Top Banner
1 BAB II LANDASAN TEORI 2.1. Konseling Kelompok 2.1.1. Pengertian Konseling Kelompok Layanan konseling kelompok pada hakekatnya adalah suatu proses antar pribadi yang dinamis, terpusat pada pikiran dan perilaku yang disadari, dibina dalam suatu kelompok kecil mengungkapkan diri kepada sesama anggota dan konselor, dimana komunikasi antar pribadi tersebut dapat dimanfaatkan untuk meningkatkan pemahaman dan penerimaan diri terhadap nilai-nilai kehidupan dan segala tujuan hidup serta untuk belajar perilaku tertentu ke arah yang lebih baik dari sebelumnya (Winkel dan Sri Hastuti, 2004) Prayitno (1999) mengemukakan bahwa layanan konseling kelompok adalah layanan yang menggunakan dinamika kelompok sebagai media kegiatannya, apabila dinamika kelompok dikembangkan dan dimanfaatkan secara efektif dalam layanan ini diharapkan tujuan yang ingin dicapai akan tercapai. Salah satu dari tujuan konseling kelompok ini adalah agar para konseli belajar berkomunikasi dengan seluruh anggota kelompok secara terbuka, dengan saling menghargai dan saling menaruh perhatian. Pengalaman komunikasi yang demikian akan membawa dampak positif dalam kehidupan dengan orang lain yang dekat padanya.
28

BAB II LANDASAN TEORI 2.1. Konseling Kelompok 2.1.1 ... II.pdf2.1. Konseling Kelompok 2.1.1. Pengertian Konseling Kelompok Layanan konseling kelompok pada hakekatnya adalah suatu proses

Apr 01, 2021

Download

Documents

dariahiddleston
Welcome message from author
This document is posted to help you gain knowledge. Please leave a comment to let me know what you think about it! Share it to your friends and learn new things together.
Transcript
Page 1: BAB II LANDASAN TEORI 2.1. Konseling Kelompok 2.1.1 ... II.pdf2.1. Konseling Kelompok 2.1.1. Pengertian Konseling Kelompok Layanan konseling kelompok pada hakekatnya adalah suatu proses

1

BAB II

LANDASAN TEORI

2.1. Konseling Kelompok

2.1.1. Pengertian Konseling Kelompok

Layanan konseling kelompok pada hakekatnya adalah suatu proses antar

pribadi yang dinamis, terpusat pada pikiran dan perilaku yang disadari, dibina

dalam suatu kelompok kecil mengungkapkan diri kepada sesama anggota dan

konselor, dimana komunikasi antar pribadi tersebut dapat dimanfaatkan untuk

meningkatkan pemahaman dan penerimaan diri terhadap nilai-nilai kehidupan dan

segala tujuan hidup serta untuk belajar perilaku tertentu ke arah yang lebih baik

dari sebelumnya (Winkel dan Sri Hastuti, 2004)

Prayitno (1999) mengemukakan bahwa layanan konseling kelompok

adalah layanan yang menggunakan dinamika kelompok sebagai media

kegiatannya, apabila dinamika kelompok dikembangkan dan dimanfaatkan secara

efektif dalam layanan ini diharapkan tujuan yang ingin dicapai akan tercapai.

Salah satu dari tujuan konseling kelompok ini adalah agar para konseli belajar

berkomunikasi dengan seluruh anggota kelompok secara terbuka, dengan saling

menghargai dan saling menaruh perhatian. Pengalaman komunikasi yang

demikian akan membawa dampak positif dalam kehidupan dengan orang lain

yang dekat padanya.

Page 2: BAB II LANDASAN TEORI 2.1. Konseling Kelompok 2.1.1 ... II.pdf2.1. Konseling Kelompok 2.1.1. Pengertian Konseling Kelompok Layanan konseling kelompok pada hakekatnya adalah suatu proses

2

2.1.2. Tujuan Konseling Kelompok

Konseling kelompok berfokus pada usaha membantu konseli dalam

melangkah melakukan perubahan dengan menaruh perhatian pada perkembangan

dan penyesuaian sehari-hari, misalnya modifikasi tingkah laku, pengembangan

keterampilan hubungan personal, nilai, sikap atau membuat keputusan karier

(Gibson dan Mitchell, 1981).

Ohlsen, Dinkmeyer, Corey, dan Muro, (dalam Winkel dan Hastuti, 2004)

mengemukakan sejumlah tujuan umum dari pelayanan bimbingan dalam bentuk

konseling kelompok sebagai berikut :

1. Masing-masing konseli memahami dirinya dengan baik dan

menemukan dirinya sendiri. Berdasarkan pemahaman diri itu konseli

lebih rela menerima dirinya sendiri dan lebih terbuka terhadap aspek-

aspek positif dalam kepribadiannya.

2. Para konseli mengembangkan kemampuan berkomunikasi satu sama

lainnya, sehingga konseli dapat saling memberikan bantuan dalam

menyelesaikan tugas-tugas perkembangan yang khas untuk fase

perkembangan.

3. Para konseli memperoleh kemampuan mengatur dirinya sendiri dan

mengarahkan hidupnya sendiri, mula-mula dalam kontak antar pribadi

dari dalam kelompok dan kemudian juga dalam kehidupan sehari-hari

di luar lingkungan kelompoknya.

4. Para konseli menjadi lebih peka terhadap kebutuhan orang lain dan

lebih mampu menghayati perasaan orang lain. Kepekaan dan

Page 3: BAB II LANDASAN TEORI 2.1. Konseling Kelompok 2.1.1 ... II.pdf2.1. Konseling Kelompok 2.1.1. Pengertian Konseling Kelompok Layanan konseling kelompok pada hakekatnya adalah suatu proses

3

penghayatan ini akan membuat konseli lebih sensitif juga terhadap

kebutuhan psikologis dan alam perasaan sendiri.

5. Masing-masing konseli menetapkan suatu sasaran yang ingin mereka

capai, yang diwujudkan dalam sikap dan perilaku yang lebih

konstruktif.

6. Para konseli lebih menyadari dan menghayati makna dari kehidupan

manusia sebagai kehidupan bersama, yang mengandung tuntutan

menerima orang lain dan harapan akan diterima oleh orang lain.

7. Masing-masing konseli semakin menyadari bahwa hak-hak yang

memprihatinkan bagi dirinya kerap juga menimbulkan rasa prihatin

dalam hati orang lain dengan demikian, dia tidak akan merasa terisolir

lagi, seolah-olahnya hanya dialah yang mengalami.

8. Para konseli belajar berkomunikasi dengan seluruh anggota kelompok

secara terbuka, dengan saling menghargai dan saling menaruh

perhatian, pengalaman bahwa komunikasi dengan demikian

dimungkinkan, akan membawa dampak positif dalam kehidupan

dengan orang lain dekat dengan konseli.

Untuk dapat mencapai tujuan-tujuan di atas dibutuhkan adanya suatu

program konseling kelompok yang terencana dengan baik. Layanan konseling

kelompok sangat dipengaruhi oleh peran pemimpin kelompok. Menurut

Loekmono (2003) tanggung jawab terpenting pemimpin kelompok adalah :

Page 4: BAB II LANDASAN TEORI 2.1. Konseling Kelompok 2.1.1 ... II.pdf2.1. Konseling Kelompok 2.1.1. Pengertian Konseling Kelompok Layanan konseling kelompok pada hakekatnya adalah suatu proses

4

1. Menggunakan hal-hal penting yang harus dipelajari tersebut sebagai

dasar dalam membuat perencanaan kegiatan bersama-sama dalam

kelompok dan untuk memecahkan masalah-masalah yang dihadapi.

2. Membantu kelompok untuk menghadapi minat-minat dan kebutuhan

yang bermacam-macam.

3. Membantu kelompok untuk dapat mengenali kebutuhan-kebutuhan

yang lain dan dapat memenuhinya.

2.1.3. Komponen Konseling Kelompok

Komponen dalam kegiatan layanan konseling kelompok adalah :

1. Konselor

Sebagai pemimpin kelompok dalam konseling kelompok, seorang

konselor harus mempunyai kemampuan/ketrampilan, kemampuan

seorang konselor dalam memimpin konseling kelompok antara lain :

a. Menciptakan suasana kelompok sehingga terciptanya dinamika

kelompok.

b. Berwawasan luas (ilmiah dan moral)

c. Mampu membina hubungan antarpersonal yang hangat, damai,

berbagi empatik, jauh dari kesukaran untuk membuat kelompok.

Seorang konselor yang mempunyai kemampuan dan ketrampilan

seorang konselor juga mempunyai peranan sebagai pemimpin

kelompok anatara lain:

Page 5: BAB II LANDASAN TEORI 2.1. Konseling Kelompok 2.1.1 ... II.pdf2.1. Konseling Kelompok 2.1.1. Pengertian Konseling Kelompok Layanan konseling kelompok pada hakekatnya adalah suatu proses

5

a. Membuat kelompok

Seorang konselor mempunyai tugas untuk membentuk kelompok

dan memilih para anggotanya untuk melakukan konseling

kelompok.

b. Melakukan penstrukturan

Sebelum melaksanakan proses konseling kelompok, konselor

melakukan penstrukturan dalam kelompok dan menjelaskan

bagaimana langkah-langkah dalam melaksanakan konseling

kelompok ini.

c. Mengembangkan dinamika kelompok

Konselor juga berkewajiban untuk mengembangkan dinamika

kelompok agar dapat berjalan dengan lancar dan dapat mencapai

tujuan yang diinginkan.

d. Mengevaluasi proses dari hasil belajar

Setelah kegiatan konseling kelompok berlangsung konselor harus

mengevaluasi dan menilai hasil dari kegiatan konseling kelompok

yang sudah dilaksamakan.

2. Anggota kelompok

Jumlah anggota kelompok dalam konseling kelompok sebanyak 8-

10 orang dengan memperhatikan homogenitas dan heterogenitas

kemampuan anggota kelompok. Peran anggota kelompok dalam layanan

bimbingan konseling kelompok antara lain adalah :

Page 6: BAB II LANDASAN TEORI 2.1. Konseling Kelompok 2.1.1 ... II.pdf2.1. Konseling Kelompok 2.1.1. Pengertian Konseling Kelompok Layanan konseling kelompok pada hakekatnya adalah suatu proses

6

a. Aktif, mandiri melalui aktivitas langsung melalui sikap 3 M

(mendengar dengan aktif, memahami dengan positif dan merespon

dengan tepat sikap seperti seorang konselor).

b. Berbagi pendapat, ide dan pengalaman

Konseli diharapkan dapat menceritakan pengalaman pribadinya

untuk dapat bertukar pendapat dengan anggota kelompok lainnya.

c. Empati

Konseli dapat merasakan mengidentifikasi dirinya dalam keadaan

perasaan atau pikiran yang sama dengan anggota kelompok yang

lainnya.

d. Aktif membina keakraban, membina keikatan emosional

Konseli hendaknya membina keakraban dan ikatan emosional

diantara anggota kelompok yang lain sehingga dapat terjalin

hubungan yang baik dengan anggota kelompok lain.

e. Mematuhi etika kelompok

Anggota kelompok harus mematuhi etika dalam peraturan yang telah

diberikan konselor dan disepakati oleh semua anggota kelompok

supaya dalam proses konseling kelompok dapat berjalan dengan

lancar.

f. Menjaga kerahasiaan, perasaan, dan membantu anggota kelompok

yang lain. Dalam kegiatan kelompok diharapkan untuk menjaga

kerahasiaan dan perasaan anggota kelompok yang lainnya.

g. Membina kelompok untuk menyukseskan kegiatan kelompok.

Page 7: BAB II LANDASAN TEORI 2.1. Konseling Kelompok 2.1.1 ... II.pdf2.1. Konseling Kelompok 2.1.1. Pengertian Konseling Kelompok Layanan konseling kelompok pada hakekatnya adalah suatu proses

7

2.1.4. Tahapan Konseling Kelompok

Menurut Corey& Corey (dalam Loekmono 2003) konseling kelompok

dilaksanakan secara bertahap. Terdapat 6 tahap yaitu tahap pembentukan

kelompok, tahap permulaan, tahap transisi, tahap kerja tahap akhir, serta tahap

evaluasi dan tidak lanjut. Berikut tahap-tahap konseling kelompok dijelaskan

secara singkat.

a. Tahap pembentukan kelompok

Tahap ini merupakan tahap persiapan pelaksanaan konseling

kelompok. Pada tahap ini terutama pembentukan kelompok, yang

dilakukan dengan seleksi anggota dan menawarkan program kepada calon

peserta konseling sekaligus membangun harapan kepada calon peserta.

Dalam konseling kelompok yang dipandang penting adalah adanya seleksi

anggota. Ketentuan yang mendasari konseling kelompok ini adalah minat

bersama, sukarela atau atas inisiatifnya sendiri, adanya kemauan untuk

berpartisipasi dalam proses konseling kelompok mau untuk berpartisipasi

dalam proses kelompok.

b. Tahap permulaan (orientasi dan eksplorasi)

Pada tahap ini mulai menentukan struktur kelompok,

mengeksplorasi harapan anggota, anggota mulai belajar fungsi kelompok,

seklaigus mulai menegaskan tujuan kelompok. Setiap anggota kelompok

mulai mengenalkan dirinya dan menjelaskan tujuan atau harapannya. Pada

tahap ini deskripsi tentang dirinya masihbersifat superficial (permukaan

Page 8: BAB II LANDASAN TEORI 2.1. Konseling Kelompok 2.1.1 ... II.pdf2.1. Konseling Kelompok 2.1.1. Pengertian Konseling Kelompok Layanan konseling kelompok pada hakekatnya adalah suatu proses

8

saja), sedangkan persoalan yang lebih tersembunyi belum diungkapkan

pada fase ini.

Kelompok mulai membangun norma untuk mengontrol aturan-

aturan kelompok dan menyadari makna kelompok untuk mencapai tujuan.

Peran konselor pada tahap ini membantu menegaskan tujuan untuk

kelompok dan makna kelompok untuk mencapai tujuan.

c. Tahap transisi

Pada tahap transisi ini para anggota masih merasa takut dan cemas

perasaan ini masih cukup tinggi. Pada awal tahap kedua anggota

kelompok mempunyai keinginan untuk terbuka tetapi disisi lain takut

untuk terbuka didalam kelompoknya. Selain itu pada fase kedua ini

kadang-kadang pertentangan masih nampak dan muncul dalam fase kedua

ini. Namun disisi lain ada usaha untuk mengarah pada saling terbuka,

keinginan bekerjasama, saling menolong, dan saling menghargai.

d. Tahap bertumbuh atau berkembang

Pada tahap ini anggota kelompok sudah mulai mengungkapkan

permasalahan pribadinya secara terbuka dan apa adanya. Dalam tahap ini

anggota kelompok juga sudah mulai berinteraksi dan beradaptasi dalam

kelompok dan telah meninggalkan fase bagaimana belajar dan berinteraksi

dengan kelompok.

e. Tahap penutup

Tahap ini adalah tahap dimana kelompok sudah memasuki tahap dimana

lamanya waktu sesi kelompok yang sudah disepakati bersama. Apabila

Page 9: BAB II LANDASAN TEORI 2.1. Konseling Kelompok 2.1.1 ... II.pdf2.1. Konseling Kelompok 2.1.1. Pengertian Konseling Kelompok Layanan konseling kelompok pada hakekatnya adalah suatu proses

9

dalam tahap akhir ini ada tugas yang belum terselesaikan maka ini dapat

dibahas dalam kelompok. Latihan untuk merubah perilaku bukan hanya

terjadi dalam konseling kelompok saja, tetapi diharapkan masih

dilanjutkan dalam kehidupan sehari-hari. Anggota masih diharapkan

untuk belajar menerima dan memberi umpan balik dalam situasi

kehidupan yang nyata.

f. Tahap evaluasi dan tindak lanjut

Dalam hal ini yang perlu diungkap dan dibahas dalam tahap akhir

dari konseling kelompok adalah merangkum pengalaman kelompok yang

diperoleh dari masing-masing anggota kelompok dan oleh kelompok. Dari

rangkuman pengalaman kelompok ini diharapkan anggota kelompok

mampu memanfaatkannya untuk mengambil makna dari apa yang telah

dipelajarinya dan kemudian mengevaluasi pengaruh kelompok dalam

dirinya. Setelah mengevaluasi anggota konseling kelompok diharapkan

dapat menindak lanjuti apa yang harus mereka lakukan setelah konseling

kelompok berakhir.

2.2. Client Centered

2.2.1. Pengertian Client Centered

Istilah Client Centered dapat dideskripsikan dengan mengatakan

bahwa konseling yang menekankan peranan konseli sendiri dalam proses

konseling. Pada awalnya konseling ini disebut konseling nondirektif untuk

membedakannya dari konseling yang mengandung banyak pengarahan dan

kontrol terhadap proses konseling di pihak konselor. Kemudian mulai di

Page 10: BAB II LANDASAN TEORI 2.1. Konseling Kelompok 2.1.1 ... II.pdf2.1. Konseling Kelompok 2.1.1. Pengertian Konseling Kelompok Layanan konseling kelompok pada hakekatnya adalah suatu proses

10

gunakan nama Client Centered Counseling, dengan maksud menggaris

bawahi individualitas konseli yang setaraf dengan individualitas konselor,

sehingga dapat dihindari kesan bahwa konseli menggantungkan diri pada

konselor. Pelopor dan promotor utama adalah Carl Roger (Winkel, W.S dan

Sri Hastuti, 2004). Menurut Roger (dalam Winkel dan Hastuti, 2004)

konseling client centered menekankan pada kecakapan konseli untuk

menentukan isu yang penting bagi dirinya dan pemecahan masalah dirinya.

Konsep pokok yang mendasari adalah hal yang menyangkut konsep-konsep

mengenai diri (self), aktualisasi diri, teori kepribadian, dan hakekat

kecemasan. Konsep inti konseling berpusat pada konseli adalah konsep

tentang diri pribadi dan konsep menjadi diri atau pertumbuhan perwujudan

diri.

2.2.2. Proses Konseling Client Centered

Konseling dengan Client Centered lebih menekankan peranan

konseli sendiri dalam proses konseling. Apapun keputusan yang diambil

konseli, sepenuhnya hak dari konseli dimana konselor hanya sebagai

alternatif solusi, selebihnya konseli sebagai pengambil keputusan. Berikut

ini adalah proses konseling kelompok Client Centered

a. Konseling memusatkan pada pengalaman individual

b. Konseling berupaya meminimalisir rasa diri terancam dan

memaksimalkan serta menopang eksplorasi diri. Perubahan perilaku

datang melalui pemanfaatan potensi individu untuk menilai

Page 11: BAB II LANDASAN TEORI 2.1. Konseling Kelompok 2.1.1 ... II.pdf2.1. Konseling Kelompok 2.1.1. Pengertian Konseling Kelompok Layanan konseling kelompok pada hakekatnya adalah suatu proses

11

pengalamannya, membuat untuk memperjelas dan mendapat tilikan

perasaan yang mengarah pada pertumbuhan.

c. Melalui penerimaan terhadap konseli, konselor membantu untuk

menyatakan, mengkaji dan memadukan pengalaman-pengalaman

sebelumnya ke dalam konsep diri.

d. Melalui redefinisi pengalaman individu mencapai penerimaan diri dan

menerima orang lain dan menjadi orang yang berkembang penuh.

e. Wawancara merupakan alat utama dalam konseling untuk

menumbuhkan hubungan timbal balik.

2.2.3. Langkah-langkah Konseling Kelompok Client Centered

Penyelenggaraan konseling kelompok memerlukan persiapan dan

praktik pelaksanaan yang memadai dari awal sampai dengan evaluasi dan

tindak lanjutnya. Berikut langkah-langkah yang dapat ditempuh :

a. Langkah Awal

Langkah awal diselenggarakan dalam rangka pembentukan kelompok

sampai dengan mengumpulkan para peserta yang siap melaksanakan

kegiatan konseling kelompok.

b. Perencanaan Kegiatan

Perencanaan Kegiatan Konseling Kelompok meliputi penetapan :

1) Materi layanan

2) Tujuan yang ingin dicapai

3) Waktu dan tempat

4) Sasaran kegiatan

Page 12: BAB II LANDASAN TEORI 2.1. Konseling Kelompok 2.1.1 ... II.pdf2.1. Konseling Kelompok 2.1.1. Pengertian Konseling Kelompok Layanan konseling kelompok pada hakekatnya adalah suatu proses

12

5) Bahan dan sumber bahan untuk konseling kelompok

6) Rencana penilaian

c. Pelaksanaan Kegiatan

Kegiatan yang telah direncanakan kemudian dilaksanakan melalui

rangkaian kegiatan berikut :

1) Persiapan

2) Pelaksanaan tahap-tahap kegiatan

d. Evaluasi Kegiatan

Penilaian kegiatan konseling kelompok difokuskan pada perkembangan

pribadi secara positif dan hal-hal yang dirasakan mereka berguna.

e. Analisis dan Tindak Lanjut

Hasil penilaian kegiatan konseling kelompok perlu dianalisis untuk

mengetahui lebih lanjut kemajuan para peserta dan penyelenggaraan

konseling kelompok.

2.2.4. Karakteristik Konseling berpusat pada Konseli

Eko (dalam Fuad 2009) mengemukakan ada beberapa karakteristik

konseling Client Centered antara lain :

a. Fokus utama adalah kemampuan individu menyelesaikan masalah

bukan terselesaikannya masalah.

b. Lebih mengutamakan sasaran perasaan dari pada intelek dalam

konseling Client Centered lebih mengutamakan perasaan konselinya.

Page 13: BAB II LANDASAN TEORI 2.1. Konseling Kelompok 2.1.1 ... II.pdf2.1. Konseling Kelompok 2.1.1. Pengertian Konseling Kelompok Layanan konseling kelompok pada hakekatnya adalah suatu proses

13

c. Masa kini lebih banyak diperhatikan dari masa lalu. Keadaan masa

kini konseli lebih diperhatikan dalam konseling Client Centered ini

dibandingkan dengan masa lalu konseli.

d. Pertumbuhan emosional konseli terjadi dalam hubungan konseling

saat konseling Client Centered berlangsung.

e. Proses terapi merupakan penyelesaian antara gambaran diri konseli

dengan keadaan dan pengalaman diri yang sesungguhnya.

f. Hubungan konselor dan konseli merupakan situasi pengalaman

terapeutik yang berkembang menuju kepada kepribadian konseli

yang integral dan mandiri.

g. Konseli memegang peran aktif dalam konseling sedangkan konselor

bersifat reflektif.

2.2.5. Teknik-Teknik yang Digunakan dalam Konseling Kelompok Client

Centered

Menurut Sudirman (dalam, Fuad 2009) mengemukakan bahwa

terdapat beberapa teknik konseling Client Centered yang digunakan antara

lain :

a. Rapport, yaitu teknik yang bertujuan untuk membuat pendekatan dan

hubungan yang baik dengan konseli agar selama proses terapi dapat

berlangsung dengan lancar.

b. Teknik klarifikasi, yaitu suatu cara konselor untuk menjernihkan dan

meminta konseli untuk menjelaskan hal-hal yang dikemukakan oleh

konselor.

Page 14: BAB II LANDASAN TEORI 2.1. Konseling Kelompok 2.1.1 ... II.pdf2.1. Konseling Kelompok 2.1.1. Pengertian Konseling Kelompok Layanan konseling kelompok pada hakekatnya adalah suatu proses

14

c. Teknik refleksi (isi dan perasaan), yaitu usaha konselor untuk

memantulkan kembali hal-hal yang telah dikemukakan konseli (isi

pembicaraan) dan memantulkan kembali perasaan-perasaan yang

ditampakkan oleh konselor dengan konseli dan menggali atau

memberikan kesempatan kepada konseli untuk mengekplorasi diri dan

masalahnya.

d. Teknik “ free expression “, yaitu memberikan kebebasan kepada konseli

untuk berekpresi, terutama emosinya.

e. Teknik “ silence”, yaitu kesempatan yang berharga diberikan oleh

terapis kepada konseli untuk mempertimbangkan dan meninjau kembali

pengalaman-pengalaman dan ekpresinya yang lampau. Kesempatan ini

dapat diberikan diantara waktu konseling dan dapat berlangsung cukup

lama. Jika terlalu lama maka konselor perlu mengambil inisiatif untuk

memulai lagi komunikasi dengan konseli.

f. Teknik “transference” yaitu ketergantungan konseli kepada konselor.

Hal ini dapat terjadi pada awal terapi, tapi bukan merupakan dasar untuk

kemajuan terapi. Kemungkinan transference terjadi karena sikap

konselor yang memberikan kebebasan tanpa menilai atau mengevaluasi

konseli.

Page 15: BAB II LANDASAN TEORI 2.1. Konseling Kelompok 2.1.1 ... II.pdf2.1. Konseling Kelompok 2.1.1. Pengertian Konseling Kelompok Layanan konseling kelompok pada hakekatnya adalah suatu proses

15

2.3. Konsep Diri

2.3.1. Pengertian Konsep Diri

Konsep diri adalah semua ide, pikiran, kepercayaan dan pendirian yang

diketahui individu tentang dirinya dan mempengaruhi individu dalam

berhubungan dengan orang lain (Stuart dan Sundeen, 1991, hlm. 372). Termasuk

persepsi individu akan sifat dan kemampuannya, interaksi dengan orang lain dan

lingkungan, nilai-nilai yang berkaitan dengan pengalaman dan objek, tujuan serta

keinginannya. Beck, Willian dan Rawlin (1986, hlm.293) lebih menjelaskan

bahwa konsep diri adalah cara individu memandang dirinya secara utuh: fisikal,

emosional, intelektual, sosial dan spiritual.

Secara umum disepakati bahwa konsep diri belum ada saat lahir. Konsep

diri berkembang secara bertahap saat bayi mulai mengenal dan membedakan

dirinya dengan orang lain. Perkembangan konsep diri terpacu cepat dengan

perkembangan bicara. Nama dan panggilan anak merupakan aspek bahasa yang

utama dalam membantu perkembangan identitas. Dengan memanggil nama, anak

mengartikan dirinya istimewa, unik dan mandiri.

Konsep diri dipelajari melalui kontak sosial dan pengalaman berhubungan

dengan orang lain. Pandangan individu tentang dirinya dipengaruhi oleh

bagaimana individu mengartikan pandangan orang lain tentang dirinya.

Keluarga mempunyai peran yang penting dalam membantu perkembangan

konsep diri terutama pada pengalaman masa kanak-kanak. Combs dan Snygg

(dikutip oleh Stuart dan Sundeen, 1991, hlm. 373) mengemukakan pengalaman

Page 16: BAB II LANDASAN TEORI 2.1. Konseling Kelompok 2.1.1 ... II.pdf2.1. Konseling Kelompok 2.1.1. Pengertian Konseling Kelompok Layanan konseling kelompok pada hakekatnya adalah suatu proses

16

awal kehidupan dalam keluarga merupakan dasar pembentukan konsep diri.

Keluarga dapat memberikan:

1. Perasaan mampu atau tidak mampu.

2. Perasaan diterima atau ditolak.

3. Kesempatan untuk identifikasi

4. Penghargaan yang pantas tentang tujuan, perilaku dan nilai.

Suasana keluarga yang saling menghargai dan mempunyai pandangan

yang positif akan mendorong kreatifitas anak, menghasilkan perasaan yang positif

dan berarti. Penerimaan keluarga akan kemampuan anak sesuai dengan

perkembangannya sangat mendorong aktualisasi diri dan kesadaran akan potensi

dirinya. Tidak dianjurkan menggunakan kata-kata: “Jangan”, “Tidak boleh”,

“Nakal” tanpa penjelasan lebih lanjut.

Dapat disimpulkan, konsep diri merupakan aspek kritikal dan dasar dari

perilaku individu. Individu dengan konsep diri yang positif dapat berfungsi lebih

efektif yang terlihat dari kemampuan interpersonal, kemampuan intelektual dan

penguasaan lingkungan. Konsep diri yang negatif dapat dilihat dari hubungan

individu dan sosial yang maladaptif.

Dasar konsep diri positif adalah penerimaan diri. Orang yang mengenal

dirinya dengan baik merupakan orang yang mempunyai konsep diri positif begitu

pula sebaliknya. (Suprapto, 2007).

Konsep diri merupakan gambaran mengenai diri dan evaluasi diri (Piers,

1984). Piers Harris dalam (Burn,1993:139) membuat Piers Harris Children’s

Page 17: BAB II LANDASAN TEORI 2.1. Konseling Kelompok 2.1.1 ... II.pdf2.1. Konseling Kelompok 2.1.1. Pengertian Konseling Kelompok Layanan konseling kelompok pada hakekatnya adalah suatu proses

17

Self-concept Scale (PHCSS) menggunakan teori berasal dari Jersild tahun 1952.

Konsep diri menurut Jersild dalam (Burn, 1993:139) dilukiskan sebagai

“The label self-concept has been widely used to identify these subjective states,

even though the self embodies far more than just a conceptual framework.”

Sikap terhadap diri sendiri diperoleh dari pengalaman individu berinteraksi

dengan orang lain sehingga mempunyai arti penting dalam hidupnya. Konsep diri

seseorang bukan hanya merupakan faktor bawaan, tetapi juga yang dipelajari dan

dibentuk melalui pengalaman individu berhubungan dengan orang lain. Konsep

diri meliputi penampilan fisik, perilaku sosial, status akademik, depresiasi,

ketidakpuasan dan perasaan puas terhadap diri, dan semua persepsi dari seluruh

aspek yang diharapkan. Konsep diri akan terbentuk melalui persepsi diri dengan

nilai-nilai yang dihubungkan dengan kualitas dan hubungan sebagaimana mereka

persepsikan sebagai masa lalu, sekarang atau masa yang akan datang.

Menurut Brooks, konsep diri adalah pandangan dan perasaan individu

tentang diri individu itu sendiri. (dalam Rakhmat, 2005). Sedangkan menurut

Hurlock (1990) konsep diri adalah gambaran yang dimiliki orang tentang dirinya.

Masa remaja merupakan masa yang potensial untuk mengembangkan

konsep diri, sebab masa remaja adalah masa yang penuh dengan tekanan yang

memungkinkan individu menemukan identitas dirinya. Pada masa remaja,

individu mulai menilai kembali berbagai bawaan yang telah terbentuk sebelumnya

dan konsep dirinya menjadi semakin abstrak. Penilaian kembali pandangan dan

nilai-nilai sesuai dengan tahap perkembangan kognitif remaja, dari pemikiran

yang bersifat konkret menjadi lebih abstrak dan subjektif. Jersild dalam (Burn,

1993) masa remaja merupakan masa terpenting bagi seseorang untuk menemukan

Page 18: BAB II LANDASAN TEORI 2.1. Konseling Kelompok 2.1.1 ... II.pdf2.1. Konseling Kelompok 2.1.1. Pengertian Konseling Kelompok Layanan konseling kelompok pada hakekatnya adalah suatu proses

18

dirinya. Remaja harus menemukan nilai-nilai yang berlaku dan yang akan remaja

capai di dalam kehidupannya. Remaja harus mulai belajar untuk mengatasi

masalah-masalah, merencanakan masa depan, dan mulai memilih karir yang akan

digeluti secara rasional. Perkembangan kognitif yang terjadi selama masa remaja

membuat individu melihat dirinya dengan pemahaman yang berbeda. Kapasitas

kognitif didapatkan selama melakukan pengamatan terhadap perubahan-

perubahan yang dipahami sebagai perubahan diri yang disebabkan oleh perubahan

fisik secara kompleks dan perubahan sistem sosial. Pada masa remaja individu

mulai dapat melihat siapa dirinya, ingin menjadi seperti apa, bagaimana orang lain

menilainya, dan bagaimana mereka menilai peran yang mereka jalani sebagai

identitas diri. Bisa dikatakan bahwa salah satu tugas penting yang harus dilakukan

remaja adalah mengembangkan persepsi identitas untuk menemukan jawaban

terhadap pertanyaan “Siapakah saya ?” dan “Mau jadi apa saya ?”. Konsep diri

adalah konsep abstrak. Dapat diukur dengan perilaku yang dapat diamati. Konsep

diri terbentuk melalui pengalaman nyata dan persepsi tentang dirinya. Ketika

seseorang melihat pengalaman dengan cara yang negatif terhadap dirinya, maka

konsep diri mereka akan terbentuk negatif. Dan sebaliknya, ketika seorang

melihat pengalaman dengan cara yang positif terhadap dirinya, maka konsep diri

mereka akan terbentuk positif.

2.3.2. Isi Konsep Diri

Sewaktu anak sedang tumbuh meluas, isi dari konsep dirinya juga

berkembang meluas, termasuk pemilikan, teman-teman, nilai-nilai dan khususnya

Page 19: BAB II LANDASAN TEORI 2.1. Konseling Kelompok 2.1.1 ... II.pdf2.1. Konseling Kelompok 2.1.1. Pengertian Konseling Kelompok Layanan konseling kelompok pada hakekatnya adalah suatu proses

19

orang-orang yang disayangi melalui proses identifikasi. Menurut Jersild dalam

(Burn, 1993) dalam penelitiannya mendeskripsikan isi dari konsep diri adalah :

a. Karakteristik fisik

Karakteristik merupakan suatu ciri atau hal yang membedakan dari

individu dengan individu yang lain yaitu, yang mencakup penampilan

secara umum, ukuran dan berat tubuh, dan detail-detail dari kepala dan

tungkai lengan. Karakteristik fisik dapat menyebabkan adanya

pandangan yang berbeda tiap individu satu dengan individu yang lain

tentang dirinya sendiri. Contohnya kalau seorang bintang film yang

cantik dapat dijadikan idola. Hal ini kadang menjadi masalah, karena

individu itu sendiri merasa memiliki kekurangan dibandingkan dengan

temannya yang memiliki kelebihan, seperti kurang tinggi, terlalu

gemuk, tidak cantik, perasaan ini dapat berkembang menjadi konsep

diri yang negatif apabila masyarakat memperhatikan dan menjunjung

individu yang mempunyai kelebihan dibandingkan dengan individu

yang tidak mempunyai kelebihan.

b. Penampilan

Penampilan dari setiap individu berbeda antara individu yang satu

dengan individu yang lain, sehingga dapat menggambarkan

kepribadian seseorang. Penampilan mencakup cara berpakaian, model

rambut dan make up, dengan keadaan seperti ini, individu

dimungkinkan percaya diri atau tidak. Misalnya, seseorang yang tidak

pernah memakai make up suatu saat disuruh temannya memakainya,

Page 20: BAB II LANDASAN TEORI 2.1. Konseling Kelompok 2.1.1 ... II.pdf2.1. Konseling Kelompok 2.1.1. Pengertian Konseling Kelompok Layanan konseling kelompok pada hakekatnya adalah suatu proses

20

tentunya pada saat itu ada perbedaan antara temannya yang sudah

terbiasa memakai make up dengan dirinya yang malu dan menutupi

wajahnya dengan kain.

c. Kesehatan dan kondisi fisik

Kesehatan dan kondisi fisik sangat diperlukan bagi setiap individu

dalam menjalani hidup ini, terutama dalam mencapai karir. Individu

yang mempunyai kesehatan dan kondisi fisik yang tidak baik dapat

mengakibatkan gangguan pada individu yang merasa tidak aman atau

kurang percaya diri, dapat berakibat pada penilaian terhadap dirinya

sendiri secara negative. Individu yang memiliki kesehatan dan kondisi

fisik yang baik akan percaya diri dibandingkan dengan individu yang

memiliki kesehatan dan kondisi fisik yang tidak baik atau kurang

sehat.

d. Rumah dan hubungan keluarga

Rumah dan hubungan keluarga merupakan lingkungan pertama yang

dikenal atau ditempati individu saat lahir dan mengenal lingkungan

luar. Di dalam rumah, hubungan keluarga akan tercipta susasana dan

kondisi yang menyenangkan atau tidak, dapat dijadikan sebagai suatu

informasi, pengalaman, yang dijadikan pegangan individu untuk

berinteraksi. Rumah dan hubungan keluarga yang terjalin dengan baik

akan membuat individu senang dan bahagia tinggal di rumah dan

berhubungan dengan keluarganya, tetapi seorang individu yang rumah

dan hubungan keluarganya yang tidak terjalin dengan baik, misalnya

Page 21: BAB II LANDASAN TEORI 2.1. Konseling Kelompok 2.1.1 ... II.pdf2.1. Konseling Kelompok 2.1.1. Pengertian Konseling Kelompok Layanan konseling kelompok pada hakekatnya adalah suatu proses

21

kedua orang tuanya sering bertengkar, bercerai atau broken home ini

dapatmenyebabkan individu memiliki pandangan negatif tentang

rumah dan hubungan keluarganya.

e. Hobi dan permainan

Hobi dan permaianan sangat berhubungan, karena dari percobaan

setiap permainan akan muncul pengembangan hobi, dengan

terkuasainya permainan itu, individu akan berusaha mengembangkan

kemampuan dan percaya diri terhadap hobi dan permainannya.

Individu yang memiliki hobi dan permainan yang dapat dikembangkan

secara baik akan terarah dan adanya dukungan dari diri, keluarga dan

lingkungan dekatnya, individu akan termotivasi untuk

mengembangkannya dan tentunya individu itu akan dipandang

lingkungan sekitarnya.

f. Sekolah dan pekerjaan sekolah

Sekolah merupakan tempat belajar individu dalam tahap pencarian

ilmu. Dalam sekolah ada tugas-tugas yang diberikan individu. Individu

yang mengerjakan tugasnya sebelum batas waktu pengumpulan,

disinilah terlihat bagaimana kemampuan dan sikap individu terhadap

sekolah apakah ia merasa mampu dan berprestasi didalam

mengerjakan tugas-tugas sekolah. Seorang individu yang selalu

mendapat nilai tidak bagus ini akan mempengaruhi cara belajarnya

atau pandangan individu bahwa dirinya seorang yang cenderung gagal

atau bodoh.

Page 22: BAB II LANDASAN TEORI 2.1. Konseling Kelompok 2.1.1 ... II.pdf2.1. Konseling Kelompok 2.1.1. Pengertian Konseling Kelompok Layanan konseling kelompok pada hakekatnya adalah suatu proses

22

g. Kecerdasan

Kecerdasan berkaitan dengan status intelektual yang dimiliki individu.

Kecerdasan ini ada yang tinggi dan ada yang rendah, dari kecerdasan

ini cara berfikir atau daya tangkap individu berbeda, sehingga

pandangan dirinya sendiri tentunya juga berbeda-beda, misalnya anak

yang memiliki kecerdasan yang baik atau tinggi akan dipuji oleh guru,

orang tua dan temannya yang kemudian individu itu akan percaya diri

saat mengerjakan tugas atau mengikuti tes.

h. Bakat dan minat

Bakat dan minat yang dimiliki individu itu berbeda-beda walaupun

individu itu kembar sekalipun. Seseorang yang memiliki bakat dan

minat yang terlatih atau disalurkan akan mengakibatkan individu itu

mempunyai keingingan untuk maju dan berkembang dan biasanya

timbul perasaan percaya diri bahwa dirinya memiliki suatu kelebihan

berbeda dengan individu yang bakat dan minatnya yang tidak jelas

atau asal-asalan, sehingga ini dapat menyebabkan individu putus asa

atau tidak percaya diri.

i. Ciri kepribadian

Ciri kepribadian seseorang ini berhubungan dengan tempramen,

karakter dan tendensi emosional dan lain sebagainya. Ciri kepribadian

ini akan mempengaruhi individu dalam bertindak atau dalam berfikir,

misalnya seseorang individu yang selalu mengatur, dalam segi

Page 23: BAB II LANDASAN TEORI 2.1. Konseling Kelompok 2.1.1 ... II.pdf2.1. Konseling Kelompok 2.1.1. Pengertian Konseling Kelompok Layanan konseling kelompok pada hakekatnya adalah suatu proses

23

kegiatan individu itu akan selalu mengatur atau berpandangan kalau

dia berhak mengaturnya.

j. Sikap dan hubungan sosial

Sikap dan hubungan sosial yang dilakukan oleh individu akan

berpengaruh terhadap orang-orang yang berada disekitarnya, pergaulan

dengan teman sebaya. Seorang individu yang ekstrovertcenderung

akan senang dengan keadaan ramai dan akan mudah dalam mencari

teman atau memulai pembicaraan, hal ini dapat membuat individu itu

semakin bertambah wawasan, informasi, pengalaman dan

pengetahuan. Sedangkan pada individu yang introvert akan cenderung

menutup diri, dan berusaha menjauh dari teman-temannya dengan

berpikiran dirinya mempunyai banyak kelemahan. Dari uraian diatas

dapat ditarik kesimpulan bahwa sikap dan hubungan sosial ini akan

mempengaruhi individu dalam memandang dirinya sendiri, misalnya

anak introvert memandang lingkungan yang ditempati saat ini

membosankan dan menyakitkan bagi dirinya sendiri.

k. Religius

Manusia hidup tidak dapat terlepas dari hubungan dengan Tuhan Yang

Maha Esa, karena tanpa bantuan dan Karunianya, kita tidak bisa hidup.

Seseorang yang memiliki segi religius positif akan menjalankan

perintahnya dan meninggalkan larangannya, untuk itu religius yang

positif ini akan mempengaruhi cara berpikir dan bertingkah laku atau

bertindak yang mengarah kepada penilaian diri yang percaya diri dan

Page 24: BAB II LANDASAN TEORI 2.1. Konseling Kelompok 2.1.1 ... II.pdf2.1. Konseling Kelompok 2.1.1. Pengertian Konseling Kelompok Layanan konseling kelompok pada hakekatnya adalah suatu proses

24

positif. Dari beberapa pendapat diatas maka dapat disimpulkan bahwa

isi konsep diri meliputi penampilan, kepribadian, kecerdasan,

kesehatan dan kondisi fisik, keluarga, hubungan sosial, penyesuaian

dengan orang-orang disekitar dan lawan jenis, bakat dan minat serta

hobi.

Konsep diri seseorang terbentuk secara tidak sengaja dan tidak disadari

secara langsung oleh seseorang. Karena proses terbentuknya konsep diri pada

seseorang memerlukan waktu yang cukup lama dan dipengaruhi oleh

pengalaman-pengalaman hidup seseorang. Konsep diri seseorang terbentuk dari

komponen yang ada dan berbeda. Oleh karena itu dalam penyusunan skala

Konsep Diri, Piers Harris mengambil beberapa kelompok item-item yang berasal

dari koleksi Jersild (Burn, 1993:139) mengenai pernyataan-pernyataan anak-anak.

Beberapa aspek yang diambil dari Jersild dalam skala Konsep Diri Piers-

Harris antara lain fisik, penampilan, kesehatan dan kondisi fisik, rumah dan

hubungan keluarga, sekolah dan pekerjaan sekolah, kecerdasan, bakat dan minat,

ciri kepribadian, sikap dan hubungan sosial. Skala Konsep Diri Piers Harris

merupakan skala yang bercangkupan luas yang meliputi penampakan fisik,

tingkah laku sosial, status akademis, depresiasi, ketidakpuasan dan perasaan puas

terhadap diri, dengan pernyataan yang seimbang dibagi diantara bentuk-bentuk

yang positif dan negatif dan diantara refleksi-refleksi konsep diri yang tinggi dan

rendah.

Piers-Harrisdalam (Burn, 1993) menyatakan konsep diri ke dalam 6 faktor

berdasarkan Piers Harris Children’s Self-concept Scale(PHCSS) yaitu :

Page 25: BAB II LANDASAN TEORI 2.1. Konseling Kelompok 2.1.1 ... II.pdf2.1. Konseling Kelompok 2.1.1. Pengertian Konseling Kelompok Layanan konseling kelompok pada hakekatnya adalah suatu proses

25

1. Penyesuaian Perilaku

Meliputi : sifat, perilaku, persahabatan dalam suatu permainan atau

olahraga, ciri kepribadian, persepsi terhadap diri

2. Kecerdasan (Intellectual)

Meliputi : ide dan gagasan, keterampilan, bakat, kemampuan, prestasi,

sikap terhadap sekolah

3. Penampilan Fisik

Meliputi : ciri fisik, sikap terhadap diri

4. Tidak cemas (freedom from anxiety)

Meliputi : Sikap terhadap diri, teman, keluarga, sekolah

5. Popularitas

Meliputi : Posisi dalam lingkungan pergaulan, keinginan dan harapan

6. Kegembiraan dan kepuasan (happiness and satisfaction)

Meliputi : perasaan terhadap diri, nasibnya dan kepribadiannya.

Ke enam komponen diri merupakan hasil klarifikasi melalui analisis

statistik memakai rumus analisis faktor terhadap 80 item pada alat

pengukuran konsep diri yang disusun oleh Piers-Harris Children’s self

Concept Scale.

Page 26: BAB II LANDASAN TEORI 2.1. Konseling Kelompok 2.1.1 ... II.pdf2.1. Konseling Kelompok 2.1.1. Pengertian Konseling Kelompok Layanan konseling kelompok pada hakekatnya adalah suatu proses

26

2.3.3. Faktor-faktor yang mempengaruhi konsep diri

Menurut Jersild (Burn, 1993) faktor-faktor yang mempengaruhi konsep diri

adalah :

a. Peran orang tua

Ketika masih kecil, orang tua penting bagi seorang anak adalah orang

tua dan saudara-saudaranya yang tinggal serumah. Merekalah yang

pertama-tama menanggapi perilaku anak, sehingga secara perlahan-

lahan terbentuklah konsep diri anak. Segala sanjungan, senyuman,

pujian dan penghargaan akan menyebabkan penilaian positif terhadap

diri sendiri.

b. Peranan faktor sosial

Konsep diri terbentuk karena adanya interaksi seseorang dengan

orang-orang disekitarnya. Apa yang dipersepsikan seseorang tentang

dirinya, tidak terlepas dari struktur, peran dan status sosial merupakan

gejala yang duhasilkan dari adanya interaksi antara individu yang satu

dengan individu dengan kelompok, atau kelompok dengan kelompok.

c. Belajar

Konsep diri merupakan produk belajar. Proses belajar ini terjadi setiap

hari dan umumnya tidak disadari oleh individu. Belajar disini bisa

diartikan sebagai perubahan psikologis yang relatif permanen yang

terjadi sebagai konsekuensi dari pengalaman.

Page 27: BAB II LANDASAN TEORI 2.1. Konseling Kelompok 2.1.1 ... II.pdf2.1. Konseling Kelompok 2.1.1. Pengertian Konseling Kelompok Layanan konseling kelompok pada hakekatnya adalah suatu proses

27

2.4. Penelitian Yang Relevan

Dari hasil penelitian yang dilakukan oleh Dahlani (2006) mengenai

keberhasilan konseling kelompok dalam membantu seseorang yang

minder. Diperoleh hasil yang menunjukkan hasil f=25,670, dengan p=

0,000 yang berarti bahwa ada perbedaan signifikan antara kelompok

kontrol dengan kelompok perlakuan (mean) antar antar kelompok

diketahui bahwa rata-rata kelompok kontrol sebesar 2,2425 sedangkan

kelompok perlakuan sebesar 2,5888, kelompok perlakuan memiliki selisih

lebih besar 0,3463. Berdasarkan hasil analisis tersebut berarti perlakuan

layanan diberikan dengan konseling kelompok dengan pendekatan Client

Centered memiliki keberhasilan. Sedangkan Tutik Lestari (2009)

mengatakan ada penurunan rasa rendah diri yang signifikasikan pada

individu yang diberikan layanan konseling kelompok dengan pendekatan

dengan teknik teknik Client Centered. Dengan hasil mean pre test

143,0000 dengan standar deviasi 1,41421. Sedangkan mean pada post test

100,0000 dengan standar deviasi 1,41421 dengan nilai t hitung 21,500 dan

p=0,030 (p<0,50). Jadi dengan dilaksanakan konseling kelompok dengan

teknik Client Centered, hal ini dapat membantu para siswa mengatasi rasa

rendah diri.

Page 28: BAB II LANDASAN TEORI 2.1. Konseling Kelompok 2.1.1 ... II.pdf2.1. Konseling Kelompok 2.1.1. Pengertian Konseling Kelompok Layanan konseling kelompok pada hakekatnya adalah suatu proses

28

2.5. Hipotesis

Berdasarkan rumusan masalah yang telah diungkapkan sebelumnya, maka

penulis mengajukan hipotesis sebagai berikut:

“Ada Penurunan yang signifikan konsep diri melalui layanan konseling

kelompok dengan pendekatan Client Centered pada siswa kelas X Otomotif 2

SMK Muhammadiyah Salatiga Tahun Pelajaran 2013/2014.