8 BAB II LANDASAN TEORI A. Deskripsi Teori 1. Strategi pembelajaran a. Pengertian strategi pembelajaran Strategi berasal dari kata Yunani strategia yang berarti ilmu perang atau panglima perang. Berdasarkan pengertian ini, maka strategi adalah suatu seni merancang operasi di dalam peperangan, seperti cara-cara mengatur posisi atau siasat berperang, angkatan darat atau laut. 1 Menurut Ensiklopedia pendidikan, strategi ialah suatu seni, yaitu seni membawa pasukan kedalam medan tempur dalam posisi yang paling menguntungkan. 2 Sedangkan menurut Gagne yang dikutip oleh Iskandarwassid strategi adalah kemampuan internal seseorang untuk berfikir, memecahkan masalah, dan mengambil keputusan. 3 Dalam konteks pengajaran, strategi adalah kemampuan internal seseorang untuk berfikir, memecahkan masalah, dan mengambil keputusan. Artinya, bahwa proses pembelajaran akan menyebabkan peserta didik berpikir secara unik untuk dapat menganalisis, memecahkan masalah di dalam mengambil keputusan. 4 Strategi biasanya berkaitan dengan taktik. Taktik adalah segala cara dan daya untuk menghadapi sasaran tertentu dalam kondisi tertentu agar memperoleh hasil yang diharapkan secara maksimal. Dalam proses pendidikan, taktik tidak lazim digunakan, akan tetapi dipergunakan istilah metode atau teknik. Metode dan teknik mempunyai pengertian yang berbeda meskipun tujuannya sama. 1 Abdul Majid, Strategi Pembelajaran, Remaja Rosdakarya, Bandung, 2013, hlm. 3 2 W. Gulo, Strategi Belajar Mengajar, PT Grasindo, Jakarta, 2002, hlm. 2 3 Iskandarwassid, Strategi Pembelajaran Bahasa, Remaja Rosdakarya, Bandung, 2008, hlm 3 4 Iskandar Wasid dan Dadang Sunendar, Strategi Pembelajaran Bahasa, Remaja Rosdakarya, Bandung, 2011, hlm. 2-3
36
Embed
BAB II LANDASAN TEORI A. Deskripsi Teorieprints.stainkudus.ac.id/229/5/5. BAB II.pdf · untuk berfikir, memecahkan masalah, dan mengambil keputusan.3 Dalam konteks pengajaran, strategi
This document is posted to help you gain knowledge. Please leave a comment to let me know what you think about it! Share it to your friends and learn new things together.
Transcript
8
BAB II
LANDASAN TEORI
A. Deskripsi Teori
1. Strategi pembelajaran
a. Pengertian strategi pembelajaran
Strategi berasal dari kata Yunani strategia yang berarti ilmu
perang atau panglima perang. Berdasarkan pengertian ini, maka
strategi adalah suatu seni merancang operasi di dalam peperangan,
seperti cara-cara mengatur posisi atau siasat berperang, angkatan darat
atau laut.1
Menurut Ensiklopedia pendidikan, strategi ialah suatu seni,
yaitu seni membawa pasukan kedalam medan tempur dalam posisi
yang paling menguntungkan.2 Sedangkan menurut Gagne yang dikutip
oleh Iskandarwassid strategi adalah kemampuan internal seseorang
untuk berfikir, memecahkan masalah, dan mengambil keputusan.3
Dalam konteks pengajaran, strategi adalah kemampuan
internal seseorang untuk berfikir, memecahkan masalah, dan
mengambil keputusan. Artinya, bahwa proses pembelajaran akan
menyebabkan peserta didik berpikir secara unik untuk dapat
menganalisis, memecahkan masalah di dalam mengambil keputusan.4
Strategi biasanya berkaitan dengan taktik. Taktik adalah segala
cara dan daya untuk menghadapi sasaran tertentu dalam kondisi
tertentu agar memperoleh hasil yang diharapkan secara maksimal.
Dalam proses pendidikan, taktik tidak lazim digunakan, akan tetapi
dipergunakan istilah metode atau teknik. Metode dan teknik
mempunyai pengertian yang berbeda meskipun tujuannya sama.
1 Abdul Majid, Strategi Pembelajaran, Remaja Rosdakarya, Bandung, 2013, hlm. 3 2 W. Gulo, Strategi Belajar Mengajar, PT Grasindo, Jakarta, 2002, hlm. 2
3 Iskandarwassid, Strategi Pembelajaran Bahasa, Remaja Rosdakarya, Bandung, 2008, hlm 3 4 Iskandar Wasid dan Dadang Sunendar, Strategi Pembelajaran Bahasa, Remaja Rosdakarya,
Bandung, 2011, hlm. 2-3
9
Metode adalah jalan yang harus dimulai untuk mencapai tujuan.
Sedangkan teknik adalah cara mengerjakan sesuatu.5
Berdasarkan uraian diatas, dapat dikemukakan bahwa strategi
adalah suatu pola yang direncanakan dan ditetapkan secara sengaja
untuk melakukan kegiatan atau tindakan dengan mencakup tujuan
kegiatan, siapa yang terlibat dalam kegiatan, isi kegiatan, proses
kegiatan dan sarana penunjang kegiatan.
Sedangkan pembelajaran merupakan terjemahan dari kata
“instruction” yang dalam bahasa Yunani disebut instructus atau
“intruere” yang berarti menyampaikan pikiran, dengan demikian arti
instruksional adalah menyampaikan pikiran atau ide yang telah diolah
secara bermakna melalui pembelajaran.6
Pembelajaran pada hakekatnya adalah proses interaksi antara
peserta didik dengan lingkungannya, sehingga terjadi perubahan
perilaku kearah yang lebih baik. Dalam interaksi tersebut banyak
sekali faktor yang mempengaruhinya, baik faktor internal yang datang
dalam diri individu, maupun faktor eksternal yang datang dari
lingkungan.7
Jadi pembelajaran adalah suatu proses usaha yang dilakukan
individu untuk memperoleh suatu perubahan tingkah laku sebagai
hasil dari interaksi dengan lingkungan.
Strategi pendidikan pada hakikatnya adalah pengetahuan atau
seni mendayagunakan semua faktor atau kekuatan untuk
mengamankan sasaran kependidikan yang hendak dicapai melalui
perencanaan dan pengarahan dalam operasionalisasi sesuai dengan
situasi dan kondisi lapangan yang ada. Termasuk pula perhitungan
tentang hambatan-hambatannya baik berupa fisik maupun yang
5, Arifin , Ilmu Pendidikan Islam, Bumi Aksara, Jakarta, 2003, hlm. 39 6 Bambang Warsito, Teknologi Pembelajaran : Landasan dan aplikasinya, Rineka Cipta,
Jakarta, 2008, hlm. 265 7 E. Mulyasa, Kurikulum Berbasis Kompetensi Konsep, Karakteristik, Implementasi, Dan
Inovasi, Remaja Rosdakarya, Bandung, 2003, hlm. 100
10
bersifat nonfisik (seperti mental spiritual dan moral baik dari subjek
maupun lingkungan sekitar. Strategi pendidikan dapat diartikan
sebagai kebijakan dan metode umum pelaksanaan proses
kependidikan.8
Sedangkan strategi pembelajaran adalah perencanaan yang
berisi tentang rangkaian kegiatan yang didesain untuk mencapai
tujuan pembelajaran. Strategi pembelajaran dapat juga diartikan
sebagai ilmu atau seni dalam menggunakan sumber daya
pembelajaran, sehingga kompetensi dan tujuan pembelajaran dapat
tercapai dan terlaksana sesuai dengan perencanaan
pembelajaran.dengan kata lain strategi pembelajaran dua makna.
Pertama, strategi pembelajaran sebagai rencana tindakan atau
kegiatan, termasuk penggunaan metode dan manfaat bebagai sumber
daya, baik kekuatan maupun kelemahan, dalam pembelajaran. Kedua,
strategi pembelajaran disusun untuk mencapai tujuan atau kompetensi
tertentu.9
Strategi pembelajaran suatu kebutuhan bagi seorang pengajar,
untuk melaksanakan tugas pembelajaran yang sehat, kreatif, bermutu,
mempercepat proses pembelajaran dengan hasil yang maksimal,
meningkatkan kemampuan dasar siswa, meningkatkan hasil belajar,
dan meningkatkan masyarakat belajar yang efektif.10
Jadi dapat disimpulkan bahwa strategi pembelajaran adalah
suatu garis-garis besar haluan untuk bertindak dalam usaha mencapai
sasaran yang telah ditentukan. Strategi pembelajaran meliputi kegiatan
atau pemakaian teknik yang dilakukan oleh pengajar mulai dari
perencanaan, pelaksanaan kegiatan sampai ketahap evaluasi, serta
program mencapai tujuan tertentu.
8 Arifin, Op. cit., hlm. 39 9 Andi Prastowo, Pengembangan Bahan Ajar Tematik, Diva press, Jogjakarta, 2013, hlm. 70-
strategi pembelajaran sangat penting dalam menentukan atau
memilih strategi pembelajaran yang tepat.
2. Kajian tentang prestasi belajar
a. Pengertian prestasi belajar
Prestasi adalah hasil yang telah dicapai (dari yang telah
dilakukan, dikerjakan), prestasi belajar adalah penguasaan
pengetahuan atau keterampilan yang dikembangkan oleh mata
pelajaran, lazimnya ditunjukkan dengan nilai tes atau angka nilai yang
diberikan oleh guru.18
Sedangkan menurut Muhibbin Syah, prestasi
adalah bukti keberhasilan usaha yang dapat dicapai.19
Prestasi belajar adalah sebuah kecakapan atau keberhasilan
yang diperoleh seseorang setelah melakukan sebuah kegiatan dan
proses belajar sehingga dalam diri seseorang tersebut mengalami
perubahan tingkah laku sesuai dengan kompetensi belajarnya. Prestasi
belajar juga dapat diartikan sebagai hasil yang telah dicapai atau
diperoleh anak berupa nilai mata pelajaran. Ditambahkan bahwa
prestasi belajar merupakan hasil yang mengakibatkan perubahan
dalam dirin individu sebagai hasil dari aktivitas dalam belajar. Dari
pengertian diatas, maka dapat disimpulkan bahwa prestasi belajar
adalah sesuatu yang merupakan hasil dari proses belajar yang
mengakibatkan perubahan tingkah laku sesuai dengan kompetensi
belajarnya.
Suatu pengajaran dikatakan berhasil jika kegiatan belajar dapat
mencapai tujuan yang dirumuskan, yang di dalamnya mengandung
aspek:
1) Kognitif (pengetahuan)
18
Departemen Pendidikan dan Kebudayaan, kamus Besar Bahasa Indonesia, Balai Pustaka,
Jakarta, 2003, hlm. 700 19 Muhibbin Syah, Psikologi Pendidikan dengan Pendekatan Baru, Remaja Rosdakarya,
Bandung, 2000, hlm. 33
14
2) Afektif ( tingkah laku)
3) Psikomotorik (keterampilan).20
b. Faktor yang mempengaruhi prestasi belajar
Setelah kita mengetahui tentang pengertian prestasi belajar,
maka kita juga harus mengerti apa saja faktor-faktor dari prestasi
belajar. Menurut Nana Sudjana, hasil belajar yang dicapai siswa
dipengaruhi oleh dua faktor utama yakni faktor dari dalam diri siswa
itu dan faktor yang datang dari luar diri siswa tau faktor lingkungan.
Faktor yang datang dari diri siswa terutama kemampuan yang
dimilikinya. Faktor kemampuan siswa besar sekali pengaruhnya
terhadap hasil belajar yang dicapai. Seperti yang dikemukakan oleh
Clark yang dikutip oleh Nana Sudjana, menyatakan bahwa hasil
belajar siswa di sekolah 70% dipengaruhi oleh kemampuan siswa dan
30% dipengaruhi oleh lingkungan.21
Faktor-faktor yang
mempengaruhi prestasi belajar, yaitu:
1) Faktor dari dalam diri
a) Kesehatan
Apabila kesehatan anak terganggu dengan sering sakit kepala,
pilek, demam dan lain-lain, maka hal ini dapat membuat anak
tidak bergairah untuk mau belajar. Secara psikologi, gangguan
pikiran dan perasaan kecewa karena konflik juga dapat
mempengaruhi proses belajar.
b) Intelegensi
Faktor intelegensi dan bakat besar sekali pengaruhnya terhadap
kemampuan belajar anak. Menurut Gardner dalam teori
Multiple Intellegence, intelegensi memiliki tujuh dimensi yang
semi otonom, yaitu linguistic, music, matematik logis, visual
special, kinestetik fisik, sosial interpersonal dan intrapersonal.
20
Suharsimi Arikunto, Dasar-Dasar Evaluasi Pendidikan, Bumi Aksara, Jakarta, 2002, hlm.
116 21 Nana Sudjana, Dasar-Dasar Proses Belajar Mengajar, Sinar Bumi Algesindo, Bandung,
2009, hlm. 39
15
c) Minat dan motivasi
Minat yang besar terhadap sesuatu terutama dalam belajar akan
mengakibatkan proses belajar lebih mudah dilakukan. Motivasi
merupakan dorongan agar anak mau melakukan sesuatu.
Motivasi bisa berasal dari dalam diri anak ataupun dari luar
lingkungan.
d) Cara belajar
Perlu untuk diperhatikan bagaimana teknik belajar, bagaimana
bentuk catatan buku, pengaturan waktu belajar, tempat serta
fasilitas belajar.
2) Faktor dari lingkungan
a) Keluarga
Situasi keluarga sangat berpengaruh pada keberhasilan anak.
Pendidikan orangtua, status ekonomi, rumah, hubungan dengan
oarangtua dan suadara, bimbingan orangtua, dukungan
orangtua, sangat mempengaruhi prestasi belajar anak.
b) Sekolah
Tempat, gedung sekolah, kualitas guru, perangkat kelas, relasi
teman sekolah, rasio jumlah murid per kelas, juga
mempengaruhi anak dalam proses belajar.
c) Masyarakat
Apabila masyarakat sekitar adalah masyarakat yang
berpendidikan dan moral yang baik, terutama anak-anak
mereka. Hal ini dapat sebagai pemicu anak untuk lebih giat
belajar.
d) Lingkungan sekitar
Bangunan rumah, suasana sekitar, keadaan lalu lintas dan iklim
juga dapat mempengaruhi pencapaian tujuan belajar.
Berdasarkan faktor-faktor tersebut, jelas bahwa tinggi
atau rendahnya prestasi belajar siswa tidak hanya dipengaruhi
oleh kualitas pembelajaran di sekolah saja. Ada faktor dari
16
dalam diri siswa ataupun dari lingkungan siswa. Maka dari itu
untuk dapat meningkatkan prestasi siswa, diharapkan ada
keinginan dari dalam diri siswa dan juga dukungan ataupun
motivasi dari keluarga dan lingkungan disekitarnya.22
Ada sembilan tahapan dalam peristiwa pembelajaran
yang diasumsikan sebagai cara-cara eksternal yang berpotensi
mendukung proses-proses internal dalam kegiatan belajar
adalah:
(1) Menarik perhatian
(2) Memberitahukan tujuan pembelajaran terhadap siswa
(3) Merangsang ingatan pada prasyarat belajar
(4) Menyajikan bahan perangsang
(5) Memberikan bimbingan belajar
(6) Mendorong untuk kerja
(7) Memberikan balikan informative
(8) Menilai unjuk kerja
(9) Meningkatkan retensi dan alih belajar.23
c. Prestasi belajar (Hafalan Al-Qur’an)
Prestasi belajar dalam hal ini dititik beratkan dengan hafalan
Al-Qur’an. Didalam kamus besar bahasa Indonesia, hafalan
mempunyai arti atau makna sesuatu yang dihafalkan, dapat
mengucapkan diluar kepala (tanpa melihat buku atau catatan lain).
Sehingga seseorang belum dikatakan hafal apabila tidak mampu
mengucap kembali suatu materi yang sudah dipelajari dengan bantuan
alat lain, semisal buku, catatan kecil dan lain sebagainya.24
Menghafal
bukanlah merupakan sesuatu yang mudah.menghafal adalah
merupakan kemampuan memadukan cara kerja kedua otak yang
dimiliki manusia, yakni otak kiri dan otak kanan.
22 Annurahman, Belajar dan pembelajaran, Alfabeta, Bandung, 2009, hlm. 101-102 23 Asri Budiningsih, Belajar dan Pembelajaran, Rineka Cipta, Jakarta, 2005, hlm. 90 24 Depag, Kamus besar Bahasa Indonesia, hlm. 1999
17
Seseorang cepat lupa dengan sesuatu yang telah dihafal apabila
tidak sering diulang sampai menjadi semacam perilaku, karena dalam
menghafal adalah dengan menggunakan kerja otak kiri. Kerja otak kiri
sangatlah pendek hanya bisa bertahan selama enam jam. Artinya
setelah enam jam orang menghafal, kemudian tidak diulang dan ulang
lagi, maka yang terjadi adalah lupa.
Pada dasarnya menghafal bukanlah hal yang asing dimata
dunia pendidikan. Karena menghafal ditujukan untuk semua mata
pelajaran. Dengan menghafal maka kita akan ingat dengan apa yang
telah kit abaca dan kita pelajari. Dalam prestasi belajar, menghafal
merupakan prestasi yang sangat bagus. Karena prestasi menghafal
tidak dapat dengan mudah untuk didapatkan. Hal itu dikarenakan
menghafal membutuhkan konsentrasi yang tinggi agar mendapatkan
hasil yang maksimal. Prestasi belajar tidaklah hanya dalam ilmu
pengetahuan umum, tetapi juga ilmu pengetahuan agama. Terutama
menghafal Al-Qur’an.
Dalam menghafal Al-Qur’an dibutuhkan ketulusan dan
keikhlasan dalam hati agar dapat menjalaninya dengan senang hati,
ridha, dan tentunya bisa mengatasi segala halangan yang merintangi
dalam perjalanannya. Salah satu keistimewaan Al-Qur’an adalah kitab
yang Allah mudahkan untuk dihafal dan diingat, sebagai firman Allah
SWT dalam QS. Al Qamar ayat 17
ا ق س ل را ا و س د و ا اد ق د اواال لذ د لا فو و دا ل د واو و د
Artinya: “Dan sesungguhnya telah Kami mudahkan Al Qur'an untuk
pelajaran, maka adakah orang yang mengambil pelajaran?”
Inilah jalan yang Allah persiapkan untuk memelihara Al-
Qur’an dari segla bentuk pengubahan, modifikasi dan penghilangan,
sebagai bentuk pembenaran terhadap firman Allah SWT dalam QS Al
Hijr 9
18
ا و ل س ااو قا وو ل ق اوا ل س ا ود قا فو ساد و ا الذ د وArtinya: “Sesungguhnya Kami-lah yang menurunkan Al Quran, dan
Sesungguhnya kami benar-benar memeliharanya.”25
Begitu mulia orang yang dapat menghafal Al-Qur’an. Jadi
dengan menghafal Al-Qur’an akan dapat menambah prestasi bagi
siswa terutama dalam bidang agama islam.26
d. Tipe-tipe hasil belajar
Tujuan pendidikan yang ingin dicapai dalam setiap kegiatan
belajar mengajar yang ingin dicapai dapat dikategorikan menjadi tiga
bidang kognitif (penguasaan intelektual), bidang afektif (berhubungan
dengan sikap atau nilai) serta bidang psikomotorik (kemampuan atau
keterampilan bertindak atau bertingkah laku. Sebagai tujuan yang
hendak dicapai, ketiganya harus nampak sebagai hasil belajar siswa di
sekolah.oleh sebab itu ketiga aspek tersebut nampak dalam perubahan
tingkah laku, secara tehnik dirumuskan dalam sebuah pernyataan
verbal melalui tujuan pembelajaran. Dengan perkataan lain rumusan
tujuan pembelajarn berisikan hasil belajar yang diharapkan dikuasai
oleh siswa yang mencakup ketiga aspek tersebut.27
1) Tipe hasil belajar bidang kognitif, meliputi:
a) Tipe hasil belajar pengetahuan hafalan (knowledge)
Pengetahuan hafalan dimaksudkan sebagai terjemahan dari kata
“knowledge” dari Bloom. Cakupan dalam pengetahuan hafalan
termasuk pula pengetahuan yang bersifat factual, di samping
pengetahuan yang mengenai hal-hal yang perlu diingat kembali
seperti batasan, peristilahan, pasal, hukum, bab, ayat, rumus
dan lain-lain.
25
Al-Qur’an dan Terjemahan, Karya insan Indonesia, Jakarta, 2002, hlm 355 26 Ahmad Salim Abdwilan, Panduan cepat menghafal Alqur’an, diva pres, Yogyakarta,
Ketiga, pemahaman ektrapolasi berdasarkan ramalan-ramalan
berdasarkan fenomena-fenomena atau peristiwa-peristiwa.
c) Tipe hasil belajar penerapan (aplikasi)
Aplikasi adalah kesanggupan menerapkan dan mengabstrasikan
suatu konsep, ide, rumus, hukum dan situasi yang baru.
d) Tipe hasil belajar analisis
Analisis adalah kesanggupan memecah, mengurai suatu
intregitas (kesatuan yang utuh) menjadi unsur atau bagian-
bagian yang mempunyai arti atau mempunyai tingkat/hirarki.
e) Tipe hasil belajar sintesis
Sintesis adalah kesanggupan menyatukan unsur atau bagian-
bagian menjadi satu integritas.
f) Tipe hasil belajar bidang evaluasi
Evaluasi adalah kesanggupan memberikan keputusan tentang
nilai sesuatu berdasarkan judgment yang dimilikinya dan
kriteria yang dipakainya.
Faktor yang berpengaruh dalam perkembangan fungsi kognitif
dibagi menjadi empat faktor, yaitu: (a) lingkungan fisik, (b)
kematangan, (c) pengaruh sosial, (d) proses pengetahuan diri
yang disebut ekuilibrasi. Keempat faktor tersebut esensial
untuk perkembangan, tetapi tidak sendirian untuk mencukupi.
2) Tipe hasil belajar bidang afektif
Bidang afektif berkenaan dengan sikap dan nilai tipe hasil belajar
afektif tampak dalam berbagai tingkah laku seperti atensi/perhatian
terhadap pelajaran, disiplin, motivasi belajar, menghargai guru dan
teman sekelas, kebiasaan belajar lain-lain.
Tingkatam-tingkatan dalam bidang afektif adalah:
20
a) Recuing/attending, yaitu: semacam kesepakatan dalam
menerima rangsangan (stimulus) dari luar yang datang pada
siswa.
b) Responding atau jawaban yakni reaksi yang diberikan terhadap
stimulus yang datang dari luar.
c) Valuing (penilaian), berkenaan dengan nilai dan kepercayaan
terhadap gejala atau stimulus tadi.28
3) Tipe hasil belajar bidang psikomotorik
Target dari hasil prestasi belajar psikomotorik tampak dalam
bentuk keterampilan (skills) dan kemampuan bertindak individu.
Beberapa ahli pendidikan mengklasifikasikan dan menyusun
hirarki hasil belajar psikomotorik. hasil prestasi belajar disusun
dalam urutan mulai dari yang paling rendah dan sederhana sampai
yang paling tinggi dan kompleks. Hasil prestasi belajar tingkat
yang lebih tinggi hanya dapat dicapai apabila peserta didik telah
menguasai hasil belajar yang lebih rendah. Menurut Harrow: hasil
belajar psikomotorik dapat diklasifikasikan menjadi enam, yaitu:
gerakan reflex, gerakan fundamental dasar, kemampuan perseptual,
kemampuan fisik, gerakan keterampilan dan komunikasi tanpa
kata.29
3. Kajian tentang Tahfidzul qur’an
a. Pengertian Tahfidzul qur’an
Sedangkan tahfidzul Qur’an terdiri dari dua kata yaitu tahfidz
dan Al-Qur’an. Kata tahfidz merupakan bentuk masdar ghoir mim dari
kata تودفلي –ايقوفذظقا–احوفسظوا yang mempunyai arti menghafalkan.
Sedangkan menurut Abdul Aziz Abdul Rauf definisi tahfidz atau
28 Ibid, hlm. 50-54
29 Nana Sudjana, Penilaian Hasil Proses Belajar Mengajar, Remaja Rosdakarya, bandung,
2009, hlm. 30
21
menghafal adalah proses mengulang sesuatu, baik dengan membaca
atau mendengar.30
Secara etimologi al-Qur’an berasal dari kata qaraa-yaqrau
yang berarti membaca. Sedangkan al-Qur’an sendiri adalah bentuk
mashdar dari qara’a yang berarti bacaan. Qara’a juga berarti
mengumpulkan atau menghimpun. Sesuai namanya, al-Qur’an juga
berarti himpunan huruf-huruf dan kata-kata dalam satu ucapan yang
rapi.31
Hal itu dijelaskan oleh Al-Qur’an dalam Surah Al-Qiyamah
ayat 17-18
اقفق د و اا واذ و لا.ا لاساعو ويفد و اجودعو ا وقفق د و ا (18-17:ا ا ي ةا)اقفو وأدا و ا و تسبلعدArtinya: "Sesungguhnya atas tanggungan Kamilah mengumpulkannya
dan membacanya. Apabila Kami telah selesai
membacakannya maka ikutilah bacaannya itu. (Q.S. Al-
Qiyamah, 17-18).32
Sedangkan secara istilah Al-Qur’an adalah kalamullah yang
diturunkan kepada Nabi Muhammad SAW sebagai mukjizat yang
tertulis dalam lembaran-lembaran, yang diriwayatkan secara mutawattir,
dan membacanya merupakan ibadah.
Banyak ulama yang mendefinisikan pengertian Al-Qur’an secara
terminologi diantaranya Safi’ Hasan Abu Thalib yang menyebutkan Al-
Qur’an adalah wahyu yang diturunkan dengan lafal Bahasa Arab dan
maknanya dari Allah SWT melalui wahyu yang disampaikan kepada
Nabi Muhammad SAW, dia merupakan dasar dan sumber utama bagi
syariat. Selain itu juga Zakaria al-Birri mendefinisikan Al-Qur’an adalah
kalam Allah SWT, yang diturunkan kepada Rasul-Nya Muhammad
SAW dengan lafal Bahasa Arab dinukil secara mutawatir dan tertulis
pada lembaran-lembaran mushaf. Sedangkan Dawud al-Attar,
mendefinisikan Al-Qur’an adalah wahyu Allah yang diturunkan kepada
tanggal 17 Januari 2016 jam 09:41 31 Zaki Zamani dan Syukron Maksum, Metode cepat Menghafal Al-Qur’an, Al Barokah,
Yogyakarta, 2014, hlm. 15 32 Al-Qur’an dan Terjemahan, Karya insan Indonesia, Jakarta, 2002, hlm 854
22
Nabi Muhammad secara lafaz (lisan), makna serta gaya bahasa (uslub)-
nya, yang termaktub dalam mushaf yang dinukil secara mutawatir.
Dari berbagai definisi Al-Qur’an menurut para ulama di atas
mengandung beberapa kekhususan yaitu Al-Qur’an sebagai wahyu
Allah, yaitu seluruh ayat Al-Qur’an adalah wahyu Allah, tidak ada satu
kata pun yang datang dari perkataan atau pikiran Nabi. Al-Qur’an
diturunkan dalam bentuk lisan dengan makna dan gaya bahasanya.
Artinya isi maupun redaksi Al-Qur’an datang dari Allah sendiri. Dan Al-
Qur’an terhimpun dalam mushaf, artinya Al-Qur’an tidak mencakup
wahyu Allah kepada Nabi Muhammad dalam bentuk hukum-hukum
yang kemudian disampaikan dalam bahasa nabi sendiri. Serta Al-Qur’an
dinukil secara mutawatir, artinya Al-Qur’an disampaikan kepada orang
lain secara terus-menerus oleh sekelompok orang yang tidak mungkin
bersepakat untuk berdusta karena banyaknya jumlah orang dan berbeda-
bedanya tempat tinggal mereka.33
Setelah melihat pengertian tahfidz atau menghafal dan Al-Qur’an
diatas dapat disimpulkan bahwa menghafal Al-Qur’an adalah suatu
proses untuk memelihara, menjaga dan melestarikan kemurnian Al-
Qur’an yang diturunkan kepada Rasulullah SAW diluar kepala agar
tidak terjadi perubahan dan pemalsuan serta dapat menjaga dari
kelupaan baik secara keseluruhan ataupun sebagiannya.
b. Dasar dan hikmah menghafal Al-Qur’an
Secara tegas banyak para ulama’ mengatakan, alasan yang
menjadikan sebagai dasar untuk menghafal Al-Qur’an adalah sebagai
berikut :
1) Jaminan kemurnian Al-Qur’an dari usaha pemalsuan.
Sejarah telah mencatat bahwa Al-Qur’an telah dibaca oleh
jutaan manusia sejak zaman dulu sampai sekarang. Para penghafal Al-
Qur’an adalah orang-orang yang di pilih Allah untuk menjaga
33 Nur Kholis, Pengantar Studi Al-Qur’an Dan Al-Hadis, Teras, Yogyakarta, 2008, hlm. 24-
26
23
kemurnian Al-Qur’an dari usaha-usaha pemalsuannya. Sebagaimana
firman Allah swt dalam QS. Al-Hijr ayat 9:
ا و ل س ااو قا وو ل ق اوا ل س ا ود قا فو ساد و ا الذ د وArtinya: “Sesungguhnya Kami-lah yang menurunkan Al Quran,
dan Sesungguhnya kami benar-benar memeliharanya.”34
2) Menghafal Al-Qur’an adalah fardhu kifayah.
Melihat dari surat Al-Hijr ayat 9 diatas bahwa penjagaan Allah
terhadap Al-Qur’an bukan berarti Allah menjaga secara langsung fase-
fase penulisan Al-Qur’an, tetapi Allah melibatkan para hamba-Nya
untuk ikut menjaga Al-Qur’an. Melihat dari ayat di atas banyak ahli
Qur’an yang mengatakan bahwa hukum menghafal Al-Qur’an adalah
fardhu kifayah, diantaranya adalah :
Ahsin W. mengatakan bahwa hukum menghafal Al-Qur’an
adalah fardhu kifayah. Ini berati bahwa orang yang menghafal Al-
Qur’an tidak boleh kurang dari jumlah mutawatir sehingga tidak akan
ada kemungkinan terjadinya pemalsuan dan pengubahan terhadap
ayat-ayat suci Al-Qur’an.35
Setelah melihat dari pendapat di atas dapat disimpulkan bahwa
hukum menghafal Al-Qur’an adalah fardhu kifayah, yaitu apabila
diantara kaum ada yang sudah melaksanakannya, maka bebaslah
beban yang lainnya, tetapi sebaliknya apabila di suatu kaum belum
ada yang melaksanakannya maka berdosalah semuanya.
Jadi wajar jika manusia yang berinteraksi dengan Al-Qur’an
menjadi sangat mulia, baik di sisi manusia apalagi di sisi Allah, di dunia
dan di akhirat. Kemudian berikut ini ada beberapa faedah menghafal Al-
Qur’an :
a) Al-Qur’an menjanjikan kebaikan, berkah dan kenikmatan bagi
penghafalnya. Ini sesuai dengan firman Allah swt. yang berbunyi:
34 Al-Qur’an dan Terjemahan, Karya insan Indonesia, Jakarta, 2002, hlm 355 35Ahsin W. Al-hafidz, Bimbingan Praktis Menghafal Al-Qur’an, Bumi Aksara, Jakarta,
2000 hlm. 24
24
وادبو الا اأق اق ا اد االيو س فس ق ا و تل لا واليو ولو س و ا قبو او ب اأو فد واد و اقا لاويد و ل و ابArtinya: ”Ini adalah sebuah Kitab yang kami turunkan kepadamu
penuh dengan berkah supaya mereka memperhatikan ayat-ayatNya
dan supaya mendapat pelajaran orang-orang yang mempunyai
fikiran”. (QS. As-Shaad: 29)36
b) Orang yang menghafal Al-Qur’an akan mendapatkan anugerah dari
Allah berupa ingatan yang tajam dan pemikiran yang cemerlang.
c) Penghafal Al-Qur’an memiliki identitas yang baik, akhlak dan
perilaku yang baik.
d) Penghafal Al-Qur’an mempunyai kemampuan mengeluarkan fonetik
Arab dari landasannya secara thabi’I (alami), sehingga bisa fasih
berbicara dan ucapannya benar.
e) Jika penghafal Al-Qur’an mampu menguasai arti kalimat-kalimat di
dalam Al-Qur’an, berarti telah banyak menguasai arti kosakata
bahasa Arab, seakan-akan telah menghafalkan sebuah kamus bahasa
Arab.
f) Dalam Al-Qur’an banyak sekali ayat-ayat hukum. Seorang yang
hafal Al-Qur’an akan dengan cepat pula menghadirkan ayat-ayat
hukum yang diperlukan dalam menjawab satu persoalan hukum.
g) Orang yang menghafal Al-Qur’an akan selalu mengasah hafalannya.
Dengan demikian otaknya akan semakin kuat untuk menampung
berbagai macam informasi.37
c. Syarat menghafal Al-Qur’an
Menghafal Al-Qur’an adalah pekerjaan yang sangat mulia. Akan
tetapi menghafal Al-Qur’an tidaklah mudah seperti membalikan telapak
tangan, oleh karena itu ada hal-hal yang perlu dipersiapkan sebelum
menghafal agar dalam proses menghafal tidak begitu berat.
Diantara beberapa hal yang harus terpenuhi sebelum seseorang
memasuki periode menghafal Al-Qur’an ialah :
36 Al-Qur’an dan Terjemahan, Karya insan Indonesia, Jakarta, 2002, hlm 651
37 Sa’dullah, 9 Cara Praktis Menghafal Al-Qur’an, Gema Islami, Jakarta, 2008, hlm. 21-22
25
1) Mampu mengosongkan benaknya dari pikiran - pikiran dan teori-teori,
atau permasalahan-permasalahan yang sekiranya akan
mengganggunya. Mengosongkan pikiran lain yang sekiranya
mengganggu dalam proses menghafal merupakan hal yang penting.
Dengan kondisi yang seperti ini akan memepermudah dalam proses
menghafal Al-Qur’an karena benar-benar fokus pada hafalan Al-
Qur’an.
2) Niat yang ikhlas. Niat adalah syarat yang paling penting dan paling
utama dalam masalah hafalan Al-Qur’an. Sebab, apabila seseorang
melaukan sebuah perbuatan tanpa dasar mencari keridhaan Allah
semata, maka amalannya hanya akan sia-sia belaka.
3) Tekad yang kuat dan bulat. Tekad yang kuat dan sungguh-sungguh
akan mengantar seseorang ke tempat tujuan, dan akan membentengi
atau menjadi perisai terhadap kendala-kendala yang mungkin akan
datang merintanginya. Sebagaimana firman Allah swt berikut:
خل وةوا وسوعوى اأواو دوا لد ا ق د ل با و ق ووا و و د كق ا ا وو اسوعديفو و ا و ق و ا و اواسوعديفق قمدا وشد ئل و Arinya: “Dan barangsiapa yang menghendaki kehidupan akhirat dan
berusaha ke arah itu dengan sungguh-sungguh sedang ia adalah
mukmin, Maka mereka itu adalah orang-orang yang usahanya
dibalasi dengan baik.” (QS. Al-Israa’: 19)38
4) Sabar. Keteguhan dan kesabaran merupakan faktor-faktor yang sangat
penting bagi orang yang sedang dalam proses menghafal Al-Qur’an.
Hal ini disebabkan karena dalam proses menghafal Al-Qur’an akan
banyak sekali ditemui berbagai macam kendala.
5) Istiqamah. Yang dimaksud dengan istiqamah adalah konsisten, yaitu
tetap menjaga keajekan dalam menghafal Al-Qur’an. Dengan
perkataan lain penghafal harus senantiasa menjaga kontinuitas dan
efisiensi terhadap waktu untuk menghafal Al-Qur’an.
6) Menjauhkan diri dari maksiat dan perbuatan tercela. Perbuatan
maksiat dan perbuatan tercela merupakan sesuatu perbuatan yang
38 Al-Qur’an dan Terjemahan, Karya insan Indonesia, Jakarta, 2002, hlm 387
26
harus dijauhi bukan saja oleh orang yang sedang menghafal Al-
Qur’an, tetapi semua kaum muslim umumnya. Karena keduanya
mempengaruhi terhadap perkembangan jiwa dan mengusik
ketenangan hati, sehingga akan menghancurkan istiqamah dan
konseantrasi yang telah terbina dan terlatih sedemikian bagus.39
d. Strategi Menghafal Al-Qur’an
Untuk membantu mempermudah membentuk kesan dalam ingatan
terhadap ayat-ayat yang dihafal, maka diperlukan strategi menghafal
yang baik. Ada beberapa strategi yang digunakan dalam menghafal Al-
Qur’an, yaitu:40
1) Strategi pengulangan ganda
Untuk mencapai tingkat hafalan yang baik tidak cukup
hanya dengan sekali proses menghafal saja, namun penghafalan itu
harus dilakukan berulang-ulang.
2) Tidak beralih pada ayat-ayat berikutnya, sebelum ayat yang sedang
dihafal benar-benar hafal
Pada umumnya, kecenderungan seseorang dalam menghafal
al-Qur’an ialah cepat-cepat selesai, atau cepat mendapat sebanyak-
banyaknya, dan cepat mengkhatamkannya. Sehingga ketika ada
ayat-ayat yang yang belum dihafal secara sempurna, maka ayat-
ayat itu dilewati begitu saja, karena pada dasarnya ayat-ayat
tersebut lafadznya sulit untuk dihafal, ketika akan mengulang
kembali ayat tersebut, menyulitkan sendiri bagi penghafal. Maka
dari itu usahakan lafadz harus yang dihafal harus lancar, sehingga
mudah untuk mengulangi kembali.
3) Menghafal urutan-urutan ayat yang dihafalkannya dalam satu
kesatuan jumlah setelah benar-benar hafal ayat-ayatnya.
Untuk mempermudah proses ini, maka memakai al-Qur’an
yang disebut dengan Al-Qur’an pojok akan sangat membantu.