-
6
BAB II
LANDASAN TEORI
Bab II ini menjelaskan beberapa konsep yang terkait dengan
penelitian tentang
pengaruh kedisiplinan belajar dan lingkungan keluarga terhadap
hasil belajar mata
pelajaran ekonomi siswa di SMA Kristen 1 Salatiga.
A. Disiplin Belajar
1. Pengertian disiplin belajar
Disiplin berasal dari bahasa latin “ disciplina” yang menunjuk
pada kegiatan
belajar dan mengajar. Sedangkan istilah bahasa Inggris yaitu
“discipline” yang
berarti : 1) tertib taat atau mengendalikan tingkah laku,
penguasaan diri; 2)
latihan membentuk, meluruskan, atau menyempurnakan sesuatu,
sebagai
kemampuan mental atau karakter moral; 3) hukumanyang diberikan
untuk
melatih atau memperbaiki; 4) kumpulan atau sistem-sistem
peraturan bagi
tingkah laku ( Mac Millan dalam Tu’u 2004 : 20 )
Disiplin merupakan istilah yang umum bagi instansi pemerintah
atau swasta.
Kita mengenal disiplin kerja, disiplin belajar dan macam istilah
disiplin yang
lain. Masalah disiplin yang dibahas dalam penelitian ini adalah
disiplin belajar.
Disiplin yang dimaksud dalam hal ini adalah disiplin terhadap
belajar siswa
baik di rumah ataupun di sekolah. Disiplin adalah suatu kondisi
yang tercipta
dan terbentuk melalui proses dari serangkaian perilaku yang
menunjukan nilai
ketaatan, kepatuhan, kesetiaan, keteraturan dan atau
ketertiban.
-
7
a. Disiplin sekolah diartikan sebagai keadaan tertib, ketika
guru, kepala
sekolah, staf serta siswa yang tergabung dalam sekolah tunduk
kepada
peraturan yang telah ditetapkan dengan senang hati ( Mulyasa,
2009 )
b. Disiplin merupakan suatu proses bimbingan yang bertujuan
menanamkan
pola perilaku tertentu, kebiasaan tertentu, atau membentuk
manusia
dengan ciri-ciri tertentu, terutama untuk meningkatkan kualitas
mental dan
moral ( Sukadji dalam Mu’tadin 2002 )
Disiplin yang di tunjukkan siswa akan menunjukkan kualitas
bagaimana
siswa dalam mengikuti proses belajar. Disiplin tersebut akan
terwujud apabila
adanya minat, bakat, IQ, motivasi, emosi, serta kemampuan yang
kognitif.
Menurut Hurlock (Gunarsa, 2003) disiplin sebagai suatu proses
dari latihan atau
belajar yang bersangkutan dengan pertumbuhan dan perkembangan.
Disiplin
akan timbul bila adanya keterbukaan, kerjasama, mematuhi suatu
norma dengan
rasa tanggung jawab. Pentingnya disiplin bukan hanya pada
lembaga formal,
namun pada lembaga non formal pun sangat penting. Selanjutnya
menurut Tu’u
(2004 ) (http: // honewsty. blogspot. Com / 2012 / 05) disiplin
penting karena
beralasan sebagaai berikut ini :
a. Dengan disiplin yang muncul karena kesadaran diri akan
mendorong
siswa atau peserta didik berhasil dalam belajarnya, sebaliknya
peserta
didik yang melanggar ketentuan dari dari sekolah akan
menghambat
optimalisasi potensi dan prestasinya.
-
8
b. Tanpa disiplin yang baik suasana sekolah dan juga kelas
menjadi kurang
kondusif bagi kegiatan pembelajaran. Disiplin memberi dukungan
yang
tenang dan tertib bagi proses pembelajaran.
c. Orang tua senantiasa di sekolah anak-anak di biasakan dengan
norma-
norma, nilai kehidupan dari disiplin. Dengan demikian anak-anak
dapat
menjadi individu yang tertib, teratur, dan disiplin.
d. Disiplin merupakan jalan bagi siswa untuk sukses dalam
belajar dan kelak
ketika bekerja.
Berdasarkan hal ini, kedisiplinan belajar dapat di rumuskan
bahwa
kedisiplinan tersebut harus bisa mengatur, mengendalikan,
mengontrol tingkah
laku dan sikap hidupnya agar bisa membuahkan hal-hal yang
positif.
Sedangkan pengertian belajar menurut Slameto (2010 : 2) bahwa
“Belajar
adalah proses usaha yang dilakukan seseorang untuk memperoleh
suatu
perubahan tingkah laku yang baru secara keseluruhan, sebagai
hasil
pengalamannya sendiri dalam interaksi dengan lingkungan” seperti
halnya yang
di kemukakan oleh Djamarah (2002: 13) “belajar adalah
serangkaian kegiatan
jiwa raga untuk memperoleh suatu perubahan tingkah laku sebagai
hasil dari
pengalaman individu dalam interaksi dengan lingkungannya yang
menyangkut
kognitif, afektif, psikomotorik”. Bahkan lebih tegas lagi
pernyataan Mulyati
(2007 : 12) bahwa “belajar berarti mendisiplinkan mental”
disiplin muncul
karena adannya kesadaran batin dan iman tiap individu manusia,
yang jika
dilakukan itu baik dan bermanfaat bagi diri sendiri dan
lingkungan. Maka dari
itu kedisiplinan belajar merupakan suatu kondisi yang terbentuk
melalui proses
-
9
usaha yang dilakukan manusia untuk memperoleh perubahan tingkah
laku yang
baru secara keseluruhan sebagai hasil pengalaman sendiri dalam
interaksi
terhadap lingkungan yang menunjukkan nilai-nilai dan kepatuhan,
keteraturan,
ketertiban, tanggung jawab, kesungguhan, dan kesadaran.
2. Unsur – unsur kedisiplinan belajar
Ditinjau dari pengertian disiplin mengandung makna bahwa setiap
individu
yang dididik untuk memiliki disiplin perlu diperlakukan sebagai
orang yang
belajar. di dalam disiplin terdapat unsur-unsur yang mana
diantaranya saling
mendukung satu dengan yang lain.Unsur-unsur tersebut menurut
Tulus Tu’u
(honewsty.blogspot.Com /2012/05) menyebutkan bahwa:
Mengikuti dan mentaati peraturan, nilai dan hukum yang
berlaku.
a. Pengikutan dan ketaatan tersebut terutama muncul karena
adanya kesadaran diri bahwa hal itu berguna bagi kebaikan
dan
keberhasilan dirinya. Dapat juga muncul karena rasa takut,
tekanan,
paksaan dan dorongan dari luar dirinya.
b. Sebagai alat pendidikan untuk mempengaruhi, mengubah,
membina, dan
membentuk perilaku sesuai dengan nilai-nilai yang ditentukan
atau
diajarkan.
c. Hukuman yang diberikan bagi yang melanggar ketentuan yang
berlaku,
dalam rangka mendidik, melatih, mengendalikan dan memperbaiki
tingkah
laku.
d. Peraturan-peraturaan yang berlaku sebagai pedoman dan ukuran
perilaku.
3. Faktor – faktor yang mempengaruhi disiplin belajar
-
10
Peserta didik yang memiliki disiplin yang tinggi akan belajar
dengan baik,
teratur sehingga akan menghasilkan prestasi yang baik.
Faktor-faktor belajar
turut berpengaruh terhadap tingkat disiplin individu.
Faktor-faktor yang
mempengaruhi disiplin belajar menurut
(animenekoi.blogspot.com/2012/01):
a. Faktor ekstrinsik
1) Faktor non sosial
a) keadaan suhu udara yang terkadang tidak memungkinkan,
misalnya
waktu musim penghujan maka peserta didik kehujanan sehingga
peserta didik menjadi kurang sehat dan menjadi belajarnya
terhambat.
b) waktu belajarnya terkadang buat hal-hal yang lain.
c) tempat tinggal peserta didik yang jauh dari keramaian
sehingga
tidak ada transportasi.
d) alat-alat atau fasilitas yang dipakai untuk belajar yang
kurang
memadai dari kriteria.
2) Faktor sosial antara lain faktor keluarga, keadaan rumah
tangga, guru,
dan cara mengajar, lingkungan, dan kesempatan yang tersedia,
dan
motivasi sosial.
b. Faktor intrinsik
1) Faktor fisiologis, kondisi seperti ini umumnya sangat
berpengaruh
terhadap belajarnya seseorang. Orang yang dalam keadaan
segar
jasmaninya akan berbeda dengan orang yang dalam keadaan
lelah.
Maka dengan sendirinya dapat terjawab bahwa keadaan segar
-
11
jasmani akan lebih mudah mendisiplinkan diri terhadap
aturan-
aturan yang berlaku.
2) Faktor psikologi, seperti minat, bakat, motivasi,
konsentrasi, dan
kemampuan kognitif.
Faktor-faktor tersebut sama halnya dengan Tu’u (2004 : 48-49)
yang
mengatakan bahwa faktor kedisiplinan tersebut di pengaruhi dari
4
faktor dominan antara lain kesadaran diri, pengikutan dan
ketaatan,
alat pendidikan, dan hukuman.
Keefektifan disiplin tidak terlepas dari peran seorang
pendidik
dalam pengelolaan kelas yang baik, dan akan terwujud jika
ada
kepemimpinan yang sesuai dengan tanggung jawab pengajar
yakni,
mengembangkan suasana belajar dengan baik, dan
mempertahankan
lingkungan positif ketika timbul masalah.
c. Faktor-faktor pembentuk disiplin dan macam-macam disiplin
1) Faktor pembentuk disiplin, antara lain, konsep moral
(peraturan),
hukuman, hadiah.
2) Macam-macam disiplin
a) Disiplin dalam kegiatan belajar mengajar.
b) Disiplin untuk masuk kelas.
c) Disiplin terhadap peraturan.
Berdasarkan pengertian yang telah dijelaskan diambil kesimpulan
bahwa
yang dimaksud disiplin belajar adalah suatu kondisi yang
tercipta dan terbentuk
melalui proses usaha yang dilakukan seseorang untuk memperoleh
suatu
-
12
perubahan tingkah laku. Sedangkan pengertian belajar menurut
Slameto (2010 :
2) bahwa “Belajar adalah proses usaha yang dilakukan seseorang
untuk
memperoleh suatu perubahan tingkah laku yang baru secara
keseluruhan,
sebagai hasil pengalamannya sendiri dalam interaksi dengan
lingkungan”
seperti halnya yang dikemukakan oleh Djamarah (2002: 13)
“belajar adalah
serangkaian kegiatan jiwa raga untuk memperoleh suatu perubahan
tingkah
laku sebagai hasil dari pengalaman individu dalam interaksi
dengan
lingkungannya yang menyangkut kognitif, afektif, psikomotorik”.
Bahkan lebih
tegas lagi pernyataan Mulyati (2007 : 12) bahwa “belajar
berarti
mendisiplinkan mental” disiplin muncul karena adannya kesadaran
batin dan
iman setiap individu manusia, yang jika dilakukan itu baik dan
bermanfaat bagi
diri sendiri dan lingkungan. Maka dari itu kedisiplinan belajar
merupakan suatu
kondisi yang terbentuk melalui proses usaha yang dilakukan
manusia untuk
memperoleh perubahan tingkah laku yang baru secara keseluruhan
sebagai hasil
pengalaman sendiri dalam interaksi terhaap lingkungan yang
menunjukkan
nilai-nilai dan kepatuhan, keteraturan, ketertiban, tanggung
jawab,
kesungguhan, dan kesadaran.
Dalam penelitian mengenai disiplin belajar mengemukakan bahwa
indikator
yang menunjukan permasalahan belajar siswa sebagai kontribusi
dalam
mentaati peraturan sekolah meliputi : dapat mengatur waktu
belajar di rumah,
rajin dan tertib, perhatian saat belajar di kelas, dan
ketertiban diri saat belajar.
Sedangkan menurut Syafrudin dalam Jurnal Edukasi (2005:80 )
membagi
disiplin menjadi 4 ( empat ) macam yaitu :
-
13
1. Ketaatan terhadap waktu belajar
2. Ketaatan terhadap tugas-tugas pelajaran
3. Ketaatan terhadap penggunaan fasilitas belajar
4. Ketaatan menggunakan waktu datang dan pulang.
Berdasarkan uraian di atas maka dalam penelitian ini penulis
membuat
indikator disiplin belajar menjadi 4 ( empat ) macam yaitu :
1. Ketaatan terhadap tata tertib sekolah
2. Ketaatan terhadap kegiatan belajar di sekolah
3. Ketaatan dalam mengerjakan tugas latihan
4. Ketaatan terhadap kegiatan belajar di rumah
B. Lingkungan keluarga
1. Pengertian lingkungan keluarga
Keluarga merupakan lingkungan pertama dan utama dalam
perkembangan
seorang anak. Di dalam keluarga seorang anak mengalami
sosialisai pertama
kalinya, dimana dalam proses ini anak mengenal dan diajarkan
berbagai nilai
kehidupan yang sangat berguna untuk masa depannya nanti. Menurut
ahli
psikolog lingkungan keluarga sangat berpengaruh dalam
perkembangan
kepribadian, karena lingkungan keluarga merupakan lingkugnan
primer yang
kuat pengaruhnya kepada individu dibandingkan dengan lingkungan
sekunder.
Dalyono (2005: 132) bahwa apa yang dimaksud dengan
lingkungan
(environment) ialah meliputi semua kondisi-kondisi dalam dunia
yang dalam
cara-cara tertentu mempengaruhi tingkah laku kita,
pertumbuhan,
-
14
perkembangan atau life process kita kecuali gen-gen, dan bahkan
gen-gen dapat
pula dipandang sebagai menyiapkan lingkungan bagi gen yang
lain.
Ki Hajar Dewantara dalam Dwi Siswoyo, dkk (2008: 139)
membedakan
lingkungan pendidikan berdasar pada kelembagaannya, yaitu:
a. Lingkungan keluarga
b. Lingkungan perguruan/sekolah, dan
c. Lingkungan pergerakan/organisasi pemuda. Lingkungan tersebut
dikenal
dengan istilah Tri Pusat Pendidikan
Menurut Hasbullah (2005: 38) berpendapat bahwa lingkungan
keluarga
merupakan lingkungan pendidikan bagi anak yang pertama karena di
dalam
keluarga inilah anak pertama kalinya mendapatkan pendidikan dan
bimbingan.
Dalam suatu penelitian yang dilakukan Handitono dalam Monks
dkk
(2002:191) diketemukan cara orang tua mendidik anak
menyumbang
pembentukan motif stasi anak dalam hubungan dengan tiga standar
keunggulan
yaitu:
1. Dalam hubungan dengan prestasi orang lain artinya bahwa anak
ingin
berbuat lebih baik dari pada apa yang telah diperbuat orang
lain.
2. Dalam hubungan dengan prestasi sendiri yang lampau berarti
bahwa anak
ingin berbuat melebihi prestasinya yang lalu, ingin menghasilkan
yang
lebih baik dari apa yang telah dihasilkannya semula.
-
15
3. Dan dalam hubungannya dengan tugas berarti bahwa ia ingin
menyelesaikan tugas sebaik mungkin. Jadi tuganya sendiri
merupakan
tantangan bagi anak tersebut.
Mengetahui lebih lanjut mengenai lingkungan keluarga maka perlu
dikaji
pengertian lingkungan keluarga terlebih dahulu. Dalyono
(2005:129)
membedakan pengertian lingkungan menjadi 3 ( tiga ) macam
pendekatan yaitu
pendekatan fisiologi, psikologi, dan sosio cultural.
2. Faktor keluarga yang mempengaruhi hasil belajar
Menurut Dalyono (2005:238-241) menyebutkan faktor dari keluarga
yang
mempengaruhi hasil belajar adalah
1. Faktor Orang Tua
Orang tua memegang peran penting terhadap kemajuan dan
keberhasilan
anaknya. Orang tua seharusnya memberikan dorongan dan motivasi
pada
anak dalam belajar. Peran orang tua yang dapat mempengaruhi
hasil belajar
siswa adalah:
a. Cara mendidik anak
Orang tua yang tidak atau kurang memperhatikan pendidikan
anaknya
dan meperhatikan kemajuan belajar anaknya menjadi penyebab
kesulitan
belajar anaknya.
b. Hubungan orang tua dengan anak
Hubungan orang tua dan anak yang dimaksud dalam konteks ini
adalah kasih sayang, pengertian, ataupun rasa benci, sehingga
hubungan
-
16
antara orang tua dan anak menjadi penting dalam menentukan
kemajuan
belajar anak.
2. Suasana Rumah atau Keluarga
Suasana keluarga yang ramai tidak memungkinkan anak untuk
belajar
dengan baik, sehingga konsentrasi belajar anak akan tertanggu.
Sebaliknya
jika keadaan atau suasana yang tenang akan menjadikan anak
mudah
konsentrasi dalam proses belajarnya.
3. Keadaan Ekonomi Keluarga
a. Keadaan ekonomi keluarga yang kurang atau miskin
Keadaan yang kurang atau miskin mengakibatkan keperluan yang
menunjang seperti alat alat belajar tidak bisa dibeli, serta
tempat
tinggal yang kurang baik mengakibatkan tempat belajar yang
baik
untuk anak belajar.
b. Keadaan ekonomi keluarga yang berlebihan
Keadaan ini sebaliknya dari keadaan yang pertama dimana
kondisi
ekonomi yang berlebihan akan mengakibatkan anak untuk
bersenang-
senang dan malas untuk belajar, sehingga kegiatan belajar anak
akan
terhambat.
Berdasarkan uraian di atas maka indikator lingkungan keluarga
dalam penelitian
ini adalah
1. Cara orang tua mendidik anak
2. Hubungan/relasi orang tua dan anak
3. Suasana rumah atau keluarga,
-
17
4. Keadaan ekonomi keluarga
C. Hasil belajar
1. Pengertian hasil belajar
Dalam kehidupan manusia pasti mengejar prestasi dalam bidang
dan
kemampuan masing-masing. Prestasi dapat memberikan kepuasan
tertentu
kepada manusia, begitu pula untuk siswa yang duduk di bangku
sekolah
selalu ingin meningkatkan kemapuan dan hasil belajar yang
maksimal
sebagai hasil belajar.
a. Prestasi belajar adalah pencapaian atau kecakapan yang
dinampakan
dalam keahlian atau kumpulan pengetahuan (Hetika,2008:23)
b. Menurut Asmara (2008 : 11) mengatakan bahwa hasil belajar
adalah
hasil yang dicapai seseorang dalam penguasaan pengetahuan
dan
ketrampilan yang di kembangkan dalam pelajaran, lazimnya
ditunjukkan dengan tes yang diberikan oleh guru.
Berdasarkan hal itu, hasil belajar peserta didik dapat
dirumuskan
sebagai berikut :
1) Hasil belajar adalah suatu hasil yang di dapat oleh peserta
didik
dalam belajar.
2) Hasil belajar berkaitan dengan kemampuan peserta didik
dalam
aspek kognitif, afektif, maupun psikomotorik.
3) Hasil belajar peserta didik tersebut akan terbukti apabila
peserta
didik tersebut mendapatkan hasil berupa nilai dalam bentuk
huruf
-
18
maupun angka yang di lakukan dengan cara tes baik itu
tertulis
maupun tidak tertulis.
c. Hasil belajar merupakan hasil usaha yang dilakukan dan
menghasilkan
perubahan yang dinyatakan dalam bentuk simbol untuk
menunjukan
kemampuan pencapaian dalam hasil kerja dalam waktu tertentu.
2. Faktor - faktor yang mempengaruhi hasil belajar
Ada beberapa teori yang menyatakan tentang faktor-faktor
yang
mempengaruhi pestasi belajar banyak jenisnya, akan tetapi
menurut Azwar
(2000:165) dapat di golongkan menjadi (tiga) 3 yaitu
a. Faktor fisik yang meliputi panca indra dan kondisi fisik
umum.
b. Faktor psikologis yang meliputi kemampuan kognitif dan
kemampuan non kognitif. Kemampuan kognitif terdiri dari
kemampuan khusus dan kemampuan umum atau dengan kata lain
bakat dan inteligensi.
c. Faktor sosial dan budaya yang meliputi lingkungan
keluarga,
lingkungan sekolah, lingkungan kelompok, dan lingkungan
masyarakat, adat istiadat, ilmu pengetahuan, teknologi dan
kesenian.
Slameto (2010:54-57) mengemukakan pendapat bahwa faktor-faktor
yang
mempengaruhi hasil belajar banyak jenisnya, tetapi dapat di
golongkan
menjadi 2 yaitu :
-
19
1. Faktor intern ( dari dalam diri siswa)
a. Faktor jasmani meliputi faktor kesehatan
Siswa yang kesehatannya sering terganggu menyebabkan banyak
waktunya untuk istirahat. Hal itu membuatnya tertinggal
pelajaran.
Prestasi siswa ini kemungkinan belum dapat optimal, karena itu
orang
tua perlu memperhatikan kesehatan anak-anaknya. Makanan yang
bersih dan bergizi perlu menjadi perhatian.
b. Faktor psikologi meliputi intelegensi, perhatian, minat,
bakat
1) Intelegensi ( kecerdasan ) siswa yang kecerdasanya rendah
akan menyebabkan kemampuan mengikuti pelajaran agak
lambat. Kalu dia berada dalam kelas rata-rata tingkat
kecerdasaanya tinggi kemungkinan akan tertinggal dalam
pelajaran. Hasil yang diperolehpun tidak maksimal, selain
itu
kecerdasaan juga mempengaruhi cepat/lambatnya kemajuan
belajar siswa.
2) Perhatian disini tediri dari perhatian dalam belajar di
rumah
dan di sekolah. Perhatian belajar di rumah kerapkali
terganggu
oleh acara televisi., kondisi rumah ,dan kondisi keluarga.
Perhatian belajar di sekolah terganggu oleh kondisi kelas
dan
suasana pembelajaran, serta lemahnya upaya diri
berkonsentrasi. Perhatian yang kurang memadai tersebut akan
berdampak kurang baik bagi hasil pembelajaran.
-
20
3) Minat adalah kecenderungan yang tinggi terhadap sesuatu.
Apabila pembelajaran yang dikembangkan oleh guru tidak
menimbulkan minat siswa, atau siswa sendiri tidak
mengembangkan minat dirinya dalam pembelajaran. Hal ini
akan membuat siswa tidak belajar sungguh-sungguh.
4) Bakat adalah potensi-potensi yang dimiliki seseorang yang
dibawa sejak lahir. Apabila pelajaran yang diikuti siswa
tidak
sesuai bakat yang dimiliki, hasil belajarnya tidak akan
mencapai hasil yang tinggi.
c. Faktor kelelahan
2. Faktor ekstern(dari luar diri siswa)
a. Faktor keluarga meliputi cara orang tua mendidik, relasi
antara
anggota keluarga, suasana rumah, keadaan ekonomi keluarga,
perhatian orang tua.
1) Cara orang tua mendidik anak kemungkinan akan berpengaruh
terhadap belajar anak. Hal ini berkaitan dengan peran orang
tua
dalam memikul tugas dan tanggung jawab sebagai pendidik,
guru, pemimpin bagi anak-anaknya. Peran dan tugas orang tua
salah satunya dapat dilihat dari bagaimana orang tua
tersebut
dalam mendidik anaknya, kebiasaan-kebiasaan baik yang
ditanamkan agar mendorong semangat anak untuk belajar.
2) Relasi antara anggota keluarga yang terpenting adalah
relasi
antara anak dengan seluruh anggota keluarga terutama orang
-
21
tua dengan anaknya atau anaknya dengan anggota keluarga
yang lain. Wujud relasi itu bisa berupa cara hubungan penuh
kasih sayang, pengertian, dan perhatian ataukah diliputi
rasa
kebencian, sikap terlalu keras, atau sikap acuh tak acuh.
Dan
relasi antara anggota keluarga ini erat hubungannya dengan
bagaimana orang tua dalam mendidik anaknya.
3) Suasana rumah agar menjadi tempat belajar yang baik maka
perlu diciptakan suasana rumah yang tenang dan tentram.
Suasana tersebut dapat tercipta apabila dalam keluarga
tercipta
rasa hubungan yang harmonis antar orang tua dengan anak
dengan anggota keluarga yang lain. Selain itu keadaan rumah
juga perlu ditata dengan rapi dan bersih sehingga dapat
menimbulkan rasa nyaman dan sejuk yang memungkinkan
anak lebih suka tinggal di rumah untuk belajar.
4) Keadaan ekonomi keluarga erat hubungannya dengan belajar
anak. Anak yang sedang belajar selain harus terpenuhi
kebutuhan pokoknya, misal makanan, perlindungan, alat tulis,
ruang belajar serta sarana pelengkap belajar yang lain.
Fasilitas
tersebut dapat terpenuhi jika keluarga mempunyai penghasilan
yang cukup, dan kondisi yang demikian kemungkinan dapat
memotivasi anak untuk maju.
-
22
b. Faktor lingkungan masyarakat meliputi kegiatan peserta
didik
dalam masyarakat, mass media, teman bergaul, bentuk
kehidupan
masyarakat
c. Faktor sekolah meliputi metode pendidik dalam mengajar,
relasi
pendidik dengan peserta didik, relasi peserta didik dengan
peserta
didik, disiplin peserta didik, alat pelajaran, waktu sekolah
3. Indikator hasil belajar
a. Menurut Muhibbin Syah (2008:150) perubahan hasil belajar
meliputi
segala ranah psikologis yang berubah sebagai akibat pengalaman
dan
proses belajar siswa dan agar bisa megetahui perubahan hasil
belajar
pada seseorang
b. Suharsini Arikunto (2003:117) dapat dikelompokkan ke dalam
ranah
kognitif, afektif, dan psikomotor. Dan memang ranah afektiflah
yang
sangat sulit, karena ranah afektif tersebut memiliki sifat
yang
intangible (tidak dapat diraba).
Maka dari pendapat beberapa ahli tersebut, indikator hasil
belajar tersebut
adalah perubahan hasil belajar yang diukur melalui ranah
kognitif, afektif,
psikomotor yang di lakukan oleh seluruh guru mata pelajaran
kemudian di
laporkan dalam bentuk nilai.
D. Penelitian Terdahulu
Adapun penelitian terdahulu yaitu penelitian yang dilakukan
oleh
Muhammad Kahfid (2007) dengan tujuan memperoleh bukti empiris
mengenai
-
23
disiplin belajar dan lingkungan keluarga terhadap hasil belajar
ekonomi siswa
kelas VIII SMPN 1 Jatinegara dengan hasil pengaruh disiplin
belajar dan
lingkungan keluarga secara simultan adalah 14,8%. Tri Minarni
(2005)
bertujuan mencari pengaruh disiplin belajar dan lingkungan
keluarga terhadap
prestasi belajar kelas VIII semester 1 SMP Negeri II Semarang
dengan nilai
p=0,01 dan (p
-
24
semua itu dilakukan sebagai tanggung jawab yang bertujuan untuk
mawas diri.
Dengan disiplin seorang anak akan mudah mengatur waktu dalam
belajarnya
sehingga dia akan terbiasa. Lingkungan keluarga merupakan
lingkungan yang
menjadi tempat dan mempunyai faktor utama dalam pendidikan
seorang anak
karena keluarga adalah pendidikan pertama dan utama. Hasil
belajar merupakan
hasil usaha yang dilakukan dan menghasilakan perubahan yang
dinyatakan
dalam bentuk simbol untuk menunjukan kemampuan pencapaian dalam
hasil
kerja dalam waktu tertentu. Dengan demikian dapat dijelaskan
pengaruh
disiplin belajar dan lingkungan belajar terhadap hasil belajar
mata pelajaran
ekonomi siswa kelas XI IPS SMA Kristen 1 Salatiga. Penelitian
ini ingin
mencari tahu hubungan antara disiplin belajar dan lingkungan
belajar terhadap
hasil belajar mata pelajaran ekonomi siswa kelas XI IPS SMA
Kristen 1
Salatiga tahun 2012/2013 seperti gambar di bawah ini:
Gambar 2.1 kerangka berpikir
Disiplin belajar ( X1 )
Hasil belajar ( Y )
Lingkungan keluarga ( X2 )
-
25
Berdasarkan kerangka berpikir tersebut variabel disiplin belajar
dan
lingkungan keluarga ini disajikan dalam bentuk Skala pengukuran
ordinal
dengan lima kategori jawaban dengan nilai atau skor, yaitu
ungkapan Tidak
Pernah (1), Pernah (2), Kadang-kadang (3), Sering (4), dan
Selalu (5),
sedangkan untuk variabel hasil belajar disajikan dalam bentuk
skala interval.
F. Hipotesis.
Menurut Sugiyono (2010 : 96), hipotesis merupakan jawaban
sementara
terhadap rumusan masalah penelitian, dimana rumusan masalah
telah
dinyatakan dalam bentuk kalimat pertanyaan. Hipotesis tersebut
akan diuji
menggunakan pendekatan kuantitatif sehingga akan diketahui
kebenarannya
secara empiris. Dengan mengacu pada rumusan masalah dan kerangka
pemikiran
yang telah dibuat, peneliti merumuskan hipotesis sebagai berikut
:
H1 : ada pengaruh positif dan signifikan antara skor disiplin
belajar dengan skor
hasil belajar mata pelajaran ekonomi siswa kelas XI IPS SMA 1
Kristen
Salatiga. Semakin tinggi skor disiplin belajar siswa, maka
semakin tinggi
pula skor hasil belajar siswa.
H2 : ada pengaruh positif dan signifikan skor lingkungan
keluarga dengan skor
hasil belajar mata pelajaran ekonomi siswa kelas XI IPS SMA 1
Kristen
Salatiga. Semakin tinggi skor lingkungan keluarga siswa, maka
semakin
tinggi pula skor hasil belajar siswa.
-
26
H3 : ada pengaruh positif dan signifikan antara skor disiplin
belajar dan skor
lingkungan keluarga dengan skor hasil belajar mata pelajaran
ekonomi
siswa kelas XI IPS SMA 1 Kristen Salatiga. Semakin tinggi skor
disiplin
belajar dan skor lingkungan keluarga siswa, maka semakin tinggi
pula skor
hasil belajar siswa. Sebaliknya semakin rendah skor disiplin dan
skor
lingkungan keluarga siswa semakin rendah hasil siswa.