Page 1
Universitas 17 Agustus 1945 Surabaya Page 5
BAB II
LANDASAN TEORI
2.1 Aliran Air Sungai Blitar
Kabupaten Blitar merupakan kabupaten yang kaya akan Sumber Daya Alam. Dengan
wilayah utara yang dibatasi dengan Gunung Kelud dan wilayah selatan dibatasi dengan Laut
Selatan Indonesia, sedangkan di tengahnya di lintasi oleh Sungai Brantas, maka Kabupaten
Blitar memliki kekayaan alam yang lengkap untuk daerah tropis. Hal ini juga
menggambarkan siklus hidrologi yang lengkap mulai dari sumber dari pegunungan sampai
mengalir menuju muara sungai di Laut Selatan Indonesia.
DAS bogel merupakan sub DAS wilayah dari Sungai Brantas yang memiliki luas
55.425 km², dengan 3 anak sungai utama yaitu : kali bogel, kali gesing, dan kali
kedungwungu. Sungai-sungai dan anak sungai bermuara di sungai Brantas, memiliki Sumber
mata air yang relatif kecil ( rata-rata < 5 liter/detik ).
Berdasarkan data dari pemkab blitar maka disinpulkan bahwa banjir maksimum yang
pernah terjadi adalah sebesar 40 m3/det, berdasarkan time series data hujan banjir tersebut
terjadi pada tanggal 5 Desember 2004. Outlet muara sungai bogel adalah 50 m3/det,
sedangkan debit rerata outflow outlet muara sungai bogel adalah sebesar : 1.5 m3/det.
Sedangkan ketersediaan debit rerata pada Sungai Kedungwungu 1,25 m3/det. Berikut ini
adalah tabel debit rerata bulan harian pada sungai Kedungwungu :
Tabel 2.1 Debit Rerata Harian Bulan Sungai Kedungwungu ( m3/det )
Jan Feb Mar Apr Mei Jun Jul Agst Sept Okt Nov Des
2.39 3.29 2.82 1.44 0.60 0.11 0.16 0.02 0.14 0.84 1.27 2.34
Sungai gesing memiliki rerata aliran sebesar : 0.494 m3/det dengan debit maksimum
yang pernah terjadi sebesar : 40 m3/det. Rerata debit andalan 80 % pada Sungai Gesing
adalah sebesar : 0.05 m3/det.
Untuk mengetahui kecepatan aliran sungai dan luasnya didapatkan, debit aliran sungai
dapat dihitung dengan menggunakan persamaan :
Q = A.V................................................. ( 2.1a )
Page 2
Universitas 17 Agustus 1945 Surabaya Page 6
Keterangan :
Q = debit ( m3/det )
A = luas penampang basah ( m2 )
V = kecepatan aliran air ( liter/detik )
Dengan didapatkannya persamaan 2.1a, maka untuk mengetahui kecepatan arus air
dapat digunakan persmaan :
v = s / t ................................................. ( 2.1b )
Keterangan :
v = kecepatan ( m/s )
s = jarak yang ( m )
t = waktu ( detik )
2.2 Sensor
Sensor adalah jenis tranduser yang digunakan untuk mengubah besaran mekanis,
magnetis, panas, sinar, dan kimia menjadi tegangan dan arus listrik. Sensor sering digunakan
untuk pendeteksian pada saat melakukan pengukuran atau pengendalian.
2.2.1 Sensor Proximity
Sensor Proximity adalah sensor yang digunakan untuk mengetahui jarak suatu benda
terhadap sensor. Selain itu sensor proximity juga dapat membedakan 2 buah garis antara garis
hitam dengan garis putih, seperti sensor yang digunakan pada rangkaian robotika kususnya
rangkaian robot line traker / robot line follower. Sensor proximity ini dapat dikalibrasi untuk
menyesuaikan pembacaan sensor terhadap objek, Sehingga pembacaan sensor akan lebih
akurat.
Prinsip kerja dari sensor proximity adalah memanfaatkan sifat pantulan cahaya yang
kemdian akan diterima oleh phototransistor atau photodioda. Bila rangkaian sensor proximity
mengunakan phototransistor sebagai reciver, maka cara kerjanya adalah jika pancaran cahaya
LED tidak memantul pada objek, sehingga tidak diterima oleh basis fototransistor, maka
fototransistor menjadi ( off ) sehingga tegangan output sama dengan 0 volt atau mendekati 0
volt. Dan sebaliknya jika pancaran cahaya LED memantul pada objek, sehingga intensitas
Page 3
Universitas 17 Agustus 1945 Surabaya Page 7
cahaya patulan dari objek tersebut diterimah oleh basis fototransistor, maka phototransistor
menjadi ( on ) sehingga tegangan output mendekati 5 volt atau sama dengan 5 volt.
Gambar 2.2.1a Prinsip Kerja Sensor Proximity tanpa Objek Penghalah
Gambar 2.2.1b Prinsip Kerja Sensor Proximity dengan Objek Pehalang
Gambar 2.2.1c Rangkaian Sensor Proximity dengan Phototransistor sebagai Reciver
Page 4
Universitas 17 Agustus 1945 Surabaya Page 8
Dan jika rangkaian sensor proximity mengunakan photodiode sebagai reciver, maka
cara kerjanya adalah ketika pancaran cahaya LED dipantulakn oleh objek / garis berwarna
hitam, maka intensitas cahaya pantulan yang diterima oleh photodioda akan rendah, sehingga
tegangan output yang dihasilkan adalah sama dengan 0 volt atau mendekati 0 volt. Dan
sebaliknya ketika pancaran cahaya LED dipantulakn oleh objek / garis berwarna putih, maka
intensitas cahaya pantulan yang diterima akan besar, sehingga tegangan output yang
dihasilkan adalah mendekati 5 volt atau sama dengan 5 volt.
Gambar 2.2.1d Prinsip Kerja Sensor Proximity dengan Objek berwarna Hitam dan Objek
berwarna Putih
Gambar 2.2.1e Rangkaian Sensor Proximity dengan Phototransistor sebagai Reciver
Page 5
Universitas 17 Agustus 1945 Surabaya Page 9
2.3 Mikrokontroller ATMega 16
Mikrokontroller adalah sebuah sistem komputer lengkap dalam satu komponen (chip
IC ). Mikrokontroller lebih dari sekedar sebuah mikroprosesor karena sudah terdapat atau
berisikan ROM ( Read Only Memory ), RAM ( Read Write Memory ), beberapa port
masukan maupun keluaran, dan beberapa peripheral seperti pencacah / pewaktu, ADC (
Analog to Digital Converter ), DAC ( Digital to Analog Converter ) dan serial komunikasi.
Salah satu mikrokontroller yang banyak digunakan saat ini yaitu mikrokontroller AVR.
AVR adalah mikrokontroller RISC ( Reduce Instuction Set Compute) 8 bit
berdasarkan arsitektur Harvard. Secara umum mikrokontroller AVR dapat dapat
dikelompokkan menjadi 3 kelompok, yaitu dalam keluarga AT90Sxx, ATMega dan ATtiny.
Pada dasarnya yang membedakan masing-masing kelas adalah memori, peripheral, dan
fiturnya. Seperti mikroprosesor pada umumnya, secara internal mikrokontroller ATMega 16
terdiri atas unit-unit fungsionalnya Arithmetic and Logical Unit ( ALU ), himpunan register
kerja, register dan dekoder instruksi, dan pewaktu beserta komponen kendali lainnya.
Berbeda dengan mikroprosesor, mikrokontroller menyediakan memori dalam serpih yang
sama dengen prosesornya ( in-chip ).
AVR merupakan seri mikrokontroller CMOS 8-bit buatan Atmel, berbasis arsitektur
RISC ( Reduced Instruction Set Computer ). Hampir semua instruksi dieksekusi dalam satu
siklus clock. AVR mempunyai 32 register general-purpose, timer/counter fleksibel dengan
mode compare, interrupt internal dan eksternal, serial UART, programmable Watchdog
Timer, dan mode power saving, ADC dan PWM internal. AVR juga mempunyai In-System
Programmable Flash on-chip yang mengijinkan memori program untuk diprogram ulang
dalam sistem menggunakan hubungan serial SPI ( Serial Peripheral Interface ). ATMega 16
mempunyai throughput mendekati 1 MIPS per MHz membuat disainer sistem untuk
mengoptimasi konsumsi daya versus kecepatan proses.
Gambar 2.3 ATMega 16
Page 6
Universitas 17 Agustus 1945 Surabaya Page 10
2.3.1 Arsitektur ATMega 16
Mikrokontroller ini menggunakan arsitektur Harvard yang memisahkan memori
program dari memori data, baik bus alamat maupun bus data, sehingga pengaksesan program
dan data dapat dilakukan secara bersamaan ( concurrent ). Secara garis besar mikrokontroller
ATMega 16 terdiri dari :
1. Arsitektur RISC dengan throughput mencapai 16 MIPS pada frekuensi 16Mhz.
2. Memiliki kapasitas Flash memori 16Kbyte, EEPROM 512 Byte, dan SRAM 1Kbyte
3. Jalur I/O 32 buah, yaitu port A, port B, port C, dan port D.
4. CPU yang terdiri dari 32 buah register.
5. User interupsi internal dan eksternal
6. Port antarmuka SPI dan Port USART sebagai komunikasi serial
7. Fitur Peripheral :
Dua buah 8-bit timer/counter dengan prescaler terpisah dan mode compare.
Satu buah 16-bit timer/counter dengan prescaler terpisah, mode compare, dan mode
capture.
Real time counter dengan osilator tersendiri.
Empat kanal PWM dan Antarmuka komparator analog.
8 kanal, 10 bit ADC.
Byte-oriented Two-wire Serial Interface.
Watchdog timer dengan osilator internal.
Page 7
Universitas 17 Agustus 1945 Surabaya Page 11
Gambar 2.3.1 Diagram Blok ATMega 16
2.3.2 Konfigurasi Pin ATMega 16
Konfigurasi pin mikrokontroller ATMega 16 dengan kemasan 40 - pin dapat dilihat
pada Gambar 2.3.2. Dari gambar tersebut dapat terlihat ATMega 16 memiliki 8 pin untuk
masing-masing Port A, Port B, Port C, dan Port D.
Page 8
Universitas 17 Agustus 1945 Surabaya Page 12
Gambar 2.3.2 Pin-pin ATMega 16
2.3.3 Deskripsi Mikrokontroller ATMega 16
VCC ( Power Supply ) dan GND ( Ground )
Port A ( PA0 sampai PA7 )
Port A berfungsi sebagai input analog pada konverter A/D. Port A juga sebagai suatu port
I/O 8-bit dua arah, jika A/D konverter tidak digunakan. Pin-pin port dapat menyediakan
resistor internal pull-up ( yang dipilih untuk masing-masing bit ). Port A output buffer
mempunyai karakteristik gerakan simetris dengan keduanya sink tinggi dan kemampuan
sumber. Ketika pin PA0 ke PA7 digunakan sebagai input dan secara eksternal ditarik
rendah, pin-pin akan memungkinkan arus sumber jika resistor internal pull-up diaktifkan.
Pin port A adalah tri-stated manakala suatu kondisi reset menjadi aktif, sekalipun waktu
habis.
Port B ( PB0 sampai PB7 )
Port B adalah suatu port I/O 8-bit dua arah dengan resistor internal pull-up ( yang dipilih
untuk beberapa bit ). Port B output buffer mempunyai karakteristik gerakan simetris
dengan keduanya sink tinggi dan kemampuan sumber. Sebagai input, pin Port B yang
secara eksternal ditarik rendah akan arus sumber jika resistor pull-up diaktifkan. Pin Port
B adalah tri-stated manakala suatu kondisi reset menjadi aktif, sekalipun waktu habis.
Page 9
Universitas 17 Agustus 1945 Surabaya Page 13
Port C ( PC0 sampai PC7 )
Port C adalah suatu port I/O 8-bit dua arah dengan resistor internal pull-up ( yang dipilih
untuk beberapa bit ). Port C output buffer mempunyai karakteristik gerakan simetris
dengan keduanya sink tinggi dan kemampuan sumber. Sebagai input, pin port C yang
secara eksternal ditarik rendah akan arus sumber jika resistor pull-up diaktifkan. Pin port
C adalah tri-stated manakala suatu kondisi reset menjadi aktif, sekalipun waktu habis.
Port D (PD7 sampai PD0)
Port D adalah suatu port I/O 8-bit dua arah dengan resistor internal pull-up ( yang dipilih
untuk beberapa bit ). Port D output buffer mempunyai karakteristik gerakan simetris
dengan keduanya sink tinggi dan kemampuan sumber. Sebagai input, pin port D yang
secara eksternal ditarik rendah akan arus sumber jika resistor pull-up diaktifkan. Pin Port
D adalah tri-stated manakala suatu kondisi reset menjadi aktif, sekalipun waktu habis.
RESET ( Reset input )
XTAL1 ( Input Oscillator )
XTAL2 ( Output Oscillator )
AVCC adalah pin penyedia tegangan untuk port A dan konverter A/D
AREF adalah pin referensi analog untuk konverter A/D
2.3.4 Timer / Counter ATMega 16
Timer / counter adalah suatu peripheral yang tertanam dalam mikrokontroller yang
berfungsi pewaktu. Dengan peripheral ini pengguna mikrokontroller dapat dengan mudah
menentukan kapan suatu perintah dijalankan ( delay ), tentu saja fungsi timer tidak hanya
untuk penundaan perintah saja, timer juga dapat berfungsi sebagai oscilator, PWM, ADC, dan
sebagainya.
Cara kerja timer adalah dengan cara memberikan prescaling ( membagi frekuensi )
pada clock yang terpasang pada mikrokontroller sehingga timer dapat berjalan dengan
frekuensi yang diinginkan. Didalam ATMega16 dan beberapa mikrokontroller AVR lainnya
sudah terdapat 3 buat timer, yaitu : TIMER 0 ( 8 bit ), TIMER 1 ( 16 bit ), dan TIMER 2 ( 8
bit ). Perbedaan timer yang 8 bit dan timer 16 bit terdapat pada maksimal waktu yang dapat
dijangkau, semakin besar bit suatu timer semakin besar waktu yang dapat dicapai. Dalam
menggunakan timer, ada beberapa mode istilah mode yang harus diketahui saat
pemrograman, yaitu :
Page 10
Universitas 17 Agustus 1945 Surabaya Page 14
Mode Normal
Pada mode ini timer akan menghitung dari nilai terendah hingga nilai maksimal dan
interrupt overflow akan diaktifkan saat hitungan reset ke nilai terendah karena telah
melebihi nilai maksimal.
Gambar 2.3.4a Timer Mode Normal
Mode CTC ( Clear Timer on Compare macth )
Pada mode ini, nilai maksimal dari timer dapat diatur dengan nilai tertentu dan pada saat
menyentuh nilai maksimal tersebut, timer akan kembali ke nilai terendah. Misalnya
dalam timer 8-bit, normalnya nilai maksimalnya adalah 255, namun pada mode ini
nilainya dapat diatur menjadi 200, 100 atau sesuai kebutuhan.
Gambar 2.3.4b Timer Mode CTC
Mode Fast PWM
Pada dasarnya mode ini bekerja mirip mode normal, namun pada mode ini ketambahan
fitur output compare sehingga dapat menghasilkan pulse width modulation. Misalkan,
nilai OCR diatur 200, pada pin OC0A akan bernilai 1 saat timer menghitung dari nilai
terendah hingga kurang dari OCR, sebaliknya pada pin OC0A akan bernilai 0 saat OCR
lebih kecil atau sama dengan OCR.
Gambar 2.3.4c Timer Mode Fast PWM
Page 11
Universitas 17 Agustus 1945 Surabaya Page 15
Mode Phase correct PWM
Pada dasarnya mode ini sama dengan Fast PWM, namun bedanya setelah mencapai nilai
maksimal, dia akan menghitung mundur hingga ke nilai terndah. Mode ini juga
menyediakan fitur ouput compare untuk menghasilkan PWM.
Gambar 2.3.4d Timer Mode Phase correct PWM
2.3.4.1 Register Timer
1. TIMER 0
Timer 0 adalah timer yang mampu mencacah sebanyak 8 bit dan jika jadikan desimal
jadinya 255. Pengaturan timer 0 diatur oleh TCCR0 ( Timer Counter Control Register 0 ).
Register TCCR0
TCCR0 ( Timer Counter Control Register 0 ) adalah register yang berisi bit-bit untuk
mengaktifkan timer serta mengatur mode-mode yang akan dijalankan oleh timer 0. Berikut
register TCCR0.
Tabel 2.3.1a Register TCCR0
Bit 7 6 5 4 3 2 1 0
TCCR0 FCO0 WGM00 COM01 COM00 WGM01 CS02 CS01 CS00
Read/Write W R/W R/W R/W R/W R/W R/W R/W
Initial Value 0 0 0 0 0 0 0 0
Pada bit ke 0 – bit ke 2 ( CS00, CS01, CS02 ) digunakan untuk mengaktifkan timer dan
mengatur frekuensi timer yang digunakan, dimana ketiga bit tersebut memilih sumber clock
yang akan digunakan oleh timer. Berikut tabel penjelasannya :
Page 12
Universitas 17 Agustus 1945 Surabaya Page 16
Tabel 2.3.1b Register TCCR0
Pada bit ke 3 dan ke 6 ( WGM01 dan WGM00 ) ( WGM = Wave Generation Mode )
digunakan untuk mengatur mode mode yang akan dijalankan oleh mikrokontroller.
Tabel 2.3.1c Register TCCR0
Pada bit ke 4 dan ke 5 ( COM00 dan COM01 ) ( COM = Compare Output Mode ).
Berikut tabel Compare Output Mode.
Tabel 2.3.1d Compare Output Mode Non PWM
Page 13
Universitas 17 Agustus 1945 Surabaya Page 17
Tabel 2.3.1e Compare Output Mode Fast PWM
Tabel 2.3.1f Compare Output Mode Phase Correct PWM
Pada bit ke 7 yaitu FOC0 ( Force Output Compare ) adalah bit yang akan bernilai 1 ketika bit
WGM00 di mode Non PWM, maka apabila bit WGM00 di mode PWM, bit FOC0 akan
bernilai 0.
Register TCNT0
Register TCNT0 adalah register yang dimiliki oleh Timer0 sebagai pencacah atau counter.
Range dari register TCNT0 ini sebesar 8 bit.
Tabel 2.3.2 Register TCNT0
Bit 7 6 5 4 3 2 1 0
TCNT0 TCNT0 [7:0]
Read/Write R/W R/W R/W R/W R/W R/W R/W R/W
Initial Value 0 0 0 0 0 0 0 0
Page 14
Universitas 17 Agustus 1945 Surabaya Page 18
Register OCR0
Register Output Compare Register adalah register yang selalu di compare secara terus
menerus dengan register TCNT0. Pada saat nilai dari register OCR0 dan TCNT0 sama, dapat
kita sebagai interupsi, atau bisa gunakan outputnya menjadi PWM di Pin OCR0.
Tabel 2.3.3 Register OCR0
Bit 7 6 5 4 3 2 1 0
OCR0 OCR0 [7:0]
Read/Write R/W R/W R/W R/W R/W R/W R/W R/W
Initial Value 0 0 0 0 0 0 0 0
Register TIMSK
Register TIMSK ( Timer/Counter Interrupt Mask Register ) adalah register yang berisi bit -
bit untuk mengaktifkan interupsi pada setiap timer.
Tabel 2.3.4 Register TIMSK
Bit 7 6 5 4 3 2 1 0
TIMSK OCIE2 TOIE2 TICEI1 OCIE1A OCIE1B TOIE1 OCIE0 TOIE0
Read/Write R/W R/W R/W R/W R/W R/W R/W R/W
Initial Value 0 0 0 0 0 0 0 0
Bit 0 TOIE0 ( Timer / Counter 0 Overflow Interrupt Enable) adalah bit yang apabila kita set 1
digunakan untuk mengaktifkan interupsi overflow timer 0. Overflow adalah suatu keadaan
ketika cacahan telah mencapai puncak (0xFF = 255) sesuai dengan range dari timer yang
digunakan. Bit 1 OCIE0 ( Timer / Counter 0 Output Compare Interrupt Enable 0 ) adalah bit
yang apabila kita set 1 digunakan untuk mengaktifkan interupsi Compare macth atau
interupsi ketika nilai TCNT0 sama dengan nilai ORC0.
Register TIFR
Register TIFR adalah register flag dari setiap interupsi yang digunakan. Sebagai contoh
apabila kita menggunakan interupsi Overflow, maka ketika cacah telah mencapai nilai
puncak ( overflow ) maka flag TOV0 akan set menjadi 1. Berikut isi dari register TIFR.
Page 15
Universitas 17 Agustus 1945 Surabaya Page 19
Tabel 2.3.5 Register TIFR
Bit 7 6 5 4 3 2 1 0
TIFR OCF2 TOV2 ICF1 OCF1A OCF1B TOV1 OCF0 TOV0
Read/Write R/W R/W R/W R/W R/W R/W R/W R/W
Initial Value 0 0 0 0 0 0 0 0
2. TIMER 1
Timer / Counter 1 mempunyai keunggulan dibanding Timer / Counter 0 atau 2,
namun cara mengatur. Timer 0, 1, 2 sama saja, yaitu pada masing-masing registernya. Timer
/ Counter 1 dapat menghitung sampai dengan 65536 Timer / Counter. Timer 1 ini memiliki
mode operasi sebanyak 16 mode. Register pada Timer ini dibagi menjadi beberapa register
dengan fungsi khusus, yaitu: control register A, control register B dan interrupt
mask. Register – register pada Timer / Counter 1 yang berfungsi untuk mengatur timer dan
mode operasinya.
Register TCCR1A
Bit ke 7 dan bit ke 6 : Compare Output untuk kanal A
Bit ke 5 dan bit ke 4 : Compare Output untuk kanal B
Bit COM1 ini mempunyai Compare Output Mode pada setiap mode operasinya. Mode
tersebut mempengaruhi pin I/O OCR1 A dan B.
Tabel 2.3.6a Register TCCR1A
Bit 7 6 5 4 3 2 1 0
TCCR1A COM1A1 COM1A0 COM1B1 COM1B0 FOC1A FOC1B WGM11 WGM10
Page 16
Universitas 17 Agustus 1945 Surabaya Page 20
Tabel 2.3.6b Compare Output Mode Non PWM
Tabel 2.3.6c Compare Output Mode Fast PWM
Tabel 2.3.6d Compare Output Mode Phase Correct dan Frequency PWM
Page 17
Universitas 17 Agustus 1945 Surabaya Page 21
Bit ke 3 : Force Output untuk kanal A
Bit ke 2 : Force Output untuk kanal B
Bit ke 1 dan bit ke 0 : Waveform Generation Mode
Mode operasi sebanyak 16 mode, diatur dalam bit WGM ini. Mode operasi tersebut
ditunjukkan seperti tabel dibawah.
Tabel 2.3.7 Register TCCR1A
Register TCCR1B
Tabel 2.3.8 Register TCCR1B
Bit 7 6 5 4 3 2 1 0
TCCR1B ICNC1 ICES1 - WGM13 WGM12 CS12 CS11 CS10
Page 18
Universitas 17 Agustus 1945 Surabaya Page 22
Keterangan :
Bit ke 7 : Input capture noise canceler, ketika bit ini diset 1( high ), maka noise canceler aktif
dan masukkan dari Input Capture Pin ( ICP1 ) terfilter.
Bit ke 6 : Input capture edge select, bit ini digunakan untuk trigger yang disebabkan oleh
edge ICP1. Jika bit ini diset 1 maka sebuah rising edge ( positif ) akan men-trigger capture,
Jika bit ini diset 0 maka sebuah falling edge ( negatif ) akan men-trigger capture.
Bit ke 5 : Reserved, bit ini akan digunakan pada tahap pengembangan selanjutnya.
Bit ke 4 dan bit ke 3 : lihat deskripsi register TCCR1A.
Bit ke 2, bit ke 1 dan bit ke 0 : Clock Select, bit ini digunakan untuk memilih jenis sumber
clock untuk digunakan pada suatu timer / counter.
Tabel 2.3.9 Register TCCR1B
Register TCNT1
TCNT1, digunakan untuk menyimpan nilai timer yang diinginkan. TCNT1 dibagi menjadi 2
register 8 bit, yaitu TCNT1H dan TCNT1L.
Page 19
Universitas 17 Agustus 1945 Surabaya Page 23
Tabel 2.3.10 Register TCNT1
Bit 7 6 5 4 3 2 1 0
TCNT1H TCNT1 [15:8]
TCNT1L TCNT1[7:0]
Register TIMSK dan TIFR
TIMSK dan TIFR, Timer Interrupt Mask Register ( TIMSK ) dan Timer Interrupt Flag( TIFR
) digunakan untuk mengendalikan interrupt mana yang diaktifkan, dengan cara melakukan
setting pada TIMSK dan untuk mengetahui interrupt mana yang sedang terjadi.
Tabel 2.3.11 Register TIMSK
Bit 7 6 5 4 3 2 1 0
TIMSK OCIE2 TOIE2 TICEI1 OCIE1A OCIE1B TOIE1 OCIE0 TOIE0
Keterangan:
Bit ke 7 : Timer / Counter2 Output Compare Match Interrupt Enable
Bit ke 6 : Timer / Counter2 Overflow Interrupt Enable
Bit ke 5 : Timer1 Input Capture Interrupt Enable
Bit ke 4 : Timer / CounterA Output Compare Match Interrupt Enable
Bit ke 3 : Timer / CounterB Output Compare Match Interrupt Enable
Bit ke 2 : Timer / Counter1 Overflow Interrupt Enable
Bit ke 1 : Timer / Counter0 Output Compare Match Interrupt Enable
Bit ke 0 : Timer / Counter0 Overflow Interrupt Enable
Tabel 2.3.12 Register TIFR
Bit 7 6 5 4 3 2 1 0
TIFR OCF2 TOV2 ICF1 OCF1A OCF1B TOV1 OCF0 TOV0
Page 20
Universitas 17 Agustus 1945 Surabaya Page 24
Keterangan:
Bit ke 7 : Output Compare Flag2
Bit ke 6 : Timer / Counter2 Overflow Flag
Bit ke 5 : Timer1 Input Capture Interrupt Flag
Bit ke 4 : Output Compare Flag1A
Bit ke 3 : Output Compare Flag1B
Bit ke 2 : Timer / Counter1 Overflow Flag
Bit ke 1 : Output Compare Flag0
Bit ke 0 : Timer / Counter0 Overflow Flag
Register OCRln
OCR1n, Output Compare Register Timer 1 n (n = A, B) merupakan register yang digunakan
untuk membangkitkan interupsi eksternal dengan melakukan perbandingan ( Output Compare
) atau juga dapat digunakan untuk membangkitkan bentuk gelombang ( PWM ). Fungsi
tersebut di atas dikeluarkan oleh pin OC1n ( n = A, B ).
Tabel 2.3.13 Register OCRln
Bit 7 6 5 4 3 2 1 0
OCR1nH OCR1n [15:8]
OCR1nL OCR1n [7:0]
3. TIMER 2
Timer 2 adalah timer yang mampu mencacah sebanyak 8 bit dan jika jadikan desimal
jadinya 255. Pengaturan timer / counter 2 diatur oleh TCCR2 ( Timer / Counter Control
Register 2 ) yang dapat dilihat sebagai berikut :
Page 21
Universitas 17 Agustus 1945 Surabaya Page 25
Tabel 2.3.14 Register TCCR2
Bit 7 6 5 4 3 2 1 0
TCCR2 FCO0 WGM20 COM21 COM20 WGM21 CS02 CS01 CS00
Read/Write W R/W R/W R/W R/W R/W R/W R/W
Initial Value 0 0 0 0 0 0 0 0
Penjelasan setiap bit nya :
1. bit ke 7 / FOC2 : Force Output Compare
2. bit ke 6 dan bit ke 3 / WGM21 dan WGM20 : Waveform Generation Unit Bit tersebut
mengontrol kenaikan counter, sumber dari nilai maksimum counter, dan tipe dari jenis
Timer / Counter yang dihasilkan, yaitu mode normal, clear timer, mode compare match
dan dua tipe dari PWM ( Pulse Width Modulation ).
Tabel 2.3.15 Register TCCR2
3. bit ke 4 danbit ke 5 / COM01 dan COM00 : Comapare Match Output Mode Bit mengontrol
pin OC0 ( Output Compare pin ). Apabila kedua bit tersebut nol atau clear, maka pin OC0
berfungsi sebagai pin biasa. Namun jika salah satu bit set, maka fungsi pin tergantung
pada setting bit pada WGM00 dan WGM01.
Tabel 2.3.16 Mode Non PWM
Page 22
Universitas 17 Agustus 1945 Surabaya Page 26
Tabel 2.3.17 Mode Fast PWM
Tabel 2.3.18 Mode Phase Correct PWM
4. Bit ke 2, bit ke 1,dan bit ke 0 / CS22, CS21, CS20 : Clock Select Ketiga bit tersebut
memilih sumner clock yang akan digunakan oleh Timer / Counter2.
Tabel 2.3.19 Deskripsi TCCR2
2.4 LCD ( Liquid Crystal Display )
Display elektronik adalah salah satu komponen elektronika yang berfungsi sebagai
tampilan suatu data, baik karakter, huruf ataupun grafik. LCD ( Liquid Cristal Display )
adalah salah satu jenis display elektronik yang dibuat dengan teknologi CMOS logic yang
bekerja dengan tidak menghasilkan cahaya tetapi memantulkan cahaya yang ada di
sekelilingnya terhadap front-lit atau mentransmisikan cahaya dari back-lit.
Page 23
Universitas 17 Agustus 1945 Surabaya Page 27
Material LCD (Liquid Cristal Display) LCD adalah lapisan dari campuran organik
antara lapisan kaca bening dengan elektroda transparan indium oksida dalam bentuk tampilan
seven-segment dan lapisan elektroda pada kaca belakang. Ketika elektroda diaktifkan dengan
medan listrik (tegangan), molekul organik yang panjang dan silindris menyesuaikan diri
dengan elektroda dari segmen. Lapisan sandwich memiliki polarizer cahaya vertikal depan
dan polarizer cahaya horisontal belakang yang diikuti dengan lapisan reflektor. Cahaya yang
dipantulkan tidak dapat melewati molekul-molekul yang telah menyesuaikan diri dan segmen
yang diaktifkan terlihat menjadi gelap dan membentuk karakter data yang ingin ditampilkan.
Gambar 2.4 LCD
Pengendali / Kontroler LCD ( Liquid Cristal Display ) Dalam modul LCD ( Liquid
Cristal Display ) terdapat microcontroller yang berfungsi sebagai pengendali tampilan
karakter LCD ( Liquid Cristal Display ). Microntroller pada suatu LCD ( Liquid Cristal
Display ) dilengkapi dengan memori dan register. Memori yang digunakan microcontroler
internal LCD adalah :
DDRAM ( Display Data Random Access Memory ) merupakan memori tempat karakter
yang akan ditampilkan berada.
CGRAM ( Character Generator Random Access Memory ) merupakan memori untuk
menggambarkan pola sebuah karakter dimana bentuk dari karakter dapat diubah-ubah
sesuai dengan keinginan.
CGROM ( Character Generator Read Only Memory ) merupakan memori untuk
menggambarkan pola sebuah karakter dimana pola tersebut merupakan karakter dasar
yang sudah ditentukan secara permanen oleh pabrikan pembuat LCD ( Liquid Cristal
Page 24
Universitas 17 Agustus 1945 Surabaya Page 28
Display ) tersebut sehingga pengguna tinggal mangambilnya sesuai alamat memorinya
dan tidak dapat merubah karakter dasar yang ada dalam CGROM.
Register control yang terdapat dalam suatu LCD diantaranya adalah :
Register perintah yaitu register yang berisi perintah-perintah dari mikrokontroller ke
panel LCD ( Liquid Cristal Display ) pada saat proses penulisan data atau tempat status
dari panel LCD (Liquid Cristal Display) dapat dibaca pada saat pembacaan data.
Register data yaitu register untuk menuliskan atau membaca data dari atau ke DDRAM,
penulisan data pada register akan menempatkan data tersebut ke DDRAM sesuai dengan
alamat yang telah diatur sebelumnya.
Pin, kaki atau jalur input dan kontrol dalam suatu LCD ( Liquid Cristal Display ) diantaranya
adalah :
Pin data adalah jalur untuk memberikan data karakter yang ingin ditampilkan
menggunakan LCD ( Liquid Cristal Display ) dapat dihubungkan dengan bus data dari
rangkaian lain seperti mikrokontroller dengan lebar data 8 bit.
Pin RS (Register Select) berfungsi sebagai indikator atau yang menentukan jenis data
yang masuk, apakah data atau perintah. Logika low menunjukan yang masuk adalah
perintah, sedangkan logika high menunjukan data.
Pin R/W ( Read Write ) berfungsi sebagai instruksi pada modul jika low tulis data,
sedangkan high baca data.
Pin E (Enable) digunakan untuk memegang data baik masuk atau keluar.
Pin V LCD berfungsi mengatur kecerahan tampilan (kontras) dimana pin ini dihubungkan
dengan trimpot 5 Kohm, jika tidak digunakan dihubungkan ke ground, sedangkan
tegangan catu daya ke LCD sebesar 5 Volt.
2.5 Alarm ( Buzzer )
Buzzer Listrik adalah sebuah komponen elektronika yang dapat mengubah sinyal
listrik menjadi getaran suara. Pada umumnya, buzzer yang merupakan sebuah perangkat
audio ini sering digunakan pada rangkaian anti-maling, alarm pada jam tangan, bel rumah,
peringatan mundur pada truk atau mobil dan perangkat peringatan bahaya lainnya. Buzzer
terdiri dari alat penggetar yang berupa lempengan yang tipis dan lempengan logam tebal. Bila
Page 25
Universitas 17 Agustus 1945 Surabaya Page 29
kedua lempengan diberi tegangan maka electron dan proton akan mengalir dari lempengan
satu ke lempengan lain. Kejadian ini dapat menunjukkan bahwa gaya mekanik dan dimensi
dapat digantikan oleh muatan listrik. Bila buzzer mendapatkan tegangan maka lempengan 1
dan 2 bermuatan listrik. Dengan adanya muatan listrik maka terdapat beda potensial di kedua
lempengan, beda potensial akan menyebabkan lempengan 1 bergerak saling bersentuhan
dengan lempengan 2. Diantara lempengan 1 dan 2 terdapat rongga udara, sehingga apabila
terjadi proses getaran di rongga udara maka buzzer akan menghasilkan bunyi dengan
frekuensi tinggi. Frekuensi suara yang keluar dari buzzer mencapai 1-5 KHz. Buzzer dapat
dilihat pada gambar 2.5.
Gambar 2.5 Buzzer
Jenis buzzer yang sering ditemukan dan digunakan adalah buzzer yang berjenis
Piezoelectric, hal ini dikarenakan Buzzer Piezoelectric memiliki berbagai kelebihan seperti
lebih murah, relatif lebih ringan dan lebih mudah dalam menggabungkannya ke rangkaian
elektronika lainnya. Buzzer yang termasuk dalam keluarga Transduser ini juga sering disebut
dengan Beeper. Jika dibandingkan dengan speaker, buzzer piezoelectric relatif lebih mudah
untuk digerakan. Sebagai contoh, buzzer piezoelectric dapat digerakan hanya dengan
menggunakan output langsung dari sebuah IC TTL, hal ini sangat berbeda dengan speaker
yang harus menggunakan penguat khusus untuk menggerakan speaker agar mendapatkan
intensitas suara yang dapat didengar oleh manusia. buzzer piezoelectric dapat bekerja dengan
baik dalam menghasilkan frekuensi di kisaran 1 – 5 kHz hingga 100 kHz untuk aplikasi
Ultrasound. Tegangan operasional piezoelectric buzzer yang umum biasanya berkisar
diantara 3 Volt hingga 12 Volt.