-
BAB II
LANDASAN TEORI
2.1 Tinjauan Pustaka
Tinjauan pustaka terdiri atas teori - teori yang menyangkut
penelitian
mengenai “Pengaruh kesempatan kerja terhadap Produk Domestik
Regional Bruto
(PDRB) di Kota Salatiga tahun 1980 -2010”. Adapun teori-teori
yang ditulis
adalah teori mengenai Produk Domestik Regional Bruto (PDRB) dan
Kesempatan
kerja.
2.2 Produk Domestik Regional Bruto (PDRB) menurut Undang
–Undang
(UU)
Produk Domestik Regional Bruto (PDRB) adalah nilai bersih
barang
dan jasa-jasa akhir yang dihasilkan oleh berbagai kegiatan
ekonomi di suatu
daerah dalam periode. Produk Domestik Regional Bruto (PDRB)
dapat
menggambarkan kemampuan suatu daerah mengelola sumber saya alam
yang
dimilikinya. Oleh karena itu besaran Produk Domestik Regional
Bruto (PDRB)
yang dihasilkan oleh masing-masing daerah sangat bergantung
kepada potensi
sumber daya alam dan faktor produksi Daerah tersebut. Adanya
keterbatasan
dalam penyediaan faktor-faktor tersebut menyebabkan besaran
Produk Domestik
Regional Bruto (PDRB) bervariasi antar daerah. Di dalam
perekonomian suatu
negara, masing-masing sektor tergantung pada sektor yang lain,
satu dengan yang
lain saling memerlukan baik dalam tenaga, bahan mentah maupun
hasil akhirnya.
Sektor industri memerlukan bahan mentah dari sektor pertanian
dan
-
pertambangan, hasil sektor industri dibutuhkan oleh sektor
pertanian dan jasa-
jasa.
Produk Domestik Regional Bruto (PDRB) menurut Badan Pusat
Statistik
(BPS) didefinisikan sebagai jumlah nilai tambah yang dihasilkan
oleh seluruh unit
usaha dalam suatu wilayah, atau merupakan jumlah seluruh nilai
barang dan jasa
akhir yang dihasilkan oleh seluruh unit ekonomi di suatu
wilayah.
“Produk Domestik Regional Bruto (PDRB) atas dasar harga
berlaku menggambarkan nilai tambah barang dan jasa yang
dihitung
menggunakan harga pada setiap tahun, sedang Produk Domestik
Regional Bruto (PDRB) atas dasar harga konstan menunjukkan
nilai
tambah barang dan jasa yang dihitung menggunakan harga pada
tahun
tertentu sebagai dasar dimana dalam perhitungan ini digunakan
tahun
1993. Produk Domestik Regional Bruto (PDRB) atas dasar harga
konstan digunakan untuk mengetahui pertumbuhan ekonomi dari
tahun
ke tahun”.1
“Pengertian PDRB Pertumbuhan ekonomi suatu wilayah dapat
diukur dengan indikator utama yaitu Produk Domestik Regional
Bruto
(PDRB) menurut (BPS,PDRB Propinsi Salatiga Tahun 2003)” 2
Jadi dari beberapa pendapat dapat di simpulkan bahwa Produk
Domestik
Regional Bruto adalah nilai tambah yang mampu diciptakan
berbagai aktivitas
ekonomi dalam suatu wilayah.
Istilah Produk Domestik Regional Bruto (PDRB) merupakan
gabungan
dari empat kata yaitu: Pertama: Produk, artinya seluruh nilai
produksi baik barang
maupun jasa, Kedua: Domestik, artinya perhitungan nilai produksi
yang
dihasilkan hanya oleh faktor-faktor produksi yang berada dalam
wilayah domestik
tanpa melihat apakah faktor produksi tersebut dikuasai oleh
penduduk atau bukan,
ketiga: Regional, artinya perhitungan nilai produksi yang
dihasilkan hanya oleh
1 Sadono Sukirno, op.cit. hal 56
2 Badan Pusat Statistik, 2003, Provinsi Salatiga
-
penduduk tanpa memperhatikan apakah faktor produksi yang
digunakan berada
dalam wilayah domestik atau bukan, dan Keempat: Bruto, maksudnya
adalah
perhitungan nilai produksi kotor karena masih mengandung biaya
penyusutan.
Berdasarkan empat pengertian istilah di atas, maka arti Produk
Domestik
Regional Bruto (PDRB) adalah sebagai nilai barang-barang dan
jasa-jasa yang
diproduksikan di dalam negara tersebut dalam satu tahun. Produk
Domestik
Regional Bruto (PDRB) dapat dilihat dari dua sudut pandang yaitu
Produk
Domestik Regional Bruto (PDRB) dan Pengeluaran Domestik Regional
Bruto.
Dalam teori ekonomi dinyatakan bahwa jumlah nilai produksi
merupakan jumlah
pendapatan yang sekaligus juga jumlah pengeluaran. Pertama;
Produk Domestik
Regional Bruto (PDRB) dari sisi pendapatan artinya jumlah
pendapatan ini
merupakan komponen-komponen nilai tambah yaitu; upah/gaji, sewa
tanah, dan
keuntungan usaha, dan Kedua; Produk Domestik Regional Bruto
(PDRB) dari sisi
pengeluaran merupakan jumlah seluruh pengeluaran baik oleh rumah
tangga,
pemerintah maupun lembaga (non profit) termasuk pengeluaran yang
merupakan
pembentukan. Salah satu cara untuk melihat kemajuan ekonomi
adalah dengan
mencermati nilai pertumbuhan Produk Domestik Regional Bruto
(PDRB).
Pertumbuhan ekonomi diukur berdasarkan nilai Produk Dometik
Regional Bruto
(PDRB) atas dasar harga konstan, karena nilai Produk Domestik
Regional Bruto
(PDRB) ini tidak dipengaruhi oleh perubahan harga, sehingga
perubahan yang
diperoleh merupakan perubahan riil yang tidak dipengaruhi oleh
fluktuasi harga.
-
Untuk lebih jelas dalam menghitung angka-angka Produk
Domestik
Regional Bruto (PDRB) ada tiga pendekatan yang cukup kerap
digunakan dalam
melakukan suatu penelitian, yaitu :
1. Menurut pendekatan Produksi
“Dalam pendekatan produksi, Produk Domestik Regional
Bruto (PDRB) adalah menghitung nilai tambah dari barang dan
jasa yang diproduksikan oleh suatu kegiatan ekonomi di
daerah
tersebut dikurangi biaya antara masing - masing total
produksi
bruto tiap kegiatan subsektor atau sektor dalam jangka waktu
tertentu. Nilai tambah merupakan selisih antara nilai produksi
dan
nilai biaya antara yaitu bahan baku/penolong dari luar yang
dipakai dalam proses produksi”.3
2. Menurut pendekatan Pendapatan
Dalam pendekatan pendapatan, nilai tambah dari setiap kegiatan
ekonomi
diperkirakan dengan menjumlahkan semua balas jasa yang diterima
faktor
produksi, yaitu upah dan gaji dan surplus usaha, penyusutan, dan
pajak
tidaklangsung neto.pada sektor pemerintahan dan usaha yang
sifatnya tidak
mencari untung, surplus usaha tidak diperhitungkan. Surplus
usaha meliputi
bunga yang dibayarkan neto, sewa tanah, dan keuntungan.
Metode pendekatan pendapatan banyak dipakai pada sektor jasa,
tetapi
tidak dibayar setara harga pasar, misalnya sektor pemerintahan.
Hal ini
disebabkan kurang lengkapnya data dan tidak adanya metode yang
akurat yang
dapat dipakai dalam mengukur nilai produksi dan biaya antara
dari berbagai
kegiatan jasa, terutama kegiatan yang tidak mengutip biaya.
3 Robison Tarigan,2005, Ekonomi Regional, PT. Raja Grafindo
Persada, Jakarta. hal 24
-
3. Menurut pendekatan Pengeluaran
Pendekatan dari segi pengeluaran adalah menjumlahkan nilai
penggunaan
akhir dari barang dan jasa yang diproduksi di dalam negri. Jika
dilihat dari segi
penggunaan maka total penyediaan/produksi barang dan jasa itu
digunakan untuk
konsumsi rumah tangga, konsumsi lembaga swasta yang tidak
mencari untung,
konsumsi pemerintah, pembentukan modal tetap bruto (investasi),
perubahan stok
dam ekspor neto.
Cara penyajian Produk Domestik Regional Bruto (PDRB) disusun
dalam
dua bentuk, yaitu:
a. Produk Domestik Regional Bruto (PDRB) atas dasar harga
konstan
Menurut BPS pengertian Produk Domestik Regional Bruto (PDRB)
atas
dasar harga konstan yaitu jumlah nilai produksi atau pengeluaran
atau
pendapatan yang dihitung menurut harga tetap. Dengan cara
menilai kembali
atau mendefinisikan berdasarkan harga-harga pada tingkat dasar
dengan
menggunakan indeks harga konsumen. Dari perhitungan ini
tercermin tingkat
kegiatan ekonomi yang sebenarnya melalui Produk Domestik
Regional Bruto
(PDRB) riilnya.
b. Produk Domestik Regional Bruto (PDRB) atas dasar harga
berlaku
Pengertian Produk Domestik Regional Bruto (PDRB) atas dasar
harga
berlaku menurut Badan Pusat Statistik (BPS) adalah jumlah nilai
tambah
bruto yang timbul dari seluruh sektor perekonomian di suatu
wilayah. Yang
dimaksud nilai tambah yaitu merupakan nilai yang ditambahkan
kepada
barang dan jasa yang dipakai oleh unit produksi dalam proses
produksi
-
sebagai input antara. Nilai yang ditambahkan ini sama dengan
balas jasa atas
ikut sertanya faktor produksi dalam proses produksi.
Produk Domestik Regional Bruto (PDRB) yang dimaksud dengan
Pendapatan Daerah sesuai Undang - Undang No.33 Tahun 2004 Pasal
1 adalah
hak Pemerintah Daerah yang diakui sebagai penambah nilai
kekayaan bersih
dalam periode tahun bersangkutan. Sesuai denganUndang-Undang
No.33
Tahun 2004 tentang Perimbangan Keuangan antara Pemerintah Pusat
dan
daerah pasal 6 bahwa Sumber Pendapatan Asli Daerah adalah
sebagai berikut :
a. Pendapatan Asli Daerah (PAD) Sendiri yang sah :
Hasil Pajak Daerah, Hasil Retribusi Daerah ,Hasil Perusahaan
Milik
Daerah dan hasil pengelolaan kekayaan daerah lainnya yang
dipisahkan,
Lain-lain pendapatan daerah yang sah.
Pendapatan berasal dari pemberian Pemerintah, yang terdiri dari
:
Sumbangan dari pemerintah, Sumbangan lain yang diatur dengan
peraturan perundangan, Pendapatan lain-lain yang sah.
Peningkatan pendapatan daerah dapat dilaksanakan melalui
langkah
langkah sebagai berikut :
a. Intensifikasi, melalui upaya :
1) Pendapatan dan peremajaan objek dan subjek pajak dan
retribusi daerah.
2) Mempelajari kembali pajak daerah yang gunakan mencari
kemungkinan
untuk dialihkan menjadi retribusi.
3) Mengintensifikasi retribusi daerah yang ada.
4) Memperbaiki sarana dan prasarana pungutan yang belum
memadai.
-
b. Penggalian sumber - sumber penerimaan baru
(ekstensifikasi)
Penggalian sumber-sumber pendapatan daerah tersebut harus
ditekankan
agar tidak menimbulkan ekonomi biaya tinggi. Sebab pada dasarnya
tujuan
meningkatkan pendapatan daerah melalui upaya ekstensifikasi
adalah untuk
meningkatkan kegiatan ekonomi masyarakat.
2.3 Kesempatan Kerja
Kesempatan kerja merupakan peluang untuk bekerja yang tersedia
di
lapangan pekerjaan untuk angkatan kerja yang belum mendapatkan
pekerjaan.
Gilarso menyatakan bahwa :
“kesempatan kerja (employment) adalah banyaknya lapangan
pekerjaan
yang tersedia untuk kerja. Masalah kesempatan kerja
merupakan
tantang bagi generasi muda. Persoalan muncul karena
pertumbuhan
angkatan kerja yang cepat (karena laju pertambahan penduduk),
yang
kurang diimbangi dengan penyediaan lapangan pekerjaan. Mutu
dan
produktivitas tenaga kerja masih rendah. Masalah lain adalah
penyebaran angkatan kerja yang tidak merata, baik sektrol
maupun
regional. Sementara itu angkatan muda terdidik bertambah
dengan
cepatnya, jumlah wanita yang mencari pekerjaan semakin banyak
dan
setengah pengangguran di sector informal semakin meluas”.4
Perluasan kesempatan kerja sebagai salah satu sasaran
pemerataan
pembangunan yang sekaligus berfungsi untuk menciptakan
katahanan
nasional serta partisipasi aktif masyarakat pada umumnya,
khususnya generasi
muda dan wanita dalam memikul beban, tanggungjawab serta hak
untuk
menikmati kembali hasil pembangunan, tidak dapat terlepas dari
factor –
factor dominan yang mempengaruhinya, seperti:
4 Gilarso T, 2004, Pengantar Ilmu Ekonomi Makro, Penerbit
Kanisius, Yogjakarta,
hal.207.
-
1. Kependudukanu Penduduk mencerminkan kondisi dua dimensional,
disatu
pihak dapat merupakan modal dasar kearah tercapainya sasaran
pembangunan nasional, tetapi juga sekaligus dapat menjadi
beban
nasional jikalau angka pertumbuhan penduduk tersebut tidak
disertai oleh adannya perluasan kesempatan kerja.
2. Kedudukan Geografi dan Sumber Daya Alam Kedudukan geografi
yang strategis dapat merupakan potensi
yang dapat dikembangkan sebagai wadah maupun wahana untuk
menciptakan dan perluasan kesempatan kerja.
3. Kondisi Ekonomi Sector formal dengan padat modal dengan
teknologi maju
serta sector informal yang padat karya, merupakan factor
dominan
yang mempengaruhi kemungkinan perluasan kesempatan kerja.
4. Sosial Budaya Social budaya bangsa dengan pranata sosialnya
merupakan
nilai – nilai yang dapat mendorong atau menghambat mobilitas
angkatan kerja baik secara geografis, sektoral ataupun jenis
pekerjaan, untuk mencapainya perluasan angkatan kerja.
5. Politik Politik dalam pengertian pengambilan keputusan
suatu
kebijakan yang akan diambil, merupakan factor dominan yang
tidak
dapat diabaikan dalam kebijaksanaan nasional untuk
menciptakan
iklim yang sehat bagi perluasan kesempatan kerja”.5
Kebijakan polotik yang diambil pada dasarnya harus dapat
meningkatkan
produktifitas sumber daya manusia yang lebih tinggi agar dapat
menciptakan
lapangan pekerjaan yang luas. Program –program yang disusun
oleh
pemerintahpun harus mampu meningkatkan kesempatan kerja. Selain
itu perlu
adanya kebijakanyang terpadu dalam masalah ketenagakerjaan yang
meliputi:
a) pengadaan lapangan kerja yang baru yang dapat menyerap
angkatan kerja
yang tersedia.
b) Pola pendidikan untuk menaikan produktifitas tenaga kerja
yang tersedia
melalui pendidikan yang bersifat formal dan informal.
5 Sagir, Soeharsono, Kesempatan Kerja, Ketahanan nasional dan
Pembangunan Manusia
Seutuhnya. Penerbit Alumni, Bandung, 1982, hal.43
-
c) Kebijakan mengenai teknologi tepat untuk sector – sector
tertentu
sehingga kegiatan dalam sector tersebut tidak saja dapat
meningkat tetapi
juga sekaligus dapat menyerap tenaga kerja yang lebih besar.
d) Pengarahan lebih nyata mengenai adanya keharusan pembaharuan
antara
golongan ekonomi kuat dan golongan ekonomi lemah.
Tenaga kerja mencakup penduduk yang sudah atau sedang bekerja,
yang
sedang mencari pekerjaan dan yang melakukan kegiatan lain
seperti bersekolah
dan mengurus rumah tangga. Pencari kerja, bersekolah, dan
mengurus rumah
tangga walaupun tidak bekerja, tetapi mereka secara fisik mampu
dan sewaktu-
waktu dapat ikut bekerja.
“Menyatakan bahwa tenaga kerja adalah penduduk dalam usia
kerja (berusia 15 - 64tahun) atau jumlah penduduk dalam suatu
negara
yang dapat memproduksi barang dan jasa jika ada permintaan
terhadap tenaga kerja mereka dan jika mereka mau
berpartisipasi
dalam aktifitas tersebut”.6
Kesempatan kerja adalah suatu keadaan yang menggambarkan
ketersediaan pekerjaan untuk diisi oleh para pencari kerja.
Namun bisa diartikan
juga sebagai permintaan atas tenaga kerja. Tenaga kerja memegang
peranan yang
sangat penting dalam roda perekonomian suatu negara, karena:
1. Tenaga kerja merupakan salah satu faktor produksi.
2. Sumber daya alam
3. Kewiraswastaan
Tenaga kerja juga penting dilihat dari segi kesejahteraan
masyarakat. Ada
pula masalah yang ditimbulkan dari banyaknya tenaga kerja:
6 Mulyadi, 2003, Otonomi Daerah dan Daerah Otonomi, PT. Raja
Grafindo Persada,
Jakart. Hal 25
-
1. Masalah - masalah perluasan kesempatan kerja.
2. Pendidikan yang dimiliki angkatan kerja
3. Pengangguran
Sumitro Djojohadikusumo mendefinisikan angkatan kerja sebagai
bagian
dari jumlah penduduk yang mempunyai pekerjaan atau yang sedang
mencari
kesempatan untuk melakukan pekerjaan yang produktif.
Faktor-faktor yang
menentukan angkatan kerja menurut diantaranya:
a. Jumlah dan sebaran usia penduduk
b. Pengaruh keaktifan bersekolah terhadap penduduk berusia
muda
c. Peranan keaktifan bersekolah terhadap penduduk berusia
muda
d. Pertambahanya penduduk yang tinggi
e. Meningkatnya jaminan kesehatan
Berdasarkan Undang-Undang (UU) No. 13 tahun 2003 tentang
ketenaga
kerjaan, yang disebut tenaga kerja adalah setiap orang yang
mampu melakukan
pekerjaan guna menghasilkan barang dan jasa baik untuk memenuhi
kebutuhan
sendiri maupun untuk masyarakat. Penduduk usia kerja menurut
Badan Pusat
Statistik (BPS), 2008 dan sesuai dengan yang disarankan oleh
International Labor
Organization (ILO) adalah penduduk usia 15 tahun keatas yang
dikelompokkan
kedalam angkatan kerja dan bukan angkatan kerja.
2.4 Penelitian Terdahulu
Beberapa penelitian yang dijadikan rujukan dalam penelitian ini
dengan
ini dilakukan dilakukan oleh Prakosa (2004), Kusumadewi dan
Rahman (2007),
Harianto dan Adi (2007), Maimunah (2006), Darwanto dan
Yustikasari (2007),
-
dan Adi (2006). Penelitian yang dilakukan oleh Prakosa (2004)
dengan judul
Analisis Pengaruh Dana Alokasi Umum (DAU) dan Pendapatan Asli
Daerah
(PAD) terhadap Prediksi Belanja Daerah (Studi Empirik di Wilayah
Provinsi Jawa
Tengah dan DIY. Variabel bebas terdiri dari Dana Alokasi Umum
(DAU) dan
Pendapatan Asli Daerah (PAD),sedangkan variabel terikatnya yaitu
Belanja
Daerah. Alat analisis data yang digunakan yaitu regresi linier
dengan
menggunakan periode penelitian tahun 2000 - 2002. Hasil
penelitian diperoleh
bahwa Dana Alokasi Umum, Pendapatan Asli Daerah dan Pajak
Daerah
berpengaruh signifikan dan positif terhadap belanja daerah pada
tahun 2001.
Kusumadewi dan Rahman (2007) dengan judul penelitian Flypaper
Effect
Pada Dana Alokasi Umum (DAU) dan Pendapatan Asli Daerah (PAD)
terhadap
Belanja Daerah pada Kabupaten/kota di Indonesia. Variabel bebas
terdiri dari
Dana Alokasi Umum (DAU) dan Pendapatan Asli Daerah (PAD)
sedangkan
variabel terikatnya yaitu Belanja Daerah. Alat analisis data
yang digunakan yaitu
regresi linier dengan menggunakan periode penelitian tahun
2001-2004. Hasil
penelitian diperoleh bahwa Dana Alokasi Umum dan Pendapatan Asli
Daerah
berpengaruh signifikan dan positif terhadap belanja daerah.
Harianto dan Adi (2007) dengan judul Hubungan antara Dana
Alokasi
Umum, Belanja Modal, Pendapatan Asli Daerah dan Pendapatan per
kapita.
Variabel bebas terdiri dari Dana alokasi umum, Belanja modal,
Pendapatan asli
daerah, sedangkan variabel terikatnya yaitu Pendapatan Asli
Daerah dan
Pendapatan per kapita. Alat analisis data yang digunakan yaitu
regresi linier
dengan menggunakan periode penelitian tahun 2001-2004. Hasil
penelitian
-
diperoleh bahwa Dana Alokasi Umum dan Pendapatan Asli Daerah
berpengaruh
signifikan dan positif terhadap belanja daerah.
Dari beberapa penelitian terdahulu di atas dapat dibuat
tabel
penelitian terdahulu sebagai berikut :
Tabel 2.1
Penelitian Terdahulu
No. Nama,
tahun, Judul
Variabel bebas
dan variabel
terikat
Alat Analisis
dan Periode
Penelitian
Hasil Penelitian
1. Prakosa
(2004)
dengan
judul
Analisis
Pengaruh
Dana
Alokasi
Umum
(DAU) dan
Pendapatan
Asli Daerah
(PAD)
terhadap
Prediksi
Belanja
Daerah
(Studi
Empirik di
Wilayah
Provinsi
Jawa
Tengah dan
DIY).
Variabel bebas
terdiri dari
Dana Alokasi
Umum (DAU)
dan
Pendapatan
Asli Daerah
(PAD),
Variabel
terikatnya
yaitu Belanja
Daerah.
Alat analisis
data yang
digunakan yaitu
regresi linier
dengan
menggunakan
periode
penelitian tahun
2000 - 2002.
Hasil penelitian
diperoleh bahwa Dana
Alokasi Umum,
Pendapatan Asli Daerah
(PAD) dan Pajak Daerah
berpengaruh signifikan
dan positif terhadap
belanja daerah pada
tahun 2001.
2. Kusumadew
i dan
Rahman
(2007)
dengan
judul
penelitian
Flypaper
Variabel bebas
terdiri dari
Dana Alokasi
Umum (DAU)
dan
Pendapatan
Asli Daerah
(PAD),
Alat analisis
data yang
digunakan yaitu
regresi linier
dengan
menggunakan
periode
penelitian tahun
Hasil penelitian
diperoleh bahwa Dana
Alokasi Umum dan
Pendapatan Asli Daerah
(PAD) berpengaruh
signifikan dan positif
terhadap belanja daerah.
-
Effect Pada
Dana
Alokasi
Umum
(DAU) dan
Pendapatan
Asli Daerah
(PAD)
terhadap
Belanja
Daerah
pada
Kabupaten/
kota di
Indonesia.
Variabel
terikatnya
yaitu Belanja
Daerah.
2001 - 2004.
3. Harianto
dan Adi
(2007)
dengan
judul
Hubungan
antara Dana
Alokasi
Umum,
Belanja
Modal,
Pendapatan
Asli Daerah
(PAD)dan
Pendapatan
Per Kapita.
Variabel bebas
terdiri dari
Dana Alokasi
Umum,
Belanja Modal,
Pendapatan
Asli Daerah,
Variabel
terikatnya
yaitu
Pendapatan
Asli Daerah
(PAD)dan
Pendapatan
Per Kapita.
Alat analisis
data yang
digunakan yaitu
regresi linier
dengan
menggunakan
periode
penelitian tahun
2001 - 2004.
Hasil penelitian
diperoleh bahwa Dana
Alokasi Umum dan
Pendapatan Asli Daerah
(PAD) berpengaruh
signifikan dan positif
terhadap belanja daerah.
4. Maimunah
(2006)
dengan
judul
penelitian
Flypapper
Effect pada
Dana
Alokasi
Umum
(DAU) dan
Pendapatan
Asli Daerah
(PAD)
terhadap
Variabel bebas
penelitian
terdiri dari
DAU dan
PAD. Variabel
terikatnya
adalah belanja
daerah.
Alat analisis
data yang
digunakan yaitu
regresi linier
dengan
menggunakan
periode
penelitian tahun
2003 - 2004.
Hasil penelitian
diperoleh bahwa pada
tahun 2004 dan tahun
2003 Dana Alokasi
Umum berpengaruh
signifikan dan positif
terhadap belanja daerah,
sedangkan pada tahun
2004 dan tahun 2003
Pendapatan Asli Daerah
(PAD) tidak berpengaruh
signifikan terhadap
belanja daerah.
-
Belanja
Daerah
Pada
Kabupaten /
Kota di
Pulau
Sumatera.
5. Darwanto
dan
Yustikasari
(2007)
dengan
judul
Pengaruh
Pertumbuha
n Ekonomi,
Pendapatan
Asli Daerah
(PAD)dan
Dana
Alokasi
Umum
Terhadap
Pengalokasi
an
Anggaran
Belanja
Modal.
Variabel bebas
penelitian
terdiri dari
Pertumbuhan
Ekonomi,
Pendapatan
Asli Daerah
(PAD)dan
Dana Alokasi
Umum.
Variabel
terikatnya
adalah
Pengalokasian
Anggaran
Belanja Modal.
Sampel yang
digunakan
dalam penelitian
ini adalah
pemerintah
daerah se Jawa-
Bali baik
kabupaten dan
kota dari tahun
2004 –
Hasil penelitian
diperoleh bahwa
pengujian secara parsial
yang berpengaruh positif
dan signifikan terhadap
belanja modal antara lain
Pendapatan Asli Daerah
(PAD) dan dana alokasi
umum. Sedangkan .
6. Adi (2006)
dengan
judul
Hubungan
Antara
Pertumbuha
n Ekonomi
Daerah,
Belanja
Pembangun
an dan
Pendapatan
Asli Daerah
(PAD)(Stud
i Pada
Kabupaten
dan Kota
se-Jawa
Variabel bebas
penelitian
terdiri dari
Pertumbuhan
Ekonomi
Daerah,
Belanja
Pembangunan
Variabel
terikatnya
adalah
Pendapatan
Asli Daerah.
Sampel yang
digunakan
dalam penelitian
ini adalah
pemerintah
daerah se Jawa-
Bali baik
kabupaten dan
kota dari tahun
1998 – 2000.
Hasil penelitian
diperoleh bahwa
pertumbuhan ekonomi
daerah mempunyai
pengaruh signifikan
terhadap peningkatan
PAD; Belanja
pembangunan
memberikan dampak
positif terhadap PAD dan
pertumbuhan ekonomi
-
Bali)
2.5 Kerangka Berfikir
Berdasarkan kajian pustaka dan hasil penelitian sebelumnya, maka
dapat
disusun kerangka pikir konseptual penelitian, sebagai
berikut.
Kerangka Dasar Pemikiran
Dalam kerangka pemikiran di atas dapat di jelaskan bahwa
Produk
Domestik Regional Bruto (PDRB) di pengaruhi oleh Kesempatan
Kerja. Adanya
perluasan Kesempatan kerja berarti pula perluasan kesejhteraan
umum bagi
masyarakat luas, sehingga manusia yang termasuk dalam kelompok
angkatan
kerja tidak saja turut berpartisipasi memikul beban pembangunan,
tetapi juga ikut
serta menikmati hasil pembangunan.
Penelitian ini terdiri dari variable dependen dan independen .
Produk
Domestik Regional Bruto (PDRB) sebagai variable dependen (Y) dan
variabel
yang mempengaruhinya atau variable independennya (X) Kesempatan
Kerja ( ).
2.6. Devinisi Operasional Variabel
Gambar 2.1 Kerangka Berpikir
(𝑿𝟏)
Kesempatan Kerja PDRB
(Y)
-
2.6.1. Produk Domestik Regional Bruto (PDRB)
Produk Domestik Regional Bruto (PDRB) merupakan jumlah nilai
tambah
yang dihasilkan oleh seluruh unit usaha dalam suatu wilayah,
atau merupakan
jumlah seluruh nilai barang dan jasa akhir yang dihasilkan oleh
seluruh unit
ekonomi di suatu wilayah.
2.6.2. Kesempatan Kerja (KK)
Kesempatan kerja (employment) adalah jumlah penduduk yang
bekerja
dan jumlah angkatan kerja. Kesempatan kerja yang dimaksud dalam
penelitian ini
adalah tingkat kesempatan kerja yang terjadi pada tahun 1980 –
2010 di Kota
Salatiga.
2.7 Hipotesis
a. Hipotesis Kerja
Hipotesis adalah jawaban sementara/ kesimpulan yang diambil
untuk
menjawab permasalahan yang diajukan dalam suatu penelitian yang
sebenarnya
harus diuji secara empiris yang pernah dilakukan berkaitan
dengan penelitian
dibidang ini, maka akan diajukan hipotesis sebagai berikut :
1. Kesempatan kerja berpengaruh negatif terhadap Produk
Domestik
Regional Bruto (PDRB) di kota Salatiga tahun 1980 -2010.
b . Hipotesis Statistik
1. Ho :
Ha : > 0