5 BAB II LANDASAN TEORI A. Tinjauan Pustaka 1. Kebugaran Tubuh Kebugaran tubuh adalah kemampuan tubuh untuk menyelesaikan tugas dan pekerjaan sehari hari tanpa kelelahan dan masih memiliki cukup tenaga bagi tubuh untuk melakukan kegiatan di waktu luang (Caspersen et al., 1985). Kebugaran tubuh memiliki beberapa komponen yaitu: 1) Ketahanan kardiorespirasi 2) Fleksibilitas 3) Keseimbangan 4) Kelincahan 5) Daya Ledak 6) Ketahanan Otot 7) Kekuatan 8) Strength endurance 9) Koordinasi (Tancred, 1995). Tabel 2.1 Uji komponen kebugaran tubuh (Mackenzie, 1997) Komponen Kebugaran Tubuh Uji Kelincahan Illinois Agility Test Keseimbangan Standing Stork Test Komposisi tubuh Skinfold Test Kebugaran Kardiorespirasi Multistage Fitness Test Fleksibilitas Sit and Reach Test Kebugaran otot NCF Abdominal Conditioning Test Daya ledak Standing Long Jump/ vertical jump Kecepatan Sprint 30 meter Kekuatan Handgrip Dynamometer Komponen paling penting dalam unsur Kebugaran tubuh adalah kebugaran Kardiorespirasi (Tancred, 1995).
28
Embed
BAB II LANDASAN TEORI A. Kebugaran Tubuh · ventilasi maksimal paru dan volume sekuncup jantung lebih rendah (Robergs dan Robert, ... dalam semenit saat seseorang tidak melakukan
This document is posted to help you gain knowledge. Please leave a comment to let me know what you think about it! Share it to your friends and learn new things together.
Transcript
5
BAB II
LANDASAN TEORI
A. Tinjauan Pustaka
1. Kebugaran Tubuh
Kebugaran tubuh adalah kemampuan tubuh untuk menyelesaikan
tugas dan pekerjaan sehari hari tanpa kelelahan dan masih memiliki cukup
tenaga bagi tubuh untuk melakukan kegiatan di waktu luang (Caspersen et
al., 1985).
Kebugaran tubuh memiliki beberapa komponen yaitu: 1) Ketahanan
kardiorespirasi 2) Fleksibilitas 3) Keseimbangan 4) Kelincahan 5) Daya
Ledak 6) Ketahanan Otot 7) Kekuatan 8) Strength endurance 9)
Koordinasi (Tancred, 1995).
Tabel 2.1 Uji komponen kebugaran tubuh (Mackenzie, 1997)
Komponen Kebugaran Tubuh Uji
Kelincahan Illinois Agility Test
Keseimbangan Standing Stork Test
Komposisi tubuh Skinfold Test
Kebugaran Kardiorespirasi Multistage Fitness Test
Fleksibilitas Sit and Reach Test
Kebugaran otot NCF Abdominal Conditioning Test
Daya ledak Standing Long Jump/ vertical jump
Kecepatan Sprint 30 meter
Kekuatan Handgrip Dynamometer
Komponen paling penting dalam unsur Kebugaran tubuh adalah
kebugaran Kardiorespirasi (Tancred, 1995).
6
2. Kebugaran Kardiorespirasi
Ketahanan kardiorespiratori adalah salah satu komponen kebugaran
tubuh, yaitu kemampuan dari sistem sirkulasi dan repirasi seseorang dalam
mensuplai sumber tenaga selama aktifitas fisik secara terus menerus serta
sumber tenaga untuk membuang produk produk hasil metabolisme akibat
aktivitas tersebut. Ketahanan kardiorespirasi sering diukur dengan
menggunakan VO2 maks dimana VO2 maks adalah kapasitas oksigen
maksimal yang dapat ditransportasikan dan digunakan oleh otot tubuh saat
aktivitas fisik berlangsung (Gache, 2014).
Kebugaran kardiorespirasi berhubungan erat dengan kesehatan
seseorang. Kebugaran kardiorespirasi yang baik dapat meningkatkan
sensivitas insulin, profil lemak darah dan lipoprotein, komposisi tubuh,
mempengaruhi komposisi tubuh, inflamasi, dan tekanan darah serta sistem
persarafan autonom. Resistensi insulin adalah penentu utama dari penyakit
kardiovaskuler (cardiovasculer disease), khususnya pada individu yang
mengalami obesitas dan kelebihan berat badan (Reaven, 2005).
Kebugaran kardiorespirasi dapat dinilai dengan cara uji maksimal
maupun uji submaksimal. Uji maksimal berarti seseorang didorong untuk
melakukan serangkaian uji hingga mencapai titik maksimal konsumsi
oksigen pada tubuhnya. Uji submaksimal seseorang dipacu tidak sampai
batas maksimal pemakaian oksigen oleh tubuhnya (Yoke, 2014).
Uji Maksimal ada dua macam yaitu uji diagnostik dan uji fungsional.
Uji diagnostik berarti digunakan untuk menilai dan mendiagnosis kelainan
7
suatu penyakit kardiorespirasi. Uji diagnostik biasanya menggunakan
lempeng EKG dalam menilai kondisi jantung seseorang, bisa juga
menggunakan alat pengukur oksigen. penguji memiliki sertifikat standar
untuk melakukan tes diagnostik ini. Tempat dilakukan harus di clinical
setting (Yoke, 2014).
Uji fungsional biasanya untuk menilai kemampuan dan kebugaran
tubuh seseorang. Biasanya sering digunakan dalam penelitian.
Keuntungan dari uji maksimal menurut Yoke (2014), adalah sebagai
berikut:
1) Informasi yang lebih komplit didapatkan dari uji ini dibandingkan
dengan uji submaksimal
2) Respon kardiorespirasi yang spesifik dapat tampak saat tubuh
dipacu mencapai titik maksimal. Ini bermanfaat untuk melihat ada
tidaknya kelainan jantung.
Kelemahan dari uji ini adalah :
1) Memerlukan alat alat khusus yang biasanya mahal serta penguji
yang terlatih dan bersertifikat.
2) Uji maksimal lebih beresiko dibanding uji submaksimal karena
berhubungan dengan beban jantung yang besar.
3) Motivasi, yang menjadi unsur berpengaruh terhadap hasil
penelitian, karena orang lebih memilih uji submaksimal, akibat
lebih mudah dan tidak melelahkan.
8
Menurut Yoke (2014), Dasar dari uji submaksimal biasanya
menggunakan denyut nadi, semakin seseorang memiliki kebugaran tubuh
yang baik, maka semakin rendah denyut nadinya. Keuntungan dan
kerugian uji submaksimal adalah sebagai berikut:
Keuntungan uji submaksimal
1) Tidak mahal
2) Resiko tidak terlalu berbahaya
3) Alat alat khusus tidak diperlukan
4) Penguji tidak harus terlatih dan berpengalaman
Kelemahannya adalah
1) Informasi kurang banyak didapatkan
2) Kurang akurat dibandingkan dengan uji maksimal
Metode penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah
menggunakan step test. Metode step test adalah metode dengan cara naik
turun bangku dengan kecepatan tertentu dalam waktu tertentu.
Metode step test ada beberapa protokol, yaitu protokol Kash, Astrand,
Harvard, dan protokol Sharkey. Protokol Kash menggunakan bangku
setinggi 30 cm sama antara laki laki dan perempuan ketinggian
bangkunya. Metode ini menggunakan metronom yang disetel dengan
kecepatan 96x/menit selama 3 menit. Protokol Harvard menggunakan
bangku setinggi 45 cm untuk laki laki dan 43 cm untuk wanita. Metode ini
metronom disetel dengan kecepatan 120x/menit selama 5 menit.
Sedangkan metode Sharkey menggunakan bangku setinggi 40 cm untuk
9
laki laki dan 33 cm untuk wanita. Metronom disetel dengan kecepatan
90x/menit selama 5 menit. (Rusip, 2006).
Protokol lainnya yang belum disebutkan adalah protokol Astrand.
Protokol ini menggunakan bangku setinggi 40 cm untuk laki laki dan 33
cm untuk wanita. Metronom disetel dengan kecepatan 90x/menit selama 5
menit. Protokol ini mirip dengan Sharkey, tetapi letak perbedaannya
adalah saat pengukuran, Astrand lansung diukur selama satu menit begitu
naik turun bangku selesai. Sedangkan, Sharkey peserta duduk terlebih
dahulu dan denyut nadi diukur selama 15 detik dari 15 detik setelah step
test selesai hingga 30 detik hingga step test selesai (Druskins, 1993).
3. Volume Oksigen Maksimal
Volume oksigen maksimal (VO2 maks) didefinisikan sebagai kecepatan
tertinggi oksigen yang bisa diambil, didistribusikan dan digunakan oleh
otot selama proses sintesis ATP secara aerobik (Whyte, 2006 ).
Tubuh manusia memiliki nilai VO2 maks yang berbeda beda, hal itu
disebabkan oleh beberapa faktor. Faktor faktor yang menentukan VO2
maks adalah :
a. Genetik
Setiap individu memiliki rantai DNA (deoxyribonucleic acid)
yang berbeda – beda. Variasi rantai DNA terjadi pada lebih dari 1%
populasi disebut polimorfisme. Polimorfisme mempengeruhi
kapasitas performa setiap individu termasuk VO2 maks. Rantai DNA
10
yang berpengaruh pada VO2 maks salah satunya adalah DNA
mitokondrial. DNA mitokondrial berisi gen yang megatur beberapa
enzim yang berkaitan dengan konsumsi oksigen. Meski beberapa
bukti menunjukkan bahwa kemampuan untuk menyampaikan
oksigen ke otot lebih berperan dari pada kemampuan otot untuk
menggunakan oksigen namun fungsi mitokondria tetap berkaitan
dengan VO2 maks (Brearley dan Zhou, 2006).
b. Usia
Nilai VO2 maks mengalami perubahan pada saat pertambahan
usia. Pada masa anak – anak, nilai VO2 maks lebih rendah dari pada
usia remaja. Hal tersebut berkaitan dengan kematangan organ vital
yang belum sempurna. Setelah memasuki masa remaja, nilai VO2
maks akan mengalami kenaikan. Pada usia dewasa muda yakni 25 –
27 tahun, nilai VO2 maks akan mencapai nilai paling tinggi. Setelah
melewati masa dewasa muda, nilai VO2 maks akan mengalami
penurunan seiring dengan penuaan. Seiring penuaan, fungsi sistem
respirasi akan mengalami penurunan dikarenakan berkurangnya
elastisitas paru dan kekuatan otot pernafasan (Robergs dan Robert,
2000).
c. Jenis Kelamin
Pada wanita, nilai VO2 maks relatif lebih rendah dari pria. Hal
tersebut dikarenakan pada wanita, organ vital seperti paru – paru dan
jantung lebih kecil dibanding pada pria. Oleh karena itu, fungsi
11
ventilasi maksimal paru dan volume sekuncup jantung lebih rendah
(Robergs dan Robert, 2000).
d. Latihan Fisik
Latihan fisik merupakan suatu kegiatan untuk meningkatkan
kemampuan, keterampilan serta penampilan fisik yang dilakukan
secara sistematis, terprogram, terukur dan teratur (Harira et al.,
2013).
Dengan melakukan latihan fisik, kerja paru – paru seseorang
akan lebih efisien sehingga udara yang diproses oleh paru lebih
banyak dalam waktu yang sama. Orang yang mendapat latihan fisik
yang cukup dapat memproses udara lebih banyak dari orang yang
kurang mendapat latihan fisik hingga dua kali lipat (Harira et al.,
2013).
Oleh karena itu, semakin tinggi intensitas latihan fisik
menyebabkan semakin tinggi nilai VO2 maks seseorang. Latihan fisik
yang adekuat akan memberi pengaruh yang baik terhadap nilai VO2
maks.
Frekuensi latihan yang baik agar berdampak pada kebugaran
seseorang adalah 3 – 5 kali dalam seminggu dengan waktu yang
berselang (Harira et al., 2013).
12
e. Pernapasan
Semakin besar kapasitas vital paru semakin besar pula VO2
maks, karena semakin banyak oksigen yang dapat mengalami difusi
di paru paru (Khasan et al., 2012).
f. Sirkulasi
Pada atlet yang terlatih terdapat perbedaan pada sistem
sirkulasinya dibandingkan terhadap orang normal. Pada atlet, karena
semakin besar VO2 maks-nya, maka akan semakin banyak oksigen
yang diperlukan oleh otot, sehingga agar oksigen lebih mudah masuk
dan digunakan oleh otot, pada atlet yang terlatih aliran darah / blood
flow lebih cair daripada orang normal. Hal ini disebabkan karena
latihan yang keras dapat menyebabkan tubuh mengeluarkan hormon
antidiuretik dan aldosteron yang menyebabkan darah lebih cair
viskositasnya (Kravitz dan Dalleck, 2002).
g. Otot
Pada orang yang terlatih, ototnya lebih banyak mengandung
enzim untuk metabolisme oksigen serta lebih banyak mitokondria di
sel sel ototnya, sehingga lebih mudah menggunakan oksigen yang
disuplai oleh darah dan kecepatan metabolisme oksigen lebih cepat
(Kravitz dan Dalleck, 2002).
h. Berat Badan
Tubuh yang memiliki komposisi lemak lebih banyak cenderung
memiliki VO2 maks yang secara relatif lebih rendah. Hal ini dapat
13
dijelaskan karena besar lemak tidak mempengaruhi kecepatan tubuh
menggunakan oksigen, tetapi menaikkan nilai berat badan.
Akibatnya VO2 maks secara relatif lebih rendah (Khasan et al., 2012).
i. Lingkungan
Orang yang hidup di dataran tinggi lebih besar nilai VO2 maks-
nya dari orang yang hidup di dataran rendah (Khasan et al., 2012)
Nilai VO2 maks didapatkan dengan melakukan tes dengan bebebrapa
metode, ada metode dengan beban kerja maksimal (maximal exertion) dan
ada metode dengan beban kerja submaksimal. Tes dengan beban kerja
maksimal menggunakan tes olahraga yang .berjenjang dan progresif untuk
mengatur kelelahan. Tes ini menentukan kebugaran kardiorespirasi bukan
sekedar memprediksi nilai kebugaran kardiorespirasi. Tes ini dilakukan
dengan atau tanpa pengumpulan gas metabolik dan dilakukan di
laboratorium (ACSM, 2013).
Pengukuran kemampuan kardiorespirasi terbaik adalah dengan beban
kerja maksimal. Pengukuran secara langsung, yaitu dengan spirometer
sirkuit terbuka atau tertutup (untuk mengumpulkan gas metabolik atau gas
yang diekspirasikan) selama latihan dengan ergocycle dan treadmill di
laboratorium. Namun cara ini tidak dapat dilakukan di lapangan, sehingga
dilakukan uji tidak langsung menggunakan submaksimal seperti step test,
ergocycle, dan treadmill. Menurut penelitian tidak ada perbedaan
14
signifikan antara tes dengan metode langsung dan tidak langsung (ACSM,
2013).
Keputusan memilih uji submaksimal atau maksimal tergantung
kepada beberapa alasan seperti ketersediaan alat, alasan dilakukan uji, dan
resiko kepada subjek. Uji maksimal memaksa subjek untuk bekerja hingga
kelelahan sehingga peralatan emergensi dan pengawasan medis perlu
dipersiapkan (ACSM, 2013).
Berikut adalah nilai normal untuk VO2 maks menurut masing – masing
usia. Nilai VO2 maks dibedakan menjadi tingkatan tertentu antara lain : Very
Poor, Poor, Fair, Good, Excellent and Superior (Heyward, 1997).
Tabel 2.2 Data normatif VO2 maks untuk wanita Age Very Poor Poor Fair Good Excelent Superior