini akan diuraikan beberapa definisi mengenai pengertian pemeriksaan
operasional:
1. Arens dan Loebbecke yang diterjemahkan oleh Jusuf, A. A. (2003) menyatakan,
“Audit operasional merupakan penelaahan atas bagian manapun dari prosedur dan
metode operasi suatu organisasi untuk menilai efisiensi dan efektivitasnya” (h. 4).
2. Agoes, S. (2004) mendefinisikan, “Audit operasional adalah suatu pemeriksaan
terhadap kegiatan operasi suatu perusahaan, termasuk kebijakan akuntansi dan
kebijakan operasional yang telah ditentukan oleh manajemen, untuk mengetahui
apakah kegiatan operasi tersebut sudah dilakukan secara efektif, efisien dan
ekonomis” (h. 10).
3. Boynton, Johnson, dan Kell yang diterjemahkan oleh Rajoe, Gania, dan Budi
(2003) mendefinisikan, “Audit operasional adalah suatu proses sistematis yang
mengevaluasi efektifitas, efisiensi, dan kehematan operasi organisasi yang berada
dalam pengendalian manajemen serta melaporkan kepada orang-orang yang tepat
hasil-hasil evaluasi tersebut beserta rekomendasi perbaikan” (h. 498).
4. Tunggal, A. W. (2001) menyatakan, “Audit operasional merupakan audit atas
operasi yang dilaksanakan dari sudut pandang manajemen untuk menilai ekonomi,
efisiensi dan efektifitas dari setiap dan seluruh operasi, terbatas hanya pada
keinginan manajemen” (h. 1).
7
Dari definisi di atas, dapat disimpulkan bahwa audit operasional merupakan
suatu proses yang sistematis, yang dilakukan oleh seorang auditor independen, untuk
menilai efektifitas dan efisiensi atas seluruh atau salah satu unit operasi yang dijalankan
perusahaan, dalam hal ini mengenai proses arus pelaksanaan mulainya suatu kegiatan
operasi dari satu bagian ke bagian yang lain sampai selesainya kegiatan tersebut.
II.1.2. Tujuan Pemeriksaan Operasional
Tunggal, A. W. (2001) menyatakan, “Beberapa tujuan dari audit operasional
adalah:
1. Obyek dari audit operasional adalah mengungkapkan kekurangan dan
ketidakberesan dalam setiap unsur yang diuji oleh auditor operasional dan untuk
menunjukkan perbaikan apa yang dimungkinkan untuk memperoleh hasil yang
terbaik dari operasi yang bersangkutan.
2. Untuk membantu manajemen mencapai administrasi operasi yang paling efisien.
3. Untuk mengusulkan kepada manajemen cara-cara dan alat-alat untuk mencapai
tujuan apabila manajemen organisasi sendiri kurang memiliki pengetahuan tentang
pengelolaan yang efisien.
4. Audit operasional bertujuan untuk mencapai efisiensi di pengelolaan.
5. Untuk membantu manajemen, auditor operasional berhubungan dengna setiap fase
dari aktifitas usaha yang dapat merupakan pelayanan kepada manajemen.
6. Untuk membantu manajemen pada setiap tingkat dalam pelaksanaan yang efektif
dan efisien dari tujuan dan tanggung jawab mereka” (h. 12).
Menurut Mulyadi (2002), ”Tujuan pemeriksaan operasional adalah untuk:
1. Mengevaluasi kinerja.
8
2. Mengidentifikasi kesempatan untuk peningkatan.
3. Membuat rekomendasi untuk perbaikan atau tindakan lebih lanjut” (h.32).
Menurut Agoes, S. (2004) menyatakan, ”Tujuan umum dari manajemen audit
adalah:
1. Untuk menilai kinerja (performance) dari manajemen dan berbagai fungsi dalam
perusahaan.
2. Untuk menilai apakah berbagai sumber daya (manusia, mesin, dana, harta lainnya)
yang dimiliki perusahaan telah digunakan secara efisien dan ekonomis.
3. Untuk menilai efektifitas perusahaan dalam mencapai tujuan (objective) yang telah
ditetapkan oleh top management.
4. Untuk dapat memberikan rekomendasi kepada top management untuk
memperbaiki kelemahan-kelemahan yang terdapat dalam penerapan pengendalian
intern, sistem pengendalian manajemen, dan prosedur operasional perusahaan,
dalam rangka meningkatkan efisiensi, keekonomisan dan efektivitas dari kegiatan
operasi perusahaan” (h.175).
II.1.3. Pengertian Efektif, Efisien dan Ekonomis
Agoes, S. (2004) menyatakan, ”Berikut ini akan dijelaskan pengertian efektif,
efisien dan ekonomis:
- Jika suatu goal, objective, program dapat dicapai dalam batas waktu yang
ditargetkan, tanpa memperhatikan biaya yang dikeluarkan, maka hal tersebut
disebut efektif.
- Jika dengan biaya (input) yang sama bisa dicapai hasil (output) yang lebih besar,
maka hal tersebut disebut dengan efisien.
9
- Jika suatu hasil (output) bisa diperoleh dengan biaya (input) yang lebih
kecil/murah, dengan mutu output yang sama, maka hal tersebut disebut ekonomis”
(h. 182).
II.1.4. Jenis-jenis Pemeriksaan Operasional
Arens dan Loebbecke yang diterjemahkan oleh Jusuf, A. A. (2003) menyatakan,
”Audit operasional dibagi menjadi tiga kategori, yaitu:
1. Fungsional (Functional).
Audit fungsional berkaitan dengan sebuah fungsi atau lebih dalam suatu
organisasi. Keunggulan audit fungsional adalah memungkinkan adanya
spesialisasi oleh auditor. Kekurangan audit fungsional adalah tidak dievaluasinya
fungsi yang saling berkaitan.
2. Organisasional (Organizational).
Audit operasional atas suatu organisasi menyangkut keseluruhan unit organisasi,
seperti departemen, cabang atau anak perusahaan. Penekanan dalam suatu unit
organisasi adalah seberapa efisien dan efektif fungsi-fungsi saling berinteraksi.
Rencana organisasi dan metode-metode untuk mengkoordinasikan aktivitas yang
ada, sangat penting dalam audit jenis ini.
3. Penugasan khusus (Special Assignments).
Penugasan audit operasional khusus timbul atas permintaan manajemen. Ada
banyak variasi dalam audit jenis itu. Contoh-contohnya mencakup penentuan
penyebab tidak efektifnya sistem PDE, penyelidikan kemungkinan kecurangan
dalam suatu divisi, dan membuat rekomendasi untuk mengurangi biaya produksi
suatu barang” (h. 767).
10
II.1.5. Tahap-tahap Pemeriksaan Operasional
Menurut Agoes, S. (2004), ”Ada 4 (empat) tahapan dalam suatu pemeriksaan
operasional, yaitu:
1. Survei Pendahuluan (Preliminary Survey).
Survei pendahuluan dimaksudkan untuk mendapat gambaran mengenai bisnis
perusahaan yang dilakukan melalui tanya jawab dengan manajemen dan staff
perusahaan serta penggunaan questionnaires.
2. Penelaahan dan Pengujian Atas Sistem Pengendalian Manajemen (Review and
Testing of Management Control System).
Untuk mengevaluasi dan menguji efektifitas dari pengendalian manajemen yang
terdapat di perusahaan biasanya digunakan internal control questionnaires (ICQ),
flowchart dan penjelasan narrative serta dilakukan pengetesan atas beberapa
transaksi (walk through the documents).
3. Pengujian Terinci (Detailed Examination).
Melakukan pemeriksaan terhadap transaksi perusahaan untuk mengetahui apakah
prosesnya sesuai dengan kebijakan yang telah ditetapkan manajemen. Dalam hal
ini auditor harus melakukan observasi terhadap kegiatan dari fungsi-fungsi yang
terdapat di perusahaan.
4. Pengembangan Laporan (Report Development).
Dalam menyusun laporan pemeriksaan auditor tidak memberikan opini mengenai
kewajaran laporan keuangan perusahaan. Laporan yang dibuat mirip dengan
management letter, karena berisi audit findings (temuan pemeriksaan) mengenai
penyimpangan yang terjadi terhadap kriteria (standard) yang berlaku yang
menimbulkan inefisiensi, inefektifitas dan ketidakhematan (pemborosan) dan
11
kelemahan dalam sistem pengendalian manajemen (management control system)
yang terdapat di perusahaan” (h. 12).
II.1.6. Teknik-teknik Pemeriksaan Operasional
Teknik-teknik pemeriksaan yang digunakan dalam pemeriksaan operasional
sebenarnya tidak jauh berbeda dengan teknik yang digunakan dalam pemeriksaan
keuangan. Dalam pemeriksaan operasional, wawancara memiliki porsi yang lebih dari
teknik lainnya. Adapun teknik-teknik pemeriksaan operasional dapat diuraikan sebagai
berikut:
a. Pemahaman Obyek.
Pemahaman obyek dapat dilakukan melalui diskusi atau wawancara dengan orang
yang berpengalaman dan mempunyai pengetahuan akan obyek tersebut.
b. Walk Through.
Walk through merupakan kegiatan pemeriksaan di dalam menelusuri sistem dan
prosedur pada obyek yang akan diperiksa yang meliputi fungsi-fungsi yang ada
dalam perusahaan.
c. Pengamatan.
Pengamatan merupakan peninjauan atas suatu obyek secara hati-hati dan ilmiah.
Hasil pengamatan memerlukan penegasan yang lebih lanjut di langkah berikutnya,
misalnya melalui analisis dan penyelidikan.
d. Analisis.
Di dalam analisis, pemeriksa mencoba untuk menguraikan informasi yang
diperoleh ke dalam unsur-unsur yang lebih rinci sehingga dapat diketahui unsur-
unsur penting dari informasi tersebut.
12
e. Wawancara.
Wawancara adalah usaha untuk mendapatkan informasi secara lisan. Namun
dalam pelaksanaannya, wawancara dapat dilakukan secara tertulis yaitu dengan
memberikan kuesioner kepada pihak yang diwawancarai.
f. Verifikasi.
Verifikasi digunakan untuk mengukuhkan apa yang tertulis dikaitkan dengan fakta
yang ada. Verifikasi juga dapat digunakan untuk membuktikan kebenaran dari
suatu pernyataan.
g. Penyelidikan.
Penyelidikan merupakan proses mendalami yaitu upaya untuk mengupas secara
ekstensif atau permasalahan yang perlu dijabarkan, diuraikan atau diteliti untuk
menemukan adanya pelaksanaan yang tidak sehat ataupun kebenaran atas suatu
kegiatan.
h. Evaluasi.
Evaluasi merupakan langkah terakhir sebelum kesimpulan pemeriksaan dihasilkan.
Evaluasi memerlukan pertimbangan keahlian, dengan demikian evaluasi dapat
mencerminkan keahlian profesional pemeriksa. Kemampuan ini akan tercermin di
dalam saran dan rekomendasi yang diberikan oleh pemeriksa.
II.1.7. Temuan Hasil Pemeriksaan
Temuan yang disusun dengan baik mencakup:
a. Criteria.
Ukuran atau standar yang harus diikuti atau kondisi yang seharusnya ada.
b. Statement of Condition.
13
Bagaimana kenyataan atau kondisi yang terjadi di perusahaan.
c. Effect.
Bagaimana akibat dari kenyataan yang terjadi di perusahaan. Efek yang negatif
berupa penyimpangan dan efek yang positif berupa hasil yang lebih baik dari
standar yang sudah ditentukan.
d. Cause.
Apa penyebab terjadinya kondisi tersebut di perusahaan dan bagaimana terjadinya.
Biasanya pertanyaan pertama diajukan manajemen setelah membaca temuan
yang dilaporkan internal auditor adalah ”What should we do about it?”. Karena itu
temuan pemeriksaan harus disertai dengan rekomendasi untuk bisa menjawab
pertanyaan tersebut. Temuan dan rekomendasi adalah dua bagian yang penting dalam
suatu laporan pemeriksaan internal. Temuan menjelaskan apa yang terjadi, sedangkan
rekomendasi menjelaskan apa yang harus dilakukan untuk mengatasi kelemahan atau
masalah yang dikemukakan dalam temuan.
II.2. Sistem Pengendalian Intern
II.2.1. Pengertian Sistem Pengendalian Intern
Menurut IAI (2001), ”Pengendalian intern adalah suatu proses yang dijalankan
oleh dewan komisaris, manajemen, dan personel lain entitas yang didesain untuk
memberikan keyakinan memadai tentang pencapaian tiga golongan tujuan berikut ini:
a. Keandalan pelaporan keuangan.
b. Efektifitas dan efisiensi operasi.
c. Kepatuhan terhadap hukum dan peraturan yang berlaku” (h. 319.2).
14
Menurut Mulyadi (2001), ”Sistem pengendalian intern meliputi struktur
organisasi, metode dan ukuran-ukuran yang dikoordinasikan untuk menjaga kekayaan
organisasi, mengecek ketelitian dan keandalan data akuntansi, mendorong efisiensi dan