10 BAB II LANDASAN TEORI A. Kajian Teori 1. Pola Pembelajaran a. Pengertian Pola Pembelajaran Pola adalah bentuk atau model rancangan yang bisa dipakai untuk membuat atau untuk menghasilkan suatu atau bagian dari sesuatu, khususnya jika sesuatu yang ditimbulkan cukup mempunyai suatu yang sejenis untuk pola dasar yang dapat ditunjukkan atau terlihat, yang mana sesuatu itu dikatakan memamerkan pola. Desain menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia yaitu kerangka bentuk, rancangan. Menurut Hamdani (2011 : 172) desain berarti membuat sketsa, pola, outline, atau rencana pendahuluan. Dari kedua pengertian diatas dapat disimpulkan bahwa pola memiliki arti yang sama dengan desain yaitu suatu bentuk atau rancangan yang dibuat untuk menghasilkan sesuatu. Pembelajaran dapat diartikan sebagai suatu proses atau cara yang dilakukan agar seseorang dapat melakukan kegiatan belajar. Dalam arti luas, pembelajaran adalah suatu proses atau kegiatan yang sistematis dan sistemik, yang bersifat interaktif dan komunikatif antara pendidik (guru) dengan peserta didik, sumber belajar dan lingkungan untuk menciptakan suatu kondisi yang memungkinkan terjadinya tindakan belajar peserta didik, baik di kelas maupun diluar kelas, dihadiri guru secara fisik atau tidak, untuk menguasai kompetensi yang telah ditentukan (Zaenal Arifin, 2009 : 10). Sedangkan pengertian pembelajaran menurut UU RI tahun 2003 Bab 1, pasal 1, ayat 20 adalah adalah proses interaksi peserta didik dengan pendidik dan sumber belajar pada suatu lingkungan belajar. 10
34
Embed
BAB II LANDASAN TEORI A. 1. Pengertian Pola Pembelajaran
This document is posted to help you gain knowledge. Please leave a comment to let me know what you think about it! Share it to your friends and learn new things together.
Transcript
10
BAB II
LANDASAN TEORI
A. Kajian Teori
1. Pola Pembelajaran
a. Pengertian Pola Pembelajaran
Pola adalah bentuk atau model rancangan yang bisa dipakai untuk
membuat atau untuk menghasilkan suatu atau bagian dari sesuatu,
khususnya jika sesuatu yang ditimbulkan cukup mempunyai suatu yang
sejenis untuk pola dasar yang dapat ditunjukkan atau terlihat, yang mana
sesuatu itu dikatakan memamerkan pola.
Desain menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia yaitu kerangka
bentuk, rancangan. Menurut Hamdani (2011 : 172) desain berarti
membuat sketsa, pola, outline, atau rencana pendahuluan.
Dari kedua pengertian diatas dapat disimpulkan bahwa pola
memiliki arti yang sama dengan desain yaitu suatu bentuk atau rancangan
yang dibuat untuk menghasilkan sesuatu.
Pembelajaran dapat diartikan sebagai suatu proses atau cara yang
dilakukan agar seseorang dapat melakukan kegiatan belajar. Dalam arti
luas, pembelajaran adalah suatu proses atau kegiatan yang sistematis dan
sistemik, yang bersifat interaktif dan komunikatif antara pendidik (guru)
dengan peserta didik, sumber belajar dan lingkungan untuk menciptakan
suatu kondisi yang memungkinkan terjadinya tindakan belajar peserta
didik, baik di kelas maupun diluar kelas, dihadiri guru secara fisik atau
tidak, untuk menguasai kompetensi yang telah ditentukan (Zaenal Arifin,
2009 : 10). Sedangkan pengertian pembelajaran menurut UU RI tahun
2003 Bab 1, pasal 1, ayat 20 adalah adalah proses interaksi peserta didik
dengan pendidik dan sumber belajar pada suatu lingkungan belajar.
10
11
Desain pembelajaran menurut Syaiful Sagala (2005 : 136) adalah
pengembangan pengajaran secara sistematik yang digunakan secara
khusus teori-teori pembelajaran untuk menjamin kualitas pembelajaran.
Pernyataan tersebut mengandung arti bahwa penyusunan perencanaan
pembelajaran harus sesuai dengan konsep pendidikan dan pembelajaran
yang dianut dalam kurikulum yang digunakan.
Jadi dapat disimpulkan bahwa pola pembelajaran adalah
seperangkat prosedur yang sistematis sebagai perancang bagi para
pengajar untuk mencapai tujuan belajar.
b. Klasifikasi Pola Pembelajaran
Barry Moris (dalam Rusman, 2011 : 134) mengklasifikasikan
empat pola pembelajaran, antara lain sebagai berikut :
1) Pola pembelajaran guru dengan siswa tanpa menggunakan alat
bantu/bahan pembelajaran dalam bentuk alat peraga. Pola
pembelajaran ini tergantung pada kemampuan guru dalam mengingat
bahan pembelajaran dan menyampaikan bahan tersebut secara lisan
kepada siswa
2) Pola (guru + alat bantu) dengan siswa. Pada pola pembelajaran ini
guru sudah dibantu oleh berbagai bahan pembelajaran yang disebut
alat peraga pembelajaran dalam menjelaskan dan meragakan suatu
pesan yang bersifat abstrak.
3) Pola (guru) + (media) dengan siswa. Pola pembelajaran ini sudah
mempertimbangkan keterbatasan guru yang tidak mungkin menjadi
satu – satunya sumber belajar dalam kegiatan pembelajaran, guru
dapat memanfaatkan berbagai media pembelajaran sebagai sumber
belajar yang dapat menggantikan guru dalam pembelajaran, jadi siswa
dapat memperoleh informasi dari berbagai media sebagai sumber
belajar, misalnya dari majalah, modul, siaran radio pembelajaran,
12
televisi pembelajaran, media komputer dan internet. Pola ini
merupakan pola pembelajaran bergantian antara guru dan media dalam
berinteraksi dengan siswa.
4) Pola pembelajaran media dengan siswa atau pola pembelajaran jarak
jauh menggunakan media atau bahan pembelajaran yang disiapkan,
dalam pola ini, siswa belajar dengan media, tanpa campur tangan guru,
artinya, guru hanya sebagai fasilitator yang menyiapkan bahan atau
materi pembelajaran saja yang kemudian bahan tersebut diaplikasikan
pada media sebagai sumber belajar siswa yang utama.
2. Pembelajaran Nilai dan Norma dalam Mata Pelajaran Sosiologi
Sebelum membahas tentang Nilai dan Norma kita lihat tujuan dari Bab
Nilai dan Norma. Tujuan pembelajaran Nilai dan Norma yaitu setelah
mempelajari bab ini siswa akan dapat mengidentifikasi nilai dan norma yang ada
di masyarakat, sehingga mampu berprilaku sesuai dengan berbagai peraturan
yang berlaku di masyarakat.
Sebagai makhluk individu dan makhluk sosial manusia memiliki banyak
kebutuhan dalam kehidupannya, yang terkadang perilaku individu untuk
memenuhi kebutuhannya bertentangan dengan manusia lainnya. Fakta
membuktikan bahwa dalam kehidupan di dunia manusia itu memerlukan hidup
bersama dalam bentuk kelompok, komunitas, masyarakat, dan bangsa. Semua itu
dapat tercapai karena dalam kehidupan manusia ada nilai yang menjadi acuan,
pedoman dan kaidah dalam kehidupan bersama. Pedoman dan kaidah itu dapat
berupa pedoman tertulis dan tak tertulis.
Dalam kehidupan sendiri, nilai dan norma itu sangat bermanfaat sebagai
control social terhadap interaksi (perilaku) individu sehingga terciptanya
keteraturan sosial bermasyarakat. Sehingga terjadinya kehidupan yang dinamis,
stabil dan harmonis. Adapun peta konsep Nilai dan Norma yaitu sebagai berikut :
13
Pemenuhan dan pelaksanaannya diatur melalui
Bagan. 2.1 Peta Konsep Nilai dan Norma
a. Nilai
1) Pengertian dan Fungsi Nilai
Nilai adalah sebuah konsep yang menunjuk pada hal-hal yang
dianggap berharga dalam kehidupan. Sesuatu itu dianggap berharga karena
hal itu baik, indah, benar dan pantas (Saptono, 2006 : 43).
Dalam sosiologi, ada berbagai pengertian yang dikemukakan para ahli
mengenai nilai. Menurut Saptono (2006:43) beberapa pengertian itu antara
lain adalah sebagai berikut:
Kebutuhan pokok masyarakat
Perilaku Individu
Yang benar dan yang penting
Yang boleh dan yang tidak
Nilai Norma
Sebagai Kontrol Sosial terhadap
Interaksi (Perilaku) Individu
Keteraturan hidup bersama
14
(a) Menurut Anthony Giddens Nilai adalah gagasan-gagasan yang dimiliki
oleh seseorang atau kelompok tentang apa yang di kehendaki, apa yang
layak, dan apa yang baik atau buruk.
(b) Menurut Soerjono Soekanto mendefinisikan nilai sebagai konsepsi abstrak
dalam diri manusia mengenai apa yang dianggap baik dan apa yang
dianggap buruk. Dengan demikian, nilai sosial adalah nilai yang dianut
oleh suatu kelompok masyarakat.
(c) Menurut Kimball Young merumuskan nilai sosial sebagai unsur-unsur
yang abstrak dan sering tidak disadari tentang benar dan pentingnya.
(d) Menurut Cycle Kluckhohn mendefinisikan nilai sebgai sebuah konsepsi,
eksplisit, atau implisit, yang khas milik seseorang individu atau kelompok,
tentang yang seharusnya di inginkan yang mempengaruhi pilihan yang
tersedia dari bentuk-bentuk, cara-cara, dan tujuan-tujuan tindakan.
(e) Menurut Robert M. Z. Lawang (dalam Siti Ngadiati, 2004 : 37)
memberikan pengertian nilai lebih dikaitkan dengan prilaku sosiaal. Ia
mengatakan bahwa nilai adalah gambaran mengenai apa yang di inginkan,
yang pantas, yang berharga dan yang mempengaruhi perilaku sosial dari
orang yang memiliki nilai itu.
Jadi dapat disimpulkan bahwa nilai pada dasarnya merupakan
pandangan atau keyakinan untuk dimiliki dan dilakukan. Jika seseorang atau
masyarakat menganggap bahwa sesuatu itu bernilai, misalnya menolong orang
lain adalah sesuatu yang bernilai, maka menolong orang lain itu berharga,
berguna, dan pantas untuk dilakukan.
Keberadaan nilai-nilai sosial memiliki fungsi-fungsi tertentu dalam
masyarakat. Beberapa fungsi itu antara lain sebagai berikut:
(a) Mengarahkan masyarakat dalam berpikir dan bertingkah laku.
15
(b) Penentu bagi warga masyarakat dalam memenuhi peranan sosialnya
(mendorong/memotivasi orang untukbertindak sesuai dengan
peranannya).
(c) Alat untuk menumbuhkan solidaritas di kalangan anggota masyarakat.
(d) Pengawas (kontrol) perilaku manusia dengan daya tekan dan daya
mengikat tertentu agar orang berperilaku sesuai dengan nilai yang
dianutnya.
2) Macam-macam Nilai dalam Masyarakat
Menurut Priyono (2011 : 56) secara umum nilai-nilai sosial dalm
masyarakat dapat dibedakan menjadi 3 kelompok besar, yaitu:
a) Nilai Spiritual
Nilai spiritual adalah nilai yang ada didalam kejiwaan manusia yang
terdiri dari nilai estetika, nilai normal, nilai religius, dan nilai kebenaran
ilmiah atau logika.
Nilai spiritual berfungsi sebagai pedoman perilaku secara konkret. Nilai
spiritual ini cenderung berbentuk abstrak yang merupakan ide atau
angan-angan sesuai dengan bidang kehidupan masing-masing baik
dalam bentuk nilai moral, nilai estetika, ataupun pada nilai-nilai yang
bersifat religius. Manfaat nilai-nilai spiritual yang utama adalah
pedoman perilaku bagi warga masyarakat.
b) Nilai Material
Nilai material adalah nilai yang ada atau yang muncul karena materi
tersebut. Nilai material berfungsi sebagai ukuran untuk memberikan
nilai atau penghargaan terhadap semua benda yang ada di muka bumi
ini baik dilihat dari jumlahnya maupun dilihat dari kemanfaatannya dari
16
benda tersebut. Biasanya nilai material merupakan bahan dasar untuk
pembuatan sesuatu barang yang memberikan manfaat bagi manusia.
c) Nilai vital
Nilai vital adalah nilai yang ada karena kegunaannya. Nilai vital
berfungsi untuk menjadi dasar penilaian atau ukuran terhadap tinggi
rendahnya suatu barang yang dilihat dari fungsinya.
Ada kalanya nilai-nilai dalam masyarakat bersifat konsisten, dalam
arti saling mendukung dan menguatkan. Sebagai contoh, nilai kompetisi,
kemandirian, dan prestasi diri kesemuanya itu saling mendukunh dan
menguatkan. Akan tetapi, ada kalanya antara nilai yang satu dengan yang
lainnya saling bersaing atau bahkan bertentangan. Hal seperti ini terutama
sangat mungkin terjadi dalam masyarakat yang terdiri dari berbagai
budaya. Sebagai contoh antara nilai kebersamaan dengan nilai
kemandirian.
Menurut Bellah dalam buku Sosiologi (Saptono, 2006 : 46) apabila
terjadi pertentangan nilai, umumnya warga masyarakat akan
mengutamakan salah satu diantara nilai-nilai yang saling bertentangan
tersebut. Masyarakat barat, meskipun menjunjung tinggi nilai-nilai
komunitas, akan cenderung mengutamakan individualisme manakala
terjadi konflik. nilai Namun, itu tidak berarti mementingkan diri sendiri
(sefish). Melainkan, memberikan prioritas pada otonomi dan keyakinan
bahwa untuk menjadi diri sendiri orang harus mengambil jarak terhadap
nilai-nilai masa lalu dan kondisi lingkungan sesaat (Saptono, 2006 : 43).
Sementara itu, apabila terjadi konflik nilai seperti tersebut diatas,
masyarakat timur akan mengutamakan nilai-nilai komunitas. Hal itu karena
mereka cenderung mengutamakan nilai-nilai keseimbangan dan harmoni.
17
Menurut Kin Maryati (2007 : 26) beberapa ahli juga membagi nilai
sosial atas nilai immaterial dan nilai material, seperti pada bagan berikut
ini:
Bagan. 2.2 Macam-Macam Nilai Sosial
Dari bagan diatas, kita ketahui bahwa nilai tidak hanya terkandung
dalam sesuatu yang berwujud benda material saja atau yang bersifat
konkret, tetapi juga terkandung dalam sesuatu yang tidak berwujud
(abstrak). Nilai immaterial atau nilai rohani menggunakan nurani dan juga
indera, akal, perasaan, kehendak, dan keyakinan. Nilai immaterial adalah
nilai yang sulit untuk berubah. Contohnya, ideologi, gagasan (ide),
pemikiran dan sistem politik, dan peraturan-peraturan.
Nilai material atau nilai jasmani adalah nilai yang berwujud, mudah
dilihat dan diraba, dan memiliki karakteristik mudah berubah. Contoh nilai
material antara lain karya seni, gedung, jembatan, rumah, alat-alat