11 BAB II LANDASAN TEORI A. Strategi 1. Pengertian Strategi Istilah strategi berasal dari bahasa Yunani strategia yang berarti seni atau ilmu menjadi jenderal. Makna strategi tersebut, tidak lepas dari sejarah pemakaian istilah strategi sebagai istilah yang digunakan di ranah militer. Menurut Setiawan Hari Purnomo dan Zulkieflimansyah, kata strategi berasal dari bahasa Yunani strategos yang berasal dari kata stratos yang berarti militer dan Ag yang berarti memimpin. Strategi dalam konteks awalnya diartikan sebagai generalship atau sesuatu yang dikerjakan oleh para jenderal dalam membuat rencana untuk menaklukkan musuh dan memenangkan perang. Tidaklah mengherankan jika pada awalnya strategi ini populer dalam dunia militer, sedang perkembangannya di dunia usaha dalam dekade 50-an dapat digunakan sebagai pijakan. 1 Strategi di definisikan sebagai kerangka yang membimbing serta mengendalikan pilihan-pilihan yang menetapkan sifat dan arah dari suatu organisasi. Giffin, sebagaimana dikutip oleh Tisnawati dan Kurniawan Saefullah mendefinisikan strategi sebagai rencana komperehensif untuk mencapai tujuan organisasi (strategy is a accomplishing an 1 Setiawan Hari Purnomo & Zulkieflimansyah, t.th., Manajemen Strategi: Sebuah Konsep Pengantar (Jakarta: Fakultas Ekonomi Universitas Indonesia), 8.
38
Embed
BAB II LANDASAN TEORI A. Strategi 1. Pengertian Strategietheses.iainkediri.ac.id/73/3/bab 2.pdf · A. Strategi 1. Pengertian Strategi Istilah strategi berasal dari bahasa Yunani strategia
This document is posted to help you gain knowledge. Please leave a comment to let me know what you think about it! Share it to your friends and learn new things together.
Transcript
11
BAB II
LANDASAN TEORI
A. Strategi
1. Pengertian Strategi
Istilah strategi berasal dari bahasa Yunani strategia yang berarti
seni atau ilmu menjadi jenderal. Makna strategi tersebut, tidak lepas dari
sejarah pemakaian istilah strategi sebagai istilah yang digunakan di ranah
militer. Menurut Setiawan Hari Purnomo dan Zulkieflimansyah, kata
strategi berasal dari bahasa Yunani strategos yang berasal dari kata
stratos yang berarti militer dan Ag yang berarti memimpin. Strategi dalam
konteks awalnya diartikan sebagai generalship atau sesuatu yang
dikerjakan oleh para jenderal dalam membuat rencana untuk
menaklukkan musuh dan memenangkan perang. Tidaklah
mengherankan jika pada awalnya strategi ini populer dalam dunia
militer, sedang perkembangannya di dunia usaha dalam dekade 50-an
dapat digunakan sebagai pijakan.1 Strategi di definisikan sebagai
kerangka yang membimbing serta mengendalikan pilihan-pilihan yang
menetapkan sifat dan arah dari suatu organisasi.
Giffin, sebagaimana dikutip oleh Tisnawati dan Kurniawan
Saefullah mendefinisikan strategi sebagai rencana komperehensif
untuk mencapai tujuan organisasi (strategy is a accomplishing an
1 Setiawan Hari Purnomo & Zulkieflimansyah, t.th., Manajemen Strategi: Sebuah Konsep
Pengantar (Jakarta: Fakultas Ekonomi Universitas Indonesia), 8.
12
organization’s goal’s). Tidak hanya sekedar mencapai, akan tetapi
srtategi juga dimaksudkan untuk mempertahankan keberlangsungan
organisasi di lingkungan di mana organisasi tersebut menjalankan
aktivitasnya. Bagi organisasi bisnis, strategi di maksudkan untuk
mempertahankan keberlangsungan bisnis perusahaan di bandingkan para
pesaingnya dalam memenuhi kebutuhan konsumen.2
Strategi komunikasi pada hakikatnya adalah paduan perencanaan
komunikasi (communication planning) dengan manajemen komunikasi
(communication management) untuk mencapai suatu tujuan yang
telah ditetapkan. Strategi komunikasi ini harus mampu menunjukkan
bagaimana operasionalnya secara praktis harus dilakukan, dalam arti kata
bahwa pendekatan (approach) bisa berbeda sewaktu-waktu
bergantung pada situasi dan kondisi.3
Seiring perkembangan pesat media, lembaga harus mampu
memanfaatkan setiap media yang ada untuk mengembangkan komunikasi
dengan donatur, muzakki, atau masyarakat. Komunikasi adalah hal yang
paling utama yang harus dimiliki oleh lembaga amil zakat untuk
melakukan aktivitas fundraising. Komunikasi pemasaran merupakan
usaha untuk menyampaikan pesan kepada publik terutama konsumen
2005), 132. 3 Onong Uchjana Effendy, Ilmu Komunikasi Teori dan Praktek (Bandung: PT. Remaja
Rosdakarya, 2009), 32. 4 Sutisna, Perilaku Konsumen dan Komunikasi Pemasaran (Bandung: PT. Remaja Rosdakarya,
2002), 267.
13
Meskipun istilah strategi yang dikemukakan oleh para ahli di atas
mempunyai arti yang bermacam-macam, namun esensinya tidak jauh
berbeda. Secara singkat dapat dikatakan bahwa strategi merupakan sikap
lembaga dalam menghadapi lingkungan atau keadaan sekelilingnya
agar tujuan lembaga dapat tercapai. Seandainya suatu lembaga berusaha
tanpa strategi, mungkin saja bisa sukses, akan tetapi kesuksesan itu
bisa dikatakan sebagai sukses yang kebetulan. Sasaran bisa saja tercapai
tanpa strategi, tapi belum pasti efisien. Namun, strategi saja tidak
cukup, dibutuhkan pengaturan atau manajemen yang memungkinkan
perusahaan atau lembaga mencapai tujuan. Manajemen strategilah
yang lebih tepat supaya strategi-strategi perusahaan atau lembaga
dapat terlakasana dengan baik.
Pendekatan strategi pada hakekatnya mempunyai ciri-ciri sebagai
berikut: 5
a. Memusatkan perhatian pada kekuatan atau power
b. Memusatkan pada analisa dinamik, gerak dan analisa aksi
c. Memusatkan pada tujuan yang ingin dicapai serta gerak untuk
mencapai tujuan tersebut.
d. Memperhatikan faktor waktu dan lingkungan.
e. Berusaha menemukan masalah-masalah yang terjadi dari peristiwa
yang ditafsirkan bedasarkan konsep, kemudian mengadakan
5 Ali Moestopo, Strategi Kebudayaan (Jakarta: CSIS, 1978), 8-9.
14
analisa mengenai kemungkinan-kemungkinan dan langkah-langkah
yang dapat diambil dalam rangka menuju tujuan itu sendiri.
2. Tahapan Strategi
Fred R. David menjelaskan bahwa proses manajemen strategis
teridiri dari tiga tahapan, yaitu:
a. Perumusan Strategi
Langkah pertama yang perlu dilakukan adalah merumuskan
strategi yang didalamnya mencangkup kegiatan pengembangan
tujuan mengenai peluang dan ancaman eksternal, menetapkan
kekuatan kelemahan secara internal, menetapkan suatu objektifitas,
menghasilkan strategi alternatif, dan memilih strategi untuk
dilaksanakan. Dalam perumusan strategi juga ditentukan suatu sikap
untuk memutuskan, memperluas, menghindari atau melakukan
suatu keputusan dalam proses kegiatan.
b. Implementasi Strategi
Langkah kedua setelah merumuskan strategi adalah
melaksanakan strategi yang ditetapkan tersebut. Dalam tahap
pelaksanaan strategi yang telah dipilih sangat membutuhkan
komitmen dan kerja sama dari seluruh unit, tingkat, dan anggota
organisasi.
c. Evaluasi Strategi
Tahap terkahir dari strategi ini adalah evaluasi strategi,
evaluasi strategi ini diperlukan karena menjadi tolak ukur untuk
15
strategi yang akan dilaksanakan kembali oleh suatu organisasi dan
evaluasi sangat diperlukan untuk memastikan sasaran yang dinyatakan
telah dicapai.
Ada tiga kegiatan pokok dalam evaluasi strategi yaitu:
1) Meninjau faktor-faktor eksternal dan internal yang menjadi dasar
strategi.
2) Mengukur prestasi (membandingkan hasil yang diharapkan
dengan kenyataan).
3) Mengambil tindakan korektif untuk memastikan bahwa prestasi
sesuai dengan rencana.6
B. Konsep Penghimpunan
1. Pengertian Penghimpunan
Penghimpunan adalah serangkaian kegiatan penggalangan dana / daya
baik dari individu, organisasi, maupun badan hukum. Penghimpunan
dapat juga diartikan sebagai proses mempengaruhi masyarakat baik
perseorangan sebagai individu atau perwakilan masyarakat maupun
lembaga agar menyalurkan dananya kepada sebuah organisasi.7
Penghimpunan merupakan hal yang penting, sebab sumber harta / dana
berasal dari donasi masyarakat. Agar target bisa terpenuhi dan program
dapat terwujud maka diperlukan adanya penghimpunan dana, yang
selanjutnya akan dikelola dan dikembangkan.
6 Fred R. David, Manajemen Strategi Konsep (Jakarta: Prenhalindo, 2002), 30. 7 Afifah Zulkarnia, Strategi Fundraising Oleh Lembaga Wakaf Sidogiri Kabupaten Pasuruan
Untuk Optimalisai Penghimpunan Dana Wakaf (Kementerian Agama RI, 2016), 63.
16
Dalam penghimpunan, selalu ada proses “mempengaruhi”. Termasuk
proses mempengaruhi masyarakat (calon wakif) agar mau melakukan
amal kebajikan dalam bentuk penyerahan uang sebagai wakaf maupun
untuk sumbangan pengelolaan harta wakaf. Kegiatan pengerahan dana ini
sangat berhubungan dengan kemampuan perseorangan, organisasi, badan
hukum untuk mengajak dan mempengaruhi orang lain sehingga
menimbulkan kesadaran, kepedulian, dan motivasi untuk melakukan
wakaf.8
Dalam melaksanakan kegiatan penghimpunan, banyak metode dan
teknik yang dapat dilakukan. Pada dasarnya ada dua jenis yang biasa
digunakan yaitu langsung (direct fundraising) dan tidak langsung
(indirect). Metode langsung (direct fundraising) adalah metode yang
menggunakan teknik – teknik atau cara – cara yang melibatkan partisipasi
waqif secara langsung. Yakni bentuk – bentuk penghimpunan dimana
proses interaksi dan daya akomodasi terhadap respon waqif bisa seketika
(langsung) dilakukan. Misalnya, melalui direct mail, direct advertising,
telefundraising, dan presentasi langsung. Metode penghimpunan tidak
langsung (indirect) dan merupakan suatu metode yang menggunakan
teknis atau cara yang tidak melibatkan partisipasi waqif secara langsung.
Metode ini dilakukan dengan metode promosi yang mengarah kepada
pembentukan citra lembaga yang kuat, tanpa diarahkan untuk transaksi
donasi pada saat itu. Misalnya advertorial, image campaign, dan
ada yang terampil. Karena itu secara alamiah akan terjadi kesenjangan.
Untuk itulah diperlukan distribusi agar kesenjangan ini dapat
dipersempit, baik melalui distribusi pendapatan maupun distribusi
kekayaan. Didalam Islam, distribusi dapat mengambil beberapa bentuk
seperti zakat, infaq, shodaqoh, wakaf, warisan, hibah, wasiat, qurban,
aqiqoh, dan lainnya.16
D. Konsep Wakaf
1. Pengertian Wakaf
Secara etimologi asal kata wakaf berasal dari bahasa arab yaitu وقف– وقفا –يقف yang berarti menahan atau berhenti atau diam di tempat atau
tetap berdiri.17
Sedangkan dalam terminologi hukum Islam, wakaf didefinisikaan
sebagai suatu tindakan penahanan dari penggunaan dan penyerahan aset
dimana seseorang dapat memanfaatkan atau menggunakan hasilnya untuk
tujuan amal, sepanjang barang tersebut masih ada.18
Selanjutnya dikemukakan beberapa definisi wakaf menurut ulama fiqh
sebagai berikut :
Pertama, definisi wakaf yang dikemukakan Mazhab Hanafi, yaitu
menahan benda waqif (orang yang berwakaf) dan menyedekahkan
manfaatnya untuk kebaikan. Selain itu kepemilikan harta yang
16 Hasanuddin, Sistem Ekonomi Islam..., 134. 17 Suparman Usman, Hukum Perwakafan Di Indonesia (Serang: Darul Ulum Press, 1994), 23. 18 M.A. Mannan, Sertifikat Wakaf Tunai (Jakarta: PKTTI-UI, 2005), 29.
22
diwakafkan berpindah menjadi hak ahli waris apabila waqif meninggal
dunia.19
Kedua, pendapat golongan Maliki tentang wakaf adalah menjadikan
manfaat benda yang dimilikinya, baik berupa sewa maupun hasilnya
untuk diserahkan kepada orang yang berhak, dengan bentuk penyerahan
berjangka waktu sesuai dengan yang dikehendaki oleh orang yang
mewakafkannya. Mazhab Maliki mengartikan bahwa wakaf seorang
pemilik memperuntukkan harta benda miliknya kepada pihak yang berhak
dengan shigat tertentu selama masa yang ditetapkan oleh orang yang
berwakaf. 20
Ketiga, mayoritas ulama dari kalangan Syafi’iyah mendefinisikan
wakaf dengan:
ه من الواقف وغيره حبس مال يمكن الإنتفاع به مع بقاء عينه بقطع التصرف في رقبت اله تعالى على تصرف مباح موجوداو بصرف ريعه على جهة البر والخير تقربا الى
“Menahan harta yang dapat dimanfaatkan dengan tetapnya zat benda
yang menghalangi waqif dan lainnya dari tindakan hukum yang
dibolehkan atau tindakan hukum yang bertujuan untuk kebaikan dan
mendekatkan diri kepada Allah Ta’ala”.21
Keempat, definisi wakaf yang dikemukakan Mazhab Hambali yaitu
menahan secara mutlak kebebasan pemilik harta dalam menjalankan
hartanya yang bermanfaat dengan tetap utuhnya harta dan memutuskan
seluruh hak penguasaan terhadap harta, sedangkan manfaat harta adalah
untuk kebaikan dalam mendekatkan diri kepada Allah. Memperhatikan
definisi yang di kemukakan Mazhab Hambali di atas tampak bahwa
apabila suatu wakaf sudah sah, berarti hilanglah kepemilikan waqif
terhadap harta yang diwakafkannya. Hal ini berarti sama dengan
pendapat Mazhab Syafi’i dan Mazhab Hambali ini berpendapat bahwa
harta wakaf tidak boleh dijual, tidak boleh dihibahkan, tidak boleh
diwariskan kepada siapapun.22
Menurut Undang – Undang Nomor 41 Tahun 2004 Tentang Wakaf,
Wakaf adalah perbuatan hukum wakif untuk memisahkan dan / atau
menyerahkan sebagian harta benda miliknya untuk dimanfaatkan
selamanya atau untuk jangka waktu tertentu sesuai dengan
kepentingannya guna keperluan ibadah dan / atau kesejahteraan umum
menurut syariah.23
Dalam perspektif ekonomi, wakaf dapat didefinisikan sebagai
pengalihan dana (atau aset lainnya) dari keperluan konsumsi dan
menginvestasikan dimasa yang akan datang baik oleh individual maupun
kelompok.24
Wakaf merupakan shodaqoh yang pahalanya berjalan terus (shodaqoh
jariyah) selama pokoknya masih ada dan terus dimanfaatkan. Pengertian
kata “ada” disini bisa berarti karena secara alami barang tersebut usianya
22 Suhrawardi, Wakaf, 6. 23 Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 41 Tahun 2004 Tentang Wakaf Pasal 1. 24 Farid Waddy dan Mursyid, Wakaf dan Kesejahteraan Umat (Yogyakarta: Pustaka Pelajar,
2007), 30.
24
ditentukan oleh nilai ekonominya, juga bisa berarti ada usianya
ditentukan kehendak wakif dalam ikrar wakafnya.25
2. Dasar Hukum Wakaf
Telah menjadi kesepakatan para ulama bahwa wakaf termasuk
salah satu dari sekian banyak ajaran Islam. Wakaf merupakan salah satu
corak sosial ekonomi yang sudah berurat dan berakar ditengah – tengah
masyarakat Islam di berbagai negara sehingga ajaran dan tradisi yang
telah disyariatkan, masalah wakaf mempunyai dasar hukum baik dari Al
– Qur’an maupun As – Sunah serta ijma.
Di dalam Al-Qur’an memang tidak terdapat ayat yang secara
eksplisit tentang wakaf. Walaupun demikian, bukan berarti tidak ada
sama sekali ayat – ayat yang dapat dipahami dan mengacu pada hal
tersebut.
Ayat – ayat yang pada umumnya dipahami dan digunakan oleh
para fuqoha sebagai dasar atau dalil yang mengacu pada masalah wakaf
antara lain firman Allah sebagai berikut:
ء ي ه اللههي به عي ليم ي ويميا ت ون ف قووا من بو ي لين ت ينيالووا ال بره حيته ت ون فقووا مها تو “Kamu sekali-kali tidak sampai kepada kebajikan (yang sempurna),
sebelum kamu menafkahkan sebagian harta yang kamu cintai. Dan
apa saja yang kamu nafkahkan maka sesungguhnya Allah
mengetahuinya.” (QS:Ali Imran | Ayat: 92).26
Ayat lain terdapat dalam Al-Qur’an surat Al-Baqarah ayat 267.
ب توم ويمه نيا ليكوم م ييا أيي هيا الهذيني آمينووا أين فقووا من طييبيات ميا كيسي ريج ير ض ا أيخ ني ال 25 Mundzir Qahaf, Manajemen Wakaf Produktif (Jakarta : Khalifa, 2004), 53. 26 QS. Al-Imran (3): 92.
25
“Hai orang-orang yang beriman, nafkahkanlah (di jalan allah)
sebagian dari hasil usahamu yang baik-baik dan sebagian dari apa
yang Kami keluarkan dari bumi untuk kamu.”.27
Disamping mengemukakan dalil atau dasar hukum Al – Qur’an,
para fuqoha juga menyandarkan masalah wakaf pada hadist atau
sunah nabi. Didalam kitab – kitab hadis, banyak hadist Rasulullah
SAW, yang dapat dijadikan pegangan tentang wakaf.
قية جي ثية من صيدي ه ويعل م ي ون ت يفيعو ب اريية اذيا مياتي ا لان سيا و ان قيطيعي عيميلوهو إلاه من ثيليعوو ليهو ويويليد صيالح ييد
“Jika seseorang meninggal dunia, maka terputuslah amalannya
kecuali tiga perkara (yaitu): sedekah jariyah, ilmu yang
dimanfaatkan, atau doa anak yang sholeh”. (HR. Muslim no.
1631).28
3. Rukun dan Syarat Wakaf
Wakaf dinyatakan sah apabila telah terpenuhi syarat dan rukunnya.
Rukun wakaf ada empat menurut jumhur ulama’, yaitu:
a. Wakif (orang yang berwakaf) disyaratkan memiliki kecakapan hukum
atau kamalul ahliyah (legal competent) dalam hal membelanjakan
hartanya. Kecakapan bertindak disini meliputi empat kriteria sebagai
berikut:29
1) Merdeka
Wakaf yang dilakukan oleh seorang budak (hamba sahaya)
tidak sah, karena wakaf adalah pengguguran hak milik dengan
27 QS. Al-Baqarah (2): 267. 28 HR. Muslim di dalam shahihnya juz 2 hal. 70, hadist no. 1631. 29 Direktorat Pemberdayaan Wakaf dan Direktorat Jenderal Bimbingan Masyarakat Islam,
Hal yang paling penting dalam manajemen berdasarkan pandangan
Islam adalah harus ada sifat ri’ayah (jiwa kepemimpinan). Jiwa
kepemimpinan menurut pandangan Islam merupakan faktor utama dalam
konsep manajemen. Watak dasar ini merupakan bagian penting dari
manusia sebagai khalifah fi al ardh. Dari berbagai pengertian di atas maka
dapat disimpulkan bahwa manajemen adalah suatu pengelolaan untuk
mencapai tujuan yang hendak dicapai yaitu kesejahteraan bersama.
Sebagaimana telah dijelaskan dalam hadist:
له ين تيظر السهاعيةي )رواه الب يم روالىي غيير ايه خاري(إذيا ووسديالا “apabila suatu urusan diserahkan pada bukan ahlinya, maka tunggu saat
kehancurannya” (H.R. Bukhari).52
Ahmad Ibrahim Abu Sin merumuskan empat hal yang harus terpenuhi
untuk dapat dikategorikan manajemen Islami, yaitu :
a. Manajemen Islami harus didasari nilai – nilai dan akhlak islami.
b. Kompensasi ekonomis dan penekanan terpenuhinya kebutuhan dasar
pekerja.
c. Faktor kemanusiaan dan spiritual sama pentingnya dengan kompensasi
ekonomi.
d. Sistem dan struktur organisasi sama pentingnya (menjaga ukhuwah
islamiyah antara atasan dengan bawahan).53
Menurut Didin dan Hendri (2003), manajemen bisa dikatakan telah
memenuhi syariah bila:54
52 H.R. Muslim di dalam Kitab Shahihnya Juz 1 Hal. 12 No. 59. 53 Suparman, Hukum Perwakafan, 24. 54 Didin Hafidhuddin dan Hendri Tanjung, Manajemen Syariah, 8.
40
a. Manajemen ini mementingkan perilaku yang terkait dengan nilai – nilai
keimanan dan ketauhidan.
b. Manajemen syariah pun mementingkan adanya struktur organisasi.
Dijelaskan dalam QS. Al – An’am: 165,
يو قي ب يع ض ديريجيات لييب لوويكوم ويرييعي ب يع ضيكوم “Allah meninggikan seseorang di atas orang lain beberapa
derajat”.55
Ini menjelaskan bahwa dalam mengatur dunia, peranan manusia tidak
akan sama.
c. Manajemen syariah membahas soal sistem, sistem ini disusun agar
perilaku – perilaku di dalamnya berjalan dengan baik.
Dalam pandangan ajaran Islam, segala sesuatu harus dilakukan secara
rapi, benar, tertib, dan teratur. Proses – prosesnya harus diikuti dengan baik.
Sesuatu tidak boleh dilakukan secara asal – asalan. Hal ini merupakan
prinsip utama dalam ajaran Islam. Rasulullah SAW bersabda dalam sebuah
hadits yang diriwayatkan Imam Thabrani:
ب إذيا عيملي ايحيدوكومو ال عيميلي أي ي وت قنيهو<< ر واه الطبرا >> ا ه اله يو “Sesungguhnya Allah sangat mencintai orang yang jika melakukan
sesuatu pekerjaan, dilakukan secara Itqan (tepat, terarah, jelas dan
tuntas)” (HR Thabrani).56
Arah pekerjaan yang jelas, landasan yang mantap, dan cara – cara
mendapatkannya yang transparan merupakan amal perbuatan yang dicintai
Allah SWT, sebenarnya manajemen dalam arti mengatur segala sesuatu agar
55 QS. Al – An’am (6): 165. 56 Diriwayatkan Oleh Imam Thabrani Di Dalam Kitab Awsat No. 891.
41
dilakukan dengan baik, tepat, dan tuntas merupakan hal yang disyariatkan
dalam ajaran Islam.57
Demikian pula ketika kita melakukan sesuatu itu dengan benar, baik,
terencana dan terorganisasi dengan rapi, maka kita akan terhindar dari
keragu – raguan dalam memutuskan sesuatu atau dalam mengerjakan
sesuatu. Kita tidak boleh melakukan sesuatu yang didasarkan pada keragu –
raguan. Sesuatu yang didasarkan pada keragu – raguan biasanya akan
melahirkan hasil yang tidak optimal dan mungkin akhirnya tidak
bermanfaat. Oleh karena itu dalam hadist riwayat Imam Tirmidzi dan
Nasa’i, Rasulullah SAW bersabda:
مذي وال نرسائى>> ديع مياييريبوكي إلىي ميالاي ييري بوكي << رواه التر “Tinggalkan oleh engkau perbuatan yang meragukan, menuju
perbuatan yang tidak meragukan.” (HR Tirmidzi dan Nasa’i)58
2. Proses Manajemen Syariah
a. Perencanaan
Proses – proses manajemen pada dasarnya adalah perencanaan
segala sesuatu secara mantap untuk melahirkan keyakinan yang
berdampak pada melakukan sesuatu dengan aturan serta memiliki
manfaat. Dalam hadist riwayat Imam Tirmidzi dari Abi Hurairah,
Rasulullah SAW bersabda:
ن م ال مير ء ت ير كيهو ميلي ي يع ني ه << ر >> من حوس لي مذي إس واه التر
57 Didin Hafidhuddin dan Hendri Tanjung, Manajemen Syariah Dalam Praktik (Depok: Gema
Insani, 2008), 1. 58 Diriwayatkan Oleh Imam Tirmidzi Hadist Dalam Kitab Risalatul Siyam Hal. 21 – 22, No 2442.
42
“Diantara baiknya, indahnya keislaman seseorang adalah yang
selalu meninggalkan perbuatan yang tidak ada manfaatnya.” (HR
Tirmidzi).59
Perbuatan yang tidak ada manfaatnya adalah sama dengan
perbuatan yang tidak pernah direncanakan. Jika perbuatan itu tidak
pernah direncanakan, maka tidak termasuk dalam kategori manajemen
yang baik.
Pendekatan manajemen merupakan suatu keniscayaan, apalagi jika
dilakukan dalam suatu organisasi atau lembaga. Dengan organisasi yang
rapi, akan dicapai hasil yang lebih baik daripada yang dilakukan secara
individual.
Kelembagaan itu akan berjalan dengan baik jika dikelola dengan
baik. Oranisasi apapun senantiasa membutuhkan manajemen yang baik.60
Ali bin Abi Thalib r.a. menggambarkan betapa kebatilan yang
diorganisasi dengan rapi akan mengalahkan kebaikan yang tidak
diorganisasi dengan baik. Intinya, Ali bin Abi Thalib r.a. ingin
mendorong kaum muslimin agar jika melakukann sesuatu yang hak,
hendaknya ditata dan disusun dengan rapi agar tidak terkalahkan oleh
kebatilan yang disusun secara rapi. Dominasi kemungkaran sering
terjadi, bukan karena kuatnya kemungkaran itu, akan tetapi semua tidak
rapinya kekuatan “hak”.
Kegiatan penghimpunan mempunyai peranan yang sangat penting
bagi perkembangan organisasi pengelola wakaf dalam rangka
59 Diriwayatkan Tirmidzi Dikitab Bukhori Muslim No. 2317. 60 Didin Hafidhuddin dan Hendri Tanjung, Manajemen Syariah Dalam Praktik (Depok: Gema
Insani, 2008), 5.
43
pengumpulan dan wakaf dari masyarakat. Dengan penghimpunan dana
wakaf, banyak hal yang dapat dilakukan oleh sebuah lembaga pengelola
wakaf dalam rangka penggalangan dana, seperti pendekatan terhadap
para calon wakif yang akan mendonasikan dananya kepada lembaga,
meningkatkan citra lembaga, mencari simpatisan, dan lain sebagainya.
Dengan penghimpunan harta wakaf bisa dilakukan dengan berbagai cara
yang positif untuk menarik calon waqif, karena bertujuan untuk
menghimpun dana, memperbanyak waqif, meningkatkan atau
membangun citra lembaga menghimpun simpatisan, relasi dan
pendukung, serta meningkatkan kepuasan waqif.61
Dalam menejemen penghimpunan wakaf tentunya tidak terlepas
dari kegiatan perencanaan, pengorganisasian, kepemimpinan dan
pengawasan.62
Dalam perencanaan perwakafan, ada tiga hal mendasar yang
termaktub di dalamnya, yaitu :63
1) Dari sisi proses, perencanaan merupakan proses dasar yang
digunakan untuk menetapkan tujuan pengelolaan wakaf dan
menentukan bagaimana, tujuan tersebut dapat tereaslisasi,
menentukan sumber daya yang diperlukan, menetapkan standar
keberhasilan dalam pencapaian tujuan.
61 Rozalinda, Manajemen Wakaf, 139. 62 Hamid Abidin dan Kurniawati, Menggalang Dana Ala Media Strategi Efektif Mengumpulkan