BAB II LANDASAN TEORI 1.1. Komunikasi Interpersonal 1.1.1. Pengertian Komunikasi Interpersonal Komunikasi berasal dari bahasa latin “communication” dan bersumber dari kata “communic” yang berarti sama, dalam arti bahwa komunikasi minimal harus mengandung kesamaan makna antara dua pihak yang terlibat dalam komunikasi (Effendi, 2003) Pengertian komunikasi interpersonal menurut Devito (1992), komunikasi interpersonal adalah proses selektif, sistematik, unik dan interaksi berkelanjutan antara orang – orang yang mencerminkan dan membangun pengetahuan pribadi satu sama lain dan menciptakan makna bersama. Pengertian komunikasi interpersonal menurut Laswell & Laswell (1982), komunikasi interpersonal hakikatnya adalah proses pernyataan pikiran atau perasaan seseorang kepada orang lain dengan menggunakan bahasa sebagai alat penyalurnya. Berdasarkan dua pengertian tentang komunikasi interpersonal di atas maka dapat disimpulkan bahwa komunikasi interpersonal adalah proses selektif, sistematik, unik dan interaksi serta pernyataan pikiran atau perasaan yang mencerminkan dan membangun pengetahuan pribadi satu sama lain dan menciptakan makna bersama dengan menggunakan bahasa sebagai alat penyalurnya.
14
Embed
BAB II LANDASAN TEORI 1.1. Komunikasi Interpersonalrepository.uksw.edu/bitstream/123456789/4835/3/T1_132009604_BAB II.pdfmenumbuhkan komunikasi antar pribadi yang efektif. Keterbukaan
This document is posted to help you gain knowledge. Please leave a comment to let me know what you think about it! Share it to your friends and learn new things together.
Transcript
BAB II
LANDASAN TEORI
1.1. Komunikasi Interpersonal
1.1.1. Pengertian Komunikasi Interpersonal
Komunikasi berasal dari bahasa latin “communication” dan
bersumber dari kata “communic” yang berarti sama, dalam arti bahwa
komunikasi minimal harus mengandung kesamaan makna antara dua pihak
yang terlibat dalam komunikasi (Effendi, 2003)
Pengertian komunikasi interpersonal menurut Devito (1992),
komunikasi interpersonal adalah proses selektif, sistematik, unik dan
interaksi berkelanjutan antara orang – orang yang mencerminkan dan
membangun pengetahuan pribadi satu sama lain dan menciptakan makna
bersama. Pengertian komunikasi interpersonal menurut Laswell & Laswell
(1982), komunikasi interpersonal hakikatnya adalah proses pernyataan
pikiran atau perasaan seseorang kepada orang lain dengan menggunakan
bahasa sebagai alat penyalurnya.
Berdasarkan dua pengertian tentang komunikasi interpersonal di
atas maka dapat disimpulkan bahwa komunikasi interpersonal adalah proses
selektif, sistematik, unik dan interaksi serta pernyataan pikiran atau perasaan
yang mencerminkan dan membangun pengetahuan pribadi satu sama lain
dan menciptakan makna bersama dengan menggunakan bahasa sebagai alat
penyalurnya.
1.1.2. Aspek – aspek Komunikasi Interpersonal
Aspek-Aspek Komunikasi Antar Pribadi menurut Joseph De
Vito (1989) yaitu:
“In this humanistic (sometimes referred to metaphorically as “soft”)
approach to interpersonal effectiveness, five general qualities are
considered :opennes, empathy, supportiveness, positiveness, equality”.
Hal tersebut dapat dijelaskan sebagai berikut :
"Dalam humanistik ini (kadang-kadang disebut sebagai metafora" lunak
") pendekatan efektivitas interpersonal, lima kualitas umum dianggap:
keterbukaan, empati, daya dukung, positiveness, kesetaraan".
(a) Openness (keterbukaan)
Keterbukaan atau sikap terbuka sangat berpengaruh dalam
menumbuhkan komunikasi antar pribadi yang efektif. Keterbukaan
adalah pengungkapan reaksi atau tanggapan seseorang terhadap situasi
yang sedang dihadapi serta memberikan informasi tentang masa lalu
yang relevan untuk memberikan tanggapan di masa kini.
Supratiknya (1995), mengartikan keterbukaan diri yaitu
membagikan perasaan kepada orang lain terhadap sesuatu yang telah
dikatakan atau dilakukan, terhadap kejadian - kejadian yang baru saja
disaksikan. Secara psikologis, apabila individu mau membuka diri
kepada orang lain, maka orang lain yang diajak bicara akan merasa
aman dalam melakukan komunikasi antar pribadi yang akhirnya orang
lain tersebut akan turut membuka diri. Brooks dan Emmert (Rahmat,
2001) mengemukakan bahwa karakteristik orang yang terbuka adalah
sebagai berikut:
1. Menilai pesan secara objektif, dengan menggunakan data dan
keajegan logika.
2. Membedakan dengan mudah, melihat nuansa, dsb.
3. Mencari informasi dari berbagai sumber
4. Mencari pengertian pesan yang tidak sesuai dengan rangkaian
kepercayaannya.
(b) Empathy (empati)
Komunikasi antar pribadi yang positif, berlangsung kondusif
apabila komunikator (pengirim pesan) menunjukan rasa empati pada
komunikan (penerima pesan), perlu ada hubungan yang positif, hangat,
penuh kasih antara yang satu dengan yang lainnya. Kata “empati”
mewadahi gagasan : mampu sepenuhnya memahami dan merasakan
apa yang dirasakan orang lain, sehingga hampir meniadakan identitas
diri untuk menyatu dengan orang tersebut (Kathryn Geldard dan
David, 2004). Empati sebagai suatu kesediaan untuk memahami orang
lain secara paripurna baik yang nampak maupun yang terkandung,
khususnya dalam aspek perasaan, pikiran dan keinginan. Individu
dapat menempatkan diri dalam suasana perasaan, pikiran dan
keinginan orang lain sedekat mungkin apabila individu tersebut dapat
berempati. Apabila empati tersebut tumbuh dalam proses komunikasi
antar pribadi, maka suasana hubungan komunikasi akan dapat
berkembang dan tumbuh sikap saling pengertian dan penerimaan.
(c) Positivenes (perasaan positif)
Dalam buku Communication Interpersonal oleh Joseph De Vito
dinyatakan bahwa:
“we communicate positiveness in interpersonal communication in at
least two ways: (1) stating positive atitudes and (2) stroking the person
with whom we interact (1989).
Artinya:Perilaku yang positif dalam komunikasi antar pribadi terdiri
dua aspek elemen, (1) komunikasi antar pribadi adalah mendidik
sebuah anggapan yang positif untuk seseorang. (2) sebuah perasaan
positif untuk situasi komunikasi umum adalah penting untuk interaksi
yang efektif.
Rasa positif merupakan kecenderungan seseorang untuk mampu
bertindak berdasarkan penilaian yang baik tanpa merasa bersalah yang
berlebihan, menerima diri sebagai orang yang penting dan bernilai bagi
orang lain, memiliki keyakinan atas kemampuannya untuk mengatasi
persoalan, peka terhadap kebutuhan orang lain, pada kebiasaan sosial
yang telah diterima. Dapat memberi dan menerima pujian tanpa pura-
pura memberi dan menerima penghargaan tanpa merasa bersalah.
Rahmat (2001) menyatakan bahwa sukses komunikasi
interpersonal banyak tergantung pada kualitas pandangan dan perasaan
diri; positif atau negatif. Pandangan dan perasaan tentang diri yang
positif, akan lahir pola perilaku komunikasi interpersonal yang positif
pula.
(d) Equality (kesamaan)
Never to are two people absolutely equal in all respect. Despite this
in quality, interpersonal communication is generally more effective
when the atmosphere is one of equality (1989)
Tidak pernah dua orang benar-benar sama dalam semua hal.
Meskipun demikian dalam kualitas, komunikasi interpersonal
umumnya lebih efektif bila atmosfer adalah salah satu dari kesetaraan
(1989)
Rahmat (2001) mengemukakan bahwa persamaan atau
kesetaraan adalah sikap memperlakukan orang lain secara horizontal
dan demokratis, tidak menunjukkan diri sendiri lebih tinggi atau lebih
baik dari orang lain karena status, kekuasaan, kemampuan intelektual
kekayaan atau kecantikan. Dalam persamaan tidak mempertegas
perbedaan, artinya tidak mengggurui, tetapi berbincang pada tingkat
yang sama, yaitu mengkomunikasikan penghargaan dan rasa hormat
pada perbedaan pendapat merasa nyaman, yang akhirnya proses
komunikasi akan berjalan dengan baik dan lancar.
(d) Dukungan (Supportiveness)
Joseph De Vito mengungkapkan :
“An effective interpersonal relationship is one in wich there is
supportiveness, aconcept that owes much of it formulation to the work
of Jack Gibb. Open of empathic communication cannot survive in an
unsurpportive atmosphere. Supportivinenness is demonstrated and
rostered by our being (1) descriptive rather than evaluative and (2)
rather than certain.
“Sebuah hubungan interpersonal yang efektif adalah salah satu di
yang ada dukung, aconcept yang berutang banyak itu formulasi untuk
pekerjaan Jack Gibb. Buka komunikasi empatik tidak dapat bertahan
hidup dalam suasana unsurpportive. Supportivinenness ditunjukkan
dan rostered oleh keberadaan kita (1) deskriptif daripada evaluatif
dan (2) daripada tertentu.
Dukungan dalam komunikasi antar pribadi merupakan faktor
yang sangat penting, dimana lewat tanggapan yang bersifat
memberikan dukungan, penerima pesan ingin menunjukkan simpati,
meneguhkan kembali, atau menolong meringankan beban pengirim
pesan.
Dukungan merupakan pemberian dorongan atau pengobaran
semangat kepada orang lain dalam suasana hubungan komunikasi.
Sehingga dengan adanya dukungan dalam situasi tersebut, komunikasi
antar pribadi akan bertahan lama karena tercipta suasana yang
mendukung. Jack R.Gibb (Rahmat, 2001) menyebutkan beberapa
perilaku yang menimbulkan perilaku suportif, yaitu: Deskripsi, yaitu
menyampaikan perasaaan dan persepsi kepada orang lain tanpa
menilai, tidak memuji atau mengecam, mengevaluasi pada gagasan,
bukan pada pribadi orang lain, orang tersebut “merasa” bahwa kita
menghargai diri mereka.
Menurut Laswell & Laswell (1982), aspek – aspek komunikasi
interpersonal antara lain :
a. Keterbukaan, yakni mengungkapkan reaksi atau tanggapan situasi
yang sedang dihadapi serta memberikan informasi tentang masa
lalu yang berguna untuk memahami tanggapan tersebut.
b. Kejujuran, dalam arti mengungkapkan diri apa adanya sesuai
dengan factor yang terjadi.
c. Kepercayaan dengan cara menaruh kepercayaan tanpa rasa curiga.
d. Empati, adalah menempatkan diri pada keadaan orang lain baik
secara intelektual maupun emosional.
e. Mendengarkan, yang merupakan proses aktif yang membutuhkan
komunikasi dan bertujuan melakukan pemahaman terhadap
stimulus untuk memberikan umpan balik
1.1.3. Faktor – faktor yang Yang mempengaruhi Komunikasi Interpersonal
Menurut Rahmat (2001) faktor – faktor yang mempengaruhi
komunikasi interpersonal adalah:
a. Gambaran diri, yaitu bagaimana manusia melihat dirinya sendir
dalam hubungannya dengan manusia lain dalam situasi tertentu.
b. Gambaran dari pihak lain, yaitu bagaimana manusia melihat pihak
yang diajaknya berkomunikasi mempunyai pengaruh pula terhadap
efektivitas komunikasinya.
c. Mendengarkan, adalah proses yang dilakukan dengan telinga,
pikiran dan perasaan dengan konsentrasi.
d. Kejelasan pernyataan, adalah komunikasi pada hakekatnya adalah
pernyataan isi pikiran dan perasaan. Pernyataannya harus jelas bagi
pihak komunikan.
e. Membuka diri, hal ini harus terdapat pada kedua belah pihak, karena
tidak mungkin diharapkan keterbukaan hanya dari satu pihak saja.
f. Umpan balik, yaitu tanggapan yang dikembalikan oleh pihak
penerima komunikasi timbal balik.
1.1.4. Manfaat Komunikasi Interpersonal
Rahmat (2001) menyatakan bahwa manfaat komunikasi
interpersonal adalah :
a. Tumbuhnya rasa saling pengertian. Pengertian artinya penerimaan yang
cermat dari isi stimuli seperti yang dumaksud oleh komunikator.
b. Menciptakan kesenangan bagi lawan bicara. Tidak semua komunikasi
interpersonal ditujukan untuk menyampaikan informasi dan membentuk
pengertian, namun terkadang komunikasi interpersonal ditujukan untuk
menyenangkan hati lawan bicara. Komunikasi dengan tujuan yang
menyenangkan lawan bicara dapat dijadikan hubungan hangat, akrab dan
menyenangkan.
c. Mempengaruhi sikap. Komunikasi interpersonal dapat mempengaruhi
sikap orang lain, sehingga apa yang disampaikan pleh komunikator dapat
mempengaruhi sikap komunikan.
d. Menciptakan hubungan sosial yang baik. Manfaat komunikasi
interpersonal juga dapat menciptakan hubungan sosial yang baik sehingga
kebutuhan individu untuk berinteraksi dapat terpenuhi.
Jadi manfaat dari komunikasi interpersonal meliputi tumbuhnya
rasa saling pengertian, menciptakan kesenangan bagi lawan bicara,
Mempengaruhi sikap. Komunikasi interpersonal dapat mempengaruhi
sikap orang lain, sehingga apa yang disampaikan pleh komunikator dapat
mempengaruhi sikap komunikan dan Menciptakan hubungan sosial yang
baik.
2.2. Persahabatan
Persahabatan merupakan istilah yang menggambarkan perilaku
kerja sama dan saling mendukung antara dua atau lebih identitas sosial.
Sahabat akan menyambut kehadiran sesamanya dan menunjukkan
kesetiaan satu sama lain. Selera mereka biasanya serupa dan mungkin
saling bertemu, dan mereka menikmati kegiatan yang mereka sukai.
Mereka juga akan terlibat dalam perilaku yang saling menolong, seperti
tukar-menukar nasihat dan saling menolong dalam kesulitan.
Sahabat adalah orang yang memperlihatkan perilaku yang
berbalasan dan reflektif. Namun bagi banyak orang, persahabatan
seringkali tidak lebih daripada kepercayaan bahwa seseorang atau sesuatu
tidak akan merugikan atau menyakiti mereka. Karakteristik lain dari pola
hubungan anak usia sekolah dengan teman sebayanya adalah munculnya
keinginan untuk menjalin hubungan pertemanan yang lebih akrab dalam
kajian psikologi perkembangan disebut dengan istilah friendship
(persahabatan) Santrock (2003).
Menurut Santrock (2003), karakteristik yang paling umum dari
persahabatan adalah keakraban (intimacy) dan kesamaan (similiarity).
Intimacy dapat diartikan sebagai penyingkapan diri dan berbagai
pemikiran pribadi. Karena kedekatan ini, anak mau menghabiskan
waktunya dengan sahabat dan mengekspresikan efek yang lebih positif
terhadap sahabat dibandingkan dengan yang bukan sahabat. Santrock
(2003) menyebutkan enam fungsi penting persahabatan, yaitu: sebagai
kawan (companionship), sebagai pendorong (stimulation), sebagai
dukungan fisik (physical support), sebagai dukungan ego (ego support),
sebagai perbandingan sosial (social comparison), sebagai memberi