BAB IITINJAUAN PUSTAKA
A. Konsep Medis 1. Pengertian
Batu kandung kemih adalah suatu kondisi terdapatnya batu didalam
kandung kemih (Arif mutataqin dkk, 2012 ).Batu kandung kemih dapat
terbentuk di tempat atau berasal dari ginjal, masuk kedalam kandung
kencing. Karena kandung kencing berkontraksi untukk mengeluarkan
air kencing, batu tertekan pada trigonum yang peka itu,maka
menyebabkan sangat sakit. Biasanya terdapat sedikit hematuri. Dan
infeksi (Evelyn C pearce, 2009 )
2. Anatomi dan Fisiologi ginjal.
System perkemihan yang terdhiri dari: 1. Dua buah ginjal yang
membuang zat- zat sisa metabolisme atau zat yang berlebihan tubuh
serta membentuk urine2. Dua buah ureter yang mentransfor urine ke
kandung kencing/ bladder3. Kandung kencing /bladder sebagai tempat
penampungan urine 4. Uretra merupakan saluran yang mengalirkan
urine dari bladder / kandung kencing keluar tubuh
Ginjal Ginjal memfiltrasi + 1700 liter darah/ 24 jam. Satu
ginjal memiliki + 1 juta nefron. Kegiatan nefron dalam mengontrol:
1. Filtrasi air dan zat terlarut dari darah2. Reabsorbsi secara
selektif zat- zat yang terlarut untuk dikembalikan kedalam darah
untuk menjaga keseimbangan konsentrasi dalam darah.3. Ekresi produk
buangan kedalam ginjal
Secara otomatis, ukuran ginjal memiliki panjang sekitar 11,25
cm, lebar 5 cm, tebal sekitar 2,5 cm. Posisi di T12- 1,3 dibelakang
abdomen, Posisi ginjal kanan lebih rendah dari ginjal kiri karena
terdesak oleh hepar, ketinggian ginjal dapat diperkirakan dari
belakang, mulai dari ketinggian vertebra torakalis sampai vertebra
lumbalis ketiga. Panjang ginjal pada orang dewasa 6- 7,5 cm, tebal
1,5- 2,5 cm, dan berat sekitar 140 gram. Pada bagian atas terdapat
kelenjar suprarenalis atau kelenjar adrenal.Bagian- bagian Ginjal :
1. Lapisan- lapisan pembungkus ginjal :a. Bagian dalam disebut
capsula renalis yang berlanjut dengan lapisan permukaan ureter.b.
Bagian tengah disebut capsula adipose yang merupakan jaringan lemak
untuk melindungi ginjal dari trauma c. Bagian luar disebut Fascia
renalis ( jaringan ikat ) yang membungkus ginjal dan menghubungkan
ginjal bergerak dengan lembut saat diafragma bergerak waktu
bernafas, mencegah penyebaran infeksi ginjal yang berasal dari
fasciarenalis anterior dan fascia renalis posterior2. Anatomi
internal Anatomi internal ginjal adalah renal pelvis, medulla dan
korteksa. Renal pelvis merupakan ruang penampungan yang besar yang
menghubungkan medulla dengan ureter.b. Medulla renalis merupakan
bagian tengah ginjal, terdiri dari tubulus 8- 18 piramida. Piramida
terdiri dari tubulus dan duktus kolektifu dari nefron c. Cortex
renalis paling luar dari ginjal terdiri dari area kortikal dan area
juxtamedullari. Menpunyai kapiler- kapiler menembus medulla melalui
pyramid membentuk renal kolum.Ureter Ureter memiliki panjang
sekitar 25-30 cm. ureter berfingsi mentransport urin dari ginjal ke
kandung kemih. Terdiri dari tiga lapis yaitu epitel mukosa pada
bagian dalam, otot polos pada bagian tengah dan jaringan ikat pada
bagian luar.
Kandung Kemih Kandung kemih adalah suatu kantung berotot yang
dapat mengempis, kandung kemih terletak di belakang simpisis pubis,
berfungsi menampung urin untuk sementara waktu. Terdapat segitiga
bayangan yang terdiri atas tiga lubang yaitu 2 lubang ureter dan
satu lubang uretr pada dasarkandung kemih yang disebut dengan
trigonum/ trigon. Lapisan dinding kandung kemih ( dari dalam keluar
) lapisan : mukosa, submukosa, otot polos, dan lapisan fibrosa.
Ukuran kandung kemih berbeda-beda . pada usia dewasa kandung kemih
mampu menampung sekitar 300- 500ml urin. Pada keadaan ini tertentu
kandung kemih dapat menampung dua kali lipat lebih jumlah keadaan
normal.Persyarafan utama kandung kemih adalah nervus pelvikus yang
berhubungan dengan medullaspinalis segmen S2 dan S3. Serat sensorik
mendeteksi derajat regangan pada kandung kemi. Saraf motorik yang
menjalar dalam nervus pelvikus adalah serat parasimpatis.Selain
nervus pelvikus terdapat dua tipe persyrafan lain yang penting
untuk kandung kemih yaitu serat otot lurik yang berjaln melalui
nervus pudendal menuju sfingter eksternu. Ini adalah seraf saraf
somatic yang mempersyarafi dan mengontrol otot lurik pada sfingter.
Kandung kemih juga menerima syaraf simpatis dari rangkaian simpatis
melalui nervus hipogastrikus terutama berhubungan dengan segmen L2
medulla spinalis. Serat simpatis ini merangsang pembuluh darah dan
sedikit mempengaruhi kontraksi kandung kemih. Beberapa serat syaraf
sensirik juga berjalan melalui syaraf simpatis dan penting dalam
menimbulkan sensasi rasa penuh dan rasa nyeri.Dua kandung kemih
adalah :1. Sebagi tempat penyimpanan urine sebelum meniggalkan
tubuh2. Kandung kemih berfungsi mendorong urin keluar tubuh dengan
dibantu uretra ( Toto Suharyanto, 2009 )Nefron Nefron merupakan
unit fungsional pada ginjal yang masing- masing ginjal memiliki
sekitar satu juta nefron, nefron terdiri lima komponen:1. Kapsula
bowman dan glomerulus merupakan tempat terjadinya filtrasi2.
Tubulus proksimal tempat reabsorbsi dan beberapa sekresi3.
Lengkungan henle tempat pengecaran dan pemekatan urin terjadi4.
Tubulus distal Reabsorbsi dan lebih banyak sekresi5. Duktus
kolektifus yaitu pemekatan urin dan menyalurkan urin ke renal
pelvis Secara garis besar dikatakan bahwa nefron tkomponen terdiri
atas dua komponen yaitu komponen tubular yang terdiri dari
glomelurus sampai denga tubulus exretori dan komponen vascular yang
terdiri dari kapiler glomelurus dan kapiler peritubular. Filtrasi
darah di renal melewati 3 lapis yaitu :Lapisan 1:Lapisan endotel
yang mengandung lubang- lubang tipis yang disebut jendelaLapisan
2:Basemen membran seperti basemen kapiler merupakan fibrous protein
Lapisan 3 :lap visceral glomelurus kapsul dan sel podocyte.
Podocyte ukuranya besar- besar dan seperti tangan punya jari- jari
disebut foot processes atau pedicels 3. EtiologiBanyak factor yang
memungkinkan kondisi batu di dalam kandung kemih. Obstruksi kandung
kemih merupakn factor yang paling umum menyebabakan batu kandung
kemih pada orang deawasa. Pembesaran prostat, ketinggian leher
kandung kemih, dan stasis sisa urin yang tinggi menyebabkan
peningkatan kristalisasi. Statis urin juga meningkatkan infeksi
saluran kemih yang akan meningkatkan pembentukan batu kandung
kemih. Dalam suatu studi pada pasien dengan cedera tulang belakang
yang dimonitor selama lebih dari 8 tahun, 36% pasien mengalami
pembentukan batu kandung kemih.Kelainan metabolik bukan penyebab
signifikan pembentukan batu. Dalam kelompok ini pasien, terutama
batu terdiri dari kalsium dan struvite. Dalam kasus yang jarang
terjadi, obat- obatan dapat menjadi sumber untuk pembentukan
kalkulus kandung kemih.( Basler, 2009 )4. Fatofisiologi kebanyakan
kalkuli vesikalis terbentuk de novo dalam kandung kemih, tetapi
beberapa awalnya mungkin telah terbentuk di dalam ginjal, kemudian
menuju ke dalam kandung kemih, dimana dengan adanya pengendapan
tambahan akan menyebabkan tumbuhnya batu Kristal. Pada pria yang
lebih tua, batu kandung kemih terdiri atas asam urat. Batu jenis
ini merupakan batu yang paling mungkin terbentuk di kandung kemih.
Batu yang terdiri atas kalsium oksalat biasanya awalnya terbentuk
di ginjal.Jenis umum dari sebagian besar batu vesikalis pada orang
dewasa terdiri atas asam urat (>50%). Pada kondisi yang lebih
jarang, batu kandung kemih terdiri atas kalsium aksalat, kalsium
fosfat, ammonium urat, sistein, atau magnesium ammonium fosfat (
bila di kaitkan dengan infeksi ). Dengan terbentuknya batu di dalam
kandung kemih, masalah akan tergantung pada besarnya batu dalam
menyumbat muara uretraKetika batu menghambat dari saluran urin,
terjadi abstruksi, meningkatkan tekanan hidrostaktik. Bila nyeri
mendadak terjadi secara akut dan disertai nyeri tekan suprapubik,
serta muncul mual muntah, maka klien sedang mengalami episode kolik
renal. Diare, demam, dan perasaan tidak nyaman di abdominal dapat
terjadi. Gejala gastrointestinal ini terjadi akibat refleks dan
proksimitas anatomic ginjal ke lambung, pancreas, dan usus besar.
Batu yang terjebak di kandung kemih menyebabkan gelombang nyeri
luar biasa, akut, dan kolik yang menyebar ke kepala, abdomen, dan
genetalia. Klien sering merasa ingin BAK, namun sedikit urin yang
keluar, dan biasanya mengandung darah akibat aksi abrasi batu,
gejala ini disebabkan kolik ureter. Umumnya, klien akan
mengeluarkan batu yang berdiameter 0,5 cm sampai dengan 1 cm secara
spontan. Batu yang berdiameter lebuh dari 1 cm biasanya harus
diangkat atau dihancurkan sehingga dapat dikeluarkan secara spontan
dan saluran urin membaik dan lancar. 5. Manifestasi klinikkeluhan
spesifik yang umum adalah frekuensi berkemih yang meningkat, urin
yang masih menetes setelah berkemih, meras tidak puas setelah
berkemih, sering berkemih pada malam hari, penurunan kekuatan dan
ukuran pancaran urin, mengedan saat berkemih, tidak dapat berkemih
sama sekali, nyeri saat berkemih, nyeri pinggang, peningkatan suhu
tubuh di sertai mengigil, penurunan fungsi seksual, serta keluhan
gastrointestinal seperti nafsu makan menurun, mual, muntah, dan
konstipasi.Keluhan umum lainnya termasuk hematuria dan rasa sakit
pada skrotum penis, perineum, dan rasa nyeri tersebut kembali ke
pinggul. Keluhan nyeri tumpul tersebut sering diperparah oleh
gerakan tiba- tiba dan olahraga. Dengan posisi terlentang, atau pun
posisi kepala di bawah lateral dapat mengurangi rasa sakit oleh
batu pada leher kandung kemih. (Arif muttaqin, 2012)6. Pemeriksaan
diagnosticLaboratoriumUrinalisis. Pemeriksaan urinalisis pada
pasien batu kandung kemih dilakukan secara mikroskopis dan
makroskopis yang dilakukan untuk melihat jenis batu dengan menilai
pH, konsistensi, dan komposisi batu. Pemeriksaan makroskopis
dilakukan untuk mnilai warna dan kejernihandari urin. Pada pasien
dewasa dengan melihat jenis batu asam urat, secra mikroskopis lazim
didapatkan pH asam, sedangkan secaramakroskopis didapatkan adanya
hematuria dan piuria.USGUltrasonografi, menampilkan
objekhyperechoic klasik dengan membayangi posteriorefektif dalam
mengidentifikasi baik radiolusen dan batu radio- opak.Foto polos
Abdomen Pemeriksaan standar untuk menilai adanya batu radio- opak
Intravena Pyelography ( IVP )Jika kecerigaan klinis tetap tinggi
dan foto polos abdomen tidak mengungkapkan adanya batu, langkah
berikutnya adalah cystography atau IVPCT Scan CT scan biasanya
diperoleh karena alasan lain ( misalnya: sakit perut, massa
panggul, abses dicurigai), tetapi mungkin menunjukkan batu kandung
kemih ketika dilakukan tanpa kontras intravena. Sistoskopi
Sistoskopi digunakan untuk mengkomfirmasi keberadaan batu kandung
kemih dan rencana pengobtan. Prosedur ini memungkinkan untuk
visualisasi batu, ukuran, dan posisi. 7. PenatalaksanaanPengobatan
medis yang efektif berpotensi hanya untuk penghancuran batu asam
urat. Kalium sitrat ( polycitra K, Urocit K) 60 mEq/d adalah
pengobatan pilihan. Saat ini, terdapat tiga pendekatan bedah
berbeda yang digunakan untuk mengatasi batu kandung kemih tidak
seperti penatalaksanaan pada pasien dengan batu ureter atau batu
ginjal, intervensi ESWL pada batu kandung kemih menunjukkan dampak
terapi yang rendah, tetapi pada beberapa studi menujukkan bahwa
intervensi ESWL masih dipertimbangkan untuk pengobatan batu kandung
kemih. Cytolitholapaxy TransurethralSetelah alat sitoskopi masuk
dan menvisualisasi batu, sumber energy yang digunkan untuk
menghancurkan batu menjadi serpihan fragmen yang kemudian secara
mudah dikeluarkan dengan alat sitoskopi.Cystolitholapaxy Suprapubik
perkutan Rute pertukaran memungkinkan penggunaan lebih pendek dan
diameter yang lebih besar peralatan endoskopik ( biasanya dengan
lithotripter ultrasonic), yang memungkinkan fragmentasi cepat dan
evakuasi batu. Cytotomy Suprapubik Cystotomy suprapubik terbuka,
digunakan untuk menghilangkan batu. Kelebihan cytotomy suprapubik
termasuk kecepatan, penghapusan beberapa batu pada satu waktu,
penghapusan kalkuli terhadap mukosa kandung kemih, dan kemampuan
untuk menghilankan batu besar yang terlalu keras atau padat.
B. Konsep Dasar Keperawatan1. Pengkajian
2. Diagnosa Keperawatan1) Nyeri berhubungan dengan peningkatan
frekuensi kontraksi kontraksi ureteral, trauma jaringan, edema dan
iskemia seluler, nyeri pascabedah.2) Perubahan eliminasi urine
berdubungan dengan stimulasi kandung kemih eloh batu, irritasi
ginjal dan ureter, obstruksi mekanik dan peradagan. 3) Risiko
infeksi berhubungan dengan luka pasca bedah. 4) Ketidakseimbangan
nutrisi kurang dari kebutuhan berhubungan dengan mual, muntah efek
sekunder dari nyeri. 5) Kecemasan berhubungan dengan prognosis
pembedahan, tidakan invasif diagnostic, perubahan kesehatan.
3. Intervensi dan Rasional 1) Nyeri berhubungan dengan
peningkatan frekuensi kontraksi ureteral, trauma jaringan, edema
dan iskemia seluler, nyeri pascabedah.Tujuan : dalam waktu 1 x 24
jam terdapat penurunan respon nyeri:a. Secara subjektif melaporkan
nyeri berkurang atau dapat diadaptasi. Skala nyeri 0-1 ( 0-4 ).b.
Dapat mengidentifikasi aktivitas yang meningkatkan atau menurunkan
nyeri secara objektif didapatkan TTV dalam batas normal.c. Ekspresi
klien relaks.Intervensi dan RasionalIntervensi Rasional
1. kaji tingkat nyeri dengan pendekatan PQRST
2. Ajarkan tehnik relaksasi nafas dalam
3. Menciptakan lingkungan yang nyaman dan batasi pengunjung
4. Ajarkan tehnik distraksi pada saat nyeri
1. Pengkajian dengan pendekatan PQRST yang komprehensif dapat
menjadi parameter dasar dalam melaksanakan perencanaan intervensi
2. Meningkatkan asupan O2 sehigga akan menurunkan nyeri sekunder
dari iskemia jaringan
3. Lingkungan tenang akan menurunkanstimulus nyeri eksternal dan
pembatasan pengunjung akan membantu 4. Distraksi ( pengalihan
perhatian ) dapat menurunkan stimulus internal dengan mekanisme
peningkatan produksi endorfin dan enkefalin yang dapat memblok
reseptor nyeri untuk tidak dikirim ke kortexs serebri sehigga
menurunkan persepsi nyeri
2) Perubahan eliminasi urine berhubungan dengan stimulus kandung
kemih oleh batu, iritasi ginjal dan ureter, obstruksi mekanik dan
peradangan.Tujuan : dalam waktu 3 x 24 jam pola eliminasi urin
membaik dengan kriteria : a. Secara subjektif melaporkan pada miksi
membaikb. Dapat mengidentifikasi aktivitas yang menigkatkan atau
menurunkan perubahan pada pola miksic. Ekspresi klien relaks
Intervensi dan RasionalIntervensi Rasional
1. Awasi intake dan out put, karakteristik urine, catat adanya
keluaran batu.
2. Tentukan pola berkemih normal klien dan perhatikan variasi
yang terjadi
3. Dorong peningkatan asuhan cairan
4. Observasi perubahan status mental atau tingkat kesadaran
5. Pantau hasil pemeriksaan laboratorium ( elektrolit, BUN,
kreatinin ) 1. Memberikan informasi tentang funsi ginjal dan adanya
komplikasi. Penemuan batu memungkinkan identifikasi tipe batu dan
mempengaruhi pilihan terapi 2. Batu saluran kemih dapat menyebabkan
peningkatan eksitabilitas saraf sehigga menimbulkan sensasi
kebutuhan berkemih segera.3. Peningkatan hidrasi dapat membilas
bakteri, darah, derbis. Dan membantu lewatnya batu.4. Akumulasi
sisa uremik dan ketidakseimbangan elektrolik dapat menjadi toksis
pada SPP5. Peniggian BUN, kreatinin dan elektrolit menunjukkan
disfungsi ginjal.
3) Risiko tinggi infeksi berhubungan denga pascabedah. Tujuan :
dalam waktu 3 x 24 jam tidak terjadi infeksi dengan criteria :a.
Tidak ada tanda dan gejala ISKb. Tanda- tanda vital dalam batas
normal
Intervensi dan RasionalIntervensi Rasional
1. Mengidentifikasi tanda- tanda terjadinya infeksi 2. Ajarkan
klien menerapkan tehnik aseptik 3. Lakukan perawatan luka di ulang
setiap 2 kali sehari
4. Bersikan luka dengan cairan antiseptic dengan cara swabbing
dari arah dalam keluar
5. Tutup luka dengan kassa steril dan tutup dengan plester yang
menyeluruh meutupi kasa 1. Memberikan info tentang untuk
meningkatkan kepatuhan 2. Memberikan informasi tentang personal
hygine 3. Perawatan luka sebaiknya setiap hari untuk menurunkan
kontak tindakan dengan luka yanh dalam kondisi steril sehingga
mencegah kontaminasi kuman ke luka bedah4. Pembersihan derbis dan
kuman sekitar luka dengan mengoptmalkan kelebihan dari antiseptic
dan dengan arah dari dalam keluar dapat mencegah kontaminasi kuman
ke jaringan luka. 5. Penutupan secara menyeluruh dapat menghidari
kontaminasi dari benda atau udara yang bersentuhan dengan luka
bedah
4) Ketidakseimbangan nutrisi kurang dari kebuthan berhubungan
dengan asupan yang kurang peningkatan metabolisme, mual
muntah.Tujaun : setelah 7 x 24 dengan jam pascabedah asupan nutrisi
dapat optimal dilakukan dengan criteria :a. Pasien dapat
menunjukkan metode menelan makana b. RR dalam batas normal 12- 20
x/menit c. Berat badan pascabedah meningkat minimal 0,5 kg.d.
Menunjjukan peningkatan berat badanIntervensi dan Rasional
Intervensi Rasional
1. Kaji pengetahuan klien tentang asupan gizi
2. Mulai dengan makanan kecil dan tingkatkan sesuai dengan
toleransi.
3. Filtrasi pasien memperoleh diet sesuai indikasi dan anjurkan
menghindari asupan dari agen iritan
4. Berimakanan dalam keadaan hangat dan porsi kecil diet (
tinggi kalori, tinggi protein, rendah gula )
5. Lakukan perawatan mulut
6. Kolaborasi dengan ahli gizi mengenai jenis nutrisi yang akan
digunakan pasien
1. Tingkat pengetahuan dipengaruhi oleh kondisi sosial ekonomi
pasien.perawat menggunakan yang sesuai dengan konsisi pasien.
Dengan mengetahui tingkat pengetahuan tersebut perawat dapat lebuh
terarah dalam memberikan pendidikan yang sesuai dengan pengetahuan
pasien secara efisien dan efektif2. Kandungan makanan dapat
mengakibatkan ketidaktoleransian GI, memerlukan perubahan paa
kecepatan atau tipe formula.
3. Masukan minuman mengandung kafein dihindari karena kafein
adalah stimulan system saraf pusat yang menigkatkan aktivitas
lambung dan kekresi pepsin.
4. Untuk meningkatkan selera dan mencegah mual, mempercepat
perbaikan kondisi, serta mengurangi beban kerja jantung 5.
Intervensi ini untuk menurunkan risiko infeksi oral.
6. Ahli gizi harus terlibat dalam penetuan komposisi dan jenis
makanan yang akan diberikan sesuai dengan kebutuhan individu
5) Kecemasan berhubungan dengan prognosi penyakit, ancaman, dan
perubahan kesehatanTujuan : dalam waktu 1 x 24 jam kecemasan klien
dapat berkurang dengan criteria :a. Pasien mengatakan kecemasan
berkurang, mengenal perasaannya, dapat mengidentifkasi penyebaba
atau factor yang mempengaruhinya, kooperatif terhadap tindakan,
wajah rileks Intervensi dan RasionalIntervensi Rasional
1. Kaji tingkat verbal dan nonverbal kecemasan
2. Beri lingkungan yang tenag dan suasana penuh istirahat3.
Orientasikan pasien terhadap prosedur rutin dan aktivitas yang
diharapkan 4. Beri kesempatan kepada pasien untuk mengungkapkan
ansietanya
5. Berikan privasi untuk pasien dan orang terdekat 1. Reaksi
verbal / nonverbal dapat menunjukkan rasa agitasi marah, dan
gelisah2. Mengurangi rangsangan eksternal yang tidak perlu 3.
Orientasi dapat menurunkan kecemasan
4. Dapat menghilangkan ketegangan terhadap kekkhawatiran yang
tidak diekspresikan
5. Memberi waktu untuk mengekspresikan perasaan, menghilangkan
cemas dan perilaku adaptasi. Adanya keluarga dan teman yang dipilih
pasien melayani aktivitas dan pengalihan