9 BAB II LANDASAN TEORI 2.1. Tinjauan Jurnal Agar aplikasi yang dibuat penulis dapat dipertanggungjawabkan secara akademis, maka penulis akan menampilkan penelitian sebelumnya yang berkaitan dengan aplikasi yang akan dibuat penulis. Penelitian yang berjudul “Aplikasi tes buta warna dengan metode ishihara pada smartphone android” (Dhika, Randy, Ernawati, 2014). Pada penelitian ini, membangun suatu aplikasi tes buta warna dengan metode Ishihara pada smartphone android. Penentuan jenis buta warna dilakukan dengan menghitung jumlah nilai benar yang mengimplementasikan metode Ishihara. Metode pengembangan sistem yang digunakan untuk membangun aplikasi ini adalah model sekuensial linier dan UML sebagai perancangan sistem. Pengujian Stratified Sampling dilakukan pada user acak baik buta warna maupun berpenglihatan normal. Penelitian yang berjudul “Penerapan Metode Ishihara Untuk Mendeteksi Buta Warna Sejak Dini Berbasis Android” (Octaviano & Umbari, 2017). Pada penelitian ini menjelaskan bahwa Penglihatan warna merupakan salah satu fungsi penglihatan yang penting dalam kehidupan sehari-hari. Akan tetapi, tidak semua orang dikaruniai kemampuan penglihatan warna yang normal. Salah satunya adalah penderita defisiensi penglihatan warna atau lebih dikenal dengan istilah buta warna. Buta warna adalah suatu keadaan dimana seseorang tidak dapat
26
Embed
BAB II LANDASAN TEORI - repository.nusamandiri.ac.id fileBAB II LANDASAN TEORI 2.1. ... (forward chaining). Jenis buta ... berbasis android dengan algoritma image processing.
This document is posted to help you gain knowledge. Please leave a comment to let me know what you think about it! Share it to your friends and learn new things together.
Transcript
9
BAB II
LANDASAN TEORI
2.1. Tinjauan Jurnal
Agar aplikasi yang dibuat penulis dapat dipertanggungjawabkan secara
akademis, maka penulis akan menampilkan penelitian sebelumnya yang berkaitan
dengan aplikasi yang akan dibuat penulis.
Penelitian yang berjudul “Aplikasi tes buta warna dengan metode ishihara
pada smartphone android” (Dhika, Randy, Ernawati, 2014). Pada penelitian ini,
membangun suatu aplikasi tes buta warna dengan metode Ishihara pada smartphone
android. Penentuan jenis buta warna dilakukan dengan menghitung jumlah nilai
benar yang mengimplementasikan metode Ishihara. Metode pengembangan sistem
yang digunakan untuk membangun aplikasi ini adalah model sekuensial linier dan
UML sebagai perancangan sistem. Pengujian Stratified Sampling dilakukan pada
user acak baik buta warna maupun berpenglihatan normal.
Penelitian yang berjudul “Penerapan Metode Ishihara Untuk Mendeteksi
Buta Warna Sejak Dini Berbasis Android” (Octaviano & Umbari, 2017). Pada
penelitian ini menjelaskan bahwa Penglihatan warna merupakan salah satu fungsi
penglihatan yang penting dalam kehidupan sehari-hari. Akan tetapi, tidak semua
orang dikaruniai kemampuan penglihatan warna yang normal. Salah satunya adalah
penderita defisiensi penglihatan warna atau lebih dikenal dengan istilah buta warna.
Buta warna adalah suatu keadaan dimana seseorang tidak dapat
10
membedakan warna tertentu yang bisa dibedakan oleh orang lain dengan mata
normal. Tingkat mobilitas dan kesibukan saat ini membuat rendahnya kesadaran
dan kurangnya pengetahuan masyarakat mengenai kelainan buta warna, serta
melakukan tes buta warna sejak dini. Gangguan buta warna dapat diketahui dengan
melakukan test buta warna menggunakan buku tes metode Ishihara. Penilitan ini
bertujuan untuk membuat aplikasi tes buta warna yang mengimplementasikan
Metode Ishihara dengan teknik penalaran maju (forward chaining). Jenis buta
warna yang dapat di identifikasi pada aplikasi ini yaitu: penglihatan normal, buta
warna parsial, dan buta warna total. Aplikasi ini dirancang berbasis android
menggunakan bahasa pemrograman Java dan XML serta menggunakan metode
Artificial Intellegence dilanjutkan dengan pengujian sistem dengan menggunakan
metode black-box dan white-box. Dengan adanya aplikasi ini dapat disimpulkan
bahwa aplikasi tes buta warna berbasis android dengan menggunakan metode
Ishihara dapat mempermudah masyarakat untuk melakukan tes buta warna guna
mengetahui gangguan penglihatan warna terhadap mata dengan hasil diagnosa yang
dapat diperoleh secara langsung melalui smartphone android.
Penelitian yang berjudul “Perancangan aplikasi pembaca warna untuk
penderita buta warna berbasis android” (Ellanda, Aulia, & Hariyani, 2014). Pada
penelitian ini, mengusulkan sebuah sistem untuk membantu penyandang cacat buta
warna dalam membedakan warna (dalam hal ini adalah warna dasar yaitu merah,
hijau, dan biru). Sistem ini bekerja dengan memanfaatkan teknologi smartphone
berbasis android dengan algoritma image processing. Input dari sistem ini diambil
langsung dengan meng-capture objek kemudiaan diproses oleh aplikasi. Outputnya
berupa text dan voice yang menyebutkan warna hasil deteksi dari input tersebut.
11
Penelitian yang berjudul “Rancang Bangun Aplikasi Pengenalan Warna
Objek Bagi Penyandang Buta Warna Berbasis Web” (Afkarina, Manal,
Moechammad, & Hudiono, 2017). Pada penelitian ini menjelaskan bahwa Buta
warna adalah suatu gangguan penglihatan pada warna-warna tertentu. Setidaknya
terdapat dua jenis buta warna yaitu buta warna total dan buta warna parsial.
Seseorang dapat diketahui dirinya buta warna atau tidak dilakukan dengan cara tes
buta warna yang saat ini menjadi salah satu syarat yang diminta beberapa
perusahaan saat membuka lowongan kerja, sehingga seseorang yang memiliki
kelainan dalam memandang suatu objek seperti menyandang buta warna akan
menjadi pertimbangan bagi setiap perusahaan. Mempertimbangkan kenyataan di
atas, maka dilakukan penelitian berupa rancang bangun aplikasi untuk
memudahkan penyandang buta warna dalam membaca warna objek yang ada
sekitarnya sesuai dengan buta warna yang dimiliki. Aplikasi yang berbasis web ini
dapat diakses menggunakan perangkat handphone/laptop yang terhubung ke
jaringan internet. Pada awalnya aplikasi akan memberikan tes buta warna untuk
mengetahui jenis buta warna serta berapa persen normal penglihatan warna objek
yang disandang. Setelah diketahui jenis dan tingkat buta warnanya, selanjutnya
pengguna dapat mengunggah gambar atau mengambil gambar objek secara
langsung menggunakan kamera yang ada di handphone/laptop untuk diproses
sehingga warna gambar/objek dapat lebih jelas dikenali oleh pengguna buta warna.
Pemrosesan perubahan warna objek/gambar digunakan filter CSS agar dapat
mengubah warna yang tidak dapat dilihat menjadi warna yang dapat dilihat oleh
penyandang buta warna. Hasil pengujian tes buta warna yang telah dilakukan
kepada lima pengguna yang merupakan penyandang buta warna berbeda dan
12
diulang sebanyak lima kali, dapat diketahui bahwa hasil dari tes yang dilakukan
selalu hampir sesuai dengan yang keadaan disandang pengguna. Adapun hasil
pengujian gambar objek yang diunggah telah mampu memberikan hasil penglihatan
yang berbeda pada suatu objek. Aplikasi ini telah mampu memberikan pengaruh
yang baik bagi penyandang buta warna yaitu penyandang mampu melihat suatu
objek dengan lebih detail dan banyak warna.
2.2. Konsep Dasar Program
2.2.1. Android
Menurut Supardi (2017:1), Android merupakan Sistem Operasi berbasis
Linux yang digunakan untuk telepon seluler (mobile), seperti telepon pintar
(smartphone) dan Komputer Tablet (PDA). Android mulanya didirian oleh Andy
Rubin, Rich Miner, Nick Sears, dan Chris White pada tahun 2003.
Pada tahun 2005, Andy Rubin dan Larry Page melakukan pertemuan di
kantor Google, pertemuan tersebut bukan pertemuan pertama. Mereka telah
berjumpa tiga tahun sebelumnya, ketika Andy Rubin akan merilis smartphone yang
dibuatnya. Smartphone tersebut diberi nama “Sidekick” yang memakai mesin
pencari (Search Engine) default Google. Google meminang Android pada bulan Jli
2005, diestimasi harganya sekitar USD 50 Juta.
Menurut Google Developer Traning Team dalam E-book Android
Developer Fundamental Course (2016:5), Android adalah sistem operasi dan
platform pemrograman yang dikembangkan oleh Google untuk ponsel cerdas dan
perangkat seluler lainnya (seperti tablet). Android bisa berjalan di beberapa macam
perangkat dari banyak produsen yang berbeda. Android menyertakan kit
13
development perangkat lunak untuk penulisan kode asli dan perakitan modul
perangkat lunak untuk membuat aplikasi bagi pengguna Android. Android juga
menyediakan pasar untuk mendistribusikan aplikasi. Secara keseluruhan, Android
menyatakan ekosistem untuk aplikasi seluler.
Android menyediakan antarmuka pengguna (UI) layar sentuh untuk
berinteraksi dengan aplikasi. Antarmuka pengguna Android sebagian besar
berdasarkan pada manipulasi langsung, menggunakan isyarat sentuhan seperti
menggesek, mengetuk, dan mencubit untuk memanipulasi objek di layar. Selain
keyboard, ada keyboard virtual yang bisa disesuaikan untuk masukan teks. Android
juga bisa mendukung pengontrol game dan keyboard fisik berukuran penuh yang
dihubungkan dengan Bluetooth atau USB.
Android didesain untuk menyediakan respons cepat terhadap masukan
pengguna. Selain antarmuka sentuh yang berubah- ubah, kemampuan getaran
perangkat Android bisa menyediakan umpan balik sentuhan. Perangkat keras
internal seperti akselerometer, giroskop, dan sensor kedekatan, digunakan oleh
banyak aplikasi untuk merespons tindakan pengguna tambahan. Sensor tersebut
bisa mendeteksi rotasi layar dari potret ke lanskap untuk tampilan yang lebih lebar
atau sensor bisa memungkinkan pengguna untuk menyetir kendaraan virtual dengan
memutar perangkat seolah-olah setir mobil.
Platform Android, berdasarkan pada kernel Linux, terutama didesain untuk
perangkat seluler layar sentuh seperti ponsel cerdas dan tablet. Karena perangkat
Android biasanya bertenaga baterai, Android didesain untuk mengelola proses guna
menjaga konsumsi daya tetap minimum, sehingga menyediakan penggunaan
baterai lebih lama.
14
Google menyediakan peningkatan versi bertahap utama untuk sistem
operasi Android setiap enam hingga sembilan bulan, menggunakan nama bertema
makanan. Rilis utama yang terbaru adalah Android 8.0 "Oreo".