8 BAB II LANDASAN TEORI A. Tinjauan Pustaka 1. Permainan Sepakbola Menurut Sucipto, Sutiyono, dkk (2000: 7) mengatakan bahwa, “Sepakbola merupakan permainan beregu, masing-masing regu terdiri dari sebelas pemain dan salah satunya adalah penjaga gawang”. Hampir seluruh permainan dilakukan dengan keterampilan mengolah bola dengan kaki, kecuali penjaga gawang dalam memainkan bola bebas menggunakan seluruh anggota badannya dengan kaki dan tangan. Tujuan dari masing-masing kesebelasan adalah berusaha untuk memasukkan bola ke gawang lawan sebanyak mungkin dan berusaha menggagalkan serangan lawan untuk melindungi serangan atau menjaga gawangnya agar tidak kemasukan bola. Dalam permainan sepakbola para pemain dituntut untuk dapat menerapkan berbagai teknik ke dalam pola taktik dan strategi serta kerja sama tim yang kompak agar dapat memperoleh kemenangan. Beltasar Tarigan (2001: 2), menyatakan bahwa, “Sepakbola adalah pemecahan masalah, bagaimana memperagakan sebuah teknik yang serasi, ditinjau dari posisi lawan dan kawan. Pengetahuan tentang taktik strategi bermain sepakbola sangat penting”. Pendapat lain juga dikemukakan oleh soekatamsi (1988: 12) bahwa, “Semua pemain sepakbola harus menguasai teknik dasar dan keterampilan bermain sepakbola, karena orang akan menilai sampai mana teknik dan keterampilan para pemain dalam hal menendang bola, memberikan bola, menyundul bola, menembakkan bola ke gawang lawan untuk mencetak gol”. Berdasarkan tiga pendapat tersebut dapat disimpulkan bahwa, tujuan permainan sepakbola adalah mencapai kemenangan. Untuk mencapai kemenangan dibutuhkan penguasaan teknik, taktik dan strategi yang baik, sehingga mempunyai peluang untuk memasukkan bola ke gawang lawan sebanyak-banyaknya. Selain itu juga, kerja sama yang kompak dalam satu tim juga sama pentingnya untuk memperoleh kemenangan. Sebaik apapun
57
Embed
BAB II LANDASAN TEORI A. Tinjauan Pustaka 1. Permainan ... · 3) Teknik dasar menendang bola dengan punggung kaki bagian dalam dan bagian luar. Adapun teknik dasar menendang bola
This document is posted to help you gain knowledge. Please leave a comment to let me know what you think about it! Share it to your friends and learn new things together.
Transcript
8
BAB II
LANDASAN TEORI
A. Tinjauan Pustaka
1. Permainan Sepakbola
Menurut Sucipto, Sutiyono, dkk (2000: 7) mengatakan bahwa,
“Sepakbola merupakan permainan beregu, masing-masing regu terdiri dari
sebelas pemain dan salah satunya adalah penjaga gawang”. Hampir seluruh
permainan dilakukan dengan keterampilan mengolah bola dengan kaki, kecuali
penjaga gawang dalam memainkan bola bebas menggunakan seluruh anggota
badannya dengan kaki dan tangan.
Tujuan dari masing-masing kesebelasan adalah berusaha untuk
memasukkan bola ke gawang lawan sebanyak mungkin dan berusaha
menggagalkan serangan lawan untuk melindungi serangan atau menjaga
gawangnya agar tidak kemasukan bola. Dalam permainan sepakbola para
pemain dituntut untuk dapat menerapkan berbagai teknik ke dalam pola taktik
dan strategi serta kerja sama tim yang kompak agar dapat memperoleh
kemenangan. Beltasar Tarigan (2001: 2), menyatakan bahwa, “Sepakbola adalah
pemecahan masalah, bagaimana memperagakan sebuah teknik yang serasi,
ditinjau dari posisi lawan dan kawan. Pengetahuan tentang taktik strategi
bermain sepakbola sangat penting”. Pendapat lain juga dikemukakan oleh
soekatamsi (1988: 12) bahwa, “Semua pemain sepakbola harus menguasai
teknik dasar dan keterampilan bermain sepakbola, karena orang akan menilai
sampai mana teknik dan keterampilan para pemain dalam hal menendang bola,
memberikan bola, menyundul bola, menembakkan bola ke gawang lawan untuk
mencetak gol”.
Berdasarkan tiga pendapat tersebut dapat disimpulkan bahwa, tujuan
permainan sepakbola adalah mencapai kemenangan. Untuk mencapai
kemenangan dibutuhkan penguasaan teknik, taktik dan strategi yang baik,
sehingga mempunyai peluang untuk memasukkan bola ke gawang lawan
sebanyak-banyaknya. Selain itu juga, kerja sama yang kompak dalam satu tim
juga sama pentingnya untuk memperoleh kemenangan. Sebaik apapun
9
keterampilan yang dimiliki seorang pemain tanpa kerja sama yang baik antar
pemain yang satu dengan lainnya dalam satu tim, maka akan sulit memperoleh
kemenangan. Menurut Baltasar Tarigan (2001: 3) bahwa, “Dalam permainan
sepakbola, keterampilan-keterampilan yang dimiliki pemain tidak bisa
dipisahkan dari satu kesatuan tim dan tidak akan pernah ia menggunakannya
sendiri”. Artinya, keterampilan-keterampilan yang dimiliki seorang pemain,
tidak pernah merupakan tujuan tersendiri.
Berdasarkan penjelasan dua ahli tersebut di atas dapat disimpulkan
bahwa, sepakbola merupakan olahraga permainan beregu yang menuntut
kualitas taktik dan teknik serta kerjasama yang kompak dalam satu tim untuk
memperoleh kemenangan. Sebaik apapun teknik dan taktik yang dimilki suatu
tim, tanpa kerjasama yang kompak akan sulit memenangkan suatu pertandingan.
a. Teknik Dasar Permainan Sepakbola
Ditinjau dari pelaksanaan permainan sepakbola bahwa, gerakan-
gerakan yang terjadi dalam permainan adalah gerakan-gerakan dari badan dan
macam-macam cara memainkan bola. Gerakan badan dan cara memainkan
bola adalah dua komponen yang saling berkaitan dalam pelaksanaan
permainan sepakbola. Gerakan-gerakan maupun cara memainkan bola
tersebut terangkum dalam teknik dasar bermain sepakbola. Soekatamsi (1988:
34), menyatakan bahwa ,”Teknik bermain sepakbola dibagi menjadi dua yaitu
: (1) Teknik tanpa bola, (2) Teknik dengan bola “.
Berdasarkan pendapat tersebut dapat disimpulkan bahwa teknik dasar
bermain sepakbola dibagi menjadi dua macam yaitu teknik tanpa bola (teknik
badan) dan teknik dengan bola. Teknik badan atau teknik tanpa bola pada
dasarnya bertujuan untuk mengembangkan kemampuan fisik untuk mencapai
kesegaran jasmani (physicalfitness) agar dapat bermain sepakbola dengan
sebaik-baiknya. Menurut Soekatamsi (1988: 34) unsur-unsur teknik tanpa
bola terdiri dari : “(1) Lari cepat dan mengubah arah, (2) Melompat dan
meloncat, (3) Gerak tipu tanpa bola dan, (4) Gerakan-gerakan khusus untuk
penjaga gawang”.
10
Teknik dengan bola pada dasarnya yaitu semua gerakan-gerakan
dengan bola. Kemampuan seorang pemain dalam memainkan bola akan
sangat membantu penampilannya dalam bermain sepakbola. Oleh karena itu,
setiap pemain harus mempelajari unsur-unsur teknik dengan bola secara
seksama. Yang dimaksud dengan teknik dasar bermain sepakbola adalah
menendang bola, menggiring bola (dribbling), mengontrol bola (controlling),
menyundul bola (heading), melempar bola (throw-in), dan menembak bola
(shooting) yang diuraikan pada penjelasan berikut ini:
a. Menendang Bola
Menendang bola merupakan teknik dasar bermain sepakbola yang
sering digunakan dalam permainan sepakbola. Suatu kesebelasan yang
tangguh adalah suatu kesebelasan yang semua pemainnya yang
menguasai teknik dasar menendang bola yang baik. Hal-hal yang perlu
diperhatikan dalam menendang bola adalah sebagai berikut :
1) Pada waktu akan menendang bola, pandangan mata mengikuti arah
posisi bola yang akan diarahkan.
2) Posisi kaki tumpu tepat disamping bola karena hal ini dapat
menentukan arah lintasan dan tinggi rendahnya lambungan bola.
3) Pergelangan kaki yang akan menendang bola dikuatkan, tungkai kaki
yang menendang bola diangkat ke belakang kemudian diayunkan ke
belakang bola.
Macam-macam teknik dasar menendang bola:
1) Teknik dasar menendang bola dengan kaki bagian dalam
Dalam mengajarkan teknik dasar menendang bola dengan kaki
bagian dalam harus dilakukan bersama-sama dengan latihan
menghentikan bola. Adapun teknik menendang bola dengan kaki
bagian dalam adalah sebagai berikut: (a) Pemain berdiri 3 sampai 4
langkah dibelakang bola dan arah sasaran bola merupakan satu garis
lurus; (b) Pemain lari ke arah bola, menendang bola dengan kaki
bagian dalam ke arah kawan kemudian kawan yang menerima bola
11
tadi menendang bola kembali ke arah pemain yang menendang
pertama.
2) Teknik dasar menendang bola dengan punggung kaki
Teknik menendang bola dengan punggung kaki ini sering
digunakan dalam permainan untuk menembakkan ke gawang.
Adapun teknik dasar menendang bola dengan punggung kaki adalah:
(a) Pemain berdiri 3 sampai 4 langkah di belakang bola dan arah
sasaran bola merupakan satu garis lurus; (b) Pemain berlari dan
menendang bola dengan punggung kaki ke arah sasaran, (d)
kemudian pemain yang menerima bola menendang kembali ke arah
pemain yang menendang pertama kali.
3) Teknik dasar menendang bola dengan punggung kaki bagian dalam
dan bagian luar.
Adapun teknik dasar menendang bola dengan punggung kaki
bagian dalam dan luar adalah: (a) Letakkan kaki tumpu di samping
bola dengan jarak kurang lebih 25 cm, dan posisi kaki agak ke
belakang, arah kaki tumpu sejajar dengan arah sasaran; (b) Kaki yang
akan menendang diangkat ke belakang kemudian diayunkan ke arah
belakang bola; (c) Sikap badan agak condong ke depan, kedua lengan
terbuka di samping badan untuk menjaga keseimbangan; (d) Bola
yang ditendang hendaknya mengenai tengah-tengah bola maka bola
akan melambung rendah atau sedang.
b. Mengontrol Bola (Controlling)
Dalam permainan sepakbola, mengontrol bola sangat penting
baik itu bola datar maupun bola di udara yang datang kepada seorang
pemain sepakbola dari berbagai ketinggian dengan segala macam
kecepatan dan sudut. Untuk menghentikan bola datar dan yang berada
di udara seorang pemain harus bisa menguasai dan siap mengoperkan
kepada pemain yang lain dalam suatu permainan. Mengontrol bola
bisa dilakukan dengan menggunakan seluruh bagian tubuh kecuali
tangan. Menurut Scheunemann (2008:56) "apa pun bagian tubuh yang
12
dipakai, cara mengontrol bola pada dasarnya sama. Sesaat sebelum
bola sampai, pastikan bagian tubuh yang digunakan sedikit mengalah
ke belakang. Hal ini akan mencegah bola untuk memantul dengan
keras ke depan". Hal-hal yang perlu diperhatikan dalam mengontrol
bola:
1) Seorang pemain, lari menjemput arah datangnya bola dan
pandangan ke arah berhentinya bola.
2) Kaki tumpu menerima seluruh berat badan, kedua lutut sedikit
ditekuk.
3) Sebelum mengontrol bola seorang pemain hams segera memikirkan
bola yang telah dikuasai untuk dioperkan kepada kawan, di giring
atau ditembakkan ke arah gawang.
4) Posisi badan siap menerima bola yang datang dengan semua bagian
tubuh kecuali tangan.
Macam-macam teknik dasar mengontrol bola:
1) Teknik dasar mengontrol bola dengan kaki bagian dalam.
Penggunaan dalam permainan sepakbola adalah untuk
menahan bola datar yang bergulir di atas tanah. Adapun teknik
menahan bola dengan bagian kaki bagian dalam sebagai berikut: (a)
Seorang pemain harus lad menyusul arah datangnya bola,
pandangan tertuju ke arah bola dan setelah dekat bola segera
berhenti, (b) Posisi kaki digerakkan ke depan ke arah datangnya
bola, tepat di tengah-tengah kaki bagian dalam menahan bola, (c)
Kaki penerima bola digerakkan ke belakang mengikuti arah lintasan
bola, (d) Kemudian letakkan kaki penerima dalam posisitegak lurus
dengan kaki tumpu, lurus pada ujung tumit kaki tumpu.
2) Teknik dasar mengontrol bola dengan punggung kaki
Teknik ini sering digunakan dalam permainan sepakbola
untuk mengontrol operan bola dari teman baik bola datar maupun
bola lambung. Adapun tekniknya sebagai berikut: (a) Lari
menyongsong arah datangnya bola, pandangan tertuju ke arah
13
datangnya bola, setelah dekat dengan bola segera berhenti, (b)
Ujung jari (sepatu) kaki tumpu ke arah datangnya bola, letakkan
kaki tumpu sedikit ditekuk, (c) Kaki penerima menerima bola tepat
pada punggung kaki di tengah-tengah bola, selanjutnya kaki
penerima digerakkan ke arah belakang mengikuti arah lintasan bola
hingga kaki penerima dan bola berhenti.
3) Teknik dasar mengontrol bola dengan punggung kaki bagian luar
Adapun tekniknya sebagai berikut: (a) Lari menyongsong
arah datangnya bola, setelah dekat .dengan bola segera berhenti, (b)
Ujung jari kaki tumpu menghadap arah datangnya bola, ke dua lutut
kaki sedikit di tekuk, (c) Kaki penerima segera digerakkan ke depan
ke arah datangnya bola dengan punggung kaki bagian luar pada
tengah tengah depan bola, (d) Kemudian kaki penerima digerakkan
ke arah belakang mengikuti arah lintasan bola.
4) Teknik dasar mengontrol bola dengan paha.
Mengontrol bola dengan paha sering digunakan dalam
permainan sepakbola, biasanya untuk mengontrol bola yang
melambung. Adapun tekniknya sebagi berikut: (a) Seorang pemain
berlari menjemput arah datangnya bola dan berhenti di tempat
jatuhnya bola, (b) Kaki tumpu menghadap arah datangnya bola,
kedua lutut kaki sedikit di tekuk, (c) Kaki penerima diangkat ke
depan, paha diangkat ke atas menghadap arah jatuhnya bola
kemudian menahan bola dengan paha.
5) Teknik dasar mengontrol bola dengan dada
Teknik mengontrol bola dengan dada biasanya digunakan
untuk menerima bola di udara yang datang ke arah seorang pemain
sepakbola. Adapun tekniknya adalah sebagai berikut: (a) Seorang
pemain lari segera menjemput arah jatuhnya bola, (b) Kedua kaki
berdiri kangkang ke muka belakang, kedua lutut sedikit ditekuk dan
pandangan terarah pada jatuhnya bola, (c) Dada dibusungkan siap
menerima jatuhnya bola. Apabila bola diterima dengan otot dada
14
sebelah kanan atau kiri, setelah bola menyentuh dada posisi badan
segera di tank ke belakang. 6) Teknik dasar mengontrol bola dengan
dahi Teknik ini sering digunakan dalam permainan sepakbola untuk
mengontrol bola lambung di udara. Adapun teknik menerima bola
dengan dahi adalah sebagai berikut: (a) Daerah kepala di atas alis
dibawah rambut, apabila bola melambung datar di udara setinggi
dahi. Seorang pemain segera menjemput ke arah datangnya bola,
setelah dekat dengan bola segera berhenti dengan posisi kaki
kangkang muka-belakang, kedua lutut sedilit ditekuk, (b) Setelah
bola menyentuh dahi, badan segera ditarik ke belakang, (c) Setelah
bola jatuh ke tanah kemudian di kontrol dan segera dikuasai.
c. Menggiring Bola (Dribbling)
Menurut Mielke (2003:1) "dribbling dalam permainan
sepakbola didefinisikan sebagai penguasaan bola dengan kaki saat
kamu bergerak di lapangan permainan". Menggiring bola dapat di
artikan sebagai suatu gerakan lari menggunakan bagian kaki
mendorong bola agar bergulir terus-menerus di atas tanah. Menggiring
bola dapat dilakukan pada saat-saat menguntungkan saja, yaitu bebas
dan lawan. Kegunaan teknik menggiring bola antara lain untuk
melewati lawan, berputar dan mengubah arah bola, mencari
kesempatan memberikan umpan bola kepada kawan dengan tepat,
menahan bola tetap dalam penguasaan, dan menyelamatkan bola,
apabila tidak terdapat kemungkinan atau kesempatan untuk segera
mengoperkan bola kepada kawan. Hal-hal yang perlu diperhatikan
dalam menggiring bola :
1) Bola yang berada dalam penguasaan pemain, harus selalu dekat
dengan kaki, badan pemain terletak antara bola supaya tidak mudah
direbut oleh lawan, bola selalu dikontrol.
2) Di depan pemain terdapat daerah kosong, bebas dari lawan.
3) Bola digiring dengan kaki kanan atau kiri, setiap langkah kaki kanan
atau kin mendorong bola ke depan, bukan di tendang. Irama
15
sentuhan kaki pada bola tidak mengubah irama langkah kaki yang
teratur.
4) Pada waktu menggiring bola pandangan mata tidak boleh selalu
pada bola saja, akan tetapi harus memperhatikan atau mengamati
situasi lapangan atau posisi lawan maupun kawan.
5) Posisi badan agak condong ke depan, gerakan tangan bebas seperti
pada waktu posisi berlari.
Macam-macam teknik dasar menggiring bola:
1) Teknik dasar menggiring bola dengan kaki bagian dalam
Menurut Mielke (2003:2) "dribbling menggunakan sisi kaki
bagian dalam memungkinkan seorang pemain untuk menggunakan
sebagian besar permukaan kaki sehingga kontrol terhadap bola akan
semakin besar". Sering digunakan dalam permainan sepakbola
untuk berputar dan mengubah arah bola. Teknik menggiring bola
dengan punggung kaki bagian dalam adalah sebagai berikut: (a)
Posisi kaki menggiring bola sama dengan posisi kaki dalam
menendang bola dengan punggung kaki bagian dalam, (b) Kaki
yang digunakan untuk menggiring bola tidak diayunkan seperti
teknik menendang bola akan tetapi setiap langkah secara teratur
mendorong bola di depan kaki sehingga tidak mudah direbut oleh
lawan, (c) Pada saat menggiring bola kedua lutut sedikit ditekuk dan
pada waktu kaki menyentuh bola, kemudian melihat situasi
lapangan, posisi kawan atau lawan.
2) Teknik dasar menggiring bola dengan punggung kaki
Seorang pemain dapat membawa bola dengan cepat. Biasanya
teknik ini sering digunakan apabila di depan pemain terdapat daerah
bebas dari lawan yang cukup luas sehingga jarak untuk menggiring
bola cukup jauh. Teknik menggiring bola dengan punggung kaki
adalah sebagai berikut: (a) Posisi kaki sama dengan posisi kaki
dalam menendang dengan menggunakan punggung kaki, (b) Setiap
langkah secara teratur dengan punggung kaki kin atau kanan
16
mendorong bola ke depan, dan bola harus selalu dekat dengan kaki,
(c) Pada saat menggiring bola kedua lutut sedikit ditekuk, dan
pandangan pada bola juga melihat situasi lapangan, posisi lawan dan
kawan.
3) Teknik dasar menggiring bola dengan punggung kaki bagian luar
Menurut Mielke (2003:4) "menggunakan sisi kaki bagian
luar untuk melakukan dribbling adalah salah satu cara untuk
mengontrol bola". Sering digunakan dalam permainan sepakbola
karena bagian kaki yang bersentuhan dengan bola cukup luas,
pemain dapat dengan mudah bergerak ke depan atau mengubah arah
sesuai dengan arah kaki pada waktu berlari. Teknik menggiring bola
dengan punggung kaki bagian luar adalah sebagai berikut: (a) Posisi
kaki sama dengan posisi kaki dalam menendang bola dengan
punggung kaki bagian luar, (b) Setiap langkah secara teratur dengan
punggung kaki bagian luar kaki kanan atau kiri mendorong bola ke
depan, dan bola harus selalu dekat dengan kaki sesuai dengan irama
lari, (c) Pada saat menggiring bola kedua lutut sedikit ditekuk, pada
waktu kaki menyentuh bola pandangan selanjutnya melihat situasi
lapangan, posisi lawan atau kawan.
d. Menyundul Bola (Heading)
Menyundul bola merupakan suatu keterampilan teknik dasar
dalam permainan sepakbola dengan menggunakan bagian kepala. Para
pemain bisa melakukan heading ketika sedang meloncat, melompat ke
depan, menjatuhkan diri (diving), atau tetap diam dan mengarahkan
bola dengan tajam ke gawang atau teman satu tim (Mielke, 2003:49).
Kegunaan menyundul bola dalam permainan sepakbola antara lain
adalah untuk mengoperkan bola kepada teman untuk memasukkan bola
ke arah gawang lawan dan untuk menyapu bola di daerah pertahanan
sendiri serta mematahkan serangan lawan. Adapun teknik menyundul
bola ada dua macam yaitu menyundul bola dengan sikap berdiri di
17
tempat dan menyundul bola dengan sikap berlari yang akan diuraikan
sebagai berikut:
1) Teknik dasar menyundul bola dengan sikap berdiri ditempat
Teknik menyundul bola dengan sikap ini sering digunakan
oleh seorang pemain untuk mengoperkan bola kepada kawan.
Adapun tekniknya akan diuraikan sebagai berikut: (a) Posisi badan
menghadap ke arah datangnya bola, kedua kaki berdiri kangkang ke
muka dengan kedua lutut sedikit ditekuk, (b) Badan ditarik ke
belakang, sikap badan condong ke belakang, otot-otot leher
dikuatkan hingga dagu merapat pada leher, dan pandangan ke arah
datangnya bola, (c) Seluruh berat badan diikutsertakan ke depan,
badan condong ke depan diteruskan hingga dahi tepat mengenai
bola dan gerak lanjutan ke arah sasaran dengan mengangkat kaki
belakang ke depan dilanjutkan lari ke rencana posisi.
2) Teknik dasar menyundul bola dengan sikap berlari
Menyundul bola dengan sikap berlari biasanya sering
digunakan dalam permainan sepakbola untuk memasukkan bola ke
gawang lawan atau tindakan penyelamatan. Adapun tekniknya
diuraikan sebagai berikut: (a) Pemain lari menjemput arah
datangnya bola, pandangan mata tertuju ke arah bola, (b) Otot-otot
leher digerakkan, kemudian dagu ditarik merapat pada leher, (c)
Badan ditarik ke belakang melengkung ke daerah pinggang
kemudian digerakkan ke seluruh tubuh sehingga dahi dapat mengenai
bola (d) Pada waktu menyundul bola hendaknya pandangan mata tetap
terbuka dan selalu mengikuti ke mana bola diarahkan dan selanjutnya
diikuti gerak lanjutan untuk segera lari mencari posisi.
e. Melempar Bola (Throw-in)
Melempar bola pada permainan sepakbola dilakukan bila terjadi
bola seluruhnya melampaui garis samping, baik bola datar yang
menggulir di atas tanah maupun yang melayang di udara maka seorang
pemain lawan dari pihak terakhir yang menyentuh bola, dapat melakukan
18
lemparan ke dalam di belakang garis samping ditempat bola
meninggalkan lapangan permainan. Melempar bola ke dalam harus
dilakukan sesuai dengan peraturan permainan yang berlaku. Throw-in
dapat menjadi senjata yang ampuh dalam rencana serangan sebuah tim
(Mielke, 2003:39). Dalam melempar bola tidak dibenarkan langsung
membuat gol, dan keuntungannya di dalam melempar bola ke dalam
tidak ada hukuman bagi pemain yang berdiri di posisi offside.
Prinsip teknik dasar melempar bola adalah: (a) Sikap berdiri,
kedua kaki rapat dengan lutut sedikit di tekuk, (b) Sikap memegang bola.
Kedua tangan memegang bola dengan jari-jari (direnggangkan). Jari-jari
yang di belakang bola adalah ibu jari tangan kanan bertemu dengan ibu
jari tangan kiri, dan ujung jari telunjuk tangan kanan bertemu dengan
ujung jari telunjuk tangan kanan, sedangkan jari-jari yang lain
memegang bola dibagian samping bola. Jadi seolah-olah tangan
membuat wadah untuk bola, (c) Cara melempar adalah kedua tangan
dengan bola diangkat di atas belakang kepala, pandangan mata tertuju
ke arah kawan yang akan diberi operan bola. Pada waktu melemparkan
bola dengan kekuatan otot-otot perut, bahu dan tangan diayunkan ke
depan, dibantu kedua lutut yang diluruskan dan badan digerakkan
seolah-olah dijatuhkan ke depan bersamaan dengan bola yang
dilepaskan, (e) Gerak lanjutan setelah bola dilepaskan, yaitu tetap
berdiri di atas kedua kaki dengan ujung-ujung kaki tetap di atas tanah
dan diteruskan dengan gerakan lari untuk mencari posisi.
f. Menembak Bola (Shooting)
Permainan sepakbola seorang anak dinyatakan terampil dalam
menembak bola (shooting) apabila dia dapat berhasil memasukan bola
ke dalam gawang paling sedikit 80% dari tembakannya. Bagi pemain
tenis mereka dinyatakan terampil dalam melakukan service apabila 60
sampai 70% service pertamanya masuk. Dengan contoh-contoh
tersebut bahwa keterampilan dinilai oleh produktivitas penampilan
yang dilakukan pemain. Menurut Mielke (2003:67) "dari sudut
19
pandang penyerangan, tujuan sepakbola adalah melakukan shooting ke
gawang". Seseorang pemain harus menguasai keterampilan dasar
menendang bola dan selanjutnya mengembangkan sederetan shooting
yang memungkinkannya untuk melakukan tendangan shooting dan
mencetak gol dari berbagai posisi di lapangan.
Permainan sepakbola adalah cabang olahraga permainan beregu
atau permainan tim. Kesebelasan yang baik, kuat dan tangguh adalah
kesebelasan yang mampu menampilkan permainan yang kompak.
Dapat dikatakan bahwa kesebelasan yang baik bila terdapat kerjasama
tim yang baik. Untuk mendapatkan kerjasama tim yang tangguh
diperlukan pemain-pemain yang menguasai bagian-bagian dari
bermacam-macam teknik dasar bermain sepakbola dan terampil
melaksanakannya. Kualitas keterampilan teknik dasar bermain setiap
pemain lepas dari faktor-faktor kondisi fisik dan taktik sangat
menentukan tingkat permainan suatu kesebelasan sepakbola. Makin
baik tingkat penguasaan keterampilan teknik dasar bermain setiap
pemainnya di dalam memainkan dan menguasai bola, maka makin
cepat dan cermat kerjasama kolektif akan tercapai. Dengan demikian
kesebelasan akan lebih lama menguasai bola dan akan mendapatkan
keuntungan secara fisik dan taktik.
Untuk dapat mencapai penguasaan teknik-teknik dasar bermain
sepakbola pemain harus melakukan dengan prinsip-prinsip gerakan
teknik yang benar, cermat, sistematik yang dilakukan berulang-ulang
terns menerus dan berkelanjutan, sehingga menghasilkan kerjasama
yang baik antara sekumpulan syaraf otot untuk pembentukan gerakan
yang harmonis, sehingga menghasilkan otomatisasi gerakan. Untuk
dapat mencapai gerakan yang otomatis harus dimulai sejak usia muda.
Shooting sepakbola adalah gerakan yang dibutuhkan dalam
permainan sepakbola, terlepas sama sekali dari permainannya.
Maksudnya adalah pemain melakukan gerakan-gerakan dengan bola
dan gerakan-gerakan tanpa bola. Dengan demikian setiap pemain dapat
20
dengan mudah memerintah bola dan memerintah badan atau anggota
badan sendiri dalam semua situasi bermain. Setiap pemain sepakbola
dengan mudah dapat memerintah bola dengan kakinya, dengan
tungkainya, dengan badannya, dengan kepalanya, kecuali dengan
kedua belah tangannya yang dilakukan dengan cepat dan cermat.
Dengan demikian setiap pemain telah memiliki gerakan yang otomatis
atau ball feeling yang sempuma serta peka terhadap bola.
b. Faktor-Faktor yang mempengaruhi Permainan Sepakbola
Permainan sepakbola adalah cabang permainan olahraga beregu
atau permainan tim. Kesebelasan yang baik, kuat dan tangguh adalah
kesebelasan yang mampu menampilkan permainan yang kompak. Dapat
dikatakan bahwa kesebelasan yang baik bila terdapat kerjasama tim yang
baik. Untuk mendapatkan kerjasama tim yang yangguh diperlukan
pemain-pemain yang menguasai bagian-bagian dari bermacam-macam
teknik dasar permainan sepakbola dan terampil melaksanakannya.
Kualitas keterampilan teknik dasar bermain setiap pemain tidak lepas
dari faktor-faktor kondisi fisik dan taktik sangat menentukan tingkat
permainan suatu kesebelasan sepakbola. Makin baik tingkat penguasaan
keterampilan teknik dasar bermain setiap pemainnya di dalam
memainkan dan menguasai bola, maka makin cepat dan cermat
kerjasama kolektif akan tercapai. Dengan demikian kesebelasan akan
lebih lama menguasai bola dan akan mendapatkan keuntungan secara
fisik dan taktik.
Faktor-faktor yang menentukan pencapaian prestasi olahraga
menurut sajoto (1995:2-5) adalah sebahai berikut:
1) Aspek biologis terdiri dari:
a) Potensi atau kemampuan dasar tubuh
b) Fungsi organ-organ tubuh
c) Struktur dan postur tubuh
d) Gizi
2) Aspek psikologis terdiri dari:
21
a) Intelektual
b) Motivasi
c) Kepribadian
d) koordinasi kerja otot dan syaraf
3) Aspek lingkungan terdiri dari:
a) Sosial
b) Sarana dan prasarana olahraga yang tersedia
c) Cuaca
d) Orang tua, keluarga dan masyarakat
4) Aspek penunjang terdiri dari:
a) Pelatih yang berkualitas tinggi
b) program yang tersusun secara sistematis
c) Penghargaan dari masyarakat dan pemerintah
d) Dana yang menandai
e) Organisasi
Menurut Soekatamsi (1984:11) Untuk meningkatkan dan
mencapai prestasi yang setinggi-tingginya, olahragawan haruslah
memiliki 4 kelengkapan pokok yaitu:
1) Pembinaan teknik
2) Pembinaan fisik
3) Pembinaan taktik
4) Kematangan juara
Faktor-faktor tersebut yang perlu mendapat perhatian baik bagi
pemain, pelatih dan semua pihak yang bersangkutan dengan pembinaan
prestasi dalam permainan sepakbola.
2. Keterampilan Bermain Sepakbola
Mohr (1960: 322) menyatakan, “Keterampilan sebagai suatu
peningkatan penampilan". Menurut Munn (1964: 104) bahwa,
"Keterampilan sebagai kecakapan dalam melakukan tugas". Menurut
Johnson dalam Singer (1980: 30) bahwa, “Keterampilan sebagai sesuatu
yang ditampilkan sebagai aktivitas gerak yang dibatasi waktu atau
22
kecepatan, ketepatan, bentuk yang menunjukkan aktivitas gerak yang
efisien dan efektif dan kemampuan beradaptasi dalam menghadapi masalah
yang baru dalam situasi yang baru dengan tepat”. Sedangkan Russell R.
Pate , Bruce MC. Clenaghan& Robert Rotella (1993: 204) bahwa,
“Keterampilan olahraga adalah gerakan-gerakan tersebut yang dikaitkan
dengan penampilan yang berhubungan dengan kegiatan olahraga”.
Berdasarkan pengertian keterampilan tersebut dapat disimpulkan
bahwa, keterampilan bermain sepakbola merupakan kecakapan atau
kemampuan seorang pemain sepakbola dalam memainkan teknik dasar
sepakbola secara efektif dan efisien menurut kebutuhan dalam bermain
sepakbola. Seorang pemain sepakbola yang terampil, maka gerakan-gerakan
yang ditampilkan lebih efektif dan efisien serta hasilnya sesuai yang
diinginkan. Fitt & Adam dalam Russell R. Pate , Bruce MC. Clenaghan &
Robert Rotella (1993: 205) menandai tiga langkah dalam perolehan
penampilan yang terampil yaitu:
(1) Langkah 1. Tingkat kognitif. Ditandai oleh usaha pertama pelaku untuk
keterampilan baru yang lambat dan tidak tetap. Dibutuhkan perhatian
kognitif yang dapat cukup untuk menampilkan keterampilan tersebut.
Pemusatan perhatian diarahkan terhadap membuat program gerak ke
bagan gerak awal.
(2) Langkah 2. Langkah kedua dalam perbaikan keterampilan olahraga
ditandai oleh naiknya penampilan pada saat program gerak dibuat.
Apabila bagan pelaku telah bertambah melalui latihan, perhatian
terhadap pengelolaan penampilan dapat dikurangi.
(3) Langkah 3. Tahap otonom. Latihan yang terus menerus menghasilkan
perbaikan lebih lanjut dari keteramilan gerak menjadi suatu tingkat
otomatis. Selama kegiatan ini, hanya sedikit perhatian kognitif yang
dibutuhkan agar pelaku dapat memusatkan perhatian pada faktor
lingkungan yang mempengaruhi strategi dan penampilannya.
Pendapat tersebut menunjukkan bahwa, dalam belajar
keterampilan ada tiga tahapan yang dialami siswa. Pada tahap kognitif
23
siswa berusaha mengetahui dan memahami ide atau konsep gerakan
keterampilan yang dipelajari. Siswa berusaha mengerti gerakan yang akan
dilakukan dan bagaimana dilakukan. Berdasarkan pengertian yang
diperoleh, difikirkannya membentuk rencana gerak dan urutan rangkaian
gerakan yang dilakukan. Untuk membentuk rencana gerak dan
membentuk pengertian yang benar diperlukan contoh yang benar. Pada
langkah kedua siswa mulai mendapatkan rasa gerakan, keterampilan
gerak menjadi lebih lancar dan timing atau pengaturan tempo gerakan
menjadi lebih baik. Siswa dapat menghubung-hubungan bagian-bagian
keterampilan dan mengembangkan ritme atau irama gerakan keterampilan
dan yang lebih sesuai. Selain itu, siswa mampu merasakan gerakan benar,
gerakan lebih lancar, mampu mengembangkan ritme atau irama gerakan
menjadi lebih baik. Pada tahap kedua, gerakan tidak lagi dikontrol secara
visual, tetapi menggunakan mekanisme kontrol internal persepsi
kinestetik atau rasa gerak bersamaan dengan proses visual. Pada tahap
ketiga menjadi otomatis. Siswa menjadi mampu menyelesaikan gerakan
keterampilan tanpa terpaku pada kontrol perhatian langsung pada
geraknnya. Gerakan keterampilan dapat diselesaikan tanpa kontrol secara
sadar, tetapi tetap dapat melakukan perubahan gerakan jika memang
diperlukan. Gerakan keterampilan dapat dilakukan lebih cepat dan lebih
lambat sesuai dengan kebutuhan dan situasi.
a. Unsur-Unsur Pendukung Gerakan yang Terampil
Keterampilan gerak seseorang tidak terlepas dari beberapa
faktor pendukung. Kerena keterampilan gerak yang dimiliki siswa
tidak terjadi begitu saja, namun ada faktor yang mempengaruhinya.
Adnyana Putra (2010: 143) menyatakan,
Seseorang yang memiliki gerakan terampil adalah seseorang
yang mampu melakukan gerakan secara efisien dan benar
secara mekanis. Untuk mencapai efisiensi gerakan diperlukan
dukungan dari beberap aunsur kemampuan yang ada pada diri
pelakunya. Yang perlu mendukung agar gerakan menjadi
24
terampil atau menjadi efisien bukan hanya kemampuan fisik,
tetapi juga mental dan kemampuan emosional.
Pendapat tersebut menunjukkan bahwa, unsur yang
mendukung gerakan yang terampil dan efisien mencakup kemampuan
fisik, kemampuan mental dan kemampuan emosional. Ketiga
kemampuan tersebut saling berpengaruh di dalam bekerjanya. Kondisi
fisik berpengaruh terhadap kondisi mental dan emosional. Kondisi
mental berpengaruh terhadap kondisi fisik dan emosional. Demikian
juga kondisi emosional berpengaruh terhadap kondisi fisik dan mental.
Lebih lanjut Adnyana Putra (2010: 144-148) menjelaskan bagian-
bagian dari kemampuan fisik, kemampuan mental dan emosional
sebagai berikut:
(1) Unsur kemampuan fisik:
(a) Kecepatan reaksi
(b) Kekuatan
(c) Ketahanan
(d) Kecepatan
(e) Fleksibilitas
(f) Ketajaman indera
(2) Unsur kemampuan mental:
(a) Kemampuan memahami geraan yang akan dilakukan
(b) Kecepatan memahami stimulus
(c) Kecepatan membuat keputusan.
(d) Kemampuan memahami hubungan spasial.
(e) Kemampuan menilai obyek yang bergerak
(f) Kemampuan menilai irama
(g) Kemampuan mengingat gerakan lampau
(h) Kemampuan memahami mekanika gerakan
(i) Kemampuan berkonsentrasi
(3) Unsur kemampuan emosional:
(a) Kemampuan mengendalikan emosi dan perasaan
25
(b) Tidak ada gangguan emosional
(c) Merasa perlu dan ingin mempelajari atau melakukan gerakan
(d) Memiliki sikap yang positif terhadap prestasi gerak.
Berdasarkan pendapat tersebut menunjukkan bahwa, dari
masing-masing unsur kemampuan fisik, mental dan emosional di
dalamnya terdapat beberapa bagian yang sangat berperan penting
untuk mendukung keterampilan gerak. Hal ini artinya, keterampilan
gerak menjadi lebih baik apabila unsur-unsur dari kemampuan fisik,
mental dan emosional dimiliki siswa.
b. Organisasi Unsur-Unsur Pendukung Gerakan yang Terampil
Perlu diketahui dan dipahami bahwa, antara unsur-unsur
kemampuan fisik, mental dan emosional tidak bisa berfungsi sendiri-
sendiri atau terpisah. Ketiganya harus berfungsi dalam suatu
mekanisme yang serasi atau terorganisasi dengan baik.
Kontrol tubuh meliputi 3 macam yaitu, kontrol keseimbangan,
kontrol ketepatan waktu berbuat (timing), dan kontrol muskular.
Ketiga macam kontrol tersebut tergantung pada unsur-unsur fisik,
mental dan emosional. Peranan setiap unsur pendukung terhadap
setiap macam kontrol bervariasi tingkat kepentingannya.
Kontrol keseimbangan meliputi kemampuan untuk
menyesuaikan pusat gravitasi secara efektif dalam hubungannya
dengan bidang tumpuan, baik tumpuan yang tidak bergerak maupun
tumpuan yang bergerak. Kontrol keseimbangan merupakan fungsi
dari organ vestibular yang berada pada telinga bagian dalam, dan di
dalam berfungsinya ditunjang oleh fungsi mata. Pada saat seseorang
dalam keadaan bergerak, tangan dan kaki sangat berperan penting
dalam menjaga keseimbangan tubuh. Keseimbangan ada dua dua
yaitu keseimbangan statis dan keseimbangan dinamis. Keseimbangan
statis sering diukur dengan berdiri pada satu kaki dengan kedua mata
tertutup, karena penglihatan memberi bantuan yang signifikan
26
terhadap keseimbangan. Karena penglihatan dan fungsi vestibular
mempengaruhi keseimbangan, tetapi kurang sering menunjukkan
kenyataan bahwa kemampuan otot tercakup di dalamnya.
Kontrol ketepatan waktu bergerak (timing) pada dasarnya
pengatur irama gerakan. Dalam hal ini terwujud dalam bentuk
ketepatan waktu kontraksi sekelompok otot sehingga bisa
menghasilkan gerakan dengan kecepatan, urutan dan lamanya setiap
unsur gerakan yang sesuai dengan kebutuhan.
Kontrol muskular merupakan kemampuan mengendalikan
kontraksi dan relaksasi otot. Pengendalian otot-otot mana saja yang
harus berkontraksi dan otot-otot mana yang tidak perlu berkontraksi
untuk melakukan suatu gerakan sangat diperlukan agar suatu gerakan
bisa dilakukan dengan baik. Di dalam melakukan aktivitas fisik,
bukan hanya kemampuan kontraksi otot yang diperlukan,
kemampuan relaksasi otot juga sangat penting. Kemampuan relaksasi
penting untuk memperoleh efisiensi gerakan dan mempercepat proses
pemulihan kesegaran setelah melakukan aktivitas.
Kontrol keseimbangan (control timing) dan kontrol muskuar
saling berhubungan di dalam pelaksanaan fungsinya. Misalnya
kontrol muskular berperan dalam kontrol keseimbangan, kontrol
tining berperan di dalam pelaksanaan gerakan yang memerlukan
ketepatan waktu pelaksanaan atau gerakan berirama. Pelaksanaan
gerakan merupakan fungsi kontrol muskular, sedangkan iramanya
merupakan fungsi kontrol timing.
Ketiga fungsi kontrol tersebut secara bersama-sama mewujud
dalam bentuk kelincahan dan koordinasi gerakan. Kelincahan
(agility) adalah kemampuan mengubah arah gerakan atau posisi
tubuh dengan cepat. Sedang koordinasi adalah pemfungsian gerakan.
Gerakan yang terkoordinasi dengan baik tidak akan menibulkan
ketegangan otot yang tidak perlu dan pelaksanaannya lancar atau
mulus. Apabila berbagai macam gerakan yang terkoordiansi dengan
27
baik dikombiansikan secara serasi, maka akan menghasilkan gerakan
yang efisien.
Gerakan diatakan efisien apabila gerakan-gerakan yang
terkoordinasi dengan baik dikombinasikan untuk menghasilkan
gerakan yang diperlukan untuk menyelesaikan tugas tertentu dan
memanfaatkannya dengan perolehan nilai yang tinggi dengan arah
yang baik dan menggunakan tenaga yang sekecil mungkin.
3. Komponen Kondisi Fisik
Kondisi fisik adalah salah satu persyaratan yang sangat diperlukan
dalam usaha peningkatan prestasi seorang atlet bahkan dapat dikatakan
sebagai keperluan yang tidak dapat ditunda-tunda atau ditawar-tawar lagi.
Dengan demikian maka dapat dinyatakan bahwa kondisi fisik merupakan
kondisi yang paling mendasar dalam upaya pemberdayaan aspek-aspek
lainnya (Sajoto, 1988: 16).
Aspek kondisi fisik merupakan bagian terpenting dalam semua cabang
olahraga, terutama untuk mendukung aspek-aspek lainnya seperti teknik,
taktik, dan mental. Kondisi fisik sangat menentukan dalam mendukung
tugas atlet dalam pertandingan sehingga dapat tampil secara maksimal.
(Harsono, 1988: 153) menjelaskan bahwa: Kondisi fisik atlet memegang
peranan yang sangat penting dalam program latihannya. Program latihan
kondisi fisik haruslah direncanakan secara baik dan sistematis dan ditujukan
untuk meningkatkan kesegaran jasmani dan kemampuan fungsional dari
sistem tubuh sehingga dengan demikian memungkinkan atlet untuk
mencapai prestasi yang lebih baik. Atlet yang memiliki tingkat kesegaran
jasmani yang baik akan terhindar dari kemungkinan cedera yang biasanya
terjadi jika seseorang melakukan kerja fisik yang berat. Apabila seseorang
mempuyai kondisi fisik yang baik maka dia mampu melakukan tugas fisik
tanpa mengalami kelelahan yang berlebihan. Kondisi fisik sangat
menunjang atlet dalam bertanding, sehingga dalam pertandingan atlet tidak
mengalami kelelahan yang berarti dan akan terhindar dari cedera yang dapat
28
mengganggu penampilannya. Oleh karena itu peranan kondisi fisik
sangatlah diperlukan dalam olahraga (Setiawan, 1991: 110).
Apabila kondisi baik maka: (1) Akan ada peningkatan dalam
kemampuan sistem sirkulasi dan kerja jantung. (2) Akan ada peningkatan
dalam kekuatan, kelentukan, stamina, kecepatan, dan lain-lain komponen
kondisi fisik. (3) Akan ada ekonomi gerak yang lebih pada waktu latihan.
(4) Akan ada pemulihan yang cepat dalam organ-organ tubuh setelah
latihan. dan (5) Akan ada respons yang cepat dari organisme tubuh kita
apabila sewaktu-waktu respons demikian diperlukan. Kalau faktor-faktor
tersebut kurang tercapai setelah suatu masa latihan kondisi fisik tertentu,
maka hal ini berarti bahwa perencanaan dan sistematika latihan kurang
sempurna, karena sukses dalam olahraga sering menuntut keterampilan
yang sempurna dalam situasi stress fisik yang tinggi, maka semakin jelas
bahwa kondisi fisik memegang peranan yang sangat penting dalam
meningkatkan prestasi atlet (Harsono, 1988: 153). Menurut Mochamad
Sajoto (1988: 57 ), bahwa komponen kondisi fisik meliputi :
a. Kekuatan (strength), adalah komponen kondisi fisik seseorang tentang
kemampuannya dalam mempergunakan otot untuk menerima beban
sewaktu bekerja.
b. Daya Tahan (endurance). Ada 2 macam daya tahan, yaitu :
1) Daya tahan umum (general endurance), yaitu kemampuan seseorang
dalam mempergunakan sistem jantung paru-paru, dan peredaran
darahnya secara efektif dan efisien untuk menjalankan kerja secara
terus menerus yang melibatkan kontraksi sejumlah otot dengan
intensitas tinggi dalam waktu yang cukup lama.
2) Daya tahan khusus (local endurance), yaitu kemampuan seseorang
dalam mempergunakan ototnya untuk berkontraksi secara terus
menerus dalam waktu yang relative lama dengan beban tertentu.
c. Daya ledak otot (muscular power), adalah kemampuan seseorang dalam
mempergunakan kekuatan maksimum yang digunakan dalam waktu
yang sesingkat-singkatnya.
29
d. Kecepatan (speed), adalah kemampuan seseorang untuk melakukan
gerakan berkesinambungan dalam bentuk yang sama dan dalam waktu
yang sesingkat-singkatnya.
e. Fleksibilitas (flexibility), adalah efektifitas seseorang dalam penyesuain
diri untuk segala aktifitas tubuh dengan penguluran seluas-luasnya,
terutama otot-otot, ligament-ligamen disekitar persendian.
f. Keseimbangan (balance), adalah kemampuan seseorang
mengendalikanorgan-organ syaraf ototnya, selama melakukan gerak-
gerak yang cepat dengan perubahan letak titik berat badan yang cepat
pula,baik dalam keadaan statis maupun dalam gerak dinamis.
g. Koordinasi (coordination), adalah kemampuan seseorang dalam
mengintegrasikan gerakan yang berbeda kedalam suatu pola gerakan
tunggal secara efektif.
h. Kelincahan (agility), adalah kemampuan seseorang dalam merubah arah,
dalam posisi-posisi di arena tertentu. Seorang yang mampu merubah stu
posisi kesuatu posisi yang berbeda, dengan kecepatan tinggi dan
koordinasi gerak yang baik, berarti kelincahannya cukup tinggi.
i. Ketepatan ( accuracy), adalah kemampuan seseorang dalam
mengendalikan gerak-gerak bebas terhadap suatu sasaran.
j. Reaksi (reaction), adalah kemampuan seseorang segera bertindak
secepatnya, dalam menanggapi rangsangan-rangsangan datang lewat
indera, syaraf atau feeling lainnya. Seperti dalam mengantisipasi
datangnya bola, untuk kemudian ditangkap, dipukul atau ditendang,
kecepatan reaksi dalam start.
Sepakbola merupakan olahraga yang dinamis dan menuntut kesiapan
fisik yang prima dengan dukungan teknik, taktik, dan mental yang
memadai. Pergerakan pemain dalam pertandingan, baik dengan bola
maupun tanpa bola sangat cepat dan dengan hilir mudik mencari-cari celah
daerah yang dapat diterobos untuk memasukkan bola ke gawang lawan.
Kondisi ini berlangsung dalam waktu yang cukup lama, sehingga begitu
menguras energi dan menyebabkan kelelahan. Dengan kondisi fisik yang
30
prima maka akan ada peningkatan dalam kemampuan sistem sirkulasi dan
kerja jantung, peningkatan dalam kekuatan, kelentukan, stamina, kecepatan,
dan lain-lain komponen kondisi fisik, akan ada ekonomi gerak yang lebih
pada waktu latihan, akan ada pemulihan yang cepat dalam organ-organ
tubuh setelah latihan, maka hal ini memperjelas bahwa kondisi fisik sangat
berperan dalam olahraga sepakbola terutama untuk dapat bermain sepakbola
dengan dinamis tanpa mengalami kelelahan yang berarti.
4. Faktor Kondisi Fisik yang Berpengaruh terhadap Keterampilan
Bermain Sepakbola
Faktor adalah keadaan atau peristiwa dan sebagainya yang
memengaruhi terjadinya sesuatu. Sedangkan dominan adalah berpengaruh
kuat (bersifat) sangat penting dan menentukan karena pengaruh atau
kekuasaan (Bakir dan Suryanto, 2009: 143).
Dengan melihat lamanya waktu permainan dan bentuk keterampilan
yang harus dikuasai oleh setiap pemain sepakbola maka kondisi fisik pemain
dituntut selalu prima, agar mampu bermain sepanjang waktu pertandingan
dan melakukan gerakan serangan dan bertahan secara maksimal.
Menurut Arma Abdoellah (1981: 416). Unsur kondisi fisik dalam
bermain sepakbola terdiri dari:
a. Kecepatan (Speed)
b. Kekuatan (strength)
c. Daya tahan (endurance)
d. Kelincahan (agility)
e. Kelentukan (flexibility)
Menurut Komarudin (2005: 21-37), bahwa faktor pendukung yang
sangat penting bagi penguasaan keterampilan sepakbola ada dua aspek yang
harus dipenuhi, yaitu unsur fisik dan unsur motorik.
a. Unsur Fisik
1) Kelentukan (flexibility)
2) Kekuatan (strength)
3) Daya Ledak (power)
31
4) Daya tahan (endurance)
b. Unsur motorik
1) Keseimbangan (balance)
2) Orientasi Ruang (spatial orientation)
Menurut Scheunemann, T (2012: 14) Hal-hal yang meningkatkan
kemampuan tubuh atau fisik pemain sepakbola terdiri dari :
a. Kekuatan
1) Daya tahan kekuatan
2) Daya eksplositas
3) Kekuatan maksimal
b. Daya tahan
1) Kemampuan gerak tubuh (aerobic capacity)
2) Kekuatan gerak tubuh (aerobic power)
3) Tenaga yang dihasilkan otot dengan laktat (anaerobic
lactic)
4) Tenaga yang dihasilkan otot tanpa laktat (anaerobic
alactic)
c. Kecepatan
1) Reaksi
2) Kemampuan akselerasi (acceleration)
3) Kecepatan maksimal
4) Daya tahan tubuh mempertahankan kecepatan
5) Kemampuan merubah arah lari dengan cepat (acyclic
speed)
d. Kelenturan dan mobilitas otot
e. Koordinasi dan kelincahan
f. Kemampuan motorik dasar
g. Daya tanggap dan kewaspadaan (awareness)
Berdasarkan penjelasan tiga ahli tersebut di atas peneliti
menyimpulkan ada beberapa faktor atau komponen kondisi fisik yang
berpengaruh terhadap sepakbola. Komponen kondisi fisik dalam penelitian
32
ini antara lain: kecepatan, kekuatan otot tungkai, power otot tungkai, daya
tahan, kelincahan, fleksibilitas togok, koordinasi mata-kaki, waktu reaksi,
dan keseimbangan
a. Kecepatan
Kecepatan merupakan kualitas kondisional yang memungkinkan
seseorang atlet untuk bereaksi secara cepat bila dirangsang dan untuk
melakukan gerakan secepat mungkin.
Gerakan-gerakan kecepatan dilakukan melawan tahanan yang
berbeda (berat badan, berat peralatan, air, dsb.) dengan efek bahwa
pengaruh kekuatan juga menjadi faktor yang mementukan. Karena
gerakan-gerakan kecepatan dilakukan dalam waktu yang sesingkat
mungkin, maka secara langsung tergantung pada waktu yang ada dan
pengaruh kekuatan.
Gambar 2.1. Faktor-faktor yang mempengaruhi kualitas kecepatan
(Josef Nossek, 1995: 62)
Kemungkinan meningkatnya kekuatan dan daya tahan melalui
latihan yang dispesialisasi sangat tinggi, sampai 100%. Sebaliknya,
Kekuatan kecepatan dan
Daya tahan kecepatan Mobility proses
syaraf
KECEPATAN Teknik olahraga
Daya kehendak Elastisitas otot
Perangsangan-
penghentian
Kontraksi-relaksasi
Peregangan dan
kontraksi kapasitas
otot-otot
Koordinasi otot antara
sinergis dan antagonis
33
peningkatan kecepatan sangat terbatas, misalnya peningkatan kecepatan
lari cepat hanya berjumlah 20-30%.
Keterbatasan semacam itu tergantung pada tingkat yang tinggi
pada struktur otot dan mobilitas proses-proses saraf.Seorang atlet yang
otot-ototnya terutama terdiri dari serabut-serabut merah tidak bisa
berkembang menjadi pelari cepat kelas atas.
Menurut Ballretch (1969), kualitas kecepatan dapat dibagi
menjadi:
1) Kecepatan reaksi (reaction speed)
2) Kecepatan gerak (motor action speed)
3) Kecepatan kekuatan gerak (motor strength speed)
Dengan memperhatikan tujuan latihan dan metode-metode
latihan, kategori kualitas kecepatan yang paling cocok adalah sebagai
berikut:
1) Kecepatan reaksi.
2) Kecepatan gerakan-gerakan yang non-fisik (non-cyclic).
3) Lari cepat atau kecepatan frekuensi dari gerakan siklik.
Kecepatan sangat mempengaruhi dalam gerakan-gerakan
sepakbola. Ini berarti bahwa kecepatan adalah suatu keharusan untuk
mencapai hasil sebaik-baiknya. Kecepatan dalam olahraga sepakbola
dilakukan untuk melakukan lari secepat mungkin mengejar bola maupun
berlari mengejar lawan.
Berdasarkan beberapa uraian diatas serta mengingat relevansinya
dalam penelitian ini, maka instrument tes kecepatan yang digunakan
nantinya adalah tes kecepatan lari 50 meter.
b. Kekuatan Otot Tungkai
Secara fisiologis kekuatan merupakan kemampuan otot untuk
mengatasi beban atau tahanan atau kemampuan otot atau sekelompok
otot untuk mengatasi tekanan. Menurut Bompa (1999:318) “Strength is
the ability to apply force”.Menurut Sukadiyanto (2002:62) tingkat
kekuatan olahragawan diantaranya dipengaruhi oleh keadaan : panjang
34
pendeknya otot, besar kecilnya otot, jauh dekatnya titik beban dengan
titik tumpu, tingkat kelelahan, dominasi jenis otot merah atau putih,
potensi otot, pemanfaatan potensi otot, teknik dan kemampuan kontraksi
otot).
Kekuatan otot merupakan komponen penting guna
meningkatkan kondisi fisik secara keseluruhan. Menurut Bompa (1994)
yang dikutip oleh Sukadiyanto (2002:65-67) menjelaskan kekuatan
secara lebih rinci :
1) Kekuatan Umum
Kekuatan umum adalah kemampuan kontraksi seluruh sistem
otot dalam mengatasi tahanan atau beban.Kekuatan umum
merupakan unsure dasar yang melandasi seluruh program latihan
kekuatan.Olahragawan yang tidak memiliki kekuatan umum secara
baik akan mengalami keterbatasan dalam proses peningkatan
kemampuannya.
2) Kekuatan Khusus
Kekuatan khusus adalah kemampuan sekelompok otot yang
diperlukan dalam aktivitas cabang olahraga tertentu.Setiap cabang
olahraga dalam pengembangan unsur kekuatan khusus ototnya
berbeda-beda, tergantung dominasi otot yang diperlukan dan yang
terlibat dalam aktivitas.Kekuatan khusus dilatihkan pada periodisasi
persiapan tahap akhir dan perlu dikembangan sesuai kebutuhannya.
3) Kekuatan Maksimal
Kekuatan maksimal adalah kemampuan otot atau
sekelompok otot untuk melawan atau mengangkat beban secara
maksimal dalam satu kali kerja.Kekuatan maksimal digunakan untuk
mengukur kemampuan otot mengatasi beban dalam satu kali
angkatan. Cabang olahraga yang sifatnya bodycontact sangat
diperlukan unsur kekuatan maksimal dan olahraga yang dalam
aktivitasnya harus mengatasi beban yang berat seperti angkat berat,
lontar martil dan lain-lain.
35
4) Kekuatan Ketahanan
Kekuatan ketahanan (ketahanan otot) adalah kemampuan
otot atau sekelompok otot dalam mengatasi tahanan atau beban dalam
jangka waktu yang relatif lama.Hal ini merupakan perpaduan dari
kekuatan dan ketahanan otot dalam mengatasi beban secara
bersamaan.
5) Kekuatan Kecepatan
Kekuatan kecepatan adalah kemampuan otot untuk
menjawab setiap rangsang dalam waktu sesingkat mungkin dengan
menggunakan kekuatan otot. Kekuatan otot sama dengan power.
Power adalah hasil kali kekuatan dan kecepatan. Pendapat lain
menyatakan bahwa kekuatan kecepatan sama dengan kekuatan
eksplosif atau kekuatan elastis. Kekuatan eksplosif adalah kecepatan
kontraksi otot saat mengatasi beban secara eksplosif.
6) Kekuatan Absolut
Kekuatan absolut adalah kemampuan otot olahragawan
untuk menggunakan kekuatan secara maksimal tanpa memperhatikan
berat badannya sendiri. Kekuatan absolut dapat diketahui dengan cara
mengukur kekuatannya menggunakan dynamometer dan atau
kemampuan otot maksimal mengangkat beban dalam satu kali kerja.
7) Kekuatan Relatif
Adalah hasil dari kekuatan absolut dibagi berat badan dan
lebih banyak digunakan untuk menentukan kelas dalam
pengelompokan olahragawan pada cabang olahraga beladiri, binaraga
dan angkat berat.
8) Kekuatan Cadangan
Adalah perbedaan antara kekuatan absolute dengan jumlah
kekuatan yang diperlukan untuk menampilkan keterampilan dalam
berolahraga.
36
Gambar 2.2 Pengukuran Kekuatan Otot Tungkai (Hatmisari, 2005: 22)
c. Power Otot Tungkai
Komponen gerak yang sangat penting untuk melakukan suatu
aktivitas yang sangat berat adalah power, karena dapat menentukan
seberapa orang dapat orang berlari dengan cepat. Semua usaha maksimal
yang exsplosive tergantung pada power (Jansen, C.R. Schultn. G W and
Bongerter, B.C 1983: 167-178).
Menurut Bompa (1990: 285) dilihat dari segi kesesuaian jenis
gerakan atas keterampilan gerak power dibedakan menjadi dua, yaitu:
1) Power Asiklik
Dalam kegiatan olahraga power ini dapat dikenal dari
peranannya pada suatu cabang olahraga, misalnya menolak dan
melompat pada atletik lebih dominan pada power asikliknya.
2) Power Siklik
Dari segi kesesuaian jenis gerak dari peranannya pada suatu
cabang olahraga lari cepat, lebih dominan pada power sikliknya.
Daya ledak atau power memainkan peran yang sangat penting
terhadap mobilitas fisik. Power merupakan kemampuan fisik yang
tersusun dari beberapa komponen diantaranya komponen yang
menonjol adalah kekuatan dan kecepatan. Komponen tersebut saling
37
berinteraksi/keterkaitan diantara komponen-komponen power
digambarkan oleh Bompa (1990: 264) sebagai berikut :
Gambar 2.3 Ilustrasi Keterkaitan Kemampuan Biomotorik (Bompa 1990: 264)
Sementara Nossek (1982: 46-48) menyampaikan power
adalah kemampuan seseorang untuk mengatasi tahanan dengan suatu
kecepatan kontraksi otot. Jadi, power otot adalah kualitas yang
memungkinkan otot atau sekelompok otot untuk menghasilkan kerja fisik
secara explosive.
Menurut Jansen, C.R. Schultn. G W and Bangerter, B.C
(1983: 167-178) untuk meningkatkan power dapat dengan cara
menikatkan kekuatan, meningkatkan kecepatan kontraksi, atau
meningkatkan keduanya, yaitu meningkatkan kekuatan dan kecepatan
kontraksi otot.
Secara anatomi otot-otot yang bekerja ketika melakukan gerakan
menendang adalah Gluteus Maximus, Semi Membranosus, Membranosu,
M. Semi Tendinosus, M. Biseps Femoris, M. Rectus Femoris, M. Vastus
Medialis, M. Vastus Lateralis, M. Vastus Intermedius, M. Gastroknemius,
M. Soleus, M. Flexor Hallusis longus, M. Flexor Digitorum Longis, M.
Tibialis Posterior, M. poroneus Longus, poroneus Brevis.
Speed Coordina
tion
Flexibility
y
Maximum
Strength
Anaerobic
Endurance
Aerobic
Endurance
Maximum
Speed
Perfect
Coordinatio
n
Full Range of
Flexibility
Power
Endurance of
Speed
Agility Mobility
Strength Endurance
Muscular
Endurance
38
Gambar 2.4 Otot Tungkai (Syaifuddin 2010: 54)
d. Daya Tahan
Dalam olahraga, daya tahan dikenal sebagai kapasitas daya
tahan organisme melawan kelelahan dalam penampilan yang berlangsung
lama. Namun demikian arti penampilan yang berlangsung lama adalah,
juga tidak sesederhana itu, karena dalam perlombaan lari 200 m, seorang
atlet memerlukan kualitas daya tahan tertentu. Berbagai cabang olahraga
yang memerlukan unsur daya tahan adalah sangat luas.Ini mencakup
nomor-nomor yang memerlukan waktu beberapa detik sampai lari
marathon yang lebih dari 2 jam. Lama waktu suatu penampilan dalam
olahraga berada dalam hubungan langsungdengan intensitas latihan. Oleh
karena itu makin lama penampilan berlangsung, maka makin rendah
intensitas atau kesempatan penampilan dan sebaliknya.
Pada umumnya latihan daya tahan mengembangkan kapasitas
fungsional suatu organisme.Ekspresi-ekspresi seperti kesegaran jasmani
atau stamina adalah erat kaitannya dengan masalah ini.Realisasi
pentingnya latihan daya tahan untuk setiap orang berakibat dalam
39
kegiatan seluruh dunia.Olahraga untuk setiap orang (sport for all) untuk
meningkatkan kesehatan dalam individu-individu dengan daya tahan
yang mudah dikonsentrasikan dengan latihan-latihan seperti jogging,
bersepeda atau renang.Organ-organ yang dibebani dengan latihan daya
tahan adalah:
1) Jantung dan sirkulasi darah (sistem kardiovaskuler)
2) Paru-paru dan ventilasi paru-paru (sistem pulmonary)
3) Sistem jantung dan sirkulasi dalam hubungannya dengan
paru-paru dan respirasi (sistem kardiopulmonari)
Latihan daya tahan mengembangkan kapasitas fungsional di
samping daya tahan otot-otot melawan kelelahan. Menurut Josef Nosseck
(1982) dalam M. Furqon H. (1995: 75), berdasarkan jumlah otot yang
terlibat dalam aktivitas gerakan, dibuat pembagian berikut:
a) Nomor-nomor dan latihan-latihan dimana hanya 1/3 dari otot tubuh
yang bekerja menyebabkan kelelahan lokal dengan latihan daya tahan
(misalnya latihan gerak halus).
b) Nomor-nomor dan latihan-latihan yang menyebabkan yang
menyebabkan kelelahan regional dengan hamper 2/3 otot tubuh
bekerja dalam aktivitas (misalnya latihan sirkuit).
c) Nomor-nomor dan latihan-latihan yang menyebabkan kelelahan
global atau total dengan lebih dari 2/3 otot-otot tubuh bekerja
(misalnya dayung, tinju, dsb.).
e. Kelincahan
Kelincahan pada umumnya didefinisikan sebagai kemampuan
untuk mengubah-ubah arah secara efektif dan cepat, sambil berlari
dengan keadaan hampir penuh. Kelincahan terjadi karena kekuatan atau
tenaga yang meledak. Mengubah arah gerakan tubuh secara berulang-
ulang seperti halnya lari bolak-balik memerlukan kontraksi secara
bergantian pada kelompok otot tertentu. Sebagai contoh ketika lari
bolak-balik seorang atlet harus mengurangi kecepatan pada waktu akan
mengubah arah. Oleh karena itu otot perentang otot lutut pinggul
40
mengalami kontraksi eksentris (penguluran), saat otot ini memperlambat
momentum tubuh yang bergerak ke depan. Kemudian dengan cepat otot