4 BAB II LANDASAN TEORI 2.1. Jasa 2.1.1. Pengertian Jasa. Menurut Philip Kotler seperti yang dikutip J. Supranto (2001:227) “Jasa adalah setiap tindakan atau kegiatan yang dapat ditawarkan oleh satu pihak kepada pihak lain yang pada dasarnya tidak berwujud dan tidak mengakibatkan kepemilikan apapun. Produksinya dapat dikaitkan atau tidak dikaitkan pada satu produk fisik”. Menurut Valarie A. Zethaml and Mary Jo Bitner seperti yang dikutip Rambat Lupioyadi (2001:5) memberikan definisi “Jasa ialah semua aktivitas ekonomi yang hasilnya tidak merupakan produk dalam bentuk fisik atau konstruksi, yang biasanya dikonsumsi pada saat yang sama dengan waktu yang dihasilkan dan memberikan nilai tambah (seperti misalnya kenyamanan, hiburan, kesenengan, atau kesehatan) atau pemecahan atas masalah yang dihadapi konsumen.” Dari beberapa pengertian di atas maka dapat disimpulkan bahwa jasa merupakan suatu tindakan atau aktivitas ekonomi yang pada dasarnya tidak berwujud dan tidak mengakibatkan kepemilikan apapun namun digunakan pada waktu yang sama dan dapat memberikan nilai tambah dan dapat menjadi pemecah atas masalah yang dihadapi oleh konsumen.
36
Embed
BAB II LANDASAN TEORI - thesis.binus.ac.idthesis.binus.ac.id/doc/Bab2/Bab 2_09-155.pdf · yang pada dasarnya tidak berwujud dan tidak mengakibatkan ... (barang) yang dimiliki ...
This document is posted to help you gain knowledge. Please leave a comment to let me know what you think about it! Share it to your friends and learn new things together.
Transcript
4
BAB II
LANDASAN TEORI
2.1. Jasa
2.1.1. Pengertian Jasa.
Menurut Philip Kotler seperti yang dikutip J. Supranto (2001:227) “Jasa adalah
setiap tindakan atau kegiatan yang dapat ditawarkan oleh satu pihak kepada pihak lain
yang pada dasarnya tidak berwujud dan tidak mengakibatkan kepemilikan apapun.
Produksinya dapat dikaitkan atau tidak dikaitkan pada satu produk fisik”.
Menurut Valarie A. Zethaml and Mary Jo Bitner seperti yang dikutip Rambat
Lupioyadi (2001:5) memberikan definisi “Jasa ialah semua aktivitas ekonomi yang
hasilnya tidak merupakan produk dalam bentuk fisik atau konstruksi, yang biasanya
dikonsumsi pada saat yang sama dengan waktu yang dihasilkan dan memberikan nilai
tambah (seperti misalnya kenyamanan, hiburan, kesenengan, atau kesehatan) atau
pemecahan atas masalah yang dihadapi konsumen.”
Dari beberapa pengertian di atas maka dapat disimpulkan bahwa jasa merupakan
suatu tindakan atau aktivitas ekonomi yang pada dasarnya tidak berwujud dan tidak
mengakibatkan kepemilikan apapun namun digunakan pada waktu yang sama dan dapat
memberikan nilai tambah dan dapat menjadi pemecah atas masalah yang dihadapi oleh
konsumen.
5
2.1.2 Karakteristik Jasa.
Menurut Kotler dan Amstrong (2001:376), perusahaan harus mempertimbangkan
empat karakteristik jasa tertentu ketika merancang program pemasaran antara lain:
1. Tidak berwujud jasa (Intangibility)
Jasa tidak bisa dilihat, dicicipi, dirasakan, didengar atau dibaui sebelum dibeli.
Untuk mengurangi ketidakpastian, pembeli mencari “tanda” dari kualitas jasa
pelayanan. Mereka mengambil kesimpulan mengenai kualitas dari tempat, orang,
harga, peralatan, dan konsumsi yang dapat mereka lihat. Oleh karena itu, tugas
penyedia jasa adalah membuat jasa dapat berwujud dalam satu atau beberapa cara.
2. Ketidakterpisahan jasa (Inseparability)
Jasa tidak dapat dipisahkan dari penyedianya, apakah penyedia tadi adalah orang
atau mesin. Bila karyawan jasa menyediakan jasa, maka karyawan itu merupakan
bagian dari jasa. Karena pelanggan turut hadir saat jasa itu diproduksi sebagai Co-
producer, interaksi penyedia jasa maupun pelanggan akan mempengaruhi hasil
jasa.
3. Keragaman Jasa ( Service Variability)
Kualitas jasa bergantung pada siapa yang menyediakan jasa, waktu, tempat, dan
bagaimana cara mereka disediakan. Menurut Bovee, Housten, dan Thill (Tjiptono,
1997:17), ada tiga faktor yang menyebabkan variabilitas kualitas jasa, yaitu
kerjasama atau partisipasi pelanggan selama penyampaian jasa, moral atau
motivasi karyawan dalam melayani pelanggan, dan beban kerja perusahaan.
4. Tidak Tahan Lamanya Jasa ( Perishability)
Jasa tidak dapat disimpan untuk penjualan atau pemakaian yang akan datang.
Tidak tahan lamanya jasa bukanlah masalah apabila permintaan selalu ada. Tapi
6
ketika permintaan berfluktuasi, perusahaan jasa sering kali mengalami masalah
sulit. Oleh karena itu perusahaan jasa sering kali merancang strategi agar lebih
baik lagi menyesuaikan permintaan dengan penawaran.
Sumber : Kotler and Armstrong (2001:378)
Gambar 2.1
Empat Karakteristik Jasa
2.1.3 Jenis-Jenis Jasa
Suatu tindakan atau perbuatan yang dilakukan terhadap orang lain dikategorikan
sebagai jasa akan tetapi jasa dibagi menjadi beberapa jenis jasa, yaitu :
Menurut lovelock Jasa pada dasarnya dapat dibedakan menjadi 3 macam
sebagaimana dikemukakan (dalam sudarminto, 2002:25-26) yang membedakannya
adalah sebagai berikut:
1. Rented Goods Service
Dalam jenis ini, konsumen menyewa dan menggunakan suatu produk
berdasarkan tariff yang telah ditetapkan selama jangka waktu tertentu.konsumen
hanya dapat menggunakan produk tersebut,sedangkan kepemilikannya tetap
Ketidakberwujudan Jasa tidak dapat dilihat, dirasa, diraba, didengar, atau dibaui sebelum dibeli
Ketidakterpisahan Jasa tidak dapat dipisahkan dari penyedia dan pelanggannya
Keragaman Kualitas jasa tergantung pada siapa yang menyediakan, kapan, dimana, dan bagaimana
Tidak Tahan Lama Jasa tidak dapat disimpan untuk penjualan atau pemakaian yang akan datang
Jasa/ pelayanan
7
berada pada pihak perusahaan atau perorangan yang menyewakannya.contoh:
perusahaan penyewaan mobil, penyewaan hotel, komputer, apartemen dan
sebagainya.
2. Owned Goods Service
Dalam jenis ini, produk-produk yang dimiliki konsumen dikembangkan
atau dirawat oleh perusahaan jasa. Jenis jasa ini juga mencakup perubahan bentuk
produk (barang) yang dimiliki konsumen. Contoh: jasa perbaikan mobil, AC,
salon kecantikan dan sebagainya.
3. Non Goods Service
Dalam jenis ini adalah jasa personal bersifat intangible (tidak berbentuk produk
fisik) ditawarkan pada para pelanggan. Contoh: jasa bank, jasa asuransi, jasa
pendidikan, jasa ekspedisi dsb.
2.2 Kualitas Jasa (Service Quality)
Kualitas Jasa didefiniskan sebagai penyampaian jasa yang akan melebihi tingkat
kepentingan pelanggan ( Rangkuti 2006:28)
• ( Jasfar, Farida dalam Jurnal ilmiah “Manajemen dan Pemasaran Jasa” Fakultas
Ekonomi Trisakti Jakarta 2005:5). Beberapa peneliti dibidang jasa telah
mengembangkan beberapa model kualitas jasa dan berdasarkan urutan atau
kronologis dari penemunya. model tersebut dapat dijelaskan sebagai berikut :
1. The disconfirmation of expectation model, yang dikemangkan oleh oliver
(1997,1980,1981). Model ini merupakan model dasar dari semua model
kualitas jasa yang ada saat ini. Model ini menerangkan bahwa kualitas jasa
8
ditentukan oleh seberapa besar ketidaksesuaian ( Disconfirmation ) harapan
dalam mempengaruhi presepsi konsumen terhadap produk atau jasa.
Menurut model ini ada tiga elemen yang menyebabkan kepuasan
(ketidakpuasan ) seseorang, yaitu : harapan, diskonfirmasi dan presepsi.
Apabila harapannya lebih tinggi dari presepsinya maka akan terjadi
diskonfirmasi negatif, dan akibatnya ia tidak puas. Apabila presepsinyanya
yang lebih tinggi dari harapannya, maka akan terjadi diskonfirmasi yang
positif, dan outcomenya adalah ia merasa sangat puas.
2. Nordic Model dikembangkan oleh Gronroos ( 1984 ) merupakan model
kualitas jasa yang pertama kali mengadopsi model disconfirmation. Model
ini menyatakan bahwa pengalaman terhadap penggunaan jasa tertentu
didasarkan pada kualitas fungsional ( functional element ) dan kualitas
teknik ( Technical Element ). Yang dimaksud dengan elemen fungsional
adalah : the way the service is deliverd as reflected through the customer’s
preception of interactions that occur during the service encounter.
Technical quality refers to what the consumer receives from the service, or
the outcome of the service process. Model kualitas jasa dari Gronroos ini
merefleksikan model efek diskonfirmasi harapan ( model pertama ) dalam
mengembangkan model kualitas jasa.
3. The SERVQUAL/ Gaps model dikembangkan oleh Parasuraman, Zeithaml
kesenjangan yang dapat menyebabkan kegagalan jasa yang diterima
pelanggan. Model kualitas jasa ini merupakan suatu konsep yang sangat
bermanfaat bagi manager untuk memahami mengapa sampai terjadi
kegagalan dalam kualitas pelayanan dengan menggunakan pendekatan
9
perbandingan ( Comparative Approach ) dalam mengidentifikasikan dan
mengukur dimensi- dimensi kunci dari konsep kualitas jasa. Selanjutnya
dalam model ini juga dijelaskan bahwa manager agar berhasil memuaskan
pelanggannya harus mengusahakan agar menghilangkan atau mengurangi
adanya gap atau kesenjangan pada setiap level.
Salah satu faktor yang menentukan tingkat keberhasilan dan kualitas
perusahaan adalah kemampuan perusahaan dalam memberikan pelayanan
kepada pelanggan. Salah satu pendekatan kualitas pelayanan yang banyak
digunakan ialah model SERVQUAL (Service Quality) yang dikembangkan
oleh Parasuraman, Zeithaml, dan Berry dalam serangkaian penelitian
mereka terhadap enam sektor jasa: reparasi, peralatan rumah tangga, kartu
kredit, asuransi, sambungan telepon jarak jauh, perbankan, dan pialang
sekuritas.
SERVQUAL menghasilkan suatu metode pengukuran kualitas jasa
berdasarkan perbandingan antara persepsi pelanggan atas layanan yang
mereka terima (Perceived Service) dengan layanan yang sesungguhnya
diharapkan (Expected service).
Jadi jika layanan yang diterima konsumen lebih dari yang diharapkan, maka
layanan dapat dikatakan bermutu. Jika layanan yang diterima konsumen
kurang dari yang diharapkan, maka layanan dikatakan tidak bermutu. Tetapi
apabila layanan sama dengan harapan, maka layanan disebut memuaskan.
10
Dengan demikian, service quality menurut Parasuraman seperti yang dikutip
Rambat Lupiyoadi (2001:148) adalah seberapa jauh perbedaan antara kenyataan dan
harapan pelanggan atas layanan yang mereka terima atau peroleh.
Menurut Kotler dalam Lupiyoadi, Rambat (2001, 148-149), terdapat lima dimensi
kualitas jasa (SERVQUAL) yaitu:
1. Tangibles (berwujud)
Yaitu kemammpuan suatu perusahaan dalam menunjukkan eksistensinya kepada
pihak eksternal. Penampilan dan kemampuan sarana dan prasarana fisik
perusahaan dan keadaan lingkungan sekitarnya adalah bukti nyata dari pelayanan
yang diberikan oleh pemberi jasa, yang meliputi fasilitas fisik (gedung, gudang,
dan lain sebagainya), perlengkapan dan peralatan yang dipergunakan (teknologi),
serta penampilan pegawainya.
2. Reliability (keandalan)
Yaitu kemampuan perusahaan untuk memberikan pelayanan sesuai yang
dijanjikan secara akurat dan terpercaya. Kinerja harus sesuai dengan harapan
pelanggan yang berarti ketepatan waktu, pelayanan yang sama untuk semua
pelanggan tanpa kesalahan, sikap yang simpatik, dan dengan akurasi yang tinggi.
3. Responsiveness (ketanggapan)
Yaitu kemauan untuk membantu dan memberikan pelayanan yang cepat dan tepat
kepada pelanggan, dengan penyampaian informasi yang jelas. Membiarkan
konsumen menunggu tanpa adanya suatu alasan yang jelas menyebabkan persepsi
yang negative dalam kualitas pelayanan.
4. Assurance (kepastian)
11
Yaitu pengetahuan, kesopansantunan, dan kemampuan para pegawai perusahaan
untuk menumbuhkan rasa percaya para pelanggan kepada perusahaan. Terdiri dari
beberapa komponen antara lain komunikasi (communication), kredibilitas
(credibility), keamanan (security), kompetensi (competence), dan sopan santun
(courtesy).
5. Emphaty (empati)
Yaitu memberikan perhatian yang tulus dan bersifat individual atau pribadi yang
diberikan kepada para pelanggan dengan berupaya memahami keinginan
konsumen. Di mana suatu perusahaan diharapkan memiliki pengertian dan
pengetahuan tentang pelanggan, memahami kebutuhan pelanggan secara spesifik,
serta memiliki waktu pengoperasian yang nyaman bagi pelanggan.
Dalam buku kepuasan pelanggan (Aritonang, p30) empati memiliki 2 dimensi
yaitu :
a. Accessibility.
Hal ini mencakup kemudahaan untuk mendekati dan menghubungi untuk
mendekati dan menghubungi.
b. Understanding the customer.
Hal ini mencakup perlunya usaha untuk mengetahui pelanggan dan kebutuhan
khusunya.
Menurut Rangkuti (2006:29) ada sepuluh kriteria umum atau standard yang
menentukan kualitas jasa, yaitu :
• Reliabilty (keandalan)
12
• Responsiveness ( ketanggapan)
• Competence (kemampuan)
• Access (mudah diperoleh)
• Courtesy (keramahan)
• Communication (komunikasi)
• Credibility (dapat dipercaya)
• Security (keamanan)
• Understanding (knowing the customer) (memahami pelaggan)
• Tangibles (bukti nyata)
Kesepuluh dimensi dapat disederhanakan menjadi lima dimensi, yaitu sebagai berikut :
• Responsiveness (ketanggapan) yaitu kemampuan untuk menolong pelanggan dan
ketersediaan untuk melayani pelanggan dengan baik.
• Reliabilty (Keandalan), yaitu kemampuan untuk melakukan pelayanan yang
sesuai yang dijanjikan dengan segera, akurat dan memuaskan.
• Emphaty (empati), yaitu rasa peduli untuk memberikan pehatian secara individual
kepada pelanggan, memahami kebutuhan pelanggan, serta kemudahan untuk
dihubungi.
• Assurance (jaminan), yaitu pengetahuan, kesopanan petugas, sserta sifatnya yang
dapat dipercaya sehingga pelanggan terbebas dari resiko.
Menurut Christian Gronross (2000: 75), terdapat 10 persepsi yang dapat diterima
oleh konsumen untuk menilai suatu pelayanan, penilaian oleh konsumen tersebut adalah :
1. Reliability, meliputi performa yang konsisten dan dapat diandalkan.
13
• Perusahaan menunjukkan pelayanan yang baik pada saat pertama kali
melayani konsumen
• Akurat dalam penagihan
• Menyimpan data konsumen dengan baik
• Menunjukkan pelayanan pada waktu yang tepat
2. Responsiveness, perhatian dalam hal keinginan dan kesediaan karyawan dalam
hal menyediakan pelayanan
• Ketepatan waktu pelayanan
• Mengirimkan slips transaksi secepatnya
• Menelpon kembali konsumen dengan cepat
• Memberikan pelayanan dengan cepat
3. Competence, artinya memiliki keahlian dan pengetahuan dari karyawan
• Pengetahuan dan keahlian dari karyawan yang dipekerjakan
• Kemampuan riset dari perusahaan
4. Acces, meliputi kemudahan dalam pencapaian jika dihubungi oleh konsumen
• Pelayanan mudah diperoleh melalui telepon
• Tidak terlalu lama menunggu untuk mendapatkan pelayanan dari
perusahaan
• Lokasi yang nyaman dan fasilitas pelayanan
5. Courtesy, meliputi keramahan, menghormati, perhatian dan sopan dari karyawan
yang dihubungi.
• Perhatian terhadap properti konsumen
• Penampilan yang rapih dan bersih dari karyawan
14
6. Communication, berisikan tentang mau memahami dan mendengarkan konsumen
• Menjelaskan pelayanan yang diberikan
• Menjelaskan berapa harga pelayanan yang akan diberikan
• Menjamin konsumen bahwa masalahnya dapat diatasi dengan baik.
7. Credibility, meliputi kepercayaan, kejujuran, sehingga menyenangkan perasaan
konsumen.
• Nama perusahaan
• Reputasi dari perusahaan
• Karakter yang baik dari karyawan yang memberikan pelayanan
• Interaksi yang baik dengan konsumen
8. Security, terbebas dari bahaya, resiko dan keraguan
• Kerahasiaan
• Physical safety
• Financial safety
9. Understanding/knowing the customer, meliputi usaha yang dilakukan untuk
memahami kebutuhan dari konsumen
• Mempelajari keinginan khusus dari konsumen
• Menyediakan perhatian secara pribadi
• Mengenal konsumen tetap
10. Tangibles, meliputi bukti fisik dari pelayanan
• Fasilitas fisik
• Penampilan dari karyawan
• Alat-alat yang biasa dipakai pada saat melayani konsumen
15
2.3 Kepuasan Pelanggan
2.3.1 Definisi Kepuasan Pelanggan
Philip Kotler (1997:36) menyatakan banhwa “Kepuasan merupakan perasaan
senang atau kecewa seseorang yang berasal dari perbandingan antara kesannya terhadap
kinerja (hasil) suatu produk dan harapan-harapannya”.
Wilton (1988) menjelaskan bahwa kepuasan atau ketidakpuasan pelanggan
sebagai respon pelanggan terhadap evaluasi ketidaksesuaian yang dipresepsikan antara
harapan sebelum pembelian dan kinerja actual yang dirasakan setelah pemakaiannya.
Menurut Engel (1990), kepuasan pelanggan merupakan evaluasi purnabeli di
mana alternative yang dipilih sekurang-kurangnya sama atau melampaui harapan
pelanggan, sedangkan ketidakpuasan timbul apabila hasil tidak memenuhi harapan.
Oliver (1980) merumuskan kepuasan pelanggan sebagai evaluasi purnabeli,
dimana persepsi terhadap kinerja produk yang dipilih memenuhi atau melebihi harapan
sebelum pembelian. Apabila persepsi terhadap kinerja tidak dapat memenuhi harapan
maka yang terjadi adalah ketidakpuasan. Ketidaksesuaian menciptakan ketidakpuasan.
Park (1997) menjelaskan bahwa kepuasan konsumen merupakan suatu perasaan
konsumen sebagai respon terhadap produk barang atau jasa yang telah dikonsumsi.
Walker (1995) mengatakan bahwa kepuasan pelanggan merupakan perbandingan
antara produk yang dirasakan dengan yang diprediksi sebelum produk dibeli/dikonsumsi.
Jika yang dirasakan konsumen melebihi dugaannya, konsumen akan merasa puas,
sebaliknya jika yang dirasakan lebih rendah dari harapannya, konsumen akan merasa
tidak puas.
16
Menurut Rangkuti (2003:40) Kepuasan pelanggan terhadap suatu jasa ditentukan
oleh tingkat kepentingan pelanggan sebelum menggunakan jasa dibandingkan dengan
hasil persepsi pelanggan terhadap jasa tersebut setelah pelanggan merasakan kinerja jasa
tersebut.
Hunt (1991) menjelaskan kepuasan pelanggan berdasarkan lima pendekatan
sebagai berikut:
Perspektif Definisi Kepuasan Pelanggan
Nonmitive deficit Perbandingan antara hasil actual dengan hasil yang secara cultural
dapat diterima.
Equity Perbandingan perolehan/keuntungan yang yang didapatkan dari
pertukaran social bila perolehan tersebut tidak sama, maka pihak
yang dirugikan akan tidak puas.
Normative Standard Perbandingan antara hasil actual dan harapan standar pelanggan
(yang dibentuk dari pengalaman dan keyakinan mengenai tingkat
kinerja yang seharusnya ia terima dari merk tertentu).
Procedural fairness Kepuasan merupakan fungsi dari keyakinan / persepsi konsumen
bahwa ia telah diperlakukan secara adil.
Attributional Kepuasan tidak hanya ditentukan oleh ada tidaknya diskonfirmasi
harapan, namun juga oleh sumber penyebab diskonfirmasi.
Sumber: Ali Hasan (2008:57)
Dari beberapa pendapat-pendapat mengenai definisi kepuasan pelanggan dapat
ditarik kesimpulan bahwa kepuasan pelanggan merupakan perasaan kecewa atau senang
yang merupakan respon dari pelanggan terhadap barang atau jasa yang dikonsumsinya,
dimana pada saat sebelum menggunakan pelanggan memiliki harapan-harapan, yang
17
akan menimbulkan persepsi terhadap kinerja dari produk tersebut. Kepuasan akan
tercapai apabila kinerja produk tersebut memenuhi atau setidaknya melampaui harapan-
harapan pelanggan.
2.3.2 Manfaat Kepuasan Pelanggan
Menurut Ali Hasan (2008:67) kepuasan pelanggan memiliki beberapa manfaat
sebagai berikut :
1. Reaksi terhadap produsen berbiaya rendah
Persaingan dengan “perang haga” – pemotongan harga dianggap oleh banyak
perusahaan menjadi senjata ampuh untuk meraih pangsa pasar (sekalipun sebenarnya
sangat rapuh). Cukup banyak fakta bahwa pelanggan yang bersedia membayar harga
yang lebih mahal untuk pelayanan dan kualitas yang lebih baik. Strategi focus pada
kepuasan pelanggan merupakan alternatif dalam upaya mempertahankan pelanggan
untuk menghadapi para produsen berbiaya rendah.
2. Manfaat ekonomis
Berbagai studi menunjukan bahwa mempertahankan dan memuaskan pelanggan saat
ini jauh lebih murah dibandingkan terus-menerus berupaya menarik atau memprospek
pelanggan baru.
3. Reduksi sensitivitas harga
Pelanggan yang puas terhadap sebuah perusahaan cenderung lebih jarang menawar
harga untuk setiap pembelian individualnya. Dalam banyak kasus, kepuasan
pelanggan mengalihkan focus pada harga pelayanan dan kualitas.
4. Key sukses binis masa depan
18
a. Kepuasan pelanggan merupakan strategi bisnis jangka panjang, membangun dan
memperoleh reputasi produk-perusahaan dibutuhkan waktu yang cukup lama,
diperlukan investasi besar pada serangkaian aktivitas bisnis untuk
membahagiakan pelanggan.
b. Kepuasan pelanggan merupakan indicator kesuksesan bisnis di masa depan
yang mengukur kecenderungan reaksi pelanggan terhadap perusahaan di masa
yang akan dating.
c. Program kepuasan pelanggan relative mahal dan hanya mendatangkan laba
jangka panjang yang bertahan lama.
d. Ukuran Kepuasan pelanggan lebih prediktif untuk kinerja masa depan sekalipun
tidak emngabaikan data akuntansi sekarang.
5. Word-of-mouth relationship, menurut schnaars (1991) pelanggan yang puas dapat
a. hubungan antara perusahaan dan pelanggannya menjadi harmonis
b. memberikan dasar yang baik bagi pembelian ulang dan terciptanya loyalitas
pelanggan, dan
c. membentuk suatu rekomendasi dari mulut ke mulut yang menguntungkan bagi
perusahaan.
Sedangkan menurut Fandy Tjiptono (1994), kepuasan pelanggan akan
memberikan manfaat antara lain:
• Hubungan antara perusahaan dan pelanggan menjadi harmonis.
• Memberikan dasar yang baik bagi pembelian ulang.
• Dapat mendorong terciptanya loyalitas pelnggan.
• membentuk suatu rekomendasi dari mulut ke mulut (word-of- mouth) yang
menguntungkan perusahaan.
19
• reputasi perusahaan menjadi baik di mata pelanggan.
• laba yang diperoleh meningkat.
Kepuasan pelanggan sangatlah diperlukan, dapat terlihat dari manfaat-manfaat
yang sudah diuraikan sebelumnya. Kemajuan atau keberhasilan perusahaan sangatlah
tergantung terhadap kepuasan pelangganya. Apabila pelanggan puas maka besar harapan
bagi pelanggan untuk menggunakan kembali produk yang sudah memenuhi harapan
pelanggan. Sebaliknya apabila perusahaan merasa tidak puas maka besar kemungkinan
pelanggan akan berpaling ke perusahaan yang mungkin merupakan pesaing dari
perusahaan.
Hal positif dari kepuasan pelanggan pun dapat terlihat dari pada saat pelanggan
puas, biasanya pelanggan akan merekomendasikan atau paling tidak membicarakan
dengan kerabat ataupun lingkungan sekitarnya dimana dapat menguntungkan perusahaan
karena hal ini jauh lebih efektif debandingkan dengan menggunakan jasa iklan