8 Angga Rachmanto, 2011 Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu BAB II LANDASAN TEORI 2.1 Teori dan Konsep Persepsi 2.1.1 Pengertian Persepsi Istilah persepsi merupakan istilah dari Bahasa Inggris yakni “dari kata perception yang berarti penglihatan, keyakinan dapat melihat atau mengerti” (Muchtar, T.W.,2007 : 13). Untuk lebih jelasnya akan dikutip beberapa pengertian tentang persepsi yang dikemukakan oleh beberapa ahli : Desiderato (Muchtar, T.W.,2007 : 13) mengemukakan :“Persepsi adalah pengamatan tentang objek-objek, peristiwa atau hubungan-hubungan yang diperoleh dengan menyimpulkan informasi dan menafsirkan pesan. Persepsi ialah memberikan makna pada stimulus indrawi (sensory stimuli)”. Sedangkan menurut Ensiklopedia Umum (Muchtar, T.W., 2007 : 13) :“Persepsi adalah proses mental yang menghasilkan bayangan individu sehingga dapat mengenal suatu objek dengan jalan asosiasi pada suatu ingatan tertentu, baik secara indera penglihatan, indera perabaan dan sebagainya, sehingga bayangan itu dapat disadari”. Dan menurut Sarlito W. Sarwono (Mochamad J. A,.2004 : 12) : “Persepsi adalah proses kategorisasi. Organisme untuk masukan tertentu (objek-objek di luar, peristiwa dan lain-lain), dan organisme itu berespon dengan menghubungkan masukan itu dengan salah satu kategori (golongan) objek-objek
28
Embed
BAB II LANDASAN TEORI 2.1 Teori dan Konsep Persepsi 2.1.1 …a-research.upi.edu/operator/upload/s_tb_0606810_chapter2(3).pdf · Dunia persepsi mempunyai dimensi ruang (sifat ruang),
This document is posted to help you gain knowledge. Please leave a comment to let me know what you think about it! Share it to your friends and learn new things together.
Transcript
8 Angga Rachmanto, 2011
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu
BAB II
LANDASAN TEORI
2.1 Teori dan Konsep Persepsi
2.1.1 Pengertian Persepsi
Istilah persepsi merupakan istilah dari Bahasa Inggris yakni “dari kata
perception yang berarti penglihatan, keyakinan dapat melihat atau mengerti”
(Muchtar, T.W.,2007 : 13).
Untuk lebih jelasnya akan dikutip beberapa pengertian tentang persepsi
yang dikemukakan oleh beberapa ahli :
Desiderato (Muchtar, T.W.,2007 : 13) mengemukakan :“Persepsi adalah
pengamatan tentang objek-objek, peristiwa atau hubungan-hubungan yang
diperoleh dengan menyimpulkan informasi dan menafsirkan pesan. Persepsi ialah
memberikan makna pada stimulus indrawi (sensory stimuli)”.
Sedangkan menurut Ensiklopedia Umum (Muchtar, T.W., 2007 : 13)
:“Persepsi adalah proses mental yang menghasilkan bayangan individu sehingga
dapat mengenal suatu objek dengan jalan asosiasi pada suatu ingatan tertentu, baik
secara indera penglihatan, indera perabaan dan sebagainya, sehingga bayangan itu
dapat disadari”.
Dan menurut Sarlito W. Sarwono (Mochamad J. A,.2004 : 12) :
“Persepsi adalah proses kategorisasi. Organisme untuk masukan tertentu
(objek-objek di luar, peristiwa dan lain-lain), dan organisme itu berespon dengan
menghubungkan masukan itu dengan salah satu kategori (golongan) objek-objek
9
Angga Rachmanto, 2011
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu
atau peristiwa. Proses menghubungkan ini adalh proses aktif dimana individu
yang bersangkutan dengan sengaja mencari kategorisasi yang tepat, sehingga ia
dapat mengenali atau memberi arti kepada masukan tersebut. Dengan demikian
persepsi juga bersifat inferensial (mengambil kesimpulan)”.
Dari penjelasan di atas, dapat ditarik suatu kesamaan pendapat bahwa pada
dasarnya persepsi merupakan suatu pengamatan individu atau proses pemberian
makna sebagai hasil pengamatan tentang suatu objek, peristiwa, dan sebagainya
melalui panca inderanya, yang diperoleh dengan menyimpulkan informasi dan
penafsiran pesan sehingga seseorang dapat memberikan tanggapan mengenai baik
buruknya atau positif negatifnya hal tersebut.
2.1.2 Ciri dan Karakteristik Persepsi
Irwanto (Umi Amalia, 2003) mengemukakan ciri-ciri umum persepsi
adalah sebagai berikut ;
a. Rangsangan-rangsangan yang diterima harus sesuai dengan moralitas tiap-tiap
indera, yaitu sensoris dasar dan masing-masing indera (cahaya untuk
penglihatan, bau untuk penciuman, suhu bagi perasa, bunyi bagi pendengaran,
sifat permukaan bagi peraba dan sebagainya).
b. Dunia persepsi mempunyai dimensi ruang (sifat ruang), kita dapat menyatakan
atas-bawah, tinggi-rendah, luas-sempit, depan-belakang, dan lain sebagainya.
c. Dimensi persepsi mempunyai dimensi waktu seperti cepat-lambat, tua-muda,
dan lain sebagainnya.
d. Objek-objek atau gejala-gejala dalam dunia pengamatan mempunyai struktur
yang menyatu dengan konteksnya. Struktur dan kontek ini merupakan
keseluruhan yang menyatu, contohnya kita melihat meja tidak berdiri sendiri
tetapi diruang tertentu, posisi atau letak tertentu.
e. Dunia persepsi adalah dunia penuh arti, kita cenderung melakukan
pengamatan atau persepsi pada gejala-gejala yang mempunyai makna bagi
kita, yang ada hubungannya (dengan tujuan yang ada pada diri kita).
10
Angga Rachmanto, 2011
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu
Irvin T. Rock (Muchtar, T. W. 2007: 14-15) menjelaskan, karakteristik
seseorang terhadap suatu objek meliputi :
a. Proses mental yang berfikir, yang menimbang hal-hal yang dianggap paling
baik dari beberapa macam pilihan.
b. Perseptor dalam mempersiapkan sesuatu tidak terlepas dari latar belakang
perseptor.
c. Persepsi dapat dijadikan dasar bagi seseorang untuk menseleksi dan
mengambil tindakan.
d. Secara umum dalam mempersepsikan sesuatu, seseorang harus dibekali
pengetahuan, panca indera, dan kesadaran lingkungan.
Dari uraian di atas, maka jelaslah bahwa dunia persepsi mempunyai
dimensi ruang dan waktu dengan struktur yang menyatu dengan konteksnya.
Pengalaman indera individu akan sangat tergantung kepada intensitas dan sifat-
sifat rangsang yang diterimanya. Luas sempitnya individu dalam mempersepsikan
sesuatu akan dipengaruhi oleh latar belakang individu.
2.1.3 Proses Terjadinnya Persepsi
Manusia hidup sekaligus berinteraksi dengan lingkungannya, dengan
demikian manusia tanggap terhadap rangsangan yang datang dari lingkungan.
Salah satu bentuk dari tanggapan itu adalah berupa proses pemberian arti atau
penafsiran terhadap berbagai objek yang ada. Proses pemberian arti tersebut
dinamakan persepsi.
Dikutip dari Muchtar, T. W. (2007 : 15) :
“Manusia merupakan mahluk sosial yang selalu berinteraksi dengan
lingkungan , manusia atau individu lainnya dengan menggunakan alat indera.
Indera tersebut akan dipergunakan untuk berhadapan atau berhubungan dengan
suatu objek atau peristiwa. Proses interaksi itu terjadi karena ada stimulus yang
tertangkap panca indera, yang kemudian akan menimbulkan respon pada individu
11
Angga Rachmanto, 2011
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu
tersebut. Dengan adannya stimulus tersebut, individu akan memberikan makna
terhadap objek atau peristiwa. Proses pemberian makna ini dapat disebutkan
dengan proses mempersepsi”.
“Persepsi pada dasarnya hanya akan terjadi apabila individu menerima
rangsangan dari luar dirinya, sehingga persepsi akan timbul setelah adannya
pengamatan terhadap objek” (Santhy Handayani, 2005 : 8). Setiap individu
mempunyai kecenderungan untuk selalu memberikan makna terhadap rangsangan
yang diterimanya dengan pengetahuan dan pengalaman yang dimilikinya, yang
kemudian individu tersebut memberikan tanggapan terhadap rangsangan yang
diterimanya itu. Kemampuan individu dalam memberikan respon terhadap
rangsangan yang diterimanya itu disebut kemampuan mempersepsi. Seperti Moh.
Surya (1981 : 41) yang mengemukakan bahwa “Persepsi adalah proses
penerimaan, penafsiran dan pemberian arti terhadap perangsang yang diterima
individu melalui alat indera”.
Sementara menurut Mc Croskey dan Whelness (dalam Ritonga, 1998 : 15)
menyebutkan ada empat tahapan persepsi :
1. Penerimaan pesan atau informasi dari luar.
2. Memberikan kode pada informasi yang diindera.
3. Menginterpretasikan informasi yang telah diberikan kode tersebut.
4. Menyimpulkan arti dalam ingatan.
Selanjutnya Mar’at (Mochamad, J.A. 2004 : 20) menggambarkan proses
terjadinnya persepsi adalah sebagai berikut :
12
Angga Rachmanto, 2011
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu
Gambar 2.1 Proses Terjadinya Persepsi
Sumber : Mochamad, J.A. 2004 : 20
Bila dilihat dari bagan yang telah dibuat, terlihat bahwa persepsi
merupakan aspek kognisi dari sikap. Faktor pengalaman dan proses belajar atau
sosialisasi memberikan bentuk serta struktur terhadap apa yang dilihat. Sedangkan
pengetahuan dan cakrawala memberikan arti terhadap objek psikologi tersebut.
Melalui komponen kognisi akan timbul ide, kemudian konsep mengenai apa yang
di lihat. Kemudian berdasarkan norma yang dimiliki pribadi seseorang, akan
terjadi keyakinan yang berbeda terhadap objek tertentu.
Persyaratan-persyaratan persepsi ini telah banyak dikemukakan oleh para
ahli, pada dasarnya memiliki arti yang sama. Dari beberapa para ahli tersebut
dapat ditarik kesimpulan bahwa syarat –syarat terjadinya persepsi adalah :
Pengalaman Proses Belajar Cakrawala Pengetahuan
Persepsi
Objek Psikologi Faktor-faktor yang
mempengaruhi
Kepribadian
Kognisi
Afeksi
Konasi
Sikap
13
Angga Rachmanto, 2011
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu
1. Adanya objek fisik, dimaksudkan yaitu objek tersebut dapat dirasakan,
dicium, diraba, didengar sehingga menimbulkan stimulus.
2. Syarat fisiologis, dimaksudkan adannya tiga faktor dominan yaitu adannya
alat indera, saraf sensorik dan otak.
3. Syarat psikologis, dimaksudkan yaitu adanya perhatian dari individu sehingga
dapat menyadari apa yang diterima.
2.1.4 Faktor – Faktor yang Mempengaruhi dan Menyebabkan Kesalahan
Pada Persepsi
Persepsi seseorang tidaklah timbul begitu saja, melainkan dipengaruhi
oleh beberapa faktor baik yang bersifat internal maupun yang bersifat eksternal.
Faktor internal merupakan faktor yang berkenaan dengan keberadaan individu
yang bersangkutan, sedangkan faktor eksternal adalah faktor pengaruh yang
diakibatkan oleh keberadaan rangsangan tersebut.
Jalaludin Rakhmat (1999 :55-56) dengan rinci mengemukakan bahwa
faktor-faktor yang mempengaruhi persepsi adalah sebagai berikut :
a. Faktor yang bersifat fungsional, diantaranya kebutuhan, pengalaman,
motivasi, perhatian, emosi dan suasana hati.
b. Faktor yang bersifat struktural diantaranya intensitas rangsangan, ukuran
rangsangan, perubahan rangsangan dan pertentangan rangsangan.
c. Faktor kulturan atau kebudayaan yaitu norma-norma yang dianut oleh
individu.
14
Angga Rachmanto, 2011
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu
Pendapat serupa dikemukakan oleh Sarlito Wirawan (1984 : 97) yang
mengemukakan bahwa faktor-faktor yang mempengaruhi persepsi seseorang
adalah sebagai berikut :
a. Kuat lemahnya rangsangan, yang ditemukan oleh kejelasan, pengulangan
gerak, ukuran dan bentuk rangsangan. Makin kuat rangsangan, makin kuat
pula kerja indera.
b. Cara kerja alat indera menentukan cepat tepatnya dan lancarnya proses
terjadinnya persepsi.
c. Kadar intensitas kebutuhan, besarnya perhatian, kebutuhan dan kesiapan yang
dimiliki individu menyebabkan terjadinya persepsi.
d. Pengalaman individu tentang stimulus atau rangsangan yang bersangkutan.
Berdasarkan uraian di atas, dapat disimpulkan bahwa persepsi dipengaruhi
oleh faktor rangsangan yang datang dari objek maupun peristiwa, dan faktor
individu yang bersangkutan dengan karakteristiknya. Oleh karena itu, dapat
diasumsikan dari persepsi ini bahwa individu akan menyimpulkan pendapat dan
kesan berupa senang atau tidak senangnya, baik ataupun buruk dan adanya
kesiapan untuk menerima ataupun menolak rangsangan yang diterimanya.
Sedangkan faktor-faktor penyebab kesalahan dalam persepsi adalah
sebagai berikut :
a. Informasi yang kurang cukup, faktor ini merupakan penyebab utama dalam
kesalahan menafsirkan pesan.
b. Stereotype, yaitu merupakan gambaran atau tanggapan tertentu mengenai
sifat-sifat objek yang dikelompokan pada konsep-konsep tertentu.
c. Kesalahan dalam logika, kadang-kadang dalam kehidupan sehari-hari kita
mempunyai pandangan umum terhadap suatu objek. Misalnya apabila
seseorang memperlihatkan sifst-sifat serius, tidak pernah humor, kemudian
15
Angga Rachmanto, 2011
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu
kita beranggapan bahwa orang tersebut bersifat angkuh, maka hal ini akan
menjadi penyebab kesalahan persepsi.
d. Hallo effect dan devil effect, dalam hal ini orang beranggapan bahwa jika
suatu objek atau seseorang berbuat sesuatu, maka selanjutnya orang tersebut
akan menambahkan dengan ciri-ciri tertentu pula.
2.1.5 Cara Pengukuran Persepsi
Pada dasarnya persepsi dapat diasosiasikan dengan pendapat, opini atau
sikap (attitude). Mar’at (1982) menyebutkan persepsi sebagai aspek kognitif dari
sikap. Mengingat bahwa persepsi merupakan aspek kognitif dari sikap, maka
untuk mengungkap atau mengukur persepsi dapat digunakan instrumen
pengungkapan sikap. Lebih jauh Mar’at mengemukakan tiga pendekatan untuk
mengungkap sikap yaitu wawancara langsung, observasi dan peryataan sikap.
Untuk mengungkap sikap seseorang, termasuk persepsi terhadap suatu
objek psikologis, Sugiyono (2008 : 133) menjelaskan bahwa ada tiga metode,
yaitu skala Likert, metode Thurstone dan skala Guttman. Skala Likert biasanya
menyajikan alternatif jawaban kepada responden dalam lima alternatif. Kendati
demikian, dalam kenyataannya dapat dimodifikasi menjadi dua atau tiga pilihan.
Masing-masing jawaban memiliki bobot nilai tertentu sesuai arah penyataan sikap
atau persepsi.
Sementara itu dalam bentuk Thurstone, responden dituntut untuk memiliki
dua atau tiga peryataan pendiriannya terhadap butir-butir peryataan persepsi yang
16
Angga Rachmanto, 2011
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu
telah disusun menurut intensitas dari yang paling kuat sampai yang paling rendah
atau lemah.
Sanafiah Faisal (1982 : 191) menjelaskan bahwa :
“Peneliti harus percaya saja bahwa apa yang orang katakan adalah
keyakinan dan perasaannya ini “daerah” opini lewat pengajuan pertanyaan-
pertanyaan tertentu maka sebagian dari pendapat itu akan diketahui, dari
pertanyaan pendapat itulah biasa diperlihatkan atau diramalkan apa yang
sesungguhnya di yakini”.
Sehubungan dengan itu, persepsi mahasiswa terhadap minat kerja diukur
dengan menggunakan model Likert.
2.2 Teori dan Konsep Minat Kerja
2.2.1 Pengertian Minat
Pengertian minat telah banyak dikemukakan oleh para ahli psikolog. Pada
dasarnya para ahli tersebut mengartikan minat sebagai perasaan ketertarikan
seseorang terhadap sesuatu objek atau aktivitas tertentu yang dinyatakan dengan
suka atau tidak suka. Minat sebagai salah satu faktor pada diri individu sangat
bervariasi. Begitu juga antara mahasiswa yang satu dengan yang lainnya
mempunyai keseragaman minat meskipun mereka dalam satu lingkungan kampus
yang sama.
W.S. Winkel (1983:30) mengemukakan bahwa : “minat memiliki
kecenderungan yang menetap dalam subjek untuk merasa tertarik pada bidang
tertentu dan merasa senang berkecimpung dalam bidang tertentu”. Sedangkan
menurut Garison, Blum & Balinsky, Super & Crites (dalam Hariri, 2003 : 16)
mendefinisikan bahwa : “minat adalah dorongan untuk memilih suatu objek dan
17
Angga Rachmanto, 2011
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu
tidak memilih objek lain yang sejenis. Objek minat dapat berupa benda, kegiatan,
jabatan atau pekerjaan, orang dan lain-lain, minat diekspresikan dengan perasaan
suka atau tidak suka.
Berdasarkan pengertian-pengertian yang telah dikemukakan tentang minat,
penulis menyimpulkan bahwa minat merupakan ungkapan perasaan ketertarikan
terhadap sesuatu objek atau bidang tertentu yang biasanya diekspresikan dengan
perasaan suka atau tidak suka, senang atau tidak senang terhadap sesuatu objek
atau aktivitas yang dapat menyenangkan dirinya. Dengan demikian minat
merupakan keadaan dimana individu dalam bentuk pilihan yang dinyatakan
dengan suka atau tidak suka, senang atau tidak senang terhadap suatu objek