Top Banner
12 BAB II LANDASAN TEORI Bagian kedua dalam penelitian ini merupakan landasan teoritik yang akan dikemukan dan digunakan sebagai pendukung dalam menganalisa data. Teori-teori yang ada akan dikonseptualkan untuk membantu mendeskripsikan dan menganalisa data penelitian. A. Konseling masyarakat Konseling menjadi penting untuk membantu masyarakat dalam mengembangkan potensi dan pengetahuan masyarakat dalam menyelesaikan masalah. Keterbatasan masyarakat untuk memperoleh pengetahuan dan memanfaatkan konseling, menimbulkan berbagai fenomena masalah masyarakat. Konseling memungkinkan masyarakat mengembangkan bakat dan minat, serta memperoleh kesempatan untuk mengentaskan permasalahan yang dihadapi. 1 Konseling berasal dari Bahasa Inggris to counsel yang berarti memberi arahan dan memberi nasehat. Tokoh yang melakukan proses konseling disebut konselor. Dalam pemahaman ini maka dalam proses konseling menempatkan konselor ke dalam relasi bersama dengan konseli. Selanjutnya proses konseling hanya dapat dibangun jika konselor menganggap konseli itu sangat berharga bukan sekedar dikasihani tetapi dicintai. Sehingga dalam proses konseling dimana terciptanya relasi atau hubungan yang harmonis orang dimungkinkan dapat mengalami kedamaian dan kebahagaiaan. 2 Kedamaian dan kebahagiaan yang tercipta, akan menumbuhkan rasa saling menghargai terhadap diri sendiri tetapi juga kepada orang lain. Dengan demikian akan terbuka hubungan atau relasi yang luas dan mendalam dengan orang lain yakni dengan menempatkan diri kita pada perasaan orang lain kita dapat mengetahui apa yang sedang digumuli. Dalam proses konseling yang dibangun oleh konselor dan konseli 1 J.D.Engel, Konseling Masalah Masyarakat ( Yogyakarta:Kanisius, 2018),2 2 J. D. Engel, Konseling suatu Fungsi Pastoral, (Salatiga: Tisara Grafika, 2007), 1
25

BAB II LANDASAN TEORI A. Konseling masyarakat

Nov 29, 2021

Download

Documents

dariahiddleston
Welcome message from author
This document is posted to help you gain knowledge. Please leave a comment to let me know what you think about it! Share it to your friends and learn new things together.
Transcript
Page 1: BAB II LANDASAN TEORI A. Konseling masyarakat

12

BAB II

LANDASAN TEORI

Bagian kedua dalam penelitian ini merupakan landasan teoritik yang akan dikemukan

dan digunakan sebagai pendukung dalam menganalisa data. Teori-teori yang ada akan

dikonseptualkan untuk membantu mendeskripsikan dan menganalisa data penelitian.

A. Konseling masyarakat

Konseling menjadi penting untuk membantu masyarakat dalam mengembangkan potensi

dan pengetahuan masyarakat dalam menyelesaikan masalah. Keterbatasan masyarakat untuk

memperoleh pengetahuan dan memanfaatkan konseling, menimbulkan berbagai fenomena

masalah masyarakat. Konseling memungkinkan masyarakat mengembangkan bakat dan

minat, serta memperoleh kesempatan untuk mengentaskan permasalahan yang dihadapi.1

Konseling berasal dari Bahasa Inggris to counsel yang berarti memberi arahan dan memberi

nasehat. Tokoh yang melakukan proses konseling disebut konselor. Dalam pemahaman ini

maka dalam proses konseling menempatkan konselor ke dalam relasi bersama dengan

konseli. Selanjutnya proses konseling hanya dapat dibangun jika konselor menganggap

konseli itu sangat berharga bukan sekedar dikasihani tetapi dicintai. Sehingga dalam proses

konseling dimana terciptanya relasi atau hubungan yang harmonis orang dimungkinkan dapat

mengalami kedamaian dan kebahagaiaan.2 Kedamaian dan kebahagiaan yang tercipta, akan

menumbuhkan rasa saling menghargai terhadap diri sendiri tetapi juga kepada orang lain.

Dengan demikian akan terbuka hubungan atau relasi yang luas dan mendalam dengan orang

lain yakni dengan menempatkan diri kita pada perasaan orang lain kita dapat mengetahui apa

yang sedang digumuli. Dalam proses konseling yang dibangun oleh konselor dan konseli

1 J.D.Engel, Konseling Masalah Masyarakat ( Yogyakarta:Kanisius, 2018),2

2 J. D. Engel, Konseling suatu Fungsi Pastoral, (Salatiga: Tisara Grafika, 2007), 1

Page 2: BAB II LANDASAN TEORI A. Konseling masyarakat

13

harus berdasarkan kasih agar dapat tercipta komunikasi yang baik dan juga menumbuhkan

nilai spiritual.3

Keefektifan konseling bergantung pada banyak faktor yang terpenting adalah relasi satu sama

lain, dan saling mengerti antara konselor dan klien. Membangun hubungan yang baik saat proses

konseling berlangsung agar konselor dapat memahami budaya yang dimiliki kliennya salah satu sikap

kunci yang ada dalam diri konsleor adalah empati. Konselor yang memiliki sikap empati akan dapat

memahami cara pandang dunia melalui perspektif klien.4

Engel mengemukakan bahwa konseling merupakan suatu upaya untuk memanusiakan

sesama manusia. Dalam upaya memanusikan itulah, terkandung makna pemberdayaan yang

menjadi tujuan utama suatu proses pendampingan dan konseling yang dilakukan. Dengan itu,

konseling adalah suatu proses pertolongan yang membuat orang diberdayakan untuk hidup

yang menghidupkan dan memanusiakan sesama manusia. Itu berarti konseling tidak sekadar

membawa orang keluar dari keterpurukan dan penderitaan hidup, tetapi mengembangkan

potensi-potensi yang dimiliki untuk memberdayakan dirinya dan orang lain, bahkan

masyarakat.5 Dari pemahaman tersebut dapat disimpulkan bahwa konseling menjadi wadah

pengembangan dan pemberdayaan terhadap potensi-potensi yang dimiliki oleh individu

maupun kelompok untuk dapat melakukan perubahan baik untuk diri sendiri, orang lain

maupun masyarakat. Perubahan yang dipromosikan untuk klien dapat menjadikan klien

diberdayakan dan memberikan kontribusi yang baik dalam masyarakat. Asumsi dasar yang

mendasari masyarakat memimpin konseling bertolak pada berbagai bentuk pertolongan.

Konseling masyarakat adalah bentuk pertolongan secara komprehensif, yang didasarkan pada

kompetensi multicultural dan berorientasi keadilan sosial masyarakat. Karena perilaku

manusia dipengaruhi oleh lingkungan, maka konselor masyarakat menggunakan strategi yang

3 J. D. Engel, Konseling suatu Fungsi Pastoral( Salatiga: Tisara Grafika, 2007)2

4 Nuzliah, Counseling Multikultural. Jurnal Edukasi Vol 2, Nomor 2, July 2016

5 J.D.Engel, Konseling Masalah Masyarakat ( Yogyakarta:Kanisius, 2018),2,3

Page 3: BAB II LANDASAN TEORI A. Konseling masyarakat

14

memfasilitasi perkembangan yang sehat dari klien dan masyarakat.6 Konseling masyarakat

seperti yang dikemukan oleh Lewis didalam Engel memberikan sebuah pemahaman bahwa

sebagai konselor masyarakat harus memiliki ketrampilan dan strategis yang tepat dalam

rangka memfasilitasi dan mendukung perkembangan klien yang sehat. Proses mendukung

dan memfasilitasi klien bukan saja berdampak sehat bagi klien itu sendiri tetapi juga

berdampak sehat pada masyarakat. Hal ini dikarenakan klien selalu dipengaruhi oleh

lingkungan masyarakat dimana klien itu berada dan berinteraksi.

Kata masyarakat dipahamai secara berbeda, tergantung pada cara pandang orang

bagaimana memahaminya. Lewis et al. didalam Engel menyadur pendapat Paisley yang

merujuk defenisi masyarakat sebagai sistem yang memiliki kesatuan, kontinuitas, dan

prediktabilitas. Individu, kelompok dan organisasi merupakan link bagi masyarakat.

Masayarakat juga link individu untuk masyarakat lain, termasuk masyarakat yang lebih besar.

Dengan demikian, masyarakat berfungsi sebagai media dimana individu dapat bertindak dan

mentransformasikan norma. Dengan demikian, seorang individu menjadi milik lebih dari satu

komunitas pada suatu waktu. Dengan itu, individu sebagai anggota masyarakat saling

mempengaruhi secara langsung dan tidak langsung secara positif maupun negative. Asumsi

berpikir seperti ini menjadi alasan mengapa pendampingan dan konseling masyarakat itu

perlu.7 Dari pemahaman tersebut dapat disimpulkan bahwa masyarakat merupakan bagian

yang tak terpisahkan dari relasi dan interaksi sosial yang dibangun oleh individu maupun

kelompok. Penerapan norma-norma dalam masyarakat akan mempengaruhi pola pikir dan

tindakan baik dari individu maupun kelompok. Individu maupun kelompok merupakan satu

kesatuan yang tak terpisahkan dalam masyarakat yang saling berhubungan erat.

6 Lewis, Judith A, et.al, Community Counseling: A Multicultural-Social Justice Perspektive

(USA,2011),10 7 P,O Paisley. Creating Community: Group Work and the Arts, (Athens:GA, 1996)

Page 4: BAB II LANDASAN TEORI A. Konseling masyarakat

15

King didalam Engel menegaskan, sebagai anggota komunitas dalam lingkup nasional dan

dunia, setiap individu harus mengembangkan hubungan yang sehat dan perasaan yang saling

hormat menghormati. Konselor masyarakat diharapkan menemukan model konseling

komunitas untuk membina kesehatan mental klien, dan mempromosikan masyarakat untuk

lebih toleran, responsive, dan penuh perhatian. Untuk melakukan hal ini konselor masyarakat

harus memiliki kompetensi multicultural agar bisa bekerja secara efektif dan etis, bersama

orang-orang yang berasal dari kelompok yang beragam kompetensi dan latar belakang

budaya. 8 Dalam proses untuk mengembangkan hubungan yang sehat dan saling

menghormati antara konselor dank lien diperlukan kompetensi multicultural yang harus

dimiliki oleh seorang klien. Dengan berbagai latar belakang yang beragam dari klien,

konselor harus mampu membangun kerja sama dan mampu mengenali konteks budaya dari

klien sehingga proses konseling yang terjadi akan berjalan dan menghasilkan sesuatu yang

baik untuk perubahan klien itu sendiri maupun perubahan lingkungan masyarakat.

Menurut Sue ada 3 hal yang harus dimiliki konselor sesuai dengan The professional

Standards Committee of the Association for Multicultural Counseling and Development

(AMCD) yang dimana sebagai dasar yang telah menghasilkan kompetensi dasar dan standar

multikultural yaitu: Attitudes dan Belief, Knowledge. dan Skills. Adapun tujuan yang ingin

dicapai dengan konselor memiliki kompetensi dasar tersebut adalah:

1. Counselor awareness of own cultural values and beliefs. Jika Anda memiliki rasa

empati dengan orang-orang yang berbeda latar belakang, namun ada tetap harus

memiliki kesadaran sendiri terhadap nilai dan kepercayaan yang ada pada diri sendiri

(konselor) yaitu pada nilai-nilai kebenaran

8 M,L.King. Strength to love, ( New York: Walker, 1963)

Page 5: BAB II LANDASAN TEORI A. Konseling masyarakat

16

2. Counselor awareness of client worldview. Untuk bisa melihat dan memahami dunia

klien adalah banyak membaca dan belajar tentang berbagai budaya agar bisa

memahami apa yang dipahami klien tentang dunianya.

3. Culturally appropriate intervention strategies. Konselor juga perlu banyak membaca,

belajar, dan berlatih dari berbagai buku dan teknik serta strategu bagaimana

menginterensi budaya dengan cara yang sesuai.9

Patterson10

menyebutkan lima kualitas dasar yang harus dimiliki oleh seorang konselor

yaitu :

1. Respect. Menghargai klien merupakan hal yang paling penting bagi konselor. Hal ini

termasuk memiliki kepercayaan kepada klien dan memiliki asumsi bahwa klien

memiliki kemampuan untuk mengambil tanggung jawab untuk dirinya sendiri

(termasuk selama proses konseling berlangsung), klien memilki kemampuan untuk

menentukan pilihan dan memutuskan dan memecahkan masalah.

2. Genuinenes. Konseling merupakan hubungan yang nyata. Konselor perlu untuk

memiliki kesungguhan dalam memberikan konseling dan juga adalah sosok yang

nyata. Selain itu konselor harus sesuai dengan diri sesungguhnya (kongruensi) ini

berarti bahwa konselor betul-betul menjadi dirinya tanpa kepalsuan

3. Emphathic understanding. Pemahaman yang empati lebih dari sekedar pengetahuan

tentang klien. Akan tetapi pemahaman yang melibatkan dunia dan budaya klien secara

mendalam. Patterson mengemukakan bahwa kemampuan untuk menunjukkan empati

pada budaya secara konsisten dalam hal-hal yang memiliki makna merupakan

variabel penting untuk melibatkan klien.

9 Sue, D. W., Arredoude, P., & MCdaris, R. J (Multucultural Counseling Competencies and Standards:

A call to the Proffesion. Journal of Multicultural Counseling & Devolopment., 20 (2), hlm 64

10

Patterson, CH. (2004). Do We Need Multicultural Counseling Competencies?. Journal of Mental

Health Counseling.Vol. 26, 1, p. 67-73.

Page 6: BAB II LANDASAN TEORI A. Konseling masyarakat

17

4. Communication of empathic, respect and genuiness to the client. Kondisi ini penting

untuk di persepsi, diakui, dan dirasakan oleh klien. Persepsi tersebut akan mengalami

kesulitan jika klien berbeda dengan konselor baik dari budaya, ras, sosial ekonomi,

umur, dan jender. Oleh karena itu penting bagi konselor untuk memahami perbedaan

tersebut. Sue (Patterson) menyatakan bahwa pemahaman terhadap perbedaan budaya

baik secara verbal maupun nonverbal akan sangat membantu dalam proses konseling.

Berdasarkan atas kompetensi-kompetensi tersebut maka konselor harus melihat dan

memperhatikan hubungan yang harus dibangun bersama dengan klien dalam menyelesaikan

permasalahan yang dihadapi oleh klien atau individu. Hubungan yang dibangun harus

bersifat jangka panjang dan konselor harus dengan skill yang dimiliki dapat melihat

perbedaan-perbedaan yang ada sebagai bagian dari proses penyelesaian sebuah masalah

yang dihadapi oleh klien. Dari pemahaman yang dikemukan oleh Sue dan Patterson dapat

disimpulkan bahwa ketrampilan dan kompetensi multicultural yang harus dimiliki oleh

konselor memiliki tujuan dasar untuk dapat mengenali nilai-nilai budaya yang ada pada diri

klien dan mampu membangun hubungan yang nyaman dalam proses konseling.

Kemampuan yang dimiliki oleh konselor harus mampu memberikan perubahan dan

mengenali permasalahan secara tepat.

Konseling masyarakat mempromosikan perubahan dan pertumbuhan, memberikan

pedoman yang efektif untuk merencanakan dan melaksanakan program konseling

masyarakat yang produktif. Dengan itu asumsi yang mendasari konseling masyarakat abad

ke-21 yaitu bahwa pembangunan manusia (individu) dan perilaku berlangsung dalam

lingkungan masyarakat yang berpotensi memelihara, membatasi atau menghancurkan,

pembangunan individu bersifat multicultural sebagai pusat konseling masyarakat,

Page 7: BAB II LANDASAN TEORI A. Konseling masyarakat

18

pengembangan individu dan masyarakat berhubungan erat.11

Jordan didalam Engel, dalam

rangka meningkatkan hubungan dan memperbaiki perilaku klien yang bermasalah dalam

masyarakat, diperlukan konseling budaya. Upaya ini bertujuan untuk menumbuhkan

kekuatan, memulihkan dan menyehatkan, serta membebaskan dan memberdayakan klien

yang bermasalah. Teori-teori konseling budaya lebih menekankan hubungan antara manusia

dan lingkungan, dan telah menjadi prinsip utama konseling pada abad ke-21. Hal ini

disebabkan oleh kekuatan lingkungan yang menjadi sumber belajar dan dukungan, untuk

memenuhi kebutuahan terutama interaksi dengan orang lain. Di sisi lain, lingkungan juga

dapat mempengaruhi dan mengerdilkan pertumbuhan dan membatasi perkembangan

manusia.12

Konseling masyarakat menjelaskan praktik konseling dengan membahas isu-isu

kontemporer dan mendeskripsikan peran konselor masyarakat sebagai agen perubahan.

Konselor masyarakat memainkan peran penting dalam membantu klien untuk menjembatani

kesenjangan antara kehidupan klien dengan perkembangan masyarakat. Kesenjangan tersbut

merupakan hasil interaksi klien dengan lingkungan. Interaksi ini mempengaruhi

perkembangan mereka secara negatif. Konselor berusaha memenuhi kebutuhan klien yang

rentan dengan masalah-masalah masyarakat.13

Tugas konselor adalah melakukan negosiasi

perubahan lingkungan terhadap korban kemiskinan, rasisme, seksisme, dan stigmatisasi

politik, ekonomi, dan sistem sosial yang menyebabkan masyarakat tidak berdaya. Dalam

menghadapi kenyataan ini, konselor tidak punya pilihan selain mempromosikan perubahan

positif dalam system masyarakat yang mempengaruhi kesejahteraan klien. Peran konselor

sebagai agen perubahan sosial mencerminkan hubungan antara individu dengan

11

Lewis, Judith A, et.al, Community Counseling: A Multicultural-Social Justice Perspektive

(USA:Brooks ,2011),9 12

J,V.Jordan. Relational-Cultural therapy, ( Washingtong, DC: American Psychological Association,

2010), 99 13

J.D.Engel, Konseling Masalah Masyarakat ( Yogyakarta:Kanisius, 2018),7

Page 8: BAB II LANDASAN TEORI A. Konseling masyarakat

19

pengembangan masyarakat. Dengan itu, konselor bekerja untuk memfasilitasi pembangunan

manusia dengan pengembangan masyarakat yang sehat. 14

Berdasarkan pemikiran beberapa ahli diatas mengenai pengertian konseling dan

konseling masyarakat maka, dapat disimpulkan bahwa konseling merupakan sebuah

percakapan mendalam yang terjadi antara seorang konselor dengan klien. Proses percakapan

tersebut didasari dengan rasa saling menghormati antara konselor dan klien yang mengarah

pada proses kedamaian dan kebahagian hidup. Konseling yang berbasis masyarakat

merupakan suatu proses pertolongan yang membuat orang atau kelompok diberdayakan

untuk memberikan kontribusi baik untuk diri sendiri, orang lain maupun masyarakat.

Konselor masyarakat berperan sebagai agen perubahan yang mempromosikan pengembangan

dan pembangunan manusia yang mengarah pada proses pemberdayaan hidup sehingga

tercipta individu atau kelompok yang sehat, merata dan memiliki ketrampilan serta potensi

diri yang dapat dijadikan sebagai modal untuk mempertahankan hidup ditengah arus realita

sosial masyarakat yang beragam dan memiliki perbedaan.

A.1. STRATEGI KONSELING MASYARAKAT

Strategi konseling masyarakat berdasarkan asumsi bahwa perkembangan individu dan

masyarakat terkait erat. Konselor masyarakat menyadari bahwa tanggungjawab professional

mereka termasuk melayani klien untuk membangun lingkungan masyarakat yang sehat dan

kondusif. Peran konselor, mendesain strategi yang memfasilitasi pengembangan klien dan

strategi konseling yang memfasilitasi pengembangan masyarakat. Dari kedua pengembangan

tersebut, konselor menggunakan strategi terfokus dan strategi berbasis luas yang memenuhi

14

Lewis, Judith A, et.al, Community Counseling: A Multicultural-Social Justice Perspektive

(USA:Brooks ,2011),9

Page 9: BAB II LANDASAN TEORI A. Konseling masyarakat

20

kebutuhan individu dan kelompok untuk mempengaruhi masyarakat umum15

. Strategi

tersebut dipakai dan dibangun untuk mengelola potensi diri yang dimiliki klien dan

melakukan upaya dalam rangka proses pemberdayaan hidup. Kedua strategi ini juga dipakai

dengan upaya membangun jejaring sosial dengan berbagai profesional yang berperan sebagai

konselor masyarakat yang memberi perubahan baik perubahan individu maupun perubahan

masyarakat.

Sifat sari model konseling masyarakat secara komprehensif, mempengaruhi baik

program yang dirancang dan peran konselor individual untuk membantu klien mereka.

Program konseling masyarakat mempergunakan intervensi atau treatment (perlakuan) yang

ditawarkan disetiap aspek model. Peran konselor masyarakat, menunjukkan karakteristik

optimism, aktivisme, dan visi yang memberdayakan klien dalam model konseling

masyarakat. Model dalam konseling masyarakat berorientasi pada proses pengembangan

individu maupun masyarakat.16

1. Memfasilitasi pengembangan manusia melalui strategi terfokus

Fakta bahwa konselor pada abad ke-21 mempedulikan lingkungan masyarakat, tidak

berarti mengabaikan kemampuan dan peran setiap individu dalam memberikan bantuan

kepada mereka. Hal tersebut didasari oleh kesadaran konselor dalam konteks lingkungan.

Konseling yang menjangkau lingkungan akan melibatkan partisipasi mitra kerja dalam

menginterpretasi fenomena psikis klien dan fenomena sosial masyarakat melalui observasi

dan interview. Menurut Lewis, Toporek, Ratts didalam Engel mengemukakan bahwa strategi

terfokus, memfasilitasi pengembangan manusia tidak hanya mencakup konseling

konvensional tetapi juga hasil mengjangkau lingkungan yang kontekstual dan berbasis

masyarakat. Secara ideal metode pengjangkauan lapangan/lingkungan merupakan upaya

15

J.D Engel, Konseling Masalah Masyarakat (Yogyakarta: Kanisius, 2018),8

16

Ibid, 9

Page 10: BAB II LANDASAN TEORI A. Konseling masyarakat

21

pendidikan bagi individu dan masyarakat. Tujuannya, individu dan masyarakat memahami

tantangan baru dan belajar meningkatkan ketrampilan dan kemampuan untuk menangani

depresi dan marjinalisasi.17

2. Memfasilitasi pengembangan manusia melalui strategi berbasis luas

Pengembangan/intervensi pencegahan memungkinkan konselor masyarakat untuk

mendidik atau melatih anggota masyarakat pada umunya. Anggota masyarakat dilatih untuk

mengatasi masalah dan bagaimana memenuhi kebutuhan, ketika diperhadapkan pada masalah

yang ada di masyarakat secara mendadak. Intervensi pencegahan merupakan suatu proses

pendidikan bagi pengembangan mental anggota masyarakat dalam rangka pencegahan dini

masalah-masalah dalam masyarakat. Salah satu tujuan dari strategi yang berbasis luas ini

adalah meningkatkan kesadaran anggota masyarakat tentang tantangan hidup potensial dan

mengembangkan ketrampilan yang dapat membantu mereka mengatasi tantangan dini.

Penekanan pada pencegahan, dapat membuat kerangka model konseling masyarakat yang

lebih layak dan relevan untuk orang-orang yang merasa tidak nyaman. 18

3. Memfasilitasi pengembangan masyarakat melalui strategi terfokus

Peran mitra kerja sangat signifikan ketika individu atau kelompok rentan dan

kekurangan akses ke layanan konseling. Peran konselor, mengidentifikasi sumber daya yang

dibutuhkan untuk jasa layanan, dan faktor-faktor hambatan yang dipengaruhi sejumlah

individu atau kelompok. Dalam peran memfasilitasi pengembangan masyarakat, konselor,

mengidentifikasi faktor-faktor yang berpengaruh negative terhadap perkembangan klien

17

A .Lewis, L.Toporek, M.Ratts. Advocacy and Social justice: Entering the Mainstream of the

Counseling Profession. ( Alexandria: VA : American Counseling Association, 2010), 241

18

J.D Engel, Konseling Masalah Masyarakat (Yogyakarta: Kanisius, 2018),11

Page 11: BAB II LANDASAN TEORI A. Konseling masyarakat

22

mereka dan mengambil partisipasi mitra kerja dalam pengertian bekerja sama dengan orang

lain untuk membawa perubahan yang diperlukan.19

4. Memfasilitasi pengembangan masyarakat melalui strategi berbasis luas

Konselor sebagai agen perubahan dalam sistem akan mempengaruhi klien dan orang

lain dalam jumlah yang besar. Konselor masyarakat perlu mengetahui beberapa hal sebagai

berikut: pertama, praktik konseling membuat konselor peka terhadap masalah lingkungan

yang mempengaruhi pengembangan manusia. Kedua, profesi konseling mengharuskan

konselor memiliki pengetahuan dan ketrampilan untuk berkomunikasi tentang perlunya

perubahan dan tindakan kolaboratif (partisipasi mitra kerja). Konselor dapat mengembangkan

potensi klien untuk diberdayakan melalui berbagai peran partisipasi mitra kerja. Strategi

berbasis luas, memfasilitasi pengembangan manusia tidak hanya mencakup konseling

kovensional tetapi juga treatment/ perlakuan melalui tindakan kolaboratif. Tindakan ini untuk

tujuan pendidikan, dan melakukan perubahan sosial, politik, dan ekonomi, yang cenderung

melawan penindasan dalam segala bentuknya.

Asumsi dasar yang mendasari praktik konseling masyarakat abad ke-21 meliputi:

pertama, pengembangan dan perilaku manusia berlangsung dalam konteks lingkungan yang

memiliki potensi untuk memelihara atau membatasi, kedua, dalam mengahadapi stress yang

menghancurkan, tindakan kolaboratif diperlukan sebagai layanan tambahan, ketiga,

pengembangan individu dan masyarakat terkait erat, kempat, konseling masyarakat

didasarkan pada kompetensi multicultural dan berorientasi pada keadilan sosial.

Perilaku manusia kuat dipengaruhi oleh konteks. Oleh karena itu diperlukan program,

konseling berbasis masyarakat, baik untuk memfasilitasi pengembangan manusia dan

pengembangan masyarakat. Model konseling masyarakat tidak hanya menyangkut implikasi

19

Ibid, 12

Page 12: BAB II LANDASAN TEORI A. Konseling masyarakat

23

program tetapi juga implikasi professional untuk praktik konseling yang kompeten.

Kompetensi yang dibutuhkan untuk konseling masyarakat yang efektif yaitu ketrampilan dan

kolaborasi.20

Berdasarkan pemahaman diatas dapat disimpulkan bahwa dalam proses konseling

masyarakat, terdapat strategi yang dipakai oleh konselor masyarakat sebagai upaya

pengembangan potensi yang ada pada diri klien. Proses pengembangan terhadap potensi diri

klien berorientasi pada pemberdayaan hidup klien maupun masyarakat. Dalam rangka untuk

mempromosikan perubahan baik untuk klien maupun untuk masyarakat perlu dibangun relasi

kerja sama dengan berbagai professional dalam masyarakat. Tujuan dibangunnya jejaring

sosial yaitu sebagai upaya untuk memberdayakan hidup klien sehingga dapat memberikan

kontribusi baik untuk klien maupun masyarakat. Konteks budaya dari seorang klien juga turut

mempengaruhi relasi yang akan dibangun dengan konselor. Konselor masyarakat harus

memiliki kompetensi multicultural sebagai upaya untuk mengenali budaya yang beragam

dari seorang klien. Proses untuk mengenali budaya dari klien akan mampu menciptakan

suasana yang saling menghormati, empati dan saling menerima satu sama lain.

B. PEMBERDAYAAN EKONOMI MASYARAKAT

Pemberdayaan menurut arti secara bahasa adalah proses, cara, perbuatan membuat

berdaya, yaitu kemampuan untuk melakukan sesuatu atau kemampuan bertindak yang berupa

akal, ikhtiar atau upaya.21 Pemberdayaan menurut bahasa berasal dari kata daya yang berarti

tenaga/ kekuatan, proses, cara, perbuatan memberdayakan. Pemberdayaan adalah upaya yang

membangun daya masyarakat dengan mendorong, memotivasi dan membangkitkan

kesadaran akan potensi yang dimiliki serta berupaya untuk mengembangkannya.

20

Ibid, 14

21

Depdiknas. .Kamus Besar Bahasa Indonesia, Edisi Ketiga, Jakarta: Penerbit Balai Pustaka, 2003.

Page 13: BAB II LANDASAN TEORI A. Konseling masyarakat

24

Pemberdayaan diarahkan guna meningkatkan ekonomi masyarakat secara produktif sehingga

mampu menghasilkan nilai tambah yang tinggi dan pendapatan yang lebih besar.

Pemberdayaan masyarakat dapat diartikan sebagai suatu upaya untuk memulihkan atau

meningkatkan keberdayaan suatu komunitas agar mampu berbuat sesuai dengan harkat dan

martabat mereka dalam melaksanakan hak-hak dan tanggung jawab mereka sebagai

komunitas manusia dan warga negara. Tujuan akhir pemberdayaan masyarakat adalah

pulihnya nilai-nilai manusia sesuai harkat dan martabatnya sebagai pribadi yang unik,

merdeka, dan mandiri. Unik dalam konteks kemajemukan manusia; merdeka dari segala

belenggu internal maupun eksternal termasuk belenggu keduniawian dan kemiskinan; serta

mandiri untuk mampu menjadi programmer bagi dirinya dan bertanggungjawab terhadap diri

sendiri dan sesama.22

Makna pemberdayaan masyarakat sebagai upaya menjadikan suasana kemanusiaan yang

adil dan beradab menjadi semakin efektif secara struktural, baik dalam kehidupan keluarga,

masyarakat, negara, regional, internasional maupun dalam bidang politik, ekonomi, psikologi

dan lain-lain. Memberdayakan masyarakat mengandung makna mengembangkan,

memandirikan, men-swadayakan dan memperkuat posisi tawar-menawar masyarakat lapisan

bawah terhadap kekuatan penekan di segala bidang dan sektor kehidupan. Upaya menjadikan

suasana kemanusian adil dan merata merupakan bagian dari mengatasi kesenjangan dalam

masyarakat. Kesenjangan merupakan kenyataan yang ada dalam pembangunan yang

memerlukan pemecahan dengan pemihakan dan pemberdayaan bagi pelaku ekonomi lemah

secara nyata.

Berdasarkan beberapa pemahaman yang telah dijelaskan diatas dapat ditarik kesimpulan

bahwa, untuk menciptakan masyarakat yang adil dan merata dalam seluruh aspek kehidupan

22

Harahap, Erni.F. Pemberdayaan Masyarakat dalam Bidang ekonomi untuk Mewujudkan Ekonomi

Nasional yang Tangguh dan Mandiri, Jurnal Manajemen dan Kewirausahaan, Volume 3, Nomor 2, Mei 2012,

78-79

Page 14: BAB II LANDASAN TEORI A. Konseling masyarakat

25

maka diperlukan pemberdayaan masyarakat yang berorientasi pada kesejahteraan hidup yang

berkualitas. Kesenjangan sosial yang terjadi dalam masyarakat diakibatkan karena berbagai

faktor maupun tingkat perbedaan yang ada baik dari segi budaya, strata sosial, dan ekonomi.

Pemberdayaan ekonomi sebuah komunitas sangat penting dalam rangka untuk memperoleh

dan menciptakan potensi diri, kemandirian dan kesejahteraan serta kesetaraan hidup dalam

masyarakat. Proses pemberdayaan ekonomi menjadikan individu maupun kelompok dapat

memberikan kontribusi baik untuk diri sendiri, orang lain maupun masyarakat.

Pemberdayaan masyarakat memiliki tujuan dan arah yang berorientasi pada

kesejahteraan dan kesetaraan hidup dalam masyarakat. Pemberdayaan memiliki tujuan dua

arah, yaitu melepaskan belenggu kemiskinan dan keterbelakangan dan memperkuat posisi

lapisan masyarakat dalam struktur kekuasaan. Pemberdayaan adalah sebuah proses dan

tujuan.

Sebagai proses, pemberdayaan adalah serangkaian kegiatan untuk memperkuat keku

asaan atau keberdayaan kelompok lemah dalam masyarakat, termasuk individu-

individu yang mengalami masalah kemiskinan. Sebagai tujuan, maka pemberdayaan me

rujuk pada keadaan atau hasil yang ingin dicapai oleh sebuah perubahan

sosial; yaitu masyarakat yang berdaya, memiliki kekuasaan atau mempunyai pengetahu

an dan kemampuan dalam memenuhi kebutuhan hidupnya baik yang bersifat fisik,

ekonomi maupun sosial seperti memiliki kepecayaan diri, mampu menyampaikan

aspirasi, mempunyai mata pencaharian, berpartisipasi dalam kegiatan sosial, dan mandiri

dalam melaksanakan tugas-tugas kehidupannya. 23

Dari pemahaman tersebut dapat

disimpulkan bahwa pemberdayaan merupakan sebuah proses yang memiliki tujuan untuk

23

Sipahelut, Michel. Analisis Pemberdayaan Masyarakat Nelayan Di Kecamatan Tobelo Kabupaten

Halmahera Utara. Tesis. IPB. Bogor.2010

Page 15: BAB II LANDASAN TEORI A. Konseling masyarakat

26

memperoleh hasil yang baik. Hasil tersebut berupa perubahan sosial bagi individu maupun

kelompok dalam masyarakat dan hasil yang mengarah pada proses kemandirian dan

pengembangan hidup baik fisik, maupun ekonomi.

Konsep pemberdayaan menekankan bahwa orang memperoleh ketrampilan,

pengetahuan, dan kekuasaan yang cukup untuk mempengaruhi kehidupannya dan kehidupan

orang lain yang menjadi perhatiannya (Pearson et al, 1994 dalam Sukmaniar, 2007).

Pemahaman mengenai konsep pemberdayaan tidak bisa dilepaskan dari pemahaman

mengenai siklus pemberdayaan itu sendiri, karena pada hakikatnya pemberdayaan adalah

sebuah usaha berkesinambungan untuk menempatkan masyarakat menjadi lebih proaktif

dalam menentukan arah kemajuan dalam komunitasnya sendiri.24

Berdasarkan pemahaman diatas dapat disimpulkan bahwa konsep pemberdayaan

bersumber dari individu maupun kelompok itu sendiri untuk lebih proaktif dalam

meningkatkan dan mengembangkan kualitas diri sebagai upaya memperoleh kesejahteraan

dan kesetaraan dalam masyarakat. Ketrampilan dan potensi yang dimiliki baik individu

maupun kelompok dapat mempengaruh kehidupan mereka dalam lingkungan sosial.

C. KONSELING SOCIAL JUSTICE

Konseling masyarakat berorientasi pada keadilan sosial. Hal ini didasarkan pada

asumsi, bahwa konselor masyarakat menggunakan sudut pandang yang luas untuk melihat

klien dalam konteks lingkungan yang sehat, adil dan masyarakat yang merata.25

Ratts et al.

mengklasifikasikan konseling social justice sebagai kekuatan kelima setelah multikultural

24

Sukmaniar. Efektivitas Pemberdayaan Masyarakat Dalam Pengelolaan Program Pengembangan

Kecamatan (Ppk) Pasca Tsunami Dikecamatan Lhoknga Kabupaten Aceh Besar. Tesis. UNDIP. Semarang,

2007

25

J.D.Engel, Konseling Masalah Masyarakat ( Yogyakarta:Kanisius, 2018),2

Page 16: BAB II LANDASAN TEORI A. Konseling masyarakat

27

dalam paradigma Konseling yang dianggap sebagai bentuk revolusioner dari pendekatan

konseling. Pendekatan ini didasarkan pada keyakinan bahwa kondisi lingkungan

mempengaruhi perkembangan manusia.26

Menurut American Association of Counseling (

ACA) Konseling social justice merupakan pendekatan konseling multifaset di mana para

praktisi berusaha untuk secara bersamaan mempromosikan pembangunan manusia dan

kebaikan bersama dengan mengatasi tantangan yang berkaitan dengan keadilan individu

Konseling keadilan sosial mencakup pemberdayaan individu serta menentang ketidakadilan

dan ketidaksetaraan di masyarakat karena berdampak pada klien dan juga masalah dalam

konteks sistemik mereka.Pekerjaan ini dilakukan dengan fokus pada kebutuhan budaya,

kontekstual, dan individual yang dilayani.27

Ratts Manivong.J dan Paul B. Pedersen juga menyinggung tentang konseling sosial

justice yang juga mengandung aspek pemberdayaan baik seorang klien atau individu.

Menurutnya, Tujuan social justice adalah memberdayakan semua individu, terlepas dari latar

belakang mereka sehingga mereka dapat mengembangkan pengetahuan dan keterampilan

untuk mencapai potensi penuh mereka. Konselor social justice menyadari bahwa masalah

klien dapat dikaitkan dengan struktur yang menindas. Dengan demikian, baik konselor

maupun klien secara aktif terlibat dalam proses mengeksplorasi dan mendapatkan

pengetahuan tentang bagaimana struktur sosial mempengaruhi perkembangan klien.28

Dari

pemahaman tersebut maka tujuan konseling sosial justice menginginkan sebuah upaya untuk

bagaimana klien dapat diterima dalam lingkungan masyarkat dengan baik dan tidak lagi

mengalami ketidaksetaraan dalam masyarakat. Klien memiliki kedamaian dan kebahagian

hidup yang bebas dari penindasan dan diskriminasi. Kedamaian dan kebahagiaan yang

26

Manivong J. Ratts, Paul B Pedersen, Counseling for Multiculturalism and Social Justice,28

27

https://counseling-csj.org, diunduh pada tanggal 23 agustus 2018 pada pukul 12.00 WIB

28

Manivong J. Ratts, Paul B Pedersen, Counseling for Multiculturalism and Social Justice,28

Page 17: BAB II LANDASAN TEORI A. Konseling masyarakat

28

tercipta, akan menumbuhkan rasa saling menghargai terhadap diri sendiri tetapi juga kepada

orang lain. Dengan demikian akan terbuka hubungan atau relasi yang luas dan mendalam

dengan orang lain yakni dengan menempatkan diri kita pada perasaan orang lain kita dapat

mengetahui apa yang sedang digumuli.

Keadilan sosial berkaitan dengan gagasan tentang masyarakat adil. Keadilan sosial

adalah gagasan untuk menantang ketidakadilan dan menghargai kemanusiaan. Marsella

mendefinisikan keadilan sosial sebagai "konteks sosial, terutama dalam masyarakat dan

kondisi budaya yang mungkin membatasi atau menghilangkan kemungkinan adanya keadilan

kolektif.29

Ada 2 hal yang menjadi dasar analisis keadilan sosial yaitu :

a) Perhatian untuk memahami kekuatan sosial dan institusi yang mendukung

ketidakadilan dalam sistem sosial dan juga perilaku interpersonal, sikap individu,

atau keyakinan yang mencerminkan hubungan sosial yang tidak setara;

b) Pengakuan terhadap keterkaitan antar fenomena dan latar belakang manusia

termasuk sejarah, politik, budaya, ekonomi, hukum, dll.30

Keadilan sosial berfokus pada tiga hal: Hak, Manfaat, dan Kebutuhan. Hak berfokus

pada apa yang dipercaya bahwa masyarakat sebagai satu komunitas harus menyediakannya

sebagai bagian dari menjadi anggota di dalam masyarakat tersebut. Manfaat berfokus pada

bagaimana masyarakat memantau siapa yang harus menerima hak tersebut. Kebutuhan adalah

basis atau kriteria yang digunakan untuk mendistribusikan sumber daya berdasarkan hak

yang dimiliki individu.31

Proses konseling selalu mengarah pada akhir yang memiliki hasil

yang baik. Mcleod menjelaskan ada tiga kategori hasil akhir konseling yakni resolusi, belajar,

29

Marsella dalam Farah A. Ibrahim dan Jiana R. Heuer, Cultural and Sosial Justice Counseling, 99

30

Llewellyn J. Cornelius dan Donna Harrington, ASocial Justice Approach to Survey Design and

Analysis, ( New York : Oxford University Press, 2014) , 7

31

Ibid, 8

Page 18: BAB II LANDASAN TEORI A. Konseling masyarakat

29

dan inklusi sosial. Pertama, Resolusi terhadap masalah sumber dalam hidup. Resolusi

mencakup pencapaian pemahaman atau perspektif terhadap masalah tersebut, mencapai

penerimaan pribadi terhadap permasalahan, dan mengambil tindakan untuk mengubah situasi

yang merupakan sumber permasalahan. Kedua, belajar mengikuti konseling agar mendapat

pemahaman, keterampilan, dan strategi baru yang membuat diri mereka dapat menangani

masalah serupa dimasa yang akan datang. Ketiga, inklusi sosial konseling memberikan energi

dan kapasitas personal sebagai seorang yang dapat memberikan kontribusi terhadap makhluk

lain dan kepentingan sosial.32

Berdasarkan beberapa pemahaman diatas dapat disimpulkan bahawa konseling social

justice selalu menekankan aspek keadilan dan kesetaraan hidup yang akan diperoleh oleh

individu maupun kelompok. Interaksi dan realita sosial yang selalu dipenuhi oleh berbagai

perbedaan baik dari segi budaya, strata sosial maupun tingkat ekonomi yang berbeda selalu

menjadikan individu maupun kelompok sulit untuk dapat melakukan pembangunan dan

pengembangan hidup. Individu maupun kelompok merasa terpinggirkan dengan berbagai

realitas sosial yang menekan dan berbeda. Untuk itu konseling sosial justice menghadirkan

sebuah perubahan yang mengarah pada prose pembangunan dan pengembangan hidup yang

diberdayakan sehingga dapat memberikan kontribusi baik untuk diri sendiri, orang lain

maupun masyarakat selain itu, hak, manfaat dan kebutuhan hidup dapat diperoleh dengan

baik.

Menurut Ibrahim, sudut pandang perlu dipahami dalam identitas budaya klien, untuk

mengerti variabel perantara yang telah menciptakan prespektif terkait dengan identitas

seseorang berkaitan dengan pengambilan keputusan terkait nilai agar lebih bermakna. Konsep

sudut pandang ini dikonseptualisasikan dari prespektif keyakinan, nilai, dan asumsi yang

32

John Mcleod, Pengantar Konseling, Teori dan Studi Kasus.( Kencana, 2010)17,18.

Page 19: BAB II LANDASAN TEORI A. Konseling masyarakat

30

berasal dari konteks budaya dan didasarkan pada model nilai eksistensial.33

Pengembangan

identitas sosial bersifat dinamis, dalam setiap tahap perkembangan, karakteristik dan kualitas

dibagi antara individu dalam kelompok sosial tertentu. Setiap tahap perkembangan identitas

merupakan hasil refleksi bagaimana individu melihat diri mereka dalam kaitannya dengan

dunia mereka dan juga dari pengalaman di luar dunia mereka.34

Identitas manusia menurut Sue, ada pada tiga dimensi: yaitu individu, kelompok, dan

universal. Dimensi individual dari identitas mengacu pada karateristik unik masing-masing

orang, seperti kepribadian, nilai, dan sistem kepercayaan. Karakteristik dan atribut ini

membedakan orang pada tingkat individu dan membuat kita masing-masing unik. Dimensi

identitas kelompok mengacu pada pengalaman bersama yang dimiliki orang sebagai akibat

dari menjadi anggota kelompok sosial. Sebagai manusia, kita semua adalah anggota ras, jenis

kelamain, orientasi seksual, religious dan kemampuan kelompok sosial. Sebagai anggota

kelompok, kita berbagi hal-hal tertentu, seperti bahasa atau identitas kelompok, yang

membentuk pengalaman kehidupan. Dimensi identitas universal mengacu pada aspek

universal manusia. Manusia membutuhkan makanan, tempat tinggal, air, dan keamanan untuk

bertahan hidup terlepas dari latar belakang budaya.35

Orang sering berfokus pada dimensi

identitas individual dan universal lebih daripada dimensi identitas kelompok. Namun,

dimensi identitas kelompok sama pentingnya karena mereka menggambarkan pengalaman

bersama yang dimiliki individu sebagai anggota kelompok sosial.36

33

Farah A. Ibrahim dan Jiana R. Heuer, Cultural and Sosial Justice Counseling,54

34

Manivong J. Ratts, Paul B Pedersen, Counseling for Multiculturalism and Social Justice,61

35

Sue dalam Manivong J. Ratts, Paul B Pedersen, Counseling for Multiculturalism and Social

Justice,37

36

Sue dalam Manivong J. Ratts, Paul B Pedersen, Counseling for Multiculturalism and Social

Justice,37

Page 20: BAB II LANDASAN TEORI A. Konseling masyarakat

31

Berdasarkan pemahaman diatas dapat disimpulkan bahwa, setiap individu memiliki

identitas sosial yang beragam baik dari segi budaya maupun kepercayaan. Identitas sosial

tersebut yang menjadikan individu maupun kelompok untuk bagaimana dapat menerapkan

nilai-nilai pengembangan diri dalam masyarakat. Nilai-nilai pengembangan diri tesebut

berasal dari individu itu sendiri yang berupaya untuk menciptakan identitas mereka dalam

membangun relasi dan interaksi sosial dalam masyarakat. Konteks budaya yang beragam dan

berbeda lahir dari pengalaman masing-masing individu dalam melihat realita sosial yang

majemuk. Konteks budaya juga yang melahirkan pengalaman kolektif bersama sebagai

bagian dari satu komunitas dalam masyarakat.

Sebagai masyarakat kolektif, setiap individu dalam masyarakat terhubung dengan budaya

sebagai bentuk identitas. Bagi keadilan sosial, budaya merupakan merupakan salah satu

bagian rentan dalam masalah ketidakadilan. Berbicara tentang identitas budaya, menurut

Berry, identitas budaya digunakan sebagai kerangka teoritis untuk memahami akulturasi.

Pemikiran saat ini menekankan bahwa akulturasi bukanlah proses perubahan dalam

pengertian melepaskan budaya asal dan berasimilasi ke dalam budaya baru tapi lebih kepada

proses adaptasi ke budaya yang baru tanpa kehilangan budaya asli.37

Dari pemahaman diatas,

identitas budaya merupakan kerangka teoritis untuk memahami akulturasi budaya asli san

budaya baru. Proses akulturasi yang terjadi tidak memberikan dampak yang negative

terhadap budaya yang satu tetapi akulturasi yang dimaksudkan disini memberikan sebuah

pemahaman dan pandangan bahwa antara budaya asal dan budaya baru terjadi kolaborasi dan

unsure yang terpenting dalam proses kolaborasi tersebut bahwa budaya asal tidak akan

pernah hilang dari seorang individu maupun kelompok dalam masyarakat. Budaya asal akan

terus ada sebagai bagian dari identitas sosial yang dimiliki oleh individu maupun kelompok.

37

Berry dalam Farah A. Ibrahim dan Jiana R. Heuer, Cultural and Sosial Justice Counseling,124

Page 21: BAB II LANDASAN TEORI A. Konseling masyarakat

32

Konseling keadilan sosial menggabungkan responsivitas budaya dan pemahaman

kekuatan budaya klien, dan berfokus pada mengembangkan kekuatan, pemberdayaan dan

advokasi. Untuk memasukan asumsi yang disebutkan maka diusulkan beberapa strategi dasar

yang mendasari keadilan sosial yaitu :

a. Identifikasi kekuatan dan sumber daya yang dimiliki klien

b. Pengakuan terhadap tantangan budaya, sosial, dan pribadi klien

c. Mengklarifikasi fase pengembangan identitas. Hal ini berkaitan dengan jenis kelamin,

budaya, orientasi seksual, dan

d. Penggabungan informasi penilaian budaya tentang identitas, worldview, dan akulturasi38

Dalam menghadapi klien, konselor keadilan sosial memakai penilaian budaya (cultural

assessments) dalam kenyataan ( personal, interpersonal, dan isu-isu sosiopolitik) telah

ditemui, sehingga hasil dalam konseling akan relevan dan bermakna. Oleh karena itu seorang

konselor harus memiliki kemampuan:

a. Menjadi otentik

b. Berhubungan dengan klien memakai empati

c. Membangun hubungan timbal balik, dan terlibat dalam konstruksi makna

d. Untuk mendekati klien dari prespektif “ tidak tahu”

e. Memahami dinamika hubungan diadik, seperti pertemuan saling mendukung, dimana

hubungan itu adalah kunci kesuksesan.

f. Terlibat dalam penetapan tujuan kolaboratif

g. Mengevaluasi keefektifan intervensi

h. Untuk dapat mengenali batas pengetahuan dan keterampilan sendiri berkaitan dengan

respon budaya, hak istimewa dan masalah penindasan.39

38

Farah A. Ibrahim dan Jiana R. Heuer, Cultural and Sosial Justice Counseling,109

39

Farah A. Ibrahim dan Jiana R. Heuer, Cultural and Sosial Justice Counseling,112

Page 22: BAB II LANDASAN TEORI A. Konseling masyarakat

33

Berdasarkan pemahaman di atas, maka dapat dilihat bahwa konselor keadilan sosial

memakai penilaian budaya dalam konseling untuk bisa melihat dan mengenali kemampuan

dalam diri konselor ketika behadapan dengan klien terkait dengan isu penindasan dalam

proses intervensi bagi klien dalam bentuk pemikiran kritis dan reflektif untuk memahami

kepentingan individu dalam proses sosialisasi dalam sebuah komunitas masyarakat. Setiap

individu maupun klien memiliki budaya yang beragam dan berbeda. Penilaian konselor

terhadap budaya dari klien menjadi sesuatu hal yang penting juga. Dengan melakukan hal

tersebut konselor dapat mengetahui akar permasalahan yang sedang dihadapi oleh klien dan

bersama-sama dengan klien mampu menyelesaikan permasalahan tersebut sehingga keadilan

dan kesetaraan dalam masyarakat dapat diperoleh oleh klien.

D. Ritual Musikal Totobuang

Couldry (2005:60) memahami ritual sebagai suatu habitual action (aksi turun-

temurun), aksi formal dan juga mengandung nilai-nilai transcendental.40

Victor Turner

menjelaskan ritual sebagai sarana untuk mengungkapkan nilai-nilai budaya yang dimiliki

oleh suatu kelompok masyarakat.41

Berdasarkan pemikiran yang dikemukan oleh

Couldry dan Turner, maka dapat disimpulkan bahwa, ritual sebagai bagian dari tradisi

yang dilakukan oleh kelompok dalam masyarakat yang diwariskan secara turun-temurun

dari leluhur sampai dengan generasi masa kini. Proses pewarisan tradisi tersebut

mengandung nilai-nilai budaya yang dijadikan sebagai patokan untuk bertindak dan

membangun relasi sosial dalam masyarakat.

40

Couldry Nick, Media Ritual: Beyond Functionalims dalam Media Anthropology (Sage

Publication,2005)

41

Victor Turner, The Ritual Process: Structure and Anti-Structure (New York: Cornel University Pres,

1969),6

Page 23: BAB II LANDASAN TEORI A. Konseling masyarakat

34

Menurut Turner dalam buku Ritual and Event , ritual sangat efektif sebagai wadah

untuk mengekspresikan perasaan yang tertekan, cemas dan merasa terpinggirkan, dengan

mengungkapkan Emosi ini sambil membiarkan perubahan terjadi, semua orang bisa

kembali ke masyarakat baru. Masyarakat baru yang dimaksudkan disini adalah

kehidupan masyarakat yang setara. Ritual memungkinkan ikatan dari sebuah

komunitas.42

Dari pemahaman Turner dapat disimpulkan bahwa, ritual dijadikan sebagai

wadah untuk individu maupun kelompok mengungkapkan ekspresi mereka sebagai

individu yang merasa tertindas, terpinggirkan dengan berbagai realita sosial yang

beragam dan berbeda. Proses pengungkapan perasaan tersebut juga merupakan bagian

untuk mengembangkan dan memberdayakan potensi diri.

Sebagai sebuah nilai yang dihayati, kebudayaan diwariskan secara turun-temurun,

dari satu generasi ke generasi. Proses pewarisan kebudayaan disebut sebagai proses

enkulturasi. Proses enkulturasi berlangsung mulai dari kesatuan yang terkecil, yakni

keluarga, kerabat, masyarakat, suku bangsa, hingga kesatuan yang lebih besar lagi.

Proses enkulturasi ini berlangsung dari masa kanak-kanak hingga masa tua. Melalui

proses enkulturasi ini, maka dalam benak sebagian besar anggota masyarakat akan

memiliki pandangan, nilai yang sama tentang persoalan-persoalan yang dianggap baik

dan dianggap buruk, mengenai apa yang harus dikerjakan dalam hidup bersama dan

mengenai apa yang tidak harus dikerjakan.43

Berdasarkan pemahaman yang dikemukan oleh Abdul Aziz, dalam sebuah

kebudayaan terdapat berbagai nilai yang terus dihayati baik oleh individu maupun

kelompok dalam masyarakat. Proses penghayatan terhadap nilai-nilai budaya tersebut

merupakan proses enkulturasi yang dilakukan secara turun-temurun. Pemikiran kolektif

yang telah ada baik dalam diri masing-masing individu maupun kelompok, dalam

42 Franko Mark, Ritual and Event: Interdisclipinary Perspectives ( New York: Routledge, 2007)

43 Abdul Asis, “Nilai Budaya dalam Upacara Adat Mappogau Hanua di Karampuang, Kabupaten

Sinjai, Provinsi Sulawesi Selatan, “ Jurnal Walasuji, Vol.6 Nomor 2 (Desember 2015): 384

Page 24: BAB II LANDASAN TEORI A. Konseling masyarakat

35

keluarga, masyarakat, suku bangsa maupun kesatuan yang lebih besar. Pemikiran

kolektif tersebut akan dijadikan sebagai sebuah patokan dan pandangan untuk bertindak

dalam relasi sosial.

Rangkuman

1. Konseling merupakan proses percakapan yang mendalam yang terjadi antara konselor

dan klien yang didasarkan pada sikap saling menghormati antara satu dengan yang

lainnya. Proses konseling yang dilakukan terfokus pada kebutuhan, tujuan, dan

orientasi sosial klien. Konselor dengan kemampuan yang dimiliki membawa klien

keluar dari permasalahan yang ada sehingga klien dapat berorientasi dengan

lingkungan sosial dan melakukan perubahan pada diri klien dan juga lingkungan.

2. Konseling masyarakat adalah suatu proses pertolongan yang membuat individu

maupun kelompok diberdayakan untuk hidup yang menghidupkan. Artinya bahwa

proses konseling yang terjadi tidak sekedar hanya membuat individu maupun

kelompok keluar dari penderitaan dan keterpurukan hidup tetapi mereka dapat

melakukan pembangunan dan pengembangan terhadap hidup yang berorientasi pada

proses pemberdayaan berbagai potensi-potensi diri sehingga dapat memberikan

kontribusi baik untuk diri sendiri, orang lain maupun masyarakat.

3. Pemberdayaan ekonomi masyarakat merupakan upaya pengembangan dan

pemberdayaan hidup bagi individu maupun kelompok untuk mendapatkan tingkat

ekonomi yang berkualitas, menciptakan kemandirian dalam diri individu maupun

kelompok agar dapat memberikan kontribusi baik untuk diri sendiri, orang lain

maupun masyarakat. Tujuan utama permberdayaan ekonomi yakni memperoleh

kesejahteraan dan keseteraan hidup dalam masyarakat.

Page 25: BAB II LANDASAN TEORI A. Konseling masyarakat

36

4. Konseling social justice merupakan suatu proses yang berorientasi pada proses

keadilan dan kesetaraan dalam hidup. Individu maupun kelompok akan merasa betul-

betul diterima dalam interaksi dan lingkungan sosial. selain itu tujuan utama dari

konseling social justice adalah individu maupun kelompok diberdayakan dengan

berbagai potensi diri dan melakukan perubahan bagi diri maupun lingkungan.

5. Ritual merupakan sarana untuk mengungkapkan nilai-nilai budaya yang dilakukan

secara turun-temurun oleh suatu kelompok dalam masyarakat. Aksi ini dilakukan

sebagai respon untuk terus menghayati nilai-nilai budaya yang masih terus ada sampai

generasi masa kini. Nilai-nilai budaya ini juga dijadikan sebagai landasan filosofis

untuk bagaimana dapat berperilaku dan beradaptasi dengan lingkungan sosial yang

beragam dengan berbagai perbedaan yang ada baik budaya, strata sosial maupun

ekonomi.