5 BAB II LANDASAN TEORI 2.1 Paving Block 2.1.1 Pengertian Paving Block Paving block adalah suatu komposisi bahan bangunan yang terbuat dari campuran semen portland atau bahan perekat hidrolis lainnya, air dan agregat dengan atau tanpa bahan tambahan lainnya yang tidak mengurangi mutu beton tersebut (SNI 03-0691-1996). Sehingga karakteristiknya hampir mendekati dengan karakteristik mortar. Mortar adalah bahan bangunan yang dibuat dari pencampuran antara pasir dan agregat halus lainnya dengan bahan pengikat dan air yang didalam keadaan keras mempunyai sifat-sifat seperti batuan. Paving block mulai dikenal dan dipakai di Indonesia terhitung sejak tahun 1977/1978. Paving block sendiri mempunyai beberapa variasi bentuk untuk memenuhi selera pemakai. Penggunaan paving block ini disesuaikan dengan tingkat kebutuhan, misalnya saja digunakan sebagai tempat parkir, terminal, jalan setapak dan juga perkerasan jalan di kompleks-kompleks perumahan serta untuk keperluan lainnya. Paving block merupakan produk bahan bangunan dari semen yang digunakan sebagai salah satu alternatif penutup atau pengerasan permukaan tanah. Paving block dikenal juga dengan sebutan bata beton (concrete block) atau cone block. Sebagai bahan penutup dan pengerasan permukaan tanah, paving block sangat luas penggunaannya untuk berbagai keperluan, mulai dari keperluan yang sederhana sampai penggunaan yang memerlukan spesifikasi khusus. Paving block dapat digunakan untuk pengerasan dan memperindah trotoar jalan di kota-kota, pengerasan jalan di komplek perumahan atau kawasan pemukiman, memperindah taman, pekarangan dan halaman rumah, pengerasan areal parkir, areal perkantoran, pabrik, taman dan halaman sekolah, serta di kawasan hotel dan restoran. (Sumber: M khoirunnisa 2015)
23
Embed
BAB II LANDASAN TEORI 2.1 Paving Block 2.1.1 Pengertian ...
This document is posted to help you gain knowledge. Please leave a comment to let me know what you think about it! Share it to your friends and learn new things together.
Transcript
5
BAB II
LANDASAN TEORI
2.1 Paving Block
2.1.1 Pengertian Paving Block
Paving block adalah suatu komposisi bahan bangunan yang terbuat dari
campuran semen portland atau bahan perekat hidrolis lainnya, air dan agregat
dengan atau tanpa bahan tambahan lainnya yang tidak mengurangi mutu beton
tersebut (SNI 03-0691-1996). Sehingga karakteristiknya hampir mendekati dengan
karakteristik mortar. Mortar adalah bahan bangunan yang dibuat dari pencampuran
antara pasir dan agregat halus lainnya dengan bahan pengikat dan air yang didalam
keadaan keras mempunyai sifat-sifat seperti batuan.
Paving block mulai dikenal dan dipakai di Indonesia terhitung sejak tahun
1977/1978. Paving block sendiri mempunyai beberapa variasi bentuk untuk
memenuhi selera pemakai. Penggunaan paving block ini disesuaikan dengan tingkat
kebutuhan, misalnya saja digunakan sebagai tempat parkir, terminal, jalan setapak
dan juga perkerasan jalan di kompleks-kompleks perumahan serta untuk keperluan
lainnya. Paving block merupakan produk bahan bangunan dari semen yang
digunakan sebagai salah satu alternatif penutup atau pengerasan permukaan tanah.
Paving block dikenal juga dengan sebutan bata beton (concrete block) atau cone
block.
Sebagai bahan penutup dan pengerasan permukaan tanah, paving block
sangat luas penggunaannya untuk berbagai keperluan, mulai dari keperluan yang
sederhana sampai penggunaan yang memerlukan spesifikasi khusus. Paving block
dapat digunakan untuk pengerasan dan memperindah trotoar jalan di kota-kota,
pengerasan jalan di komplek perumahan atau kawasan pemukiman, memperindah
taman, pekarangan dan halaman rumah, pengerasan areal parkir, areal perkantoran,
pabrik, taman dan halaman sekolah, serta di kawasan hotel dan restoran. (Sumber:
M khoirunnisa 2015)
6
2.1.2 Syarat dan Mutu Paving Block
Adapun beberapa hal yang perlu diperhatikan dalam menentukan mutu paving
block dimana harus memenuhi persyaratan SNI 03-0691-1996 diantaranya adalah
sebagai berikut :
a. Sifat Tampak
Paving block memiliki bentuk yang sempurna, tidak boleh mengalami retak-
retak atau pun cacat, serta bagian sudut dan rusuknya tidak mudah direpihkan
dengan kekuatan tangan.
b. Bentuk dan Ukuran
Dalam hal ini bentuk dan ukuran paving block untuk lantai bergantung dari
persetujuan antara pemakai dan produsen. Dimana produsen akan memberikan
penjelasan mengenai bentuk, ukuran, dan konstruksi pemasangan paving block
untuk lantai.
c. Sifat Fisik
Paving block untuk lantai harus mempunyai kekuatan fisik sebagai berikut :
Tabel 2.1 Kekuatan Fisik Paving Block
(Sumber : SNI 03-0691-1996)
Paving block untuk lantai apabila diuji dengan natrium sulfat tidak boleh
cacat, dan kehilangan berat yang diperbolehkan maksium 1%. Persyaratan
ketebalan paving block pada umumnya adalah sebagai berikut :
Mutu Kegunaan
Kekuatan
(Kg/cm2)
Ketahanan Aus
(mm/menit) Penyerapan
air rata-rata
(%) Rata-
rata Terendah
Rata-
rata Terendah
A Perkerasan jalan 400 350 0,090 0,103 3
B Parkir mobil 200 170 0,130 1,149 6
C Pejalan kaki 150 125 0,160 0,184 8
D Taman kota 100 85 0,219 0,251 10
7
1. 6 cm, digunakan untuk beban lalu lintas ringan dengan frekuensi terbatas,
misalnya : sepeda motor, pejalan kaki.
2. 8 cm, digunakan untuk beban lalu lintas sedang atau berat dan padat
frekuensinya, misalnya : mobil, pick up, truk, dan bus.
3. 10 cm, digunakan untuk beban lalu lintas super berat, misalnya: tronton, loader.
(sumber : M khoirunnisa 2015)
2.1.3 Kegunaan dan Keuntungan paving block
Keberadaan paving block bisa menggantikan aspal dan pelat beton, dengan
banyak keuntungan yang dimilikinya. Paving block mempunyai banyak kegunaan
diantaranya sebagai terminal bis, parkir mobil, pejalan kaki, taman kota, dan tempat
bermain. Penggunaan paving block memiliki beberapa keuntungan, antara lain :
a. Dapat diproduksi massal.
b. Paving block tidak mudah rusak pada kondisi pembebanan normal.
c. Daya serap air yang melalui paving block bisa menjaga keseimbangan air tanah
untuk menopang betonan atau bangunan diatasnya yang memiliki berat.
d. Paving block menghasilkan sampah produksi yang lebih sedikit bila
dibandingkan dengan penggunaan pelat beton.
e. Paving block akan lebih mudah ketika langsung dihamparkan dan bisa
langsung tanpa harus menunggu pengerasan seperti pada beton.
f. Paving block juga memiliki nilai estetika yang unik dan indah terutama jika
didesain dengan pola dan warna yang indah.
g. Adanya pori-pori paving block yang bisa meminimalisir aliran permukaan dan
memperbanyak infiltrasi dalam tanah.
h. Tidak menimbulkan kebisingan dan gangguan debu pada saat proses
pengerjaan.
i. Pemasangan yang cukup mudah dan biaya perawatan yang murah.
j. Memiliki daya serap air yang baik sehingga bisa menjamin ketersediaan air
tanah.
8
2.1.4 Klasifikasi paving block
Paving block diklasifikasikan berdasrkan atas bentuk, tebal, kekuatan, dan
warna. Klasifikasi tersebut antara lain:
a. Klasifikasi Berdasarkan Bentuk
Adapun beberapa macam bentuk paving block yang diproduksi, namun diambil
secara garis besar bentuk paving block dapat dibedakan menjadi dua, yaitu :
- Paving block bentuk segiempat (rectangular)
- Paving block bentuk segibanyak
Gambar 2.1 Bentuk paving block
(sumber: cekhargabahan.com)
Dalam hal pemakaian dari bentuk paving block itu sendiri dapat disesuaikan
dengan keperluan. Baik keperluan konstruksi perkerasan pada jalan dengan
lalulintas sedang sampai berat (misalnya: jalan raya, kawasan indrustri, jalan
umum lainnya), karenanya dalam penggunaan paving block bentuk segiempat
lebih cocok.
Adapun pola pemasangan paving block sebaiknya disesuaikan dengan tujuan
penggunaannya. Pola yang umum dipergunakan ialah susun bata (strecher),
anyaman tikar (basket weave), dan tulang ikan (herring bone). Untuk
perkerasan jalan diutamakan pola tulang ikan karena mempunyai kuncian yang
baik. Dalam proses pemasangannya, paving block harus berpinggul dan pada
tepi susunan paving block biasanya ditutup dengan pasak yang berbentuk topi
uskup
9
Gambar 2.2 Pola pemasangan paving block
(sumber: sanpaving.wodpress.com)
b. Klasifikasi Berdasarkan Ketebalan
Paving block yang diproduksi secara umum mempunyai ketebalan 60 mm, 80
mm, dan 100 mm. dalam penggunaannya dari masing-masing ketebalan
paving block dapat disesuaikan dengan kebutuhan sebagai berikut :
1. Paving block dengan ketebalan 60 mm, diperuntukkan bagi beban
lalulintas ringan yang frekuensinya terbatas pada pejalan kaki dan kadang-
kadang sedang.
2. Paving block dengan ketebalan 80 mm, diperuntukan bagi beban lalulintas
sedang yang frekuensinnya terbatas pada pick up, truck, dan bus.
3. Paving block dengan ketebalan 100 mm, diperuntukkan bagi beban
lalulintas berat seperti: crane, loader, dan alat berat lainnya. Paving block
dengan ketebalan 100 mm ini sering dipergunakan di kawasan indrustri
dan pelabuhan.
c. Klasifikasi Berdasarkan Kekuatan
Pembagian kelas paving block berdasarkan mutu betonnya adalah :
1. Paving block dengan mutu beton I, nilai f’c 34 – 40 Mpa.
2. Paving block dengan mutu beton II, nilai f’c 25,5 – 30 Mpa.
3. Paving block dengan mutu beton III, nilai f’c 17 – 20 Mpa.
10
d. Klasifikasi Berdasarkan Warna
Selain bentuk yang beragam paving block juga memiliki warna, diman dapat
menampakkan keindahan juga digunakan sebagai pembatas seperti pada
tempat parkir. Warna paving block yang ada di pasaran adalah merah, hitam
dan abu-abu.
2.1.5 Cara Pembuatan Paving Block
Cara pembuatan paving block yang biasanya digunakan dalam masyarakat
dapat diklasifikasikan menjadi dua metode, yaitu :
1. Metode Konvensional
Metode ini adalah metode yang paling banyak digunakan oleh masyarakat kita
kususnya para pembuat paving diindramayu dan lebih dikenal dengan metode
gablokan. Pembuatan paving block cara konvensional dilakukan dengan
menggunakan alat geblokan/plat tebal dengan beban pemadatan yang
berpengaruh terhadap tenaga orang yang mengerjakan. Metode ini banyak
digunakan oleh masyarakat sebagai industri kecil karena selain alat yang
digunakan sederhana, juga mudah dalam proses pembuatannya sehingga dapat
dilakukan oleh siapa saja Semakin kuat tenaga orang yang mengerjakan maka
akan semakin padat dan kuat paving block yang dihasilkan.
Gambar 2.3 Prinsip Kerja Metode Konvensional
(Sumber: Sunpaving.wodpress.com)
11
2. Cara press hidrolis (mesin)
Alat press paving yang digerakan dengan tenaga mesin (diesel), alat
presshidrolis dapat menghasilkan kualitas paving yang baik, karena
tekanan yang diberikan pada tiap-tiap paving lebih merata dan tekanan
yang diberikan juga lebih besar, sehingga paving block yang dibuat dengan
alat press hidrolis lebih padat dari pada yang dibuat dengan alat press manual.
Gambar 2.4 Prinsip Kerja Metode Mekanis
(Sumber: Sunpaving.wodpress.com)
2.2 Material Penyusun Paving Block
Material penyusun pada paving block yang akan digunakan antara lain, semen
portland (PC), agregat halus dan air.
2.2.1 Semen Portland (PC)
Sement portland ialah semen hidrolisis yang dihasilkan dengan cara
menghaluskan klinker terutama dari silikat-silikat kalsium yang bersifat hidrolisis
(dapat mengeras jika bereaksi langsung dengan air) dengan tambahan gips sebagai
bahan tambahan. Semen merupakan bahan pengikat yang paling terkenal dan paling
abnyak digunakan dalam konstruksi beton. Semen yang umum dipakai adalah
semen type I dan ketergantungan kepada pemakaian semen jenis ini masih sangat
besar. Semen portland jika dilihat dari sisi fungsi masih memiliki kekurangan dan
keterbatasan yang pada akhirnya akan mempengaruhi mutu mortar.
Pada dasarnya semen portland terdiri dari 4 unsur yang paling penting,
yaitu :
a. Trikalsium Silikat (C3S)
Sifatnya hampir sama dengan sifat semen yaitu jika ditambahkan dengan air
12
akan menjadi kaku dan mengeras. C3S menunjang kekuatan awal semen dan
menimbulkan panas hidrasi kurang lebih 58 kalori /gram setelah 3 hari.
b. Dikalsium Silikat (C2S)
Pada saat penambahan air setelah reaksi yang menyebabkan pasta mengeras
dan menimbulkan 12 kalori/gram setelah 3 hari.
c. Trikalsium Aluminat (C3A)
Unsur ini apabila bereaksi dengan air akan menimbulkan panas hidrasi tinggi
yaitu 212 kalori /gram setelah 3 hari.perkembangan kekuatan terjadi satu
sampai dua hari tetapi sangan rendah.
d. Tetrakalsium Aluminoferit (C4AF)
Unsur ini saat bereaksi dengan air berlangsung sangat cepat dan pasta
terbentuk dalam beberapa menit, menimbulkan panas hidrasi 68 kalori/gram.
Warna abu-abu pada semen disebabkan oleh unsur ini. Silikat dan aluminat
yang terkandung dalam semen portland jika bereaksi dengan air akan menjadi
perekat yang memadat lalu membentuk massa yang keras. Reaksi membentuk
media perekat ini disebut dengan hidrasi. Reaksi kimia semen bersifat
exothermic dengan panas yang dihasilkan mencapai 110 kalori/gram.
Akibatnya dari reaksi eksotermis terjadi perbedaan temperatur yang sangat
tajam sehingga mengakibatkan retak-retak kecil (microcrack) pada mortar.
Sesuai dengan tujuan penggunaannya, semen portland di Indonesia dalam
dapat dibagi menjadi beberapa tipe, yaitu:
a. Tipe I Adalah perekat hidrolisis yang dihasilkan dengan cara menggiling
klinker yang kandungan utamanya kalsium silikat dan digiling bersama-sama
dengan bahan tambahan berupa satu atau lebih bentuk kristal senyawa
kalsium sulfat. Komposisi senyawa yang terdapat pada tipe ini adalah 49%