-
8
BAB II
LANDASAN TEORI
A. Penelitian yang Relevan
Penelitian yang relevan memberikan pemaparan mengenai
penelitian
yang telah dilakukan sebelumnya. Penelitian sejenis yang
peneliti temukan
dalam bentuk skripsi di perpustakaan Universitas
Muhammadiyah
Purwokerto diantaranya yaitu:
1. Analisis Gaya Bahasa pada Lirik Lagu Grup Band Noah dalam
Album ―Seperti Seharusnya‖ (Edi Yulianto, 2015)
Pada penelitian ini bertujuan untuk (a) mendeskripsikan jenis
gaya
Bahasa berdasarkan struktur kalimat pada lirik lagu grup band
Noah dalam
album ―Seperti Seharusnya‖. (b) mendeskripsikan jenis gaya
bahasa
berdasarkan langsung tidaknya makna pada lirik lagu grup band
Noah
dalam album ―Seperti Seharusnya‖. Data dalam penelitian ini
diperoleh
dari hasil pencatatan terhadap kumpulan lirik lagu grup band
Noah dalam
album ―Seperti Seharusnya‖. Sumber data dalam penelitian ini
adalah lirik
lagu grup band Noah dalam album ―Seperti Seharusnya‖. Jenis
penelitiannya deskriptif kualitatif. Teknik analisis data
melalui 3 tahap,
yaitu reduksi data, sajian data, serta verifikasi dan
simpulan.
Berdasarkan hasil penelitian, penelitian Analisis Gaya Bahasa
pada
Lirik Lagu Grup Band Noah dalam Album ―Seperti Seharusnya‖:
(a)
berdasarkan struktur kalimat, gaya bahasa yang ditemukan
dalam
penelitian tersebut meliputi: gaya bahasa paralelisme, antitesis
dan repetisi.
(b) Berdasarkan langsung tidaknya makna, gaya bahasa yang
ditemukan
8
Jenis Dan Fungsi..., Aditia Hartadi, FKIP UMP, 2017
-
9
dalam penelitian tersebut meliputi: gaya bahasa aliterasi,
asonansi, inversi,
apofasis, apostrof, asindeton, polisindeton, eufemisme, histeron
proteron,
pleonasme, hiperbola, paradox, personifikasi, metafora epitet,
sinekdoke,
antonomasia, ironi, sinisme, sarkasme dan satire.
2. Analisis Gaya Bahasa dalam Naskah Drama Monolog AUT Karya
Putu Wijaya: Sebuah Kajian Stilistika (Lasmini Yuliyanti, 2016)
Pada penelitian ini bertujuan untuk mendeskripsikan gaya bahasa
yang
digunakan dalam naskah drama monolog AUT dan fungsi gaya
bahasa
tersebut. Data dalam penelitian ini yaitu teks atau
kalimat-kalimat dalam
naskah drama monolog AUT karya Putu Wijaya. Sumber data
dalam
penelitian ini adalah naskah drama monolog AUT karya Putu
Wijaya.
Jenis penelitian ini adalah penelitian deskriptif kualitatif.
Metode yang
digunakan dalam penelitian ini adalah deskriptif analisis.
Sedangkan
pendekatan yang digunakan dalam penelitian ini adalah
pendekatan
stilistika.
Hasil penelitian ini menunjukkan adanya penggunaan gaya
bahasa
berdasarkan struktur kalimat dan gaya bahasa berdasarkan
langsung
tidaknya makna dalam naskah drama monolog AUT karya Putu Wijaya
(a)
Gaya bahasa berdasarkan struktur kalimat yang digunakan dalam
naskah
drama monolog AUT karya Putu Wijaya yaitu berupa (1)
repetisi
epizeuksis, (2) repetisi anafora dan (3) repetisi mesodiplosis.
(b) Gaya
bahasa berdasarkan langsung tidaknya makna yang digunakan
dalam
naskah drama monolog AUT karya Putu Wijaya yaitu berupa (1)
metafora,
(2) personifikasi, (3) hiperbola, (4) simile, (5) antitesis dan
(6) sarkasme.
Jenis Dan Fungsi..., Aditia Hartadi, FKIP UMP, 2017
-
10
Kemudian, dalam penelitian ini juga menunjukkan adanya
fungsi
penggunaan gaya bahasa dalam naskah drama monolog AUT karya
Putu
Wijaya meliputi (a) fungsi emotif, (b) fungsi refensial dan (c)
fungsi
imajinatif.
B. Stilistika
Bahasa dalam karya sastra adalah bahasa yang khas sehingga
berbeda
dari bahasa dalam karya-karya nonsastra. Untuk itulah, analisis
terhadap
bahasa sastra pun membutuhkan analisis yang khusus. Dalam hal
ini
dibutuhkan stilistika sebagai teori yang secara khusus
menganalisis bahasa
teks sastra. Ratna (2013:3) menyatakan bahwa stilistika
(stylistic) adalah ilmu
tentang gaya, sedangkan stil (style) secara umum adalah
cara-cara yang khas,
bagaimana segala sesuatu diungkapkan dengan cara tertentu,
sehingga tujuan
yang dimaksudkan dapat dicapai secara maksimal. Menurut Ratna
(2013:5)
stilistika berkaitan dengan pengertian ilmu tentang gaya secara
umum,
meliputi seluruh aspek kehidupan manusia. Stilistika dalam karya
sastra
merupakan bagian stilistika budaya itu sendiri. Meskipun
demikian, dengan
adanya intensitas penggunaan bahasa, maka dalam karya
sastralah
pemahaman stilistika paling banyak dilakukan.
Menurut Aminuddin (1995:3) stilistika merupakan bidang kajian
yang
mempelajari dan memberikan deskripsi sistemis tentang gaya
bahasa. Dengan
demikian, secara sederhana dapat disimpulkan bahwa stilistika
(stylistics)
Jenis Dan Fungsi..., Aditia Hartadi, FKIP UMP, 2017
-
11
adalah ilmu yang secara spesifik mengungkap penggunaan gaya
bahasa yang
khas dalam karya sastra.
C. Gaya Bahasa
1. Pengertian Gaya Bahasa
Menurut Aminuddin (1995:1) gaya merupakan perwujudan
penggunaan bahasa oleh seorang penulis untuk mengemukakan
gambaran,
gagasan, pendapat, dan membuahkan efek tertentu bagi
penanggapnya
sebagaimana cara yang digunakannya. Menurut Ratna (2013:160)
gaya
adalah keseluruhan cara yang dilakukan dalam aktivitas kehidupan
sehari-
hari, baik kegiatan jasmaniah maupun rohaniah, baik lisan maupun
tulisan.
Menurut Keraf (2010:113) mengungkapkan bahwa gaya bahasa
dapat
dibatasi sebagai cara mengungkapkan pikiran melalui bahasa
secara khas
yang memperlihatkan jiwa dan kepribadian penulis (pemakai
bahasa).
Gaya bahasa adalah kemampuan seorang dalam mempergunakan
ragam
bahasa tertentu untuk menimbulkan efek keindahan tertentu
yang
dimunculkan secara kreatif oleh seorang penulis atau pemakai
bahasa.
Menurut Dale (dalam Tarigan, 2013:4) gaya bahasa adalah
bahasa
indah yang digunakan untuk meningkatkan efek estetik dengan
jalan
memperkenalkan serta memperbandingkan suatu benda atau hal
tertentu
dengan benda atau hal lain yang lebih umum. Dari pernyataan gaya
bahasa
yang dipaparkan oleh beberapa ahli tidak tampak adanya perbedaan
yang
mendasar, bahkan pendapat itu dapat semakin memperjelas konsep
dari
Jenis Dan Fungsi..., Aditia Hartadi, FKIP UMP, 2017
-
12
gaya bahasa itu. Dengan demikian dapat disimpulkan pengertian
gaya
bahasa adalah cara pengarang mendayagunakan sumber-sumber
kebahasaan yang dipilih dan diatur untuk mengekspresikan ide,
gagasan,
dan pengalaman pengarang.
2. Jenis-Jenis Gaya Bahasa
Keraf (2010:113) menyatakan bahwa gaya atau khususnya gaya
bahasa dikenal dalam retorika dengan istilah style. Gaya bahasa
style
menjadi masalah atau bagian dari diksi atau pilihan kata
yang
mempersoalkan cocok tidaknya pemakaian kata, frasa, atau klausa
tertentu
untuk menghadapi hierarki kebahasaan, pilihan kata secara
individu, frasa,
klausa, dan kalimat bahkan mencankup pula sebuah wacana
secara
keseluruhan. Style atau gaya bahasa dapat dibatasi sebagai
cara
mengungkapkan pikiran melalui bahasa secara khas yang
memperhatikan
jiwa dan kepribadian penulis atau pemakai bahasa. Gaya bahasa
dapat
ditinjau dari bermacam-macam sudut pandangan. Oleh sebab itu
sulit
diperoleh kata sepakat mengenai suatu pembagian yang
bersifat
menyeluruh dan dapat diterima oleh semua pihak. Menurut
Keraf
(2010:115) pandangan atau pendapat tentang gaya bahasa sejauh
ini
sekurang-kurangnya dapat dibedakan, pertama dapat dilihat dari
segi non
bahasa, dan kedua dilihat dari segi bahasanya sendiri.
Menurut Keraf (2010:116) dari segi nonbahasa gaya dibagi
atas
tujuh pokok, berdasarkan (1) pengarang: penulis dalam sebuah
karangan,
(2) masa: kurun waktu, (3) medium: alat komunikasi, (4) subjek,
(5)
Jenis Dan Fungsi..., Aditia Hartadi, FKIP UMP, 2017
-
13
tempat: lokasi atau geografis, (6) hadirin, (7) tujuan: dimana
pengarang
ingin mencurahkan gejala emotifnya. Dari segi bahasa, maka gaya
bahasa
dapat dibedakan berdasarkan unsur bahasa yang dipergunakan,
yaitu
berdasarkan (a) pilihan kata yaitu, bahasa resmi dan tidak resmi
dan
percakapan, (b) nada dikenal dengan adanya gaya sederhana, (c)
struktur
kalimat, bersifat mundur, periodik dan seimbang, (d) langsung
tidaknya
makna, dikenal dengan adanya kalimat polos dan kalimat yang
memiliki
gaya (retoris dan kiasan). Menurut Tarigan (2013:6) menyebutkan
ada
sekitar enam puluh gaya bahasa yang termasuk ke dalam empat
kelompok.
Empat kelompok gaya bahasa tersebut adalah (1) gaya bahasa
perbandingan, (2) gaya bahasa pertentangan, (3) gaya bahasa
pertautan,
dan (4) gaya bahasa perulangan.
Namun halnya, perbedaan tersebut hanya terletak di dalam
penyebutan istilahnya saja, tetapi dari keempat gaya bahasa
yang
disebutkan dengan istilah yang berbeda tersebut ternyata
mempunyai
pemaknaan serupa. Dalam penelitian ini peneliti hanya
memfokuskan
penelitian pada gaya bahasa perbandingan, maka hanya gaya
bahasa
perbandinganlah yang akan dibahas lebih lanjut.
3. Gaya Bahasa Perbandingan
Pradopo (2014: 63) berpendapat bahwa gaya bahasa
perbandingan
ialah gaya bahasa kiasan yang menyamakan satu hal dengan hal
lain
dengan mempergunakan kata-kata perbandingan seperti: bagai,
sebagai,
bak, seperti, semisal, seumpama, laksana, sepantun, penak, dan
kata-kata
Jenis Dan Fungsi..., Aditia Hartadi, FKIP UMP, 2017
-
14
perbandingan yang lain. Gaya bahasa perbandingan memiliki
jenis
meliputi:
a. Perumpamaan
Menururt Keraf (2010:138) perumpamaan atau simile adalah
perbandingan yang bersifat eksplisit. Yang dimaksud dengan
perbandingan yang bersifat eksplisit ialah bahwa ia langsung
menyatakan sesuatu dengan hal yang lain. Untuk itu, ia
memerlukan
upaya yang secara eksplisit menunjukkan kesamaan itu, yaitu
kata-kata:
seperti, sama, sebagai, bagaikan, laksana, dan sebagainya.
Sedangkan
menurut Tarigan (2013:9) perumpamaan adalah perbandingan dua
hal
yang pada hakikatnya berlainan dan yang sengaja di anggap
sama.
Perbandingan secara eksplisit dijelaskan oleh pemakaian kata
seperti
dan sejenisnya.
Dari kedua pendapat di atas dapat disimpulkan bahwa gaya
bahasa perumpamaan atau simile yaitu salah satu jenis dari gaya
bahasa
perbandingan yang membandingkan dua hal atau lebih secara
langsung
dan biasanya di tandai dengan penggunaan kata bak, seumpama,
seperti, laksana, ibarat, serupa dan sebagai. Contoh: Seperti
air
dengan minyak. Ungkapan tersebut menggunakan gaya bahasa
perumpamaan yang ditandai dengan penggunaan kata seperti.
b. Metafora
Menurut Keraf (2010:139) metafora adalah semacam analogi
yang membandingkan dua hal secara langsung, tetapi dalam
bentuk
yang lebih singkat. Pemakaian kata-kata bukan arti yang
sebenarnya,
Jenis Dan Fungsi..., Aditia Hartadi, FKIP UMP, 2017
-
15
melainkan sebagai lukisan yang berdasarkan persamaan atau
perbandingan. Sedangkan menurut Tarigan (2013:15) metafora
adalah
sejenis gaya bahasa perbandingan yang paling singkat, padat,
tersusun
rapi. Di dalamnya terlihat dua gagasan: yang satu adalah
suatu
kenyataan, sesuatu yang dipikirkan, yang menjadi objek; dan yang
satu
lagi merupakan pembanding terhadap kenyataan tadi.
Dari kedua pendapat di atas dapat di simpulkan bahwa gaya
bahasa metafora adalah gaya bahasa yang biasanya
membandingkan
suatu hal secara singkat dan tidak menggunakan kata
penghubung
seperti yang biasanya terdapat pada perbandingan. Gaya
bahasa
metafora biasanya membandingkan suatu benda tertentu dengan
benda
lain yang mempunyai sifat yang sama akan tetapi secara singkat
dan
tanpa adanya kata penghubung. Contoh: Pemuda adalah bunga
bangsa.
Dua hal yang di bandingkan adalah kata pemuda dan bunga
bangsa.
Bunga bangsa memiliki arti seseorang yang telah wafat dan
masih
dikenang hingga saat ini.
c. Personifikasi
Menurut Keraf (2010:140) personifikasi adalah gaya bahasa
kiasan yang menggambarkan benda-benda mati atau
barang-barang
yang tidak bernyawa seolah-olah memiliki sifat kemanusiaan.
Dengan
kata lain personifikasi adalah gaya bahasa yang
mempersamakan
benda-benda mati seolah-olah dapat hidup atau mempunyai
sifat
kemanusiaan. Sedangkan menurut Tarigan (2013:17)
personifikasi
Jenis Dan Fungsi..., Aditia Hartadi, FKIP UMP, 2017
-
16
adalah gaya bahasa yang melekatkan sifat-sifat insani kepada
benda
yang tidak bernyawa dan ide yang abstrak.
Dari kedua pendapat di atas dapat di simpulkan bahwa
personifikasi adalah gaya bahasa yang melekatkan sifat-sifat
insani
kepada benda yang tidak bernyawa sehingga benda tersebut
mempunyai
sifat kemanusiaan. Contoh: Angin yang meraung di tengah
malam
yang gelap itu menambah lagi ketakutan kami. Dalam kalimat
tersebut,
angin dapat meraung layaknya manusia sehingga seolah-olah
mempunyai sifat kemanusiaan.
d. Depersonifikasi
Menurut Tarigan (2013:21) depersonifikasi atau pembendaan,
adalah kebalikan dari gaya bahasa personifikasi atau
penginsanan.
Apabila personifikasi menginsankan atau memanusiakan
benda-benda,
maka depersonifikasi justru membendakan manusia atau insan.
Gaya
bahasa depersonifikasi terdapat dalam kalimat pengandaian yang
secara
eksplisit memanfaatkan kata kalau dan sejenisnya sebagai
penjelas
gagasan atau harapan. Contoh: Andai kamu menjadi langit, maka
dia
menjadi tanah.
e. Alegori
Menurut Keraf (2010:140) alegori adalah suatu cerita singkat
yang mengandung kiasan. Makna kiasan ini harus ditarik dari
bawah
permukaan ceritanya. Dalam alegori, nama-nama pelakunya
adalah
sifat-sifat yang abstrak, serta tujuannya selalu jelas tersurat.
Sedangkan
Jenis Dan Fungsi..., Aditia Hartadi, FKIP UMP, 2017
-
17
menurut Tarigan (2013:24) alegori adalah cerita yang dikisahkan
dalam
lambang-lambang; merupakan metafora yang diperluas dan
berkesinambungan, tempat, atau wadah objek-objek atau gagasan
yang
diperlambangkan.
Fable dan parabel merupakan alegori-alegori singkat. Fabel
adalah sejenis alegori, yang di dalamnya binatang-binatang
berbicara
dan bertingkah laku seperti manusia. Sedangkan parabel
merupakan
cerita yang berkaitan dengan Kitab Suci yang mengandung
pengajaran
mengenai moral dan kebenaran.
Dari kedua pendapat di atas dapat di simpulkan bahwa alegori
adalah cerita yang mengandung kiasan atau cerita yang
dikisahkan
dalam lambang-lambang; merupakan metafora yang diperluas dan
berkesinambungan, tempat, atau wadah objek-objek atau gagasan
yang
diperlambangkan. Nama pelakunya adalah sifat-sifat yang abstrak,
dan
tujuannya selalu jelas tersurat. Contoh: Kancil dan Buaya
(fabel), Adam
dan Hawa (parabel).
f. Antitesis
Menurut Ducrot (dalam Tarigan, 2013:26) antitesis adalah
sejenis
gaya bahasa yang mengadakan komparasi atau perbandingan antara
dua
antonim yaitu kata-kata yang mengandung ciri-ciri semantik
yang
bertentangan. Contoh: Dia bergembira-ria atas kegagalanku
dalam
ujian itu.
Jenis Dan Fungsi..., Aditia Hartadi, FKIP UMP, 2017
-
18
g. Pleonasme
Menurut Keraf (2010:133) pleonasme adalah acuan yang
mempergunakan kata-kata yang lebih banyak daripada yang
diperlukan
untuk menyatakan sama pikiran atau gagasan. Suatu acuan
disebut
pleonasme bila kata yang berlebihan itu dihilangkan, artinya
tetap utuh.
Sedangkan menurut Tarigan (2013:29) pleonasme adalah acuan
yang
menggunakan kata-kata lebih banyak daripada yang dibutuhkan
untuk
menyatakan gagasan atau pikiran.
Dari kedua pendapat di atas dapat disimpulkan bahwa gaya
bahasa pleonasme adalah gaya bahasa yang menggunakan
kata-kata
yang lebih banyak untuk mendeskripsikan sesuatu secara berulang
yang
mana makna dari kata tersebut telah terdeskripsikan secara jelas
pada
kata pertama. Contoh: Saya telah mendengar hal itu dengan
telinga
saya sendiri. Ungkapan tersebut merupakan pleonasme karena
semua
acuan itu tetap utuh dengan makna yang sama, walaupun
dihilangkan
kata dengan telinga saya.
h. Perifrasis
Menurut Keraf (2010:134) perifrasis adalah gaya bahasa yang
mirip dengan pleonasme, yaitu mempergunakan kata lebih banyak
dari
yang diperlukan. Perbedaannya terletak dalam kata-kata yang
berlebihan itu sebenarnya dapat diganti dengan satu kata
saja.
Sedangkan menurut Tarigan (2013:31) perifrasis adalah sejenis
gaya
bahasa yang mirip dengan pleonasme. Kedua-duanya menggunakan
Jenis Dan Fungsi..., Aditia Hartadi, FKIP UMP, 2017
-
19
kata-kata lebih banyak daripada yang di butuhkan. Walaupun
begitu
terdapat perbedaan yang penting antara keduanya. Pada gaya
bahasa
perifrasis, kata-kata yang berlebihan itu pada prinsipnya dapat
diganti
dengan sebuah kata saja.
Dari kedua pendapat di atas dapat disimpulkan bahwa
perifrasis
adalah gaya bahasa yang mirip dengan pleonasme. Keduanya
menggunakan kata-kata lebih banyak daripada yang di butuhkan.
Kata-
kata yang berlebihan itu dapat diganti dengan satu kata saja.
Contoh: Ia
telah beristirahat dengan damai (mati atau meninggal).
i. Antisipasi atau Prolepsis
Menurut Keraf (2010:134) antisipasi atau prolepsis adalah
semacam gaya bahasa di mana orang mempergunakan lebih dahulu
kata-kata atau sebuah kata sebelum peristiwa atau gagasan
yang
sebenarnya terjadi. Sedangkan menurut Tarigan (2013:33) kata
antisipasi berasal dari bahasa Latin anticipation yang
berarti
‗mendahului‘ atau ‗penetapan yang mendahului tentang sesuatu
yang
masih akan dikerjakan atau akan terjadi‘.
Dari kedua pendapat di atas dapat disimpulkan bahwa
antisipasi
atau prolepsis adalah gaya bahasa yang mempergunakan lebih
dahulu
kata-kata sebelum peristiwa yang sebenarnya terjadi. Contoh:
Kami
sangat bergembira, minggu depan kami memperoleh hadiah dari
Bapak Bupati.
Jenis Dan Fungsi..., Aditia Hartadi, FKIP UMP, 2017
-
20
j. Koreksi atau Epanortosis
Menurut Keraf (2010:135) koreksi atau epanortosis adalah
suatu
gaya bahasa yang mula-mula menegaskan sesuatu, tetapi
kemudian
memperbaikinya. Sedangkan menurut Tarigan (2013:34) koreksi
atau
epanortosis adalah gaya bahasa yang berwujud mula-mula ingin
merasakan sesuatu, tetapi kemudian memperbaikinya dan
memperbaiki
yang salah.
Dari kedua pendapat di atas dapat di ambil kesimpulan bahwa
koreksi atau epartosis adalah suatu gaya bahasa yang
mula-mula
menegaskan sesuatu, tetapi kemudian memperbaikinya. Contoh:
Sudah
empat kali saya mengunjungi daerah itu, ah bukan, sudah lima
kali.
4. Fungsi Gaya Bahasa
Menurut Sugiarti (2001:76) gaya bahasa dalam karya sastra
mengandung pengertian cara seorang pengarang dalam
menyampaikan
gagasan dengan menggunakan media bahasa yang indah dan
harmonis
serta mampu menuansakan makna dan suasana yang dapat
menyentuh
daya intelektual dan emosi pembacanya. Menurut Aminuddin
(1995:72)
berbicara tentang masalah gaya, tidak lepas dari (a) masalah
media berupa
kata dan kalimat, (b) masalah hubungan gaya tersendiri, baik
dengan
kandungan makna dan suasana maupun keindahannya, serta (c)
seluk
beluk ekspresi pengarangnya sendiri yang akan berhubungan erat
dengan
masalah individu kepengarangan maupun konteks sosial masyarakat
yang
melatar belakangi.
Jenis Dan Fungsi..., Aditia Hartadi, FKIP UMP, 2017
-
21
Penumbuhan sikap serius dalam membaca cipta sastra itu
terjadi
karena sastra bagaimanapun lahir dari daya kontemplasi batin
pengarang
sehingga untuk memahaminya juga membutuhkan pemilihan daya
kontemplasi pembacanya. Opini merupakan pendapat umum
mengenai
peristiwa yang dianggap bom-bastis dan menjadi pembicaraan
umum.
Dalam merumuskan fungsi gaya bahasa dapat di lihat apakah kata
atau
kalimat memiliki makna konotasi, dan bagaimana nuansa makna
maupun
keindahan yang dihasilkan kata atau kalimat tersebut. Berangkat
dari hal
tersebut, maka fungsi gaya bahasa adalah untuk meyakinkan
atau
mempengaruhi penyimak dan pembaca (Tarigan, 2013:4). Makna
dalam
bahasa dibedakan menjadi dua yaitu makna kognitif dan makna
nonkognitif. Makna kognitif terdapat pada wacana-wacana ilmiah.
Sifat
dari karangan ilmiah setiap kalimat harus mengandung fungsi
informasi
yang berarti kalimat tersebut memberi informasi pada pembaca.
Adapun
macam-macam fungsi gaya bahasa menurut Keraf (2010:129),
meliputi:
fungsi informasi, fungsi untuk menjelaskan, fungsi untuk
menghidupkan
objek mati, fungsi untuk menimbulkan gelak tawa atau untuk
hiasan,
fungsi untuk penekanan atau memperkuat.
a. Fungsi Informasi
Fungi gaya bahasa terkait sebagai fungsi informasi adalah
bahwa
gaya bahasa dapat difungsikan sebagai sarana komunikasi
untuk
memberikan suatu informasi berkaitan dengan pesan yang ingin
disampaikan oleh penulis.
Jenis Dan Fungsi..., Aditia Hartadi, FKIP UMP, 2017
-
22
b. Fungsi untuk Menjelaskan
Gaya bahasa berfungsi sebagai sarana untuk menjelaskan
maksudnya adalah bahwa gaya bahasa dapat juga berfungsi
sebagai
sarana untuk menjelaskan atau memberi rincian akan suatu hal,
kejadian
atau peristiwa yang berkaitan dengan pesan yang ingin
disampaikan
oleh penulis.
c. Fungsi untuk Menghidupkan Objek Mati
Gaya bahasa sebagai sarana untuk menghidupkan objek mati
adalah bahwa gaya bahasa dapat juga sebagai media untuk
menghidupkan objek mati sehingga seolah-olah benda itu memiliki
sifat
kemanusian.
d. Fungsi untuk Menimbulkan Gelak Tawa atau untuk Hiasan
Fungsi untuk menimbulkan gelak tawa atau untuk hiasan
maksudnya adalah gaya bahasa dapat juga dijadikan sarana
untuk
menimbulkan gelak tawa atau candaan bagi pembacanya.
e. Fungsi untuk Penekanan atau Memperkuat.
Gaya bahasa dalam sebuah karya sastra dapat juga digunakan
untuk memberikan penguatan atau penekanan terhadap suatu hal
atau
pesan yang ingin disampaikan oleh penulis.
Gaya bahasa tidak ubahnya sebagai aroma dalam makanan yang
berfungsi untuk meningkatkan selera. Sedangkan menurut
Tarigan
(2013:4) gaya bahasa merupakan bentuk retorika, yaitu
penggunaan
kata-kata dalam berbicara dan menulis untuk meyakinkan atau
Jenis Dan Fungsi..., Aditia Hartadi, FKIP UMP, 2017
-
23
mempengaruhi penyimak dan pembaca. Jadi, gaya bahasa
berfungsi
sebagai alat untuk meyakinkan atau mempengaruhi pembaca atau
pendengar. Gaya bahasa juga berkaitan dengan situasi dan
suasana
karangan. Artinya, gaya bahasa menciptakan suasana hati
tertentu,
misalnya, kesan baik atau buruk, senang, tidak enak, yang
diterima
karena pelukisan tempat, peristiwa, dan kedaaan tertentu
(Ahmadi
(Ed.), 1990: 169).
Dengan demikian, dalam hal ini peneliti merujuk pada
pendapat
yang dikemukakan oleh Keraf, dapat dikemukakan bahwa fungsi
gaya
bahasa dalam karya sastra adalah sebagai alat untuk:
1. fungsi informasi 2. fungsi untuk menjelaskan, 3. fungsi untuk
menghidupkan objek mati 4. fungsi untuk menimbulkan gelak tawa atau
untuk hiasan 5. fungsi untuk penekanan atau memperkuat.
D. Pengertian Karya Sastra
Ada dua istilah penting yang berkaitan dengan karya sastra yaitu
seni
sastra dan ilmu sastra. Karya sastra sebagai karya seni bersifat
kreatif, artinya
sebagai hasil ciptaan manusia yang berupa karya bahasa yang
bersifat estetik.
Hasilnya berupa karya sastra misalnya novel, puisi, cerita
pendek, drama dan
lain-lainnya. Sedangkan menurut Luxemburg (1992:2) ilmu sastra
meneliti
sifat-sifat yang terdapat dalam teks-teks sastra, bagaimana
teks-teks tersebut
berfungsi di masyarakat.
Jenis Dan Fungsi..., Aditia Hartadi, FKIP UMP, 2017
-
24
Karya sastra merupakan wujud atau hasil dari daya imajinasi
seorang
pengarang yang dituangkan dalam bentuk tulisan berdasarkan
pengalaman
pribadi atau dengan melihat kehidupan lingkungan sekitarnya.
Banyak bentuk
karya sastra yang muncul seperti puisi, fiksi, dan drama. Salah
satu bentuk
karya sastra yang melukiskan imajinasi seorang pengarang adalah
puisi.
Perkembangan puisi saat ini sangat pesat, sehingga munculnya
penyair-
penyair muda berbakat seperti Muhammad Rois Rinaldi.
Dari uraian di atas dapat disimpulkan bahwa karya sastra
merupakan
struktur dunia rekaan, artinya realitas dalam karya sastra
adalah realitas
rekaan yang tidak sama dengan realitas dunia nyata akan tetapi
karya sastra
tetap mengacu pada realitas dunia nyata. Karya sastra
merupakan
pencerminan akan tetapi bukan berarti bahwa karya sastra
merupakan
gambaran tentang kehidupan tetapi merupakan pendapat pengarang
tentang
keseluruhan kehidupannya.
E. Hubungan Gaya Bahasa dengan Karya Sastra
Kemampuan manusia menggali kreativitas dalam mengolah bahasa
menyebabkan banyak sekali tercipta karya-karya yang bernilai
tinggi dan
disukai oleh banyak masyarakat. Dari karya-karya ciptaan anak
manusia
tersebut, banyak karya yang menggunakan bahasa sebagai
mediumnya. Akan
tetapi, Dengan bervariasinya tingkat imajinasi manusia, maka
bervariasi pula
ciptaan-ciptaan manusia apabila dituangkan dalam bentuk kata,
sehingga
antara satu karya dengan karya lainnya akan memiliki ciri
tersendiri, salah
satunya adalah dari segi pemilihan kata (diksi).
Jenis Dan Fungsi..., Aditia Hartadi, FKIP UMP, 2017
-
25
Bahasa yang digunakan dalam sebuah karya sastra tentunya
bukanlah
bahasa yang digunakan dalam kehidupan sehari –hari kita,
adakalanya untuk
menambah nilai estetika dari karya sastra itu sendiri, penulis
menyisipkan
penggunaan gaya bahasa di dalam karya sastra itu sendiri. Tujuan
dari
penggunaan gaya bahasa itu sendiri berfungsi sebagai suatu daya
tarik bagi
pembaca agar tidak merasa bosan dalam membaca sebuah karya
sastra
disamping untuk menambah nilai kesenangan imajinatif,
menghasilkan
makna tambahan dan agar dapat menambah intensitas dan nilai
konkrit sikap
dan perasaan penyair dan juga agar makna yang diungkapkan lebih
padat
(Djojosuroto 2006:17).
Dari uraian tersebut di atas dapat disimpulkan jika hubungan
antara
gaya bahasa dengan karya sastra adalah bahwa penggunaan gaya
bahasa
dapat memberikan nilai tambah terhadap kualitas karya sastra
yang
dihasilkan, penggunaan gaya bahasa juga dapat menggambarkan
sejauh mana
kreativitas imajinatif pengarang itu sendiri disamping untuk
menambah nilai
estetika dari karya sastra yang dihasilkan.
F. Pengertian Puisi
Menulis puisi merupakan suatu kegiatan seorang ―intelektual‖,
yakni
kegiatan yang menuntut seorang harus benar-benar cerdas, harus
benar-benar
menguasai bahasa, luas wawasannya, sekaligus peka perasaannya.
Menurut
Waluyo (1995:25) puisi adalah bentuk karya sastra yang
mengungkapkan
pikiran dan perasaan penyair secara imajinatif dan disusun
dengan
mengkonsentrasikan semua kekuatan bahasa dengan
pengkonsentrasian
struktur fisik dan struktur batinnya. Menurut Pradopo (2009:328)
berpendapat
Jenis Dan Fungsi..., Aditia Hartadi, FKIP UMP, 2017
-
26
bahwa puisi adalah ucapan atau ekspresi tidak langsung. Puisi
juga
merupakan ucapan ke inti pati masalah, peristiwa, ataupun narasi
(cerita,
penceritaan). Puisi merupakan salah satu ragam karya sastra yang
terikat
dengan irama, ritma, rima, bait, larik dan ditandai dengan
bahasa yang padat.
Puisi juga merupakan seni tertulis yang mana menggunakan bahasa
sebagai
kualitas estetiknya atau keindahanya. Puisi dibedakan menjadi
dua yakni
puisi lama dan puisi baru. Puisi lama ialah puisi yang terikat
dengan aturan-
aturan tertentu. Aturan-aturan tersebut antara lain: jumlah kata
dalam satu
baris; jumlah baris dalam satu bait; rima (persajakan);
banyaknya suku kata
dalam setiap baris; dan irama. Puisi baru ialah puisi yang tidak
terikat oleh
aturan-aturan sehingga lebih bebas bentuknya daripada puisi
lama, baik
dalam segi jumlah suku kata, baris, ataupun sajaknya.
Jenis Dan Fungsi..., Aditia Hartadi, FKIP UMP, 2017
-
27
G. Peta Konsep
Gaya Bahasa Diksi
Gaya Bahasa
Perbandingan
Gaya Bahasa
Pertentangan
Gaya Bahasa
Pertautan
Gaya Bahasa
Perulangan
Jenis Fungsi
1. Perumpamaan
2. Metafora
3. Personifikasi
4. Depersonifikasi
5. Alegori
6. Antitesis
7. Pleonasme
8. Perifrasis
9. Antisipasi atau
Prolepsis
10. Koreksi atau
Epanortosis
1. Fungsi Informasi
2. Fungsi Menjelaskan
3. Fungsi Untuk
Menghidupkan Objek
Mati
4. Fungsi Untuk
Menimbulkan Gelak
Tawa atau Untuk Hiasan
5. Fungsi Untuk Penekana
atau Memperkuat.
JENIS DAN FUNGSI GAYA
BAHASA PERBANDINGAN
DALAM KUMPULAN PUISI
TERLEPAS KARYA
MUHAMMAD ROIS RINALDI
Stilistika
Puisi
Jenis Dan Fungsi..., Aditia Hartadi, FKIP UMP, 2017