8 BAB II LANDASAN TEORI II.1. Auditing II.1.1. Pengertian Audit Sebelum memahami audit operasional yang akan dibahas pada skripsi ini, terlebih dahulu diperlukan pemahaman tentang auditing. Berikut ini akan diuraikan beberapa definisi mengenai pengertian auditing yang dikemukakan oleh beberapa ahli : 1. Agoes. S (2004) mendefinisikan auditing sebagai “Suatu pemeriksaan yang dilakukan secara kritis dan sistematis oleh pihak independen, terhadap laporan keuangan yang telah disusun oleh manajemen, beserta catatan-catatan pembukuan dan bukti-bukti pendukungnya dengan tujuan untuk memberikan pendapat mengenai kewajaran laporan keuangan tersebut”. (h.2). 2. Arens dan Loebbecke yang diterjemahkan oleh Jusuf A.A. (2003) mendefinisikan auditing sebagai “suatu proses pengumpulan dan pengevaluasian bahan bukti tentang informasi yang dapat diukur mengenai suatu satuan usaha yang dilaksanakan oleh seorang yang kompeten dan independent untuk dapat menentukan dan melaporkan kesesuaian informasi dimaksud dengan kriteria-kriteria yang telah ditetapkan. Auditing dilakukan oleh seorang yang berkompeten dan independen”. (h.1). 3. Mulyadi (2002) mendefinisikan auditing sebagai “Suatu proses yang sistematis untuk memperoleh dan mengevaluasi bukti secara objektif mengenai pertanyaan-pertanyaan tentang kegiatan dan kejadian ekonomi dengan tujuan untuk menetapkan tingkat kesesuaian antara pernyataan tersebut dengan kriteria
27
Embed
BAB II LANDASAN TEORI II.1. Auditing - thesis.binus.ac.idthesis.binus.ac.id/doc/Bab2/2009-2-00526-AK Bab 2.pdfpertanyaan-pertanyaan tentang kegiatan dan ... Audit laporan keuangan
This document is posted to help you gain knowledge. Please leave a comment to let me know what you think about it! Share it to your friends and learn new things together.
Transcript
8
BAB II
LANDASAN TEORI
II.1. Auditing
II.1.1. Pengertian Audit
Sebelum memahami audit operasional yang akan dibahas pada skripsi ini,
terlebih dahulu diperlukan pemahaman tentang auditing. Berikut ini akan diuraikan
beberapa definisi mengenai pengertian auditing yang dikemukakan oleh beberapa ahli :
1. Agoes. S (2004) mendefinisikan auditing sebagai “Suatu pemeriksaan yang
dilakukan secara kritis dan sistematis oleh pihak independen, terhadap laporan
keuangan yang telah disusun oleh manajemen, beserta catatan-catatan
pembukuan dan bukti-bukti pendukungnya dengan tujuan untuk memberikan
pendapat mengenai kewajaran laporan keuangan tersebut”. (h.2).
2. Arens dan Loebbecke yang diterjemahkan oleh Jusuf A.A. (2003)
mendefinisikan auditing sebagai “suatu proses pengumpulan dan
pengevaluasian bahan bukti tentang informasi yang dapat diukur mengenai
suatu satuan usaha yang dilaksanakan oleh seorang yang kompeten dan
independent untuk dapat menentukan dan melaporkan kesesuaian informasi
dimaksud dengan kriteria-kriteria yang telah ditetapkan. Auditing dilakukan oleh
seorang yang berkompeten dan independen”. (h.1).
3. Mulyadi (2002) mendefinisikan auditing sebagai “Suatu proses yang sistematis
untuk memperoleh dan mengevaluasi bukti secara objektif mengenai
pertanyaan-pertanyaan tentang kegiatan dan kejadian ekonomi dengan tujuan
untuk menetapkan tingkat kesesuaian antara pernyataan tersebut dengan kriteria
9
yang telah ditetapkan, serta menyampaikan hasil-hasilnya kepada pemakai yang
berkepentingan”. (h.9).
Dari beberapa definisi diatas, dapat disimpulkan bahwa auditing adalah suatu proses
pengumpulan dan pengevaluasian data-data atau bukti-bukti tentang informasi
mengenai kejadian ekonomi yang dilakukan oleh seorang atau lebih independen serta
yang berkompeten untuk menentukan objektivitas dan keandalan informasi yang
disampaikan oleh manajemen.
II.1.2. Tujuan Audit
Mengacu pada Arens dan Loebbecke tujuan audit adalah :
1. Eksistensi
Tujuan ini menyangkut apakah semua angka-angka yang dimasukkan dalam laporan
keuangan memang seharusnya dimasukkan dan bagaimana auditor untuk memenuhi
asersi manajemen mengenai keberadaan atau keterjadian.
2. Kelengkapan
Tujuan ini menyangkut apakah semua angka-angka yang seharusnya dimasukkan
memang diikutsertakan secara lengkap sesuai dengan asersi manajemen.
3. Akurasi
Tujuan ini mengacu ke jumlah yang dimasukkan dengan jumlah yang benar. Asersi
yang memenuhi adalah asersi penilaian atau alokasi
4. Klasifikasi
Tujuan untuk menunjukkan apakah setiap pos dalam daftar klien telah dimasukkan
dalam akun yang telah diklasifikasikan dengan tepat.
10
5. Penyajian dan pengungkapan adalah saldo perkiraan dan persyaratan
pengungkapan yang berkaitan telah disajikan dengan pantas dalam laporan
keuangan. Tujuan ini merupakan cara auditor untuk memenuhi asersi
manajemen mengenai penyajian dan pengungkapan.
II.1.3. Jenis-Jenis Audit
Menurut Arens dan Loebbecke yang diterjemahkan oleh Jusuf A.A. (2003), jenis-jenis
audit terbagi menjadi 3 yaitu:
1. Audit Laporan Keuangan (Financial Audit).
Audit laporan keuangan bertujuan untuk menentukan apakah laporan keuangan
secara keseluruhan yang merupakan informasi terukur yang akan diverifikasi telah
disajikan sesuai dengan kriteria-kriteria tertentu. Umumnya, kriteria-kriteria itu
adalah prinsip akuntansi yang berlaku umum. Asumsi dasar dari suatu audit laporan
keuangan adalah bahwa laporan tersebut akan dimanfaatkan kelompok-kelompok
berbeda untuk maksud berbeda.
2. Audit Operasional (Operational Audit).
Yaitu penelaahan atas bagian manapun dari prosedur dan metode operasi suatu
organisasi untuk menilai efisiensi, efektifitas, dan ekonomis. Efisiensi, efektifitas
dan ekonomis opersi suatu organisasi jauh lebih sulit pengevaluasiannya secara
obyektif dibandingkan dengan penerapan dan penyajian laporan keuangan sesuai
dengan prinsip akuntansi yang berlaku umum. Kriteria yang digunakan untuk
evaluasi informasi terukur dalam audit operasional cendrung subyektif. Pada
prakteknya, audit operasional cenderung memberikan saran perbaikan prestasi kerja
dibandingkan melaporkan keberhasilan kerja yang sekarang.
11
3. Audit Ketaatan (Compliance Audit).
Yaitu audit yang bertujuan untuk mempertimbangkan apakah klien telah mengikuti
prosedur atau aturan tertentu yang telah ditetapkan pihak yang memiliki otoritas
lebih tinggi. Hasil audit ketaatan umumnya dilaporkan kepada pihak yang
berwenang membuat kriteria. Audit ketaatan banyak dijumpai di dalam pemerintah.
Oleh sebab itu, sebagian besar dari pekerjaan pemeriksaan ketaatan dilakukan oleh
internal auditor. Tapi bisa juga dilakukan mendapatkan kepastian bahwa seluruh
individu yang berda di dalam perusahaan telah mematuhi semua prosedur dan
peraturan yang telah ditetapkan.
4. Audit Spesial (Special Audit).
Yaitu audit yang bertujuan untuk menentukan apakah kegiatan yang dilaksanakan
ada terjadi penyelewengan atau tindak pidana korupsi. Kepolisian dan kejaksaan
sesuai dengan Undang-undang yang mengatur dari lembaga-lembaga ini,
mempunyai kewenangan untuk menangani terhadap suatu kasus Tindak Pidana
Korupsi (TPK). (h.4).
II.2. Audit Operasional
II.2.1. Pengertian Audit Operasional
Menurut Agoes (2004) mendefinisikan, “Audit operasional adalah suatu
pemeriksaan terhadap kegiatan operasi suatu perusahaan, termasuk kebijakan akunting
dan kebijakan operasional yang telah ditentukan oleh manajemen, untuk mengetahui
apakah kegiatan operasi tersebut seudah dilakukan secara efektif, efisien dan
ekonomis”. (h.175).
12
Menurut Arens dan Loebbecke yang diterjemahkan oleh Jusuf, A.A. (2003)
mendefinisikan, “Audit operasional adalah penelaahan atas bagian manapun dari
prosedur dan metode operasi suatu organisasi untuk menilai efisiensi dan
efektivitasnya. Pada umumnya, auditor akan memberikan sejumlah saran kepada
manajemen untuk memperbaiki jalannya operasi perusahaan”. (h.4).
Menurut Boynton, Johnson dan Kell yang diterjemahkan oleh Budi, I.S.,
Wibowo, H. (2003) mendefinisikan, “Audit operasional adalah suatu proses sistematis
yang mengevaluasi efektifitas, efisiensi, dan ekonomis operasi organisasi yang berada
dalam pengendalian manajemen serta melaporkan kepada orang-orang yang tepat hasil
evaluasi tersebut beserta rekomendasi perbaikan”. (h.498).
Dari pengertian diatas dapat disimpulkan bahwa audit operasional adalah salah
satu jenis pemeriksaan yang dilakukan atas proses operasi perusahaan oleh orang yang
independen, misalnya bagian suatu kegiatan dilaksanakan, bagian prosedur
pelaksanaan, termasuk jalannya arus pelaksanaan dari suatu sub kegiatan ke sub
kegiatan yang lain, sampai seluruh kegiatan selesai dilaksanakan.
Pengertian efisiensi, efektifitas dan ekonomis menurut James AF. Stoner,
R.Edward Freemon, Daniel R Gilbert Jr adalah :
1. Efisiensi
Kemampuan untuk meminimalkan penggunaan sumber daya dalam
mencapai tujuan organisasi (melakukan dengan tepat).
2. Efektifitas
Kemampuan untuk menentukan tujuan yang memadai.
3. Ekonomis
13
Konsep kehematan berhubungan dengan meminimalkan biaya dari sumber
daya yang digunakan untuk suatu kegiatan untuk memperhatikan pada
kualitas yang tepat dan juga berhubungan dengan cara berbagai sumber daya
disediakan.
II.2.2. Tujuan Audit Operasional
Menurut Agoes, S. (2004) tujuan dilakukannya audit operasional adalah sebagi
berikut:
1. Untuk menilai kinerja dari manajemen dan berbagai fungsi dalam perusahaan.
2. Untuk menilai apakah berbagai sumber daya (manusia, mesin, dana, harta
lainnya) yang dimiliki perusahaan telah digunakan secara efisien dan ekonomis.
3. Untuk menilai efektifitas perusahaan dalam mencapai tujuan (objective) yang
telah ditetapkan top management.
4. Memastikan ketaatan terhadap kebijakan manajerial yang telah ditetapkan,
rencana-rencana prosedur serta persyaratan peraturan pemerintah.
5. Mengidentifikasi area masalah potensial pada tahap dini untuk menentukan
tindakan pencegahan yang akan diambil.
6. untuk memberikan rekomendasi-rekomendasi kepada top mangement untuk
memperbaiki kelemahan-kelemahan yang terdapat dalam penerapan struktur
pengendalian intern, sistem pengendalian manajemen dan prosedur operasional
perusahaan dalam rangka meningkatkan efisiensi, keekonomisan dan
keefektivitas dari kegiatan perusahaan. (h.175).
Pada umumnya, tujuan audit operasional untuk memeriksa apakah suatu fungsi
dalam perusahaan telah dilaksanakan dengan efisien, efektif, dan ekonomis serta
14
memberikan saran untuk memperbaiki fungsi tersebut. Audit operasional dapat
meningkatkan kinerja perusahaan dan sebagai bahan pertimbangan dalam pengambilan
keputusan dalam suatu perusahaan.
II.2.3. Ruang Lingkup Audit Operasional
Tunggal, A.W. (2001) menyatakan bahwa audit operasional dibatasi oleh
beberapa hal sebagai berikut:
1. Waktu – berkaitan dengan kekomprehensifan audit.
2. Pengetahuan – auditor hanya akan sensitif terhadap masalah-masalah yang
sesuai dengan latar belakang pendidikan dan pengalaman yang dimiliki saja.
3. Biaya dan data.
4. Standar – bidang yang berada diluar standar atau kriteria keefektifan adalah
diluar ruang lingkup audit operasional.
5. Orang – auditor tidak boleh menyinggung soal ketidakmampuan seseorang
dalam melakukan fungsinya, tetapi hanya boleh menunjukkan bahwa suatu
pekerjaan atau tugas dilaksanakan dengan tidak efektif.
6. Entitas audit – pembatasan audit operasional pada suatu fungsi tertentu atau unit
dalam beberapa hal menyampaikan aspek-aspek yang mempengaruhi entitas
audit, tetapi aspek-aspek tersebut berada dalam lingkup suatu fungsi atau unit
lain. (h.74).
II.2.4. Manfaat Audit Operasional
15
Audit Opersional sama pentingnya dengan audit finansial, karena kedua
pemeriksaan ini memiliki manfaat masing-masing bagi organisasi perusahaan. Manfaat
audit operasional menurut Tunggal (2001) adalah sebagai berikut :
1. Memberi informasi operasi yang relevan dan tepat waktu untuk pengambilan
keputusan.
2. Membantu manajemen dalam mengevaluasi catatan, laporan-laporan dan
pengendalian.
3. Memastikan ketaatan terhadap ketaatan manajerial yang ditetapkan, rencana-
rencana, prosedur serta persyaratan peraturan pemerintah.
4. Menilai ekonomisan dan efisiensi penggunaan sumber daya termasuk memperkecil
pemborosan.
5. Menilai efektifitas dalam mencapai tujuan dan sasaran perusahaan yang telah
ditetapkan . (h.14).
II.2.5. Jenis Audit Operasional
Menurut Arens dan Loebbecke yang diterjemahkan oleh Jusuf A.A. (2003), ”Audit
Operasional terbagi dalam 3 (tiga) jenis yaitu” :
1. Audit Fungsional (Functional Audit)
Audit fungsional adalah sarana untuk mengkategorikan aktivitas perusahaan atau
suatu alat penggolongan kegiatan suatu perusahaan, seperti fungsi penjualan atau
fungsi penagihan.
2. Audit Organisasional (Organizational Audit)
16
Audit operasional atas suatu organisasi menyangkut keseluruhan unit organisasi
seperti departemen, cabang atau anak perusahaan. Penekanan audit organisasional
adalah seberapa efisien dan efekrif fungsi-fungsi dalam organisasi berinteraksi.
Rencana organisasi dan metode-metode untuk mengkoordinasikan aktivitas-
aktivitas merupakan hal yang penting dalam jenis pemeriksaan ini.
3. Audit penugasan Khusus (Special assigment Audtt)
Penugasan audit operasional khusus timbul atas permintaan manajemen. Ada
banyak variasi dalam pemeriksaan tersebut, misalnya penyelidikan kemungkinan
kecurangan dalam suatu divisi. (h.767).
II.2.6. Tahap-tahap Audit Operasional
Menurut Agoes, S. (2004), ”Ada 4 (empat) tahapan dalam suatu audit
operasional, yaitu:
1. Survei Pendahuluan (Preliminary Survery).
Survei pendahuluan dimaksudkan untuk mendapat gambaran mengenai bisnis
perusahaan yang dilakukan melalui tanya jawab dengan manajemen dan staff
perusahaan serta penggunaan questionnaires.
2. Penelaahan dan Pengujian Atas Sistem Pengendalian Manajemen (Review and
Testing of Management Control System).
Untuk mengevaluasi dan menguji efektifitas dari pengendalian manajemen yang
terdapat di perusahaan biasanya digunakan internal control questionnaires (ICQ),
flowchart dan penjelasan narrative serta dilakukan pengetesan atas beberapa
transaksi (walk through the documents).
3. Pengujian Terinci (Detailed Examination).
17
Melakukan pemeriksaan terhadap transaksi perusahaan untuk mengetahui apakah
prosesnya sesuai dengan kebijakan yang telah ditetapkan manajemen. Dalam hal ini
auditor harus melakukan observasi terhadap kegiatan dari fungsi-fungsi yang
terdapat di perusahaan.
4. Pengembangan Laporan (Report Development).
Dalam menyusun laporan pemeriksaan auditor tidak memberikan opini mengenai
kewajaran laporan keuangan perusahaan. Laporan yang dibuat mirip dengan
management letter, karena berisi audit findings mengenai penyimpangan yang
terjadi terhadap kriteria (standard) yang berlaku ang menimbulkan inefisiensi,
inefektifitas, dan ketidakhematan (pemborosan) dan kelemahan dalam sistem
pengendalian manajemen (management control system) yang terdapat di
perusahaan”. (h.12).
II.2.7. Kriteria untuk Mengevaluasi Efisiensi, Efektifitas dan Ekonomis
Kesulitan utama yang dihadapi dalam audit operasional adalah menentukan
kriteria untuk mengevaluasi apakah efisiensi dan efektifitas telah tercapai, karena
dalam audit operasional tidak ada kriteria standar seperti dalam audit keuangan.
Arens dan Loebbecke (2003) yang diterjemahkan oleh Jusuf menulis, “ ada
beberapa sumber yang dapat dimanfaatkan auditor operasional dalam mengembangkan
kriteria khusus. Ini mencakup :
1. Kinerja historis
Seperangkat kinerja sederhana yang dapat didasarkan pada hasil sebenarnya
atau hasil audit dan periode sebelumnya. Tujuannya untuk membandingkan
apakah yang telah dilakukan menjadi lebih baik atau lebih buruk. Manfaat
kriteria ini adalah bahwa kriteria tersebut mudah dibuat, tetapi mungkin
18
tidak memberikan pandangan mendalam mengenai seberapa baik atau
buruknya sebenarnya unit usaha yang diperiksa dalam melakukan sesuatu.
2. Kinerja yang dapat diperbandingkan
Sebagian besar kesatuan yang menjalani audit operasional tidak bersifat unit,
terdapat banyak kesatuan yang sama di dalam keseluruhan organisasi atau
diluarnya. Dalam hal demikian, data kinerja dari kesatuan yang dapat
diperbandingkan merupakan sumber yang sangat baik untuk
mengembangkan kriteria. Untuk kesatuan yang dapat diperbandingkan
berada diluar organisasi, mereka seringkali bersedia menyediakan informasi
seperti itu. Data ini sering kali juga tersedia pada kelompok industri dan
lembaga pemerintah yang berwewenang.
3. Standar rekayasa
Dalam banyak jenis penugasan audit operasional adalah mungkin dan layak
untuk mengembangkan kriteria berdasarkan standar rekayasa misalnya studi
waktu dan gerak untuk menentukan tingkat keluaran produksi. Kriteria ini
sering memakan waktu dan biaya yang besar dalam pengembangannya
karena banyak memerlukan keahlian, akan tetapi hal itu mungkin sangat
efektif dalam memecahkan masalah operasional yang utama dan biaya yang
dikeluarkan akan berharga.
4. Diskusi dan kesepakatan
Kadang-kadang kriteria objektif sangat sulit didapat dan sangat memakan
biaya, tetapi adakalanya kriteria dapat dikembangkan melalui diskusi dan
kesepakatan yang sederhana. Pihak-pihak yang terlibat dalam proses ini
harus meliputi manajemen kesatuan yang diperiksa, auditor operasional dan
19
kesatuan atau orang-orang yang akan mendapat laporan tentang temuan-
temuan yang didapat.
II.3. Sistem Pengendalian Intern
II.3.1. Pengertian Pengendalian Intern
Sistem pengendalian intern yang diterapkan pada perusahaan akan sangat
berguna untuk mencegah terjadinya penyimpangan dari tujuan semula yang akan
dicapai utaupun kecurangan-kecurangan. Selain itu, dapat digunakan untuk melacak
kesalahan-kesalahan yang sudah terjadi sehingga dapat dikoreksi.
Menurut IAI (2007), “Pengendalian intern adalah suatu proses yang dijalankan oleh
dewan komisaris, manajemen, dan personel lain entitas yang didesain untuk
memberikan keyakinan memadai tentang pencapaian tiga golongan tujuan yaitu
keandalan pelaporan keuangan, kepatuhan terhadap hukum dan peraturan yang berlaku,
dan efektifitas dan efisiensi operasi.” (h.319.2).
Menurut Mulyadi (2001), “Sistem pengendalian intern meliputi struktur
organisasi, metode dan ukuran-ukuran yang dikoordinasikan untuk menjaga kekayaan
organisasi, mengecek ketelitian dan keandalan data akuntansi, mendorong efisiensi dan