9 BAB II LANDASAN TEORI 2.1 Aktiva Tetap 2.1.1 Pengertian Aktiva Tetap Aktiva tetap atau fixed assets sering dipergunakan sebagai pengganti istilah plant and equipment. Selain itu, istilah lain yang sering dipergunakan adalah property, plant dan equipment. Aktiva tetap disebut pula aktiva bangunan atau plant asset. Menurut Haryono Jusup (2005:153), “Aktiva tetap adalah aktiva berujud yang digunakan dalam operasi perusahaan dan tidak dimaksudkan untuk dijual dalam rangka kegiatan normal perusahaan.” Karakteristik yang membedakan aktiva tetap dari barang dagangan adalah bahwa aktiva tetap dimiliki oleh perusahaan untuk digunakan, sedangkan barang dagangan tidak untuk digunakan melainkan untuk dijual. Sedangkan Menurut Niswonger, Warren, Reeve and Fess dalam bukunya Prinsip-Prinsip Akuntansi yang dialihbahasakan oleh Alfonsus Sirait dan Helda Gunawan (1999:279 ) yang dimaksud aktiva tetap adalah “Aktiva jangka panjang atau aktiva yang relatif permanen yang merupakan aktiva berwujud karena ada secara fisik, dimiliki dan digunakan oleh perusahaan serta tidak dimaksudkan untuk dijual sebagai bagian dari operasi normal.” Selain itu, “Yang dimaksud dengan aktiva tetap berwujud adalah aktiva- aktiva yang berwujud yang sifatnya relatif permanen yang digunakan dalam kegiatan perusahaan yang normal” (Zaki Baridwan, 2004:271).
27
Embed
BAB II LANDASAN TEORI Aktiva Tetap . Selain itu, istilah ...a-research.upi.edu/operator/upload/s_pea_040431_chapter2(1).pdf · aktiva, tetapi adalah suatu metode untuk mengalokasikan
This document is posted to help you gain knowledge. Please leave a comment to let me know what you think about it! Share it to your friends and learn new things together.
Transcript
9
BAB II
LANDASAN TEORI
2.1 Aktiva Tetap
2.1.1 Pengertian Aktiva Tetap
Aktiva tetap atau fixed assets sering dipergunakan sebagai pengganti
istilah plant and equipment. Selain itu, istilah lain yang sering dipergunakan
adalah property, plant dan equipment. Aktiva tetap disebut pula aktiva bangunan
atau plant asset.
Menurut Haryono Jusup (2005:153), “Aktiva tetap adalah aktiva berujud
yang digunakan dalam operasi perusahaan dan tidak dimaksudkan untuk dijual
dalam rangka kegiatan normal perusahaan.”
Karakteristik yang membedakan aktiva tetap dari barang dagangan adalah
bahwa aktiva tetap dimiliki oleh perusahaan untuk digunakan, sedangkan barang
dagangan tidak untuk digunakan melainkan untuk dijual.
Sedangkan Menurut Niswonger, Warren, Reeve and Fess dalam bukunya
Prinsip-Prinsip Akuntansi yang dialihbahasakan oleh Alfonsus Sirait dan Helda
Gunawan (1999:279 ) yang dimaksud aktiva tetap adalah “Aktiva jangka panjang
atau aktiva yang relatif permanen yang merupakan aktiva berwujud karena ada
secara fisik, dimiliki dan digunakan oleh perusahaan serta tidak dimaksudkan
untuk dijual sebagai bagian dari operasi normal.”
Selain itu, “Yang dimaksud dengan aktiva tetap berwujud adalah aktiva-
aktiva yang berwujud yang sifatnya relatif permanen yang digunakan dalam
kegiatan perusahaan yang normal” (Zaki Baridwan, 2004:271).
10
Istilah relatif permanen menunjukan sifat di mana aktiva yang
bersangkutan dapat digunakan dalam jangka waktu yang relatif cukup lama. Tak
ada aturan standar menyangkut usia minimum yang diperlukan bagi suatu aktiva
agar bisa diklasifikasikan sebagai aktiva tetap. Aktiva seperti itu harus mampu
memberikan manfaat yang berulang-ulang dan normalnya diharapkan berlangsung
lebih dari satu tahun. Untuk tujuan akuntansi, jangka waktu penggunaan ini
dibatasi dengan lebih dari satu periode akuntansi. Jadi aktiva berwujud yang
umurnya lebih dari satu periode akuntansi dikelompokkan sebagai aktiva tetap
berwujud.
Sedangkan menurut Henry Simamora (2000:298) yang dimaksud dengan
aktiva tetap adalah :
“Aktiva-aktiva berwujud yang diperoleh dalam bentuk siap pakai atau dengan dibangun terlebih dahulu, yang digunakan dalam operasi perusahaan, tidak dimaksudkan untuk dijual dalam rangka kegiatan normal perusahaan dan mempunyai masa manfaat lebih dari satu tahun.”
Menurut definisinya, aktiva tetap mempunyai masa manfaat lebih dari satu
tahun, sehingga dengan demikian penanaman modal dalam aktiva tetap adalah
merupakan investasi jangka panjang. Dengan berlalunya waktu maka mungkin
aktiva-aktiva tetap tersebut tidak akan dipakai lagi ataupun membutuhkan
perbaikan-perbaikan yang cukup besar yang akan mengeluarkan biaya yang cukup
besar pula. Sehingga dengan alasan tersebut maka keputusan sehubungan dengan
investasi modal dalam aktiva tetap perlu dipertimbangkan secara teliti dan sebaik-
baiknya.
11
Aktiva tetap berwujud yang dimiliki oleh perusahaan dapat mempunyai
bermacam-macam bentuk seperti tanah, bangunan, mesin dan alat-alat, kendaraan
dan lain-lain. Dari macam-macam aktiva tetap berwujud di atas, untuk tujuan
akuntansi dilakukan pengelompokkan sebagai berikut :
a. Aktiva tetap yang umurnya tidak terbatas.
b. Aktiva tetap yang umurnya terbatas dan apabila sudah habis masa
penggunaanya bisa diganti dengan aktiva yang sejenis.
c. Aktiva tetap yang umurnya terbatas dan apabila sudah habis masa
penggunaannya tidak dapat diganti dengan aktiva yang sejenis.
2.1.2 Penentuan Harga Perolehan Aktiva Tetap
Menurut Zaki Baridwan (2004:272), perlakuan akuntansi terhadap
pengeluaran-pengeluaran yang berhubungan dengan perolehan dan penggunaan
aktiva tetap dapat dibagi menjadi dua, yaitu :
(a) Pengeluaran modal (capital expenditures), adalah pengeluaran-pengeluaran untuk memperoleh suatu manfaat yang akan dirasakan lebih dari satu periode akuntansi.
(b) Pengeluaran pendapatan (revenue expenditures), adalah pengeluaran-pengeluaran untuk memperoleh suatu manfaat yang hanya dirasakan dalam periode akuntansi yang bersangkutan. Oleh karena itu pengeluaran-pengeluaran seperti ini dicatat dalam rekening biaya.
Pengeluaran-pengeluaran untuk pembelian aktiva tetap adalah merupakan
capital expenditure, tetapi tidak semua pengeluaran modal akan dipergunakan
untuk membeli aktiva tetap. Menurut Lukman Syamsuddin (2007:410) adapun
motif-motif utama dalam melakukan capital expenditure adalah :
1. Pembelian aktiva tetap yang baru
2. Penggantian aktiva tetap yang lama
3. Perbaikan atau modernisasi atas aktiva tetap yang lama
12
Untuk menentukan besarnya harga perolehan suatu aktiva, berlaku prinsip
yang menyatakan bahwa semua pengeluaran yang terjadi sejak pembelian sampai
aktiva itu siap dipakai harus dikapitalisasi. Kapitalisasi biaya adalah semua biaya
dicatat sebagai bagian dari biaya perolehan aktiva dan disusutkan selama masa
manfaat aktiva. Karena jenis aktiva itu macam-macam maka masing-masing jenis
mempunyai masalah-masalah khusus yang akan dibicarakan berikut ini.
1. Tanah
Tanah yang dimiliki dan digunakan sebagai tempat berdirinya perusahaan
dicatat dalam rekening tanah. Apabila tanah itu tidak digunakan dalam usaha
perusahaan maka dicatat dalam rekening investasi jangka panjang. Harga
perolehan tanah terdiri dari berbagai elemen seperti (a) harga beli, (b) komisi
pembeliaan, (c) bea balik nama, (d) biaya penelitian tanah, (e) iuran selama tanah
belum dipakai, (f) biaya merobohkan bangunan lama, (g) biaya perataan tanah dan
pembersihan, (h) pajak yang jadi beban pembeli pada waktu pembeliaan tanah.
2. Bangunan
Gedung yang diperoleh dari pembeliaan harga perolehannya harus
dialokasikan pada tanah dan gedung. Sedangkan apabila gedung dibuat sendiri
maka harga perolehan gedung terdiri dari (a) biaya-biaya pembutan gedung, (b)
selama masa pembangunan gedung, (e) bunga selama masa pembuatan gedung,
(f) asuransi selama masa pembangunan.
3. Mesin dan Alat-alat
Yang merupakan harga perolehan mesin dan alat-alat adalah (a) harga beli,
(b) pajak yang menjadi beban pembeli, (c) biaya angkut, (d) asuransi selama
13
dalam perjalan, (e) biaya pemasangan, (f) biaya-biaya yang dikeluarkan selama
masa percobaan mesin. Jika mesin itu dibuat sendiri maka harga perolehannya
terdiri dari semua biaya yang dikeluarkan untuk membeli mesin.
4. Perabot (Mebelair) dan Alat-alat kantor
Yang termasuk harga perolehan perabot atau alat kantor adalah harga beli,
biaya angkut, dan pajak-pajak yang menjadi tanggungan pembeli.
5. Kendaraan
Kendaraan yang dimiliki harus dipisahkan untuk setiap fungsi yang
berbeda. Yang termasuk harga perolehan kendaraan adalah harga faktur, bea balik
nama dan biaya angkut. Harga perolehan kendaraan ini didepresiasi selama masa
kegunaannya.
2.1.3 Pencatatan Perolehan Aktiva Tetap
Dalam Standar Akuntansi Keuangan, pengakuan awal aktiva tetap adalah
sebagai berikut :
“Suatu benda yang berwujud yang memenuhi kualifikasi untuk diakui sebagai suatu aktiva dan dikelompokkan sebagai aktiva tetap, pada awalnya harus diukur berdasarkan biaya perolehannya. Biaya perolehan suatu aktiva tetap terdiri dari harga belinya, termasuk bea impor dan PPn Masukan Tak Boleh restitusi (non-refundable), dan setiap biaya yang dapat diatribusi secara langsung dalam membawa aktiva tersebut ke kondisi yang membuat aktiva tersebut dapat bekerja untuk penggunaan yang dimaksudkan.” (IAI, 1996:16.5)
Dapat disimpulkan bahwa pencatatan aktiva tetap yang dilakukan harus
dengan menggunakan prinsip historical cost. Nilai yang dicatat tidak hanya harga
belinya saja, akan tetapi semua biaya yang dikeluarkan untuk memperoleh aktiva
tetap sampai aktiva tetap tersebut siap digunakan. Aktiva tetap dicatat dan
dinyatakan dalam neraca sebesar nilai buku yaitu nilai perolehan dikurangi
dengan akumulasi penyusutannya.
14
Aktiva tetap dapat diperoleh dengan berbagai cara, di mana masing-
masing akan mempengaruhi penentuan harga perolehan. Adapun untuk
memperoleh aktiva tetap menurut Zaki Baridwan (2004:278) dapat dilakukan
dengan cara :
1. Pembelian Tunai 2. Perolehan Melalui Pertukaran 3. Pembelian Angsuran 4. Diperoleh dari Hadiah/Donasi 5. Aktiva yang Dibuat Sendiri
Keempat cara tersebut dapat dijelaskan sebagai berikut :
1. Pembelaian Tunai
Aktiva tetap berwujud yang diperoleh dari pembelian tunai dicatat dengan
jumlah sebesar uang yang dikeluarkan. Adapun pembelian secara gabungan
menurut PSAK No. 16 (dalam Zaki Baridwan, 2004:278) bahwa :
“Harga perolehan dari setiap aktiva yang diperoleh secara gabungan
ditentukan dengan mengalokasikan harga gabungan tersebut berdasarkan
perbandingan nilai wajar setiap aktiva yang bersangkutan.“
2. Perolehan Melalui Pertukaran
Ditukar dengan Surat-surat Berharga
Aktiva tetap yang diperoleh dengan cara ditukar dengan saham atau
obligasi perusahaan, dicatat dalam buku sebesar harga pasar saham atau obligasi
yang digunakan sebagai penukar. Apabila harga pasar saham atau obligasi tidak
diketahui, harga perolehan aktiva tetap ditentukan sebesar harga pasar aktiva
tersebut. Pertukaran aktiva tetap dengan saham atau obligasi perusahaan akan
dicatat dalam rekening modal atau utang obligasi sebesar nilai nominalnya.
15
Ditukar dengan Aktiva Tetap yang Lain
Pembelian aktiva tetap dilakukan dengan cara tukar-menukar dimana
aktiva lama digunakan untuk membayar harga aktiva baru, baik seluruhnya atau
sebagian dan kekurangannya dibayar tunai. Dalam PSAK No. 16 (dalam Zaki
Baridwan, 2004:280) menyatakan bahwa :
“Harga perolehan aktiva tetap yang diperoleh dinilai sebesar nilai wajar aktiva tetap yang dilepas atau diperoleh, mana yang lebih andal, ekuivalen dengan nilai wajar aktiva tetap yang dilepaskan setelah disesuaikan jumlah kas atau setara kas yang ditransfer.“
3. Pembelian Angsuran
Apabila aktiva tetap diperoleh dari pembeliaan angsuran, maka dalam
harga perolehan aktiva tetap tidak boleh termasuk bunga.
4. Diperoleh dari Hadiah/Donasi
Aktiva tetap yang diperoleh dari hadiah/donasi, pencatatannya bisa
dilakukan menyimpang dari prinsip harga perolehan. Aktiva tetap yang diterima
sebagai hadiah dicatat sebesar harga pasarnya.
5. Aktiva yang Dibuat Sendiri
Dalam pembuatan aktiva, semua biaya yang dapat dibebankan langsung
seperti bahan, upah langsung, dan factory overhead langsung, tidak menimbulkan
masalah dalam menentukan harga pokok aktiva yang dibuat. Dalm hal harga
pokok aktiva yang dibuat lebih rendah daripada harga beli di luar, selisihnya
merupakan penghematan biaya dan tidak boleh diakuai sebagai laba. Tetapi
apabila harga pokok aktiva yang dibuat itu lebih tinggi dari harga beli di luar
maka selisih yang ada diperlakukan sebagai kerugian, sehingga aktiva akan
dicatat dengan jumlah sebesar harganya yang normal.
16
2.1.4 Penyusutan Aktiva Tetap
Aktiva-aktiva tetap yang digunakan oleh perusahaan berangsur-angsur
akan kehilangan kemampuannya dalam memberikan manfaat atau jasanya.
Akibatnya biaya-biaya perolehan aktiva tetap tersebut haruslah ditransfer ke
rekening-rekening beban dalam suatu cara sistematik selama masa manfaatnya.
Sebagaimana yang diungkapkan oleh Henry Simamora (2000:303),
penyusutan atau depresiasi (Depreciation) adalah :
“Alokasi sistematik jumlah yang dapat disusutkan dari suatu aktiva sepanjang masa manfaatnya. Istilah sistematik dipakai untuk mengindikasikan bahwa komputasi penyusutan harus mengikuti rumus tertentu dan tidak ditentukan secara sembarang.“
Lebih lanjut Lukman Syamsuddin (2007:24) mengemukakan bahwa
“Depresiasi atau dengan kata lain dikenal juga sebagai penghapusan adalah
merupakan salah satu komponen biaya tetap yang timbul karena digunakannya
aktiva tetap, dimana biaya ini dapat dikurangkan dari revenue/penghasilan.”
Depresiasi dapat dikurangkan sebagai expense/biaya dari revenue yang
diterima dan dapat dihitung dengan beberapa cara. Untuk menghitung depresiasi
pada aktiva tetap hendaklah disesuaikan dengan keadaan-keadaan yang
mempengaruhi aktiva tetap tersebut.
Tujuan pokok penyusutan adalah mencapai prinsip pengaitan (mathcing
principle) yakni mengaitkan pendapatan pada satu periode akuntansi dengan biaya
dari barang-barang dan jasa yang dikonsumsi guna menghasilkan pendapatan
tersebut. Sebagaimana yang diungkapkan oleh Zaki Baridwan (2004:305) bahwa
“Depresiasi adalah sebagian dari harga perolehan aktiva tetap yang secara
sistematis dialokasikan menjadi biaya setiap periode akuntansi.”
17
Selanjutnya Comittee on terminology dari AICPA (dalam Zaki Baridwan,
2004:306) memberikan definisi penyusutan sebagai berikut :
“Akuntansi depresiasi adalah suatu sistem akuntansi yang bertujuan untuk membagikan harga perolehan atau nilai dasar lain adari aktiva tetap berwujud, dikurangi nilai sisa (jika ada), selama umur kegunaan unit itu yang ditapsir (mungkin berupa suatu kumpulan aktiva-aktiva) dalam suatu cara yang sistematis dan rasional. Ini merupakan proses alokasi, bukan penilaian. Beban depresiasi untuk suatu tahun adalah sebagian dari jumlah total beban itu yang dengan sistem tersebut dialokasikan ke tahun yang bersangkutan. Meskipun di dalam alokasi itu diperhitungkan hal-hal yang terjadi selama tahun itu tidaklah dimaksudkan sebagai suatu alat pengukur terhadap akibat-akibat dari kejadian-kejadian itu.“
Jadi, beban penyusutan yang dialokasikan oleh perusahaan adalah biaya
perolehan aktiva tetap yang diakui sudah dikonsumsi selama periode
akuntansi/fiskal. Sedangkan akumulasi penyusutan adalah bagian dari biaya
perolehan aktiva tetap yang dialokasikan ke penyusutan sejak aktiva tersebut
diperoleh. Rekening akumulasi penyusutan akan menjadi rekening kontra aktiva.
Rekening ini mengimbangi rekening aktiva dimana dengannya rekening tersebut
berhubungan.
Dari beberapa definisi di atas, jelaslah bahwa depresiasi bukan merupakan
suatu proses penilain aktiva atau prosedur pengumpulan dana untuk mengganti
aktiva, tetapi adalah suatu metode untuk mengalokasikan harga perolehan aktiva
tetap ke periode-periode akuntansi. Jadi, istilah depresiasi digunakan untuk
menunjukan alokasi harga perolehan aktiva tetap berwujud yang dapat diganti.
Metode yang dipakai untuk menentukan besarnya penyusutan yang
dibebankan kepada setiap periode haruslah sesuai dengan cara yang telah
ditentukan. Ada beberapa metode yang dapat digunakan untuk menghitung beban
depresiasi periodik. Untuk dapat memilih salah satu metode hendaknya
dipertimbangkan keadaan-keadaan yang mempengaruhi aktiva tersebut.
18
Terdapat empat metode penyusutan yang lazim dipakai, diantaranya :
a. Metode garis lurus b. Metode satuan produksi c. Metode saldo menurun d. Metode jumlah angka tahun
Henry Simamora (2000:306)
Keempat metode penyusutan tersebut dapat dijelaskan sebagai berikut :
a. Metode garis lurus
Metode garis lurus adalah metode depresiasi yang paling sederhana dan
banyak digunakan. Metode ini mengalokasikan beban penyusutan yang sama
besarnya selama masa manfaat aktiva. Jumlah depresiasi dengan
menggunakan metode garis lurus dapat dihitung dengan jalan membagi harga
perolehan yang telah dikurangi dengan nilai residu dari suatu aktiva dengan
umur ekonomisnya.
b. Metode satuan produksi
Dalam metode satuan produksi, umur kegunaan aktiva ditaksir dalam satuan
jumlah unit hasil produksi. Beban depresiasi dihitung dengan dasar satuan
hasil produksi sehingga depresiasi hasil produksi akan berbeda sesuai dengan
perubahan dalam hasil produksi.
Untuk dapat menghitung beban depresiasi periodik, pertama kali dihitung tarif
depresiasi untuk tiap unit produk. Kemudian tarif ini akan dikalikan dengan
jumlah produk yang dihasilkan dalam periode tersebut.
c. Metode saldo menurun
Dalam cara ini beban depresiasi dihitung dengan cara mengalikan tarif yang
tetap dengan nilai buku aktiva. Karena nilai buku aktiva ini setiap tahun selalu
menurun maka beban depresiasi tiap tahunnya juga selalu menurun.
19
d. Metode jumlah angka tahun
Metode jumlah angka tahun mengalokasikan depresiasi dengan mengalikan
biaya perolehan aktiva yang tersusutkan dengan tarif penyusutan. Depresisi
dihitung dengan cara mengalikan bagian pengurang yang setiap tahunnya
selalu menurun dengan harga perolehan dikurangi dengan nilai residu.
Kecuali tanah yang tidak disusutkan, pada PT Kereta Api Daop 2 Bandung
aktiva tetap disusutkan berdasarkan metode garis lurus, dengan tarif penyusutan
sesuai dengan taksiran masa manfaat ekonomis sejak tanggal aktiva tersebut siap
digunakan, sebagai berikut :
Jenis aktiva tetap Masa manfaat Tarif penyusutan
Sarana gerak :
Kereta penumpang 40 tahun 2,50% per tahun
Gerbong 40 tahun 2,50% per tahun
Kereta Rel Listrik 25 tahun 4,00% per tahun
Kereta Rel Diesel 25 tahun 4,00% per tahun
Lokomotif Diesel 25 tahun 4,00% per tahun
Prasarana :
Gedung dinas 40 tahun 2,50% per tahun
Rumah dinas 40 tahun 2,50% per tahun
Instalasi komunikasi 20 tahun 5,00% per tahun
Instalasi listrik 20 tahun 5,00% per tahun
Instalasi air dan minyak 20 tahun 5,00% per tahun
20
Fasilitas :
Kendaraan bermotor 5 tahun 20,00% per tahun
Barang inventaris 10 tahun 10,00% per tahun
Mesin dan peralatan 10 tahun 10,00% per tahun
Instalasi bergerak 10 tahun 10,00% per tahun
2.2 Pendapatan
2.2.1 Pengertian Pendapatan
Pendapatan merupakan salah satu unsur utama laporan keuangan.
Pendapatan merupakan tolak ukur keberhasilan manajemen dalam mengelola
perusahaan. Semakin tinggi pendapatan berarti semakin baik kinerja manajemen.
Pada dasarnya pengertian pendapatan sering disamaartikan dengan istilah
penghasilan, yang sebenarnya berbeda. Agar lebih jelas maka akan dijelaskan
definisi dari penghasilan menurut PSAK dalam kerangka dasar penyusunan dan
penyajian laporan keuangan adalah sebagai berikut :
“Penghasilan didefinisikan sebagai kenaikan manfaat ekonomi selama suatu periode akuntansi dalam bentuk pemasukan atau penambahan aktiva atau penurunan kewajiban yang mengakibatkan kenaikan ekuitas, yang tidak berasal dari kontribusi penanaman modal.“ ( 2004:18)
Sedangkan pengertian pendapatan yang dijelaskan pada PSAK No. 23
(2004:2) adalah sebagai berikut :
“Pendapatan adalah arus kas masuk bruto dari manfaat ekonomi yang timbul dari aktivitas normal perusahaan selama suatu periode bila arus masuk tersebut mengakibatkan kenaikan ekuitas yang tidak berasal dari kontribusi penanaman modal.“
Dari definisi di atas dapat kita lihat perbedaan antara penghasilan dan
pendapatan, dimana penghasilan mencakup pendapatan dan keuntungan,
sedangkan pendapatan merupakan arus masuk bruto yang berasal dari usaha/
21
kegiatan, yang berarti belum dikurangi dengan biaya-biaya yang ada hubungannya
dengan pendapatan yang bersangkutan.
FASB (dalam Harahap, 2007:113) memberikan definisi pendapatan
(revenue) sebagai berikut :
Arus masuk atau peningkatan nilai aset dari suatu entity atau penyelesaian kewajiban dari entity atau gabungan keduanya selama periode tertentu yang berasal dari penyerahan/ produksi barang, pemberian jasa atas pelaksana kegiatan lainnya yang merupakan kegiatan utama perusahaan yang sedang berjalan.
Dalam Analisis Laporan Keuangan, Hanafi dan Halim (2007:56)
menyatakan bahwa :
Pendapatan didefinisikan sebagai aset masuk atau aset yang naik nilainya atau hutang yang semakin berkurang atau kombinasi ketiga hal dimuka selama periode dimana perusahaan memproduksi dan menyerahkan barang atau memberikan jasa, atau aktivitas lain yang merupakan operasi pokok perusahaan.
Menurut Zaki Baridwan (2004:29) pendapatan adalah : Aliran masuk atau kenaikan lain aktiva suatu badan usaha atau pelunasan
utangnya (atau kombinasin keduanya) selama suatu periode yang berasal dari penyerahan atau pembuatan barang, penyerahan jasa, atau dari kegiatan lain yang merupakan kegiatan utama badan usaha.
Pada dasarnya ada dua pendekatan terhadap konsep pendapatan (revenue)
yang dapat ditemukan dalam literatur akuntansi. Pertama, pendekatan yang
memusatkan perhatian kepada arus masuk (inflow) dari pada assets yang
ditimbulkan oleh kegiatan operasional perusahaan. Dan yang kedua adalah
pendekatan yang memusatkan perhatian kepada pencipataan barang dan jasa oleh
perusahaan dan transfer dari barang dan jasa tersebut kepada konsumen atau
produsen lain. Dalam hal ini, Tuanakotta (2004:153) menyatakan bahwa revenue
adalah inflow of assets (atau net assets) ke dalam perusahaan sebagai akibat
22
penjualan barang atau jasa. Lebih lanjut Kieso Weygandt (2000:56)
mengemukakan pendapatan sebagai berikut :
Pendapatan adalah arus masuk atau penambahan lain atas harta suatu kesatuan atau penyelesaian suatu kewajiban (atau kombinasi keduanya) selama suatu periode dari penyerahan atau produksi barang, penyerahan jasa atau aktivitas lain yang merupakan operasi utama perusahaan tersebut.
Dari definisi tersebut dapat disimpulkan bahwa pendapatan merupakan
dasar arus masuk bruto dari manfaat ekonomis yang timbul dari aktivitas kegiatan
normal perusahaan, baik berasal dari aktivitas operasi perusahaan maupun dari
aktivitas non operasi.
2.2.2 Sumber-sumber Pendapatan
Pendapatan merupakan hasil dari penjualan barang dan jasa yang diukur
berdasarkan jumlah yang dibebankan kepada pelanggan atau pembeli atas barang
dan jasa yang diserahkan kepada mereka. Dalam pendapatan termasuk pula hasil
penjualan atau pertukaran aktiva selain barang dan jasa yang dihasilkan.
Dalam standar Akuntansi Keuangan, sumber pendapatan perusahaan
terdiri dari penjualan barang, penjualan jasa, dan penggunaan aktiva oleh pihak
lain yang menghasilkan bunga, royalty, dan deviden. Dalam hal ini pendapatan
meliputi seluruh hasil dari aktiva usaha dan investasi.
Dari pembahasan di atas dapat disimpulkan bahwa pendapatan (revenue)
berasal dari :
1. Operating Revenue (pendapatan operasi), yaitu pendapatan yang
berasal dari kegiatan atau aktivitas utama perusahaan sesuai dengan
usahanya yang berlangsung secara berulang-ulang. Jenis-jenis dari
pendapatan operasi yaitu penjualan (sales), potongan tunai (purchase
23
discount), dan penerimaan tambahan dari pembelian (purchase
allowance).
2. Non Operating Revenue (pendapatan non operasi), yaitu pendapatan
yang berasal dan bersumber dari kegiatan di luar aktivitas utama
perusahaan seperti yang diperoleh dari transaksi modal (financing),
laba penjualan aktiva yang bukan merupakan produk perusahaan,
sumbangan atau hadiah, penemuan dan revaluasi aktiva tetap.
2.2.3 Pengukuran Pendapatan
Menurut PSAK (2004:3) pengukuran pendapatan yaitu :
Pendapatan harus diukur dengan nilai wajar imbalan yang diterima atau yang dapat diterima. Jumlah pendapatan yang timbul dari suatu transaksi biasanya ditentukan oleh persetujuan antara perusahaan dengan pembeli atau pemakai aktiva tersebut. Jumlah tersebut diukur dengan nilai wajar imbalan yang diterima atau yang dapat diterima oleh perusahaan dikurangi oleh diskon dagang dan rabat volume yang diperbolehkan oleh perusahaan.
Pada umumnya imbalan tersebut berbentuk kas atau setara kas dan jumlah
pendapatan adalah jumlah kas atau setara kas yang diterima atau yang dapat
diterima. Namun jika terdapat perbedaaan nilai wajar dan jumlah nominal maka
imbalan tersebut diakui sebagai pendapatan bunga. Nilai wajar merupakan suatu
jumlah dimana kegiatan mungkin ditukarkan atau suatu kewajiban diselesaikan
antara pihak yang memakai dan berkeinginan untuk melakukan transaksi wajar.
Sedangkan Hongren (1997:57) menyatakan bahwa “prinsip umum untuk
membantu berapa besar jumlah pendapatan yang harus dicatat menyatakan bahwa
pendapatan dicatat sebesar nilai kas atau nilai tunai dari barang dan jasa yang
diberikan kepada pelanggan.
24
Selanjutnya, menurut Tuanakotta (2004:155) “cara yang terbaik untuk
mengukur revenue adalah menggunakan nilai tukar (exchange value) dari barang
atau jasa. Nilai tukar ini merupakan cash equivalent atau present value dari
tagihan-tagihan yang diharapkan akan diterima dari transaksi rekening ini“.
Dalam kebanyakan hal, nilai tukar ini merupakan harga yang sudah disepakati
antara perusahaan dengan pembeli.
Pengukuran revenue dengan cash equivalent atau present value dari uang
yang akan diterima oleh perusahaan menunjukan bahwa retur penjualan,
potongan-potongan dan pengurangan-pengurangan lain dari pada harga jual harus
di kurangi dari revenue. Pengurangan–pengurangan ini langsung dilakukan atas
revenue dan bukan sebagai expense.
Banyak perusahaan yang dikelola dengan baik menerapkan pengukuran
pendapatan, hal ini dimaksudkan agar setiap perencanaan pendapatan dapat
diketahui peningkatannya melalui realisasi yang ada pada tahun berjalan.
Pendapatan dapat dikatakan meningkat apabila penerimaan dari
pendapatan itu sendiri dapat diukur melalui perbandingan antara pendapatan
aktual dengan anggarannya serta agar dapat dilihat sampai sejauh mana
penyimpangan yang terjadi selama tahun berjalan, seperti yang dikemukakan oleh
MacEwan (2005) dalam situsnya http:/www.revo.org/finance.html. peningkatan
pendapatan yang berasal hasil penjualan dapat diukur melalui 3 (tiga) cara yaitu:
1. Laba tahun berjalan dibandingkan dengan laba tahun sebelumnya
2. Laba dibandingkan dengan anggarannya
3. Melakukan evaluasi realisasi atas anggarannya
25
Hasil dari pengukuran tersebut dapat dijadikan sebagai indikator bagi
manajemen untuk dikomunikasikan secara efektif, dievaluasi, dan diambil
tindakan koreksi untuk hasil yang lebih baik.
Berdasarkan keterangan di atas, mengenai pengukuran pendapatan, maka
dapat disimpulkan bahwa pendapatan diukur berdasarkan nilai imbalan yang
diterima atau dapat diterima oleh perusahaan setelah dikurangi diskon atau
ketentuan lain yang merupakan kebijakan dari perusahaan.
2.2.4 Pengakuan Pendapatan
Pengakuan pendapatan (revenue rekognation) merupakan salah satu
elemen dasar dari kerangka acuan konseptual (conceptual framework) pendapatan,
karena adanya perbedaan yang signifikan dalam praktek pada berbagai macam
jenis kesatuan usaha. Jika kita membicarakan masalah pencatatan sesuatu hal
dalam akuntansi, dalam hal ini pencatatan pengakuan pendapatan, maka kegiatan
pencatatan itu berarti memindahbukukan hal tersebut ke dalam akun buku besar
dan menyiapkan neraca sisa suatu laporan keuangan.
Menurut Hongren (1997:57), “prinsip pendapatan memberi tahukan (1)
kapan kita membuat suatu ayat jurnal untuk mencatat pendapatan dan (2) berapa
jumlah pendapatan yang harus dicatat.”
Kieso dan Weyggandt (2000:36), menyatakan bahwa ada dua prinsip yang
dipakai dalam pengakuan pendapatan, pendapatan tidak boleh diakui sampai :
1. Direalisasi atau dapat direalisasi (realized or realizable)
2. Dihasilkan (earned)
26
Prinsip umum yang memandu kapan pendapatan dicatat menyatakan
bahwa pendapatan dicatat pada saat terjadinya dan tidak sebelumnya (Hongren,
1997:57). Pada sebagain besar kasus, pendapatan diakui pada saat perusahaan
telah mengirimkan barang atau jasa kepada pelanggan. Perusahaan telah
melaksanakan semua permintaan yang dibuat dalam perjanjian, termasuk
mengirimkan barang kepada pelanggan. Ada dua situasi yang memberikan
petunjuk kapan pendapatan dapat dicatat. Situasi yang pertama dalah kapan
pendapatan tidak perlu dicatat, dan situasi yang kedua adalah kapan pendapatan
harus dicatat.
Pendapatan direalisasikan pada saat produk atau aktiva lainnya
dipertukarkan dengan uang tunai atau klaim untuk memperoleh uang tunai (kas).
Dengan kata lain pendapatan baru diakui bila jumlah rupiah pendapatan telah
terealisasi atau dapat dipastikan akan terealisasi. Pendapatan dapat direalisasikan
(realizable) apabila aktiva yang diterima atau dimiliki siap dikonversi yaitu jika
aktiva tersebut dapat dijual atau dipertukarkan dalam pasar yang aktif pada tingkat
harga yang tertentu tanpa penambahan biaya yang signifikan.
Masalah pengakuan pendapatan terutama berhubungan dengan pengakuan
pendapatan dalam laporan laba-rugi suatu perusahaan dan jumlah pendapatan
yang terjadi dari suatu transaksi tersebut. Namun, kadangkala timbul
ketidakpastian dalam menentukan jumlah pendapatan atau biaya yang
berhubungan dengan pendapatan tersebut, sehingga mempengaruhi ketepatan
(timing) saat pengakuan pendapatan.
27
Salah satu masalah yang akan segera timbul dalam pengakuan pendapatan
ini adalah kapan pendapatan itu diakui. Proses penentuan waktu pengakuan
pendapatan, umumnya berkaitan erat dengan konsep realisasi pendapatan, bahkan
sebenarnya realisasi tersebut lebih penting daripada timbulnya pendapatan itu
sendiri.
Dalam hal ini, Harahap (2007:113-114) secara teoritis mengemukakan
bahwa, “Suatu penghasilan akan diakui sebagai pendapatan pada periode kapan
kegitan utama yang perlu untuk menciptakan dan menjual barang dan jasa itu
setelah selesai.“
Penentuan waktu yang dimaksud di sini ada empat alternatif yaitu :
1. Selama produksi 2. Pada saat proses produksi selesai 3. Pada saat penjualan 4. Pada saat penagihan kas
(Harahap, 2007:114)
Keempat alternatip itu sama-sama dipakai dalam pengakuan pendapatan.
Pengakuan pendapatan selama proses produksi berlangsung diterapkan kepada
proyek pembangunan jangka panjang. Pada saat selesainya produksi dapat
diterapkan pada kegiatan pertanian atau pertambangan, pada saat penjualan
dipakai untuk barang perdagangan. Pada saat penagihan diterapkan pada metode
penjualan angsuran.
Selain itu, kalau dilihat dari segala kegiatan dan peristiwa yang
mendukung terjadinya revenue, maka secara teoritis timing dari pada revenue
bisa terjadi pada saat :
28
1. Selama berlangsungnya produksi : ini terlihat pada kontrak-kontrak pembangunan yang bersifat jangka panjang, pada proses peningkatan nilai secara alamiah (accretion), dan accruals.
2. Sesudah produksi selesai : ini misalnya dapat dijumpai dalam produksi logam mulia dan komoditi-komoditi pertanian tertentu.
3. Pada saat penjualan : ini adalah timing daripada revenue untuk kebanyakan barang yang dijual.
4. Pada saat diterimanya uang tunai : ini misalnya terjadi pada penjualan dengan cicilan.
(Tuanakotta, 2004:159)
Menurut PSAK No. 23 (2004:4) pendapatan dari penjualan barang harus
segera diakui bila seluruh kriteria berikut ini terpenuhi :
• Perusahaan telah memindahkan resiko secara signifikan dan telah memudahkan manfaat kepemilikan barang kepada pembeli
• Perusahaan tidak lagi mengelola atau pengendalian efektif atas barang yang dijual
• Jumlah pendapatan tersebut dapat diukur dengan handal • Besar kemungkinan manfaat ekonomi yang dihubungkan dengan transaksi
akan mengalir ke perusahaan tersebut • Biaya yang terjadi atau yang akan terjadi sehubungan dengan transaksi
penjualan dapat diukur dengan handal
Bila salah satu kriteria di atas tidak dipenuhi, maka pengakuan pendapatan
harus ditangguhkan. Pendapatan tidak diakui apabila perusahaan tersebut
menahan resiko dari kepemilikan antara lain :
• Bila perusahaan menahan kewajiban sehubungan dengan pelaksanaan suatu hal yang tidak memuaskan yang tidak dijamin sebagaimana lazimnya
• Bila penerimaan pendapatan dari suatu penjualan tertentu tergantung pada pendapatan pembeli yang bersumber dari penjualan barang yang bersangkutan
• Bila pengiriman barang tergantung pada instalasinya, dan instalasi tersebut merupakan bagian sidnifikan dari kontrak yang belum diselesaikan oleh perusahaan
• Bila pembeli berhak untuk membatalkan pembelian berdasarkan alasan yang ditentukan dalam kontrak dan perusahaan tidak dapat memastikan apakah akan terjadi return. (PSAK, 2004:5)
29
Pendapatan dari transaksi penjualan jasa dapat diestimasi atas tugas yang
disepakati oleh perusahaan. Pendapatan sehubungan dengan transaksi tersebut
diakui pada tingkat penyelesaian dari transaksi pada tanggal neraca.
Menurut PSAK No. 23 (2004:6) penjualan jasa dapat diakui dengan
metode persentase penyelesaian, bila memenuhi seluruh kondisi berikut :
• Jumlah pendapatan dapat diukur dengan handal • Besar kemungkinan manfaat ekonomi sehubungan dengan transaksi
tersebut akan diperoleh perusahaan • Tingkat penyelesaian dari suatu transaksi pada tanggal neraca dapat diukur
dengan andal • Biaya yang terjadi untuk transaksi tersebut dapat diukur dengan andal
Dengan demikian pengakuan pendapatan diterapkan secara terpisah
apabila komponen-komponen transaksi diidentifikasi secara terpisah dari suatu
transaksi. Sebaliknya, pengakuan diterapkan pada dua atau lebih transaksi
bersama-sama bila transaksi tersebut terikat sedemikian rupa sehingga pengaruh
komersialnya tidak dapat dimengerti tanpa melihat rangkaian transaksi tertentu
secara keseluruhan.
2.2.5 Jumlah Aktiva Tetap Sarana Gerak dan Pendapatan Operasi Untuk tetap dapat menjalankan usahanya, perusahaan berusaha untuk
menghasilkan barang dan jasa yang akan dijual kepada konsumen sehingga
perusahaan memperoleh pendapatan. Barang dan jasa yang dihasilkan tentu
berasal dari aktiva tetap sebagai alat produksinya.
Pada awalnya berdiri, perusahaan membelanjakan modalnya untuk
mendapatkan aktiva tetap sehingga dapat digunakan sebagai alat penghasil produk
baik itu barang maupun jasa. Dan pada suatu saat, kapasitas produksinya akan
maksimal sedangkan permintaan pasar belum dapat terpenuhi. Pada saat seperti
30
ini, perusahaan akan berusaha untuk memenuhi permintaan pasar tersebut dengan
menambah kapasitas produksinya. Hal ini berarti perusahaan akan menambah alat
produksinya dengan menambah aktiva tetap yang selanjutnya akan menambah
pendapatan perusahaan dari penjualan barang dan jasa yang diproduksinya.
Kesalahan dalam melakukan peramalan investasi akan dapat
mengakibatkan adanya over invesment atau under invesment dalam aktiva tetap.
Apabila jumlah aktiva tetap melebihi yang diperlukan akan membebankan fixed
cost yang besar bagi perusahaan. Sebaliknya kalau jumlah investasi aktiva tetap
terlalu kecil akan dapat mengakibatkan kekurangan peralatan produksi, yang
dapat mengakibatkan perusahaan bekerja dengan harga pokok yang tinggi
sehingga mengurangi daya saing perusahaan atau kemungkinan lain perusahaan
dapat kehilangan sebagian dari pasar bagi produknya.
Pendapatan yang diperoleh perusahaan tidak bisa lepas dari peran aktiva
tetap yang digunakan dalam operasional perusahaan tersebut. Tanpa adanya aktiva
tetap, perusahaan tidak akan dapat beroperasi dan pada akhirnya perusahaan tidak
akan memperoleh pendapatan dari hasil operasi tersebut.
2.3 Kerangka Pemikiran
Setiap perusahaan selalu ingin mengembangkan usahanya agar dapat
memperoleh keunggulan dalam persaingan dan meningkatkan nilai bagi
perusahaan. Perluasan usaha tersebut dapat ditempuh dengan cara penggantian
aktiva tetap yang sudah tidak layak operasi, penambahan aktiva yang sudah ada
atau meningkatkan kapasitas atau perluasan kapasitas aktiva lama yang sudah ada,
sehingga dari kegiatan tersebut diharapkan dapat :
31
1. Meningkatkan jumlah produk
2. Meningkatkan kualitas produk, dan
3. Menambah jenis produk
Aktiva tetap sarana gerak pada PT Kereta Api Daop 2 Bandung yang
terdiri dari lok diesel, kereta diesel, kereta penumpang dan gerbong merupakan
salah satu jenis aktiva tetap jangka panjang. Aktiva jangka panjang adalah aktiva
yang diperoleh dan dibayar sebelum aktiva tersebut menghasilkan manfaat, yang
mana manfaat tersebut diharapkan dapat dinikmati dalam jangka waktu dua tahun
atau lebih. Manfaat suatu aktiva tetap tidak dapat langsung diterima kembali oleh
perusahaan dalam waktu dekat dan secara sekaligus.
Perencanaan aktiva tetap yang optimal dibutuhkan agar tidak terjadi over
invesment atau under invesment dalam aktiva tetap. Apabila jumlah aktiva tetap
tersebut terlalu besar melebihi dari pada yang diperlukan akan memberikan beban
tetap yang besar bagi perusahaan. Sebaliknya jika jumlah aktiva tetap terlalu kecil
akan mengakibatkan kekurangan peralatan dan ini mengakibatkan perusahaan
kehilangan pasar bagi produk yang dihasilkannya.
Pada umumnya perusahaan mempunyai aktiva tetap dalam jumlah besar.
“Dalam perusahaan-perusahaan yang padat modal, aktiva tetap kadang-kadang
mencapai 75% dari total aktiva yang dimilikinya” (Haryono Jusup, 2005:154).
Hal ini disebabkan karena aktiva yang tergolong sebagai aktiva tetap, umumnya
mahal harganya. Oleh karena itu, kebanyakan pada perusahaan jasa
mencantumkan aktiva tetap atau yang disebut juga plant and equipment sebagai
pos yang pertama (sebelum current assets) dalam neraca.
32
Nilai aktiva tetap berasal dari jasa yang diberikannya, bukan dari
potensinya untuk dijual kembali. Perusahaan membeli aktiva tetap untuk
digunakan dalam kegiatan-kegiatan bisnisnya yang diharapkan dapat
mendatangkan pendapatan. Perusahaan akan mempertimbangkan kembali untuk
menjual aktiva tetap hanya setelah aktiva tetap tersebut dipakai secara internal
untuk mengucurkan pendapatan selama beberapa periode akuntansi.
Jumlah aktiva tetap yang tersedia akan berhubungan dengan tingkat
aktivitas yang terjadi. Aktivitas ini akan menentukan beban yang harus
dikeluarkan. Di sisi lain jumlah aktiva tetap tersebut juga akan mempengaruhi
jumlah konsumen, yang artinya akan mempengaruhi jumlah penjualan dan pada
akhirnya akan menentukan jumlah pendapatan yang diperoleh.
Dalam perusahaan jasa umum, jumlah investasi yang tertanam dalam
aktiva tetap merupakan kategori aktiva yang terpenting sebagai sumber
pendapatan di kemudian hari. Hal ini seperti yang dikemukakan oleh Lukman
Syamsuddin (2007:409) yang menyatakan bahwa “Aktiva tetap seringkali disebut
sebagai “the earning assets” (aktiva yang sesungguhnya menghasilkan
pendapatan bagi perusahaan) oleh karena aktiva-aktiva tetap inilah yang
memberikan dasar bagi earning power perusahaan.”
Jumlah aktiva tetap dalam suatu perusahaan akan mempengaruhi total
aktiva yang digunakan dalam operasi perusahaan. Jika perusahaan dapat
mengelola aktiva tetap tersebut dengan baik maka perusahaan disamping dapat
meningkatkan pendapatan juga dapat mengurangi biaya produksi yang harus
dikeluarkan. Dengan kata lain, jika PT Kereta Api Daop 2 Bandung sebagai
perusahaan jasa dapat menggunakan aktiva tetap sarana gerak yang merupakan
33
salah satu jenis aktiva tetap yang produktif dengan baik, maka perusahaan dapat
meningkatkan pendapatan.
Berdasarkan uraian di atas, adapun gambaran dari paradigma pemikiran
dalam penelitian ini tergambar sebagai berikut:
Gambar 2.1 Paradigma Penelitian
2.4 Asumsi dan Hipotesis
2.4.1 Asumsi
Kedudukan asumsi dalam sebuah penelitian memiliki peran penting, untuk
mengarahkan bentuk dan argumentasi agar penelitian dan pembahasan tidak
melebar. Komaruddin (2002:23) mengemukakan bahwa asumsi adalah:
Sesuatu yang dianggap tidak mempengaruhi atau dianggap konstan. Asumsi dalam karya tulis ilmiah menetapkan faktor-faktor yang diawasi sehingga tidak mempengaruhi variabel yang sedang diamati. Asumsi memberikan hakikat, bentuk dan arah argumentasi.
Berdasarkan definisi tersebut, maka dalam penelitian ini penulis berasumsi
bahwa faktor-faktor yang mempengaruhi pendapatan operasi lainnya seperti
jumlah penumpang dan tarif kereta dianggap konstan.
Jumlah Aktiva Tetap
Sarana Gerak
Pendapatan
Operasi
34
2.4.2 Hipotesis
Hipotesis merupakan jawaban sementara terhadap masalah penelitian yang
kebenarannya harus diuji secara empirik. Moh. Nazir (1999:182) menyatakan
bahwa:
Hipotesis adalah pernyataan yang diterima secara sementara sebagai suatu kebenaran sebagaimana adanya, pada saat fenomena dikenal dan merupakan dasar kerja serta panduan dalam verifikasi. Hipotesis adalah keterangan sementara dari hubungan fenomena-fenomena yang kompleks.
Berdasarkan definisi dan kerangka pemikiran yang dijelaskan di atas,
maka hipotesis yang dirumuskan dalam penelitian ini adalah “Jumlah aktiva tetap
sarana gerak berpengaruh positif terhadap pendapatan operasi“.