5 BAB II LANDASAN TEORI A. Kisah Penulis dalam karya “Esa Neme Sosona Losa Mate’Ena” Mimpi dan cita-cita adalah hal yang dimiliki oleh semua orang, begitupun juga dengan penulis. Berawal dari hobi dan kesenangan penulis dengan musik membuatnya ingin menjadi seorang musisi dikemudian hari. Sejak kecil penulis sudah diperkenal dengan musik oleh opa yang juga musisi di kota Makassar. Alat musik pertama yang dikuasai oleh penulis untuk dimainkan adalah drum, kemudian penulis terus mengembangkannya dengan mengikuti kursus drum. Bercita-cita sebagai musisi, membuat penulis ingin melanjutkan pendidikan dan mendalami secara serius ilmu komposisi. Perbedaan pandangan, pendapat, dan keinginan menjadi hambatan yang pertama, sehingga membuat penulis tidak dapat langsung melanjutkan pendidikannya setelah lulus dari Sekolah Menengah Atas (SMA). Keinginan dan pendapat orang tua ialah agar penulis melanjutkan pendidikan di bidang theologi bukan bidang seni musik. Namun penulis memiliki keinginan yang kuat serta pendapat lain yaitu belajar di bidang seni musik. Butuh waktu satu tahun untuk penulis meyakinkan kepada orang tua bahwa menjadi seorang musisi juga bisa berguna dan menghasilkan uang. Memasuki jenjang perkuliahan, tantangan dan hambatanpun berdatangan. Dari masalah perkuliahan dan kurangnya motivasi diri yang membuat penulis mengalami pasang surut emosional. Kadang kala penulis begitu semangat untuk berangkat kuliah dan ada saatnya penulis malas atau tidak bersemangat untuk kuliah. Namun berkat campur tangan Tuhan Yang Maha Esa serta dukungan dari teman-teman, maka penulis dapat melalui semuanya itu.
15
Embed
BAB II LANDASAN TEORI A. Kisah Penulis dalam karya Esa ......2. Bagian-bagian Sasando Sasando merupakan alat musik yang tergolong dalam alat musik jenis chordophones, yaitu alat musik
This document is posted to help you gain knowledge. Please leave a comment to let me know what you think about it! Share it to your friends and learn new things together.
Transcript
5
BAB II
LANDASAN TEORI
A. Kisah Penulis dalam karya “Esa Neme Sosona Losa Mate’Ena”
Mimpi dan cita-cita adalah hal yang dimiliki oleh semua orang,
begitupun juga dengan penulis. Berawal dari hobi dan kesenangan penulis
dengan musik membuatnya ingin menjadi seorang musisi dikemudian hari.
Sejak kecil penulis sudah diperkenal dengan musik oleh opa yang juga
musisi di kota Makassar. Alat musik pertama yang dikuasai oleh penulis
untuk dimainkan adalah drum, kemudian penulis terus
mengembangkannya dengan mengikuti kursus drum. Bercita-cita sebagai
musisi, membuat penulis ingin melanjutkan pendidikan dan mendalami
secara serius ilmu komposisi.
Perbedaan pandangan, pendapat, dan keinginan menjadi hambatan
yang pertama, sehingga membuat penulis tidak dapat langsung
melanjutkan pendidikannya setelah lulus dari Sekolah Menengah Atas
(SMA). Keinginan dan pendapat orang tua ialah agar penulis melanjutkan
pendidikan di bidang theologi bukan bidang seni musik. Namun penulis
memiliki keinginan yang kuat serta pendapat lain yaitu belajar di bidang
seni musik. Butuh waktu satu tahun untuk penulis meyakinkan kepada
orang tua bahwa menjadi seorang musisi juga bisa berguna dan
menghasilkan uang.
Memasuki jenjang perkuliahan, tantangan dan hambatanpun
berdatangan. Dari masalah perkuliahan dan kurangnya motivasi diri yang
membuat penulis mengalami pasang surut emosional. Kadang kala penulis
begitu semangat untuk berangkat kuliah dan ada saatnya penulis malas
atau tidak bersemangat untuk kuliah. Namun berkat campur tangan Tuhan
Yang Maha Esa serta dukungan dari teman-teman, maka penulis dapat
melalui semuanya itu.
6
Berdasarkam uraian diatas, penulis ingin berbagi kisah dan
pengalaman melalui karya yang ditulis pada tugas akhir ini dalam bentuk
komposisi musik program “Esa Neme Sosona Losa Mate’Ena”.
B. Musik program
Istilah musik program mulai diperkenalkan pada periode Romantik
oleh Hector Berlioz. Hector Berlioz lahir pada tahun 1803 dan wafat pada
tahun 1869. Hector merupakan komponis Perancis. Komposisi Hector
yang terkenal adalah Symphonie Fantastique dan pertama kali ditampilkan
pada tahun 1830. Karya tersebut mengisahkan tentang seseorang seniman
yang berbakat yang meracuni dirinya sendiri karena cinta yang tidak
berpengharapan. Itulah awal terbentuknya istilah musik program. Hakekat
dari musik program adalah suatu peristiwa, cerita, situasi yang dilukiskan
melalui sarana musik sehingga terciptalah asosiasi kepada peristiwa yang
diangkat saat musik dibunyikan1. Artinya musik kini tidak lagi mengikuti
aturan bentuk yang baku tetapi terikat pada urutan cerita atau kisah yang
diangkat.
Berbeda dengan Hector, musik program menurut Frans List “any
preface in intelligible language added to a piece of instrumental music by
mean of which the composer intend to guard the listener against a wrong
poetical interpretation and to direct his attention to apoetical idea of the
whole or to a particular part of it” [seperti pembukaan yang ditambahkan
pada suatu karya musik instrumental dengan tujuan agar pendengar tidak
menciptakan interpretasi yang salah serta agar komponis itu sendiri dapat
memusatkan perhatian ide-ide dari keseluruhan maupun bagian-bagian
kecil dari musik tersebut]2. List tidak menganggap bahwa musik
merupakan media yang dapat mendeskripsikan suatu obyek secara
langsung, namun ia menganggap bahwa musik dapat menuntun pendengar
untuk berada dalam suatu pemikiran yang sejalan dengan karakter obyek
1 Rhoderick J. McNeill, Sejarah Musik 2 (Jakarta,Gunung Mulia,2000), 116.
2 Leon Stein, Structure & Style-The Study and Analysis of Musical Form (New
Jersey:Summy-Bichard Music,1979), 171.
7
yang diangkat. Artinya bahwa dengan memberikan gagasan tentang
karakteristik emosional suatu hal, maka musik dapat mempresentasikan
hal tersebut secara langsung.
Musik program termasuk dalam kategori free form atau komposisi
musik dalam bentuk bebas. Tidak ada aturan atau teknik penulisan yang
baku, karena bagian-bagian dari keseluruhan komposisi berdasarkan cerita
atau puisi. Motif-motif melodi dalam musik program diciptakan
berdasarkan imajinasi komponis untuk mewakili dan menggambarkan
suatu tokoh tertentu, suasana ataupun karakter. Musik program memiliki
perbedaan dengan musik absolut hal ini dapat dilihat dari cara atau usaha
dalam mengilustrasikan suatu obyek. Musik absolut merupakan musik
murni yang tidak berhubungan dengan ide dari luar, seperti ide
kesusatraan atau sikap emosi yang subyektif dari komponis sendiri3.
Dalam musik program, bentuk dan ide musikal dipengaruhi oleh
sebuah asosiasi atau program musikal tambahan. Ada empat jenis musik
program diantaranya :
1. Narrative adalah jenis musik program yang berdasarkan rangkaian atau
urutan kejadian. Salah satu contoh karya yang mempresentasikan jenis
musik program ini adalah “Symphonie Fantastique” ciptaan Hector
Berlioz dan “Don Quixote” ciptaan Richard Strauss.
2. Descriptive atau Representational adalah jenis musik program lainnya
yang mewakili suatu kejadian lingkup ruang, waktu, ataupun suasana.
Karya yang mewakili jenis musik program ini adalah “The Fountain of
Rome” ciptaan Respighi dan “Picture at an Exhibition” ciptaan
Moussorgsky.
3. Apellative adalah jenis musik program yang mengandung karakter yang
tertera langsung pada judul komposisi, seperti karya dari Robert
Schumann yang berjudul “Carnival”.
4. Ideational adalah jenis musik program yang berupaya untuk
mengekspresikan sebuah konsep filosofi atau psikologi. Karya Franz
3 J. McNeill, 61.
8
Liszt yang berjudul “Faust Symphony” bagian pertama menggunakan
jenis musik program ini.4
Pada tugas akhir ini penulis ingin menceritakan tengtang rangkaian
kejadian yang dialami penulis dalam mewujudkan mimpi dan cita-citanya
melalui komposisi musik program yang bersifat naratif.
C. Ansambel Musik
Ansambel musik merupakan kumpulan orang yang memainkan
instrumen musik yang berbeda secara bersamaan. Ansambel musik
umumnya terdiri dari dua jenis instrumen atau lebih, seperti duo, trio,
maupun kuartet. Ansambel musik juga dapat dikategorikan berdasarkan
jenis instrumen seperti ansambel tiup, ansambel gesek, dan ansambel
perkusi. Penulis memilih format ansambel musik yang terdiri dari