Top Banner
6 BAB II KONSEP DASAR A. Tuberculosis Paru 1. Pengertian Tuberkulosis Paru ( TB ) adalah suatu penyakit infeksi kronis yang sudah sangat lama dikenal pada manusia, misalnya dia dihubungkan dengan tempat tinggal didaerah urban, lingkungan yang padat, dibuktikan dengan adanya penemuan kerusakan tulang vertebra toraks yang khas TB dari kerangka yang digali di Heidelberg dari kuburan zaman neolitikum, begitu juga penemuan yang berasal dari mumi dan ukiran dinding piramid di Mesir Kuno pada tahun 2000 – 4000 SM (Aru W, 2006). Tuberkulosis adalah penyakit menular langsung yang disebabkan oleh kuman TBC (Mycobacterium tuberculosis ). Sebagian besar kuman TBC menyerang paru, tetapi dapat juga mengenai organ tubuh lainnya (Depkes RI, 2002). Tuberkulosis pulmoner adalah penyakit infeksius yang terutama menyerang parenkim paru, dengan agen infeksius utama Mycobacterium tuberculosis (Smeltzer & Bare, 2001). Klasifikasi tuberkulosis di Indonesia yang banyak dipakai berdasarkan kelainan klinis, radiologist dan mikrobiologis : a. Tuberkulosis paru b. Bekas tuberculosis paru
46

BAB II KONSEP DASAR - digilib.unimus.ac.iddigilib.unimus.ac.id/files/disk1/103/jtptunimus-gdl-riafebrian... · metabolisme obat dan tidak berbahaya. 3) Pirazinamid (P) Bersifat bakterisid,

Mar 02, 2019

Download

Documents

NguyễnThúy
Welcome message from author
This document is posted to help you gain knowledge. Please leave a comment to let me know what you think about it! Share it to your friends and learn new things together.
Transcript
Page 1: BAB II KONSEP DASAR - digilib.unimus.ac.iddigilib.unimus.ac.id/files/disk1/103/jtptunimus-gdl-riafebrian... · metabolisme obat dan tidak berbahaya. 3) Pirazinamid (P) Bersifat bakterisid,

6

BAB II

KONSEP DASAR

A. Tuberculosis Paru

1. Pengertian

Tuberkulosis Paru ( TB ) adalah suatu penyakit infeksi kronis yang

sudah sangat lama dikenal pada manusia, misalnya dia dihubungkan

dengan tempat tinggal didaerah urban, lingkungan yang padat, dibuktikan

dengan adanya penemuan kerusakan tulang vertebra toraks yang khas TB

dari kerangka yang digali di Heidelberg dari kuburan zaman neolitikum,

begitu juga penemuan yang berasal dari mumi dan ukiran dinding piramid

di Mesir Kuno pada tahun 2000 – 4000 SM (Aru W, 2006).

Tuberkulosis adalah penyakit menular langsung yang disebabkan

oleh kuman TBC (Mycobacterium tuberculosis ). Sebagian besar kuman

TBC menyerang paru, tetapi dapat juga mengenai organ tubuh lainnya

(Depkes RI, 2002).

Tuberkulosis pulmoner adalah penyakit infeksius yang terutama

menyerang parenkim paru, dengan agen infeksius utama Mycobacterium

tuberculosis (Smeltzer & Bare, 2001).

Klasifikasi tuberkulosis di Indonesia yang banyak dipakai

berdasarkan kelainan klinis, radiologist dan mikrobiologis :

a. Tuberkulosis paru

b. Bekas tuberculosis paru

Page 2: BAB II KONSEP DASAR - digilib.unimus.ac.iddigilib.unimus.ac.id/files/disk1/103/jtptunimus-gdl-riafebrian... · metabolisme obat dan tidak berbahaya. 3) Pirazinamid (P) Bersifat bakterisid,

7

c. Tuberkulosis paru tersangka yang terbagi dalam :

1 TB paru tersangka yang diobati (sputum BTA negatif, tapi tanda-

tanda lain positif)

2 TB paru tersangka yang tidak diobati (sputum BTA negatif dan

tanda-tanda lain meragukan)

(Suyono, 2001)

2. Anatomi dan Fisiologi

Gambar 1. Anatomi Sistem Pernafasan Pada Manusia

Saluran penghantar udara hingga mencapai paru-paru adalah

hidung, faring, laring, trachea, bronkus, dan bronkiolus. Hidung ; Nares

anterior adalah saluran-saluran di dalam rongga hidung. Saluran-saluran

itu bermuara ke dalam bagian yang dikenal sebagai vestibulum (rongga

hidung). Rongga hidung dilapisi selaput lendir yang sangat kaya akan

pembuluh darah, dan bersambung dengan lapisan faring dan dengan

Page 3: BAB II KONSEP DASAR - digilib.unimus.ac.iddigilib.unimus.ac.id/files/disk1/103/jtptunimus-gdl-riafebrian... · metabolisme obat dan tidak berbahaya. 3) Pirazinamid (P) Bersifat bakterisid,

8

selaput lendir sinus yang mempunyai lubang masuk ke dalam rongga

hidung. Faring (tekak) adalah pipa berotot yang berjalan dari dasar

tengkorak sampai persambungannya dengan eshopagus pada ketinggian

tulang rawan krikoid. Maka letaknya di belakang laring (laring-faringeal).

Paru-paru terdapat dalam rongga toraks pada bagian kiri dan

kanan. Dilapisi oleh pleura yaitu parietal pleura dan visceral pleura. Di

dalam rongga pleura terdapat cairan surfaktan yang berfungsi untuk

lubrikan. Paru kanan dibagi atas tiga lobus yaitu lobus superior, medius

dan inferior sedangkan paru kiri dibagi dua lobus yaitu lobus superior dan

inferior. Tiap lobus dibungkus oleh jaringan elastik yang mengandung

pembuluh limfe, arteriola, venula, bronchial venula, ductus alveolar,

sakkus alveolar dan alveoli. Diperkirakan bahwa setiap paru-paru

mengandung 150 juta alveoli, sehingga mempunyai permukaan yang

cukup luas untuk tempat permukaan/pertukaran gas.

Proses fisiologi pernafasan dimana oksigen dipindahkan dari udara

ke dalam jaringan-jaringan, dan karbondioksida dikeluarkan ke udara

ekspirasi dapat dibagi menjadi tiga stadium. Stadium pertama adalah

ventilasi yaitu masuknya campuran gas-gas ke dalam dan keluar paru-paru

karena ada selisih tekanan yang terdapat antara atmosfer dan alveolus

akibat kerja mekanik dan otot-otot. Stadium kedua, transportasi yang

terdiri dan beberapa aspek yaitu (1) Difusi gas antara alveolus dan kapiler

paru-paru (respirasi eksternal) antara darah sistemik dan sel-sel jaringan.

(2) Distribusi darah dalam sirkulasi pulmonal dan penyesuaiannya dengan

Page 4: BAB II KONSEP DASAR - digilib.unimus.ac.iddigilib.unimus.ac.id/files/disk1/103/jtptunimus-gdl-riafebrian... · metabolisme obat dan tidak berbahaya. 3) Pirazinamid (P) Bersifat bakterisid,

9

distribusi udara dalam alveolus. (3) Reaksi kimia dan fisik dari oksigen

dan karbondioksida dengan darah respimi atau respirasi interna

merupakan stadium akhir dari respirasi, yaitu sel dimana metabolik

dioksida untuk mendapatkan energi, dan karbondioksida terbentuk sebagai

sampah proses metabolisme sel dan dikeluarkan oleh paru-paru. (4)

Transportasi, yaitu tahap kedua dari proses pernafasan mencakup proses

difusi gas-gas melintasi membran alveolus kapiler yang tipis (tebalnya

kurang dari 0,5 urn). Kekuatan mendorong untuk pemindahan ini adalah

selisih tekanan parsial antara darah dan fase gas. (5) Perfusi, yaitu

pemindahan gas secara efektif antara alveolus dan kapiler paru-paru

membutuhkan distribusi merata dari udara dalam paru-paru dan perfusi

(aliran darah) dalam kapiler dengan perkataan lain ventilasi dan perfusi

dari unit pulmonary harus sesuai pada orang normal dengan posisi tegak

dan keadaan istirahat maka ventilasi dan perfusi hampir seimbang kecuali

pada apeks paru-paru.

Secara garis besar bahwa paru-paru memiliki fungsi sebagai

berikut:

a. Terdapat permukaan gas-gas yaitu mengalirkan Oksigen dari udara

atmosfer ke darah vena dan mengeluarkan gas karbondioksida dari

alveoli ke udara atmosfer

b. Menyaring bahan beracun dari sirkulasi

c. Reservoir darah

d. Fungsi utamanya adalah pertukaran gas-gas (Tambayong, 2001).

Page 5: BAB II KONSEP DASAR - digilib.unimus.ac.iddigilib.unimus.ac.id/files/disk1/103/jtptunimus-gdl-riafebrian... · metabolisme obat dan tidak berbahaya. 3) Pirazinamid (P) Bersifat bakterisid,

10

3. Etiologi

Tuberkulosis disebabkan oleh Mycobacterium tuberculosis, sejenis

kuman yang berbentuk batang dengan ukuran panjang 1 – 4 µm dan tebal

0,3 – 0,6 µm dan digolongkan dalam basil tahan asam (Suyono, 2001).

4. Patofisiologi

Individu rentan yang menghirup basil tuberkulosis dan terinfeksi.

Bakteri dipindahkan melalui jalan nafas ke alveoli untuk memperbanyak

diri, basil juga dipindahkan melalui sistem limfe dan pembuluh darah ke

area paru lain dan bagian tubuh lainnya.

Sistem imun tubuh berespon dengan melakukan reaksi inflamasi.

Fagosit menelan banyak bakteri, limfosit spesifik tuberculosis melisis

basil dan jaringan normal, sehingga mengakibatkan penumpukan eksudat

dalam alveoli dan menyebabkan bronkopnemonia.

Massa jaringan paru/granuloma (gumpalan basil yang masih hidup

dan yang sudah mati) dikelilingi makrofag membentuk dinding protektif.

Granuloma diubah menjadi massa jaringan fibrosa, yang bagian sentralnya

disebut komplek Ghon. Bahan (bakteri dan makrofag) menjadi nekrotik,

membentuk massa seperti keju. Massa ini dapat mengalami kalsifikasi,

membentuk skar kolagenosa. Bakteri menjadi dorman, tanpa

perkembangan penyakit aktif. Individu dapat mengalami penyakit aktif

karena gangguan atau respon inadekuat sistem imun, maupun karena

infeksi ulang dan aktivasi bakteri dorman. Dalam kasus ini tuberkel ghon

Page 6: BAB II KONSEP DASAR - digilib.unimus.ac.iddigilib.unimus.ac.id/files/disk1/103/jtptunimus-gdl-riafebrian... · metabolisme obat dan tidak berbahaya. 3) Pirazinamid (P) Bersifat bakterisid,

11

memecah, melepaskan bahan seperti keju ke bronki. Bakteri kemudian

menyebar di udara, mengakibatkan penyebaran lebih lanjut. Paru yang

terinfeksi menjadi lebih membengkak mengakibatkan bronkopnemonia

lebih lanjut (Price, 1999).

5. Manifestasi Klinik

Gambaran klinis tuberkulosis mungkin belum muncul pada infeksi

awal dan mungkin tidak akan pernah timbul bila tidak terjadi infeksi aktif.

Bila timbul infeksi aktif klien biasanya memperlihatkan gejala seperti

batuk purulen produktif disertai nyeri dada, demam (biasanya pagi hari),

malaise, keringat malam (diaphoresis), gejala flu, batuk darah, kelelahan,

hilang nafsu makan dan penurunan berat badan (Corwin, 2001).

6. Penatalaksanaan

a. Pengobatan

Tujuan terpenting dari tata laksana pengobatan tuberkulosis adalah

eradikasi cepat M. tuberculosis, mencegah resistensi, dan mencegah

terjadinya komplikasi.

Jenis dan dosis Obat Anti TB Paru :

1) Isoniazid (H)

Isoniazid (dikenal dengan INH) bersifat bakterisid, efektif

terhadap kuman dalam keadaan metabolik aktif, yaitu kuman

yang sedang berkembang. Efek samping yang mungkin timbul

berupa neuritis perifer, hepatitis rash, demam. Bila terjadi ikterus,

pengobatan dapat dikurangi dosisnya atau dihentikan sampai

Page 7: BAB II KONSEP DASAR - digilib.unimus.ac.iddigilib.unimus.ac.id/files/disk1/103/jtptunimus-gdl-riafebrian... · metabolisme obat dan tidak berbahaya. 3) Pirazinamid (P) Bersifat bakterisid,

12

ikterus membaik. Efek samping ringan dapat berupa kesemutan,

nyeri otot, gatal-gatal. Pada keadaan ini pemberian INH dapat

diteruskan sesuai dosis.

2) Rifampisin (R)

Bersifat bakterisid, dapat membunuh kuman semi dorman

(persisten). Efek samping rifampisin adalah hepatitis, mual, reaksi

demam, trombositopenia. Rifampisin dapat menyebabkan warna

merah atau jingga pada air seni dan keringat, dan itu harus

diberitahukan pada keluarga atau penderita agar tidak menjadi

cemas. Warna merah tersebut terjadi karena proses

metabolisme obat dan tidak berbahaya.

3) Pirazinamid (P)

Bersifat bakterisid, dapat membunuh kuman yang berada dalam

sel dengan suasana asam. Efek samping pirazinamid adalah

hiperurikemia, hepatitis, atralgia.

4) Streptomisin (S)

Bersifat bakterisid, efek samping dari streptomisin adalah

nefrotoksik dan kerusakan nervus kranialis VIII yang berkaitan

dengan keseimbangan dan pendengaran.

5) Ethambutol (E)

Bersifat bakteriostatik, ethambutol dapat menyebabkan gangguan

penglihatan berupa berkurangnya ketajaman penglihatan, buta

warna merah dan hijau, maupun optic neuritis.

Page 8: BAB II KONSEP DASAR - digilib.unimus.ac.iddigilib.unimus.ac.id/files/disk1/103/jtptunimus-gdl-riafebrian... · metabolisme obat dan tidak berbahaya. 3) Pirazinamid (P) Bersifat bakterisid,

13

b. Pembedahan

Dilakukan jika pengobatan tidak berhasil, yaitu dengan mengangkat

jaringan paru yang rusak, tindakan ortopedi untuk memperbaiki

kelainan tulang, bronkoskopi untuk mengangkat polip granulomatosa

tuberkulosis atau untuk reseksi bagian paru yang rusak.

c. Pencegahan

Menghindari kontak dengan orang yang terinfeksi basil tuberkulosis,

mempertahankan status kesehatan dengan asupan nutrisi adekuat,

minum susu yang telah dilakukan pasteurisasi, isolasi jika pada analisa

sputum terdapat bakteri hingga dilakukan pengobatan, pemberian

imunisasi BCG untuk meningkatkan daya tahan tubuh terhadap infeksi

oleh basil tuberkulosis virulen (Depkes, 2002)

7. Prioritas Keperawatan TB Paru

Mempertahankan oksigenasi adekuat, mencegah penyebaran

infeksi, mendukung perilaku mempertahankan kesehatan, meningkatkan

strategi koping efektif, memberi informasi tentang proses

penyakit/prognosis dan kebutuhan pengobatan (Smeltzer and Bare, 2001).

8. Komplikasi

Penderita TB paru antara lain :

a. Pendarahan dari saluran pernafasan bagian bawah yang dapat

mengakibatkan kematian karena syok hipovolemik atau tersumbatnya

jalan nafas.

b. Penyebaran infeksi ke organ lain

Page 9: BAB II KONSEP DASAR - digilib.unimus.ac.iddigilib.unimus.ac.id/files/disk1/103/jtptunimus-gdl-riafebrian... · metabolisme obat dan tidak berbahaya. 3) Pirazinamid (P) Bersifat bakterisid,

14

Misalnya : otak, jantung persendian, ginjal (Corwin, 2001).

9. Fokus Pengkajian Keperawatan

Berdasarkan klasifikasi Doenges dkk. (2000) riwayat keperawatan

yang perlu dikaji adalah :

a. Aktivitas/istirahat :

Gejala : terjadi kelelahan umum dan kelemahan, dipsnea saat

kerja maupun istirahat,kesulitan tidur pada malam hari,

demam pada malam hari, menggigil, berkeringat pada

malam hari (diaphoresis), dan mimpi buruk.

Tanda : Takikardia, takipnea, dipsnea saat kerja, kelelahan otot,

dan nyeri.

b. Sirkulasi

Gejala : palpitasi

Tanda : Takikardia, disritmia, adanya S3 dan S4, bunyi gallop

(gagal jantung akibat effusi), nadi apikal berpindah oleh

adanya penyimpangan mediastinal, tanda Homman

(bunyi rendah denyut jantung akibat adanya udara dalam

mediastinum), TD : hipertensi/hipotensi, distensi vena

jugularis.

c. Integritas ego :

Gejala : Gejala-gejala stres yang berhubungan dengan lamanya

perjalanan penyakit, masalah keuangan, perasaan tidak

berdaya/putus asa, menurunnya produktivitas.

Page 10: BAB II KONSEP DASAR - digilib.unimus.ac.iddigilib.unimus.ac.id/files/disk1/103/jtptunimus-gdl-riafebrian... · metabolisme obat dan tidak berbahaya. 3) Pirazinamid (P) Bersifat bakterisid,

15

Tanda : Menyangkal (khususnya pada tahap dini)Ansietas,

ketakutan, gelisah, iritabel Perhatian menurun,

perubahan mental (tahap lanjut)

d. Makanan dan cairan :

Gejala : Kehilangan nafsu makan, penurunan berat badan.

Tanda : Turgor kulit buruk, kering, bersisik, kehilangan massa

otot, kehilangan lemak subkutan

e. Nyeri dan Kenyamanan :

Gejala : Nyeri dada meningkat karena pernapasan, batuk

berulang nyeri tajam/menusuk diperberat oleh napas

dalam, mungkin menyebar ke bahu, leher atau abdomen.

Tanda : Berhati-hati pada area yang sakit, perilaku distraksi,

gelisah.

f. Pernapasan :

Gejala : Batuk (produktif atau tidak produktif), napas pendek,

riwayat terpajan tuberkulosis dengan individu terinfeksi.

Tanda : Peningkatan frekuensi pernapasan, peningkatan kerja

napas, penggunaan otot aksesori pernapasan pada dada,

leher, retraksi interkostal, ekspirasi abdominal kuat,

pengembangan dada tidak simetris, perkusi pekak dan

penurunan fremitus, pada pneumothorax perkusi

hiperresonan di atas area yang terlihat, bunyi napas

menurun/tidak ada secara bilateral atau unilateral, bunyi

Page 11: BAB II KONSEP DASAR - digilib.unimus.ac.iddigilib.unimus.ac.id/files/disk1/103/jtptunimus-gdl-riafebrian... · metabolisme obat dan tidak berbahaya. 3) Pirazinamid (P) Bersifat bakterisid,

16

napas tubuler atau pektoral di atas lesi, crackles di atas

apeks paru selama inspirasi cepat setelah batuk pendek

(crackels posttussive), karakteristik sputum hijau

purulen, mukoid kuning atau bercak darah, deviasi

trakeal.

g. Keamanan:

Gejala : Kondisi penurunan imunitas secara umum memudahkan

infeksi sekunder.

Tanda : Demam ringan atau demam akut.

h. Interaksi Sosial :

Gejala : Perasaan terisolasi/penolakan karena penyakit menular,

perubahan aktivitas sehari-hari karena perubahan

kapasitas fisik untuk melaksanakan peran.

i. Penyuluhan/pembelajaran:

Gejala : Riwayat keluarga TB, ketidakmampuan umum/status

kesehatan buruk, gagal untuk membaik/kambuhnya TB,

tidak berpartisipasi dalam terapi.

j. Macam tes diagnostik yang dapat dilakukan untuk mendeteksi

pameriksaan TB Paru

Page 12: BAB II KONSEP DASAR - digilib.unimus.ac.iddigilib.unimus.ac.id/files/disk1/103/jtptunimus-gdl-riafebrian... · metabolisme obat dan tidak berbahaya. 3) Pirazinamid (P) Bersifat bakterisid,

17

Jenis Pemeriksaan Interpretasi Hasil

Sputum: -Kultur -Ziehl-Neelsen Tes Kulit (PPD, Mantoux, Vollmer) Foto thorax Histologi atau kultur jaringan (termasuk bilasan lambung, urine, cairan serebrospinal, biopsi kulit) Biopsi jarum pada jaringan paru Darah: -LED -Limfosit -Elektrolit -Analisa Gas Darah Tes faal paru

Mycobacterium tuberculosis positif pada tahap aktif, penting untuk menetapkan diagnosa pasti dan melakukan uji kepekaan terhadap obat. BTA positif Reaksi positif (area indurasi 10 mm atau lebih) menunjukkan infeksi masa lalu dan adanya antibodi tetapi tidak berarti untuk menunjukkan keaktifan penyakit. Dapat menunjukkan infiltrasi lesi awal pada area paru, simpanan kalsium lesi sembuh primer, efusi cairan, akumulasi udara, area cavitas, area fibrosa dan penyimpangan struktur mediastinal. Hasil positif dapat menunjukkan serangan ekstrapulmonal Positif untuk gralunoma TB, adanya giant cell menunjukkan nekrosis. Indikator stabilitas biologik penderita, respon terhadap pengobatan dan predeksi tingkat penyembuhan. Sering meningkat pada proses aktif. Menggambarakan status imunitas penderita (normal atau supresi) Hiponatremia dapat terjadi akibat retensi cairan pada TB paru kronis luas. Hasil bervariasi tergantung lokasi dan beratnya kerusakan paru Penurunana kapasitas vital, peningkatan ruang mati, peningkatan rasio udara residu dan kapasitas paru total, penurunan saturasi oksigen sebagai akibat dari infiltrasi parenkim/fibrosis, kehilangan jaringan paru dan penyaki pleural

Tabel. 1. Macam test Diagnostik pada pemeriksaan TB Paru

Page 13: BAB II KONSEP DASAR - digilib.unimus.ac.iddigilib.unimus.ac.id/files/disk1/103/jtptunimus-gdl-riafebrian... · metabolisme obat dan tidak berbahaya. 3) Pirazinamid (P) Bersifat bakterisid,

18

k. Diagnosa Keperawatan

1) Bersihan jalan nafas tidak efektif berhubungan dengan sekret

kental, kelemahan upaya batuk buruk

2) Pola nafas tidak efektif berhubungan dengan sekresi

mukopurulen dan kekurangan upaya batuk

3) Gangguan pertukaran gas berhubungan dengan penurunan

permukaan efek paru. Kerusakan membran di alveolar, kapiler,

sekret kevtal dan tebal

4) Perubahan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan

dengan mual, muntah, anoreksia.

5) Gangguan pada istirahat tidur berhubungan dengan sesak nafas

dan batuk

6) Intoleransi aktivitas berhubungan dengan keletihan dan

inadekuat oksigenasi untuk aktivitas

7) Kurang pengetahuan mengenai kondisi aturan tindakan dan

pencegahan berhubungan dengan jalan interpretasi inibrasi,

keterbatasan kognitif

8) Risiko tinggi infeksi terhadap penyebaran berhubungan dengan

pertahan primer adekuat, kerusakan jaringan penakanan proses

inflamasi, malnutrisi

Page 14: BAB II KONSEP DASAR - digilib.unimus.ac.iddigilib.unimus.ac.id/files/disk1/103/jtptunimus-gdl-riafebrian... · metabolisme obat dan tidak berbahaya. 3) Pirazinamid (P) Bersifat bakterisid,

19

10. Fokus Intervensi dan Rasional

1. Bersihan jalan nafas tidak efektif berhubungan dengan sekret kental,

kelemahan upaya batuk buruk

a. Tujuan : bersihan jalan nafas efektif

b. KH : pasien dapat mempertahankan jalan nafas dan mengeluarkan

sekret tanpa bantuan

c. Intervensi

1) Kaji fungsi pernafasan contoh bunyi nafas, kecepatan, irama,

dan kelemahan dan penggunaan otot bantu.

Rasional : Peningkatan bunyi nafas dapat menunjukkan

atelektasis, ronchi, mengi menunjukkan

akumulasi sekret / ketidakmampuan untuk

membersihkan jalan nafas yang dapat

menimbulkan penggunaan otot aksesori

pernafasan dan peningkatan kerja pernafasan.

2) Catat kemampuan untuk mengeluarkan mukosa batuk efektif,

catat karakter, jumlah sputum, adanya hemoptisis.

Rasional : Pengeluaran sulit bila sekret sangat tebal sputum

berdarah kental / darah cerah (misal efek infeksi,

atau tidak kuatnya hidrasi).

Page 15: BAB II KONSEP DASAR - digilib.unimus.ac.iddigilib.unimus.ac.id/files/disk1/103/jtptunimus-gdl-riafebrian... · metabolisme obat dan tidak berbahaya. 3) Pirazinamid (P) Bersifat bakterisid,

20

3) Berikan klien posisi semi atau fowler tinggi

Rasional : Posisi membantu memaksimalkan ekspansi paru

dan menurunkankan upaya pernafasan.

4) Bersihkan sekret dari mulut dan trakea, penghisapan sesuai

keperluan

Rasional : Mencegah obstruksi respirasi, penghisapan dapat

diperlukan bila pasien tidak mampu

mengeluarkan sekret.

5) Pertahankan masukan cairan sedikitnya 2500 ml/hari kecuali

kontra indikasi

Rasional : Pemasukan tinggi cairan membantu untuk

mengencerkan sekret, membantu untuk mudah

dikeluarkan.

2. Pola nafas tidak efektif berhubungan dengan sekresi mukopurulen dan

kekurangan upaya batuk

a. Tujuan : setelah dilakukan tindakan keperawatan pola nafas

kembali aktif

b. KH : dipsnea berkurang, frekuensi, irama dan kedalaman

pernafasan normal

c. Intervensi

1) Kaji kualitas dan kedalaman pernafasan penggunaan otot

aksesoris, catat setiap perubahan

Rasional : Kecepatan biasanya meningkat, dipsnea terjadi

Page 16: BAB II KONSEP DASAR - digilib.unimus.ac.iddigilib.unimus.ac.id/files/disk1/103/jtptunimus-gdl-riafebrian... · metabolisme obat dan tidak berbahaya. 3) Pirazinamid (P) Bersifat bakterisid,

21

peningkatan kerja nafas, kedalaman pernafasan

dan bervariasi tergantung derajat gagal nafas.

2) Kaji kualitas sputum, warna, bau dan konsistensi

Rasional : Adanya sputum yang tebal, kental, berdarah dan

purulen diduga terjadi sebagai masalah

sekunder.

3) Baringkan klien untuk mengoptimalkan pernafasan (semi

fowler).

Rasional : Posisi duduk memungkinkan ekspansi paru

maksimal upaya batuk untuk memobilisasi dan

membuang sekret.

3. Gangguan pertukaran gas berhubungan dengan penurunan permukaan

efek paru, kerusakan membran alveolar, kapiler, sekret kental dan

tebal.

a. Tujuan : tidak ada tanda-tanda dispnea

b. KH : melaporkan tidak adanya penurunan dipsnea,

menunjukkan perbaikan ventilasi dan O2 jaringan

adekuat dengan AGP dalam rentang normal, bebas

dari gejala, distres pernafasan.

c. Intervensi dan rasional

1) Kaji dipsnea, takipnea, tidak normal atau menurunnya bunyi

nafas, peningkatan upaya pernafasan, terbatasnya ekspansi

dinding dada dan kelemahan.

Page 17: BAB II KONSEP DASAR - digilib.unimus.ac.iddigilib.unimus.ac.id/files/disk1/103/jtptunimus-gdl-riafebrian... · metabolisme obat dan tidak berbahaya. 3) Pirazinamid (P) Bersifat bakterisid,

22

Rasional : TB paru menyebabkan efek luas pada paru dari

bagian kecil bronkopneumonia sampai inflamasi

difus luas nekrosis effusi pleural untuk fibrosis

luas.

2) Evaluasi tingkat kesadaran, catat sianosis dan perubahan pada

warna kulit, termasuk membran mukosa dan kuku

Rasional : Akumulasi sekret/pengaruh jalan nafas dapat

mengganggu O2 organ vital dan jaringan.

3) Tunjukkan/dorong bernafas dengan bibir selama indikasi,

khususnya untuk pasien dengan fibrosis atau kerusakan

parenkim.

Rasional : Membuat tahanan melawan udara luar untuk

mencegah kolaps atau penyempitan jalan nafas, sehingga

membantu menyebarkan udara melalui paru dan

menghilangkan atau menurunkan nafas pendek.

4) Tingkatkan tirah baring/batasi aktivitas dan bantu aktivitas

pasien sesuai keperluan

Rasional : Menurunkan konsumsi oksigen/kebutuhan selama

periode penurunan pernafasan dapat menurunkan beratnya

gejala.

Page 18: BAB II KONSEP DASAR - digilib.unimus.ac.iddigilib.unimus.ac.id/files/disk1/103/jtptunimus-gdl-riafebrian... · metabolisme obat dan tidak berbahaya. 3) Pirazinamid (P) Bersifat bakterisid,

23

5) Kolaborasi medis dengan pemeriksaan ACP dan pemberian

oksigen

Rasional : Mencegah pengeringan membran mukosa,

membantu pengenceran sekret.

4. Perubahan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan dengan

kelemahan, anoreksia, ketidakcukupan nutrisi

a. Tujuan : kebutuhan nutrisi terpenuhi (tidak terjadi perubahan

nutrisi)

b. Kriteria hasil : pasien menunjukkan peningkatan berat badan

dan melakukan perilaku atau perubahan pola hidup.

c. Intervensi dan rasional:

1) Catat status nutrisi pasien dari penerimaan, catat turgor kulit,

berat badan dan derajat kekurangannya berat badan, riwayat

mual atau muntah, diare.

Rasional : berguna dalam mendefinisikan derajat/ luasnya

masalah dan pilihan intervensi yang tepat.

2) Pastikan pada diet biasa pasien yang disukai atau tidak disukai.

Rasional : membantu dalam mengidentifikasi kebutuhan

pertimbangan keinginan individu dapat

memperbaiki

masukan diet.

3) Selidiki anoreksia, mual dan muntah dan catat kemungkinan

hubungan dengan obat, awasi frekuensi, volume konsistensi

Page 19: BAB II KONSEP DASAR - digilib.unimus.ac.iddigilib.unimus.ac.id/files/disk1/103/jtptunimus-gdl-riafebrian... · metabolisme obat dan tidak berbahaya. 3) Pirazinamid (P) Bersifat bakterisid,

24

feces.

Rasional : Dapat mempengaruhi pilihan diet dan

mengidentifikasi area pemecahan masalah untuk

meningkatkan pemasukan atau penggunaan

nutrien.

4) Dorong dan berikan periode istirahat sering.

Rasional : Membantu menghemat energi khususnya

bila kebutuhan meningkat saat demam.

5) Berikan perawatan mulut sebelum dan sesudah tindakan

pernafasan.

Rasional : Menurunkan rasa tidak enak karena sisa sputum

atau obat untuk pengobatan respirasi yang

merangsang pusat muntah.

6) Dorong makan sedikit dan sering dengan makanan tinggi

protein.

Rasional : Masukan nutrisi tanpa kelemahan yang tidak

perlu atau kebutuhan energi dari makan makanan

banyak dari menurunkan iritasi gaster.

7) Kolaborasi, rujuk ke ahli diet untuk menentukan komposisi

diet.

Rasional : bantuan dalam perencanaan diet dengan nutrisi

adekuat untuk kebutuhan metabolik dan diet.

Page 20: BAB II KONSEP DASAR - digilib.unimus.ac.iddigilib.unimus.ac.id/files/disk1/103/jtptunimus-gdl-riafebrian... · metabolisme obat dan tidak berbahaya. 3) Pirazinamid (P) Bersifat bakterisid,

25

5. Gangguan pola istirahat tidur berhubungan dengan sesak nafas dan

batuk.

a. Tujuan : agar pola tidur terpenuhi.

b. Kriteria hasil : pasien dapat istirahat tidur tanpa terbangun.

c. Intervensi dan rasional:

1) Diskusikan perbedaan individual dalam kebutuhan tidur

berdasarkan hal usia, tingkat aktivitas, gaya hidup tingkat

stress.

Rasional : rekomendasi yang umum untuk tidur 8 jam tiap

malam nyatanya tidak mempunyai fungsi dasar

ilmiah individu yang dapat rileks dan istirahat

dengan mudah memerlukan sedikit tidur untuk

merasa segar kembali dengan bertambahnya usia,

waktu tidur. Total secara umum menurun,

khususnya tidur tahap IV dan waktu tahap

meningkat.

2) Tingkatkan relaksasi, berikan lingkungan yang gelap dan

terang, berikan kesempatan untuk memilih penggunaan bantal,

linen dan selimut, berikan ritual waktu tidur yang

menyenangkan bila perlu pastikan ventilasi ruangan baik, tutup

pintu ruangan bila klien menginginkan.

Page 21: BAB II KONSEP DASAR - digilib.unimus.ac.iddigilib.unimus.ac.id/files/disk1/103/jtptunimus-gdl-riafebrian... · metabolisme obat dan tidak berbahaya. 3) Pirazinamid (P) Bersifat bakterisid,

26

Rasional : tidur akan sulit dicapai sampai tercapai relaksasi,

lingkungan rumah sakit dapat mengganggu

relaksasi.

6. Intoleransi aktivitas yang berhubungan dengan keletihan dan

inadekuat oksigen untuk aktivitas.

a. Tujuan : agar aktivitas kembali efektif.

b. Kriteria hasil : pasien mampu melakukan ADLnya secara mandiri

dan tidak kelelahan setelah beraktivitas.

c. Intervensi dan rasional :

3) Jelaskan aktivitas dan faktor yang meningkatkan kebutuhan

oksigen seperti merokok. suhu sangat ekstrim, berat badan

kelebihan, stress.

Rasional : merokok, suhu ekstrim dan stress menyebabkan

vasokastriksi yang meningkatkan beban kerja

jantung dan kebutuhan oksigen, berat badan

berlebihan, meningkatkan tahapan perifer yang

juga meningkatkan beban kerja jantung.

4) Secara bertahap tingkatan aktivitas harian klien sesuai

peningkatan toleransi.

Rasional : mempertahankan pernafasan lambat, sedang dan

latihan yang diawasi memperbaiki kekuatan otot

asesori dan fungsi pernafasan.

Page 22: BAB II KONSEP DASAR - digilib.unimus.ac.iddigilib.unimus.ac.id/files/disk1/103/jtptunimus-gdl-riafebrian... · metabolisme obat dan tidak berbahaya. 3) Pirazinamid (P) Bersifat bakterisid,

27

5) Memberikan dukungan emosional dan semangat

Rasional : rasa takut terhadap kesulitan bernafas dapat

menghambat peningkatan aktivitas.

6) Setelah aktivitas kaji respon abnormal untuk

meningkatkan aktivitas.

Rasional : intoleransi aktivitas dapat dikaji dengan

mengevaluasi jantung sirkulasi dan status

pernafasan setelah beraktivitas.

7. Kurang pengetahuan (kebutuhan belajar) mengenai kondisi,

aturan tindakan dan pencegahan berhubungan dengan salah satu

interprestasi informasi, keterbatasan kognitif, tidak lengkap informasi

yang ada.

a. Tujuan : pengetahuan pasien bertambah tentang penyakit TB Paru.

b. Kriteria hasil : pasien menyatakan mengerti tentang penyakit

TB Paru.

c. Intervensi dan rasional:

1) Kaji kemampuan pasien untuk belajar

Rasional : belajar tergantung pada emosi dari kesiapan fisik

dan ditingkatkan pada tahapan individu.

2) Berikan instruksi dan informasi tertulis pada pasien untuk

rujukan contoh : jadwal obat.

Rasional : informasi tertulis menentukan hambatan pasien

untuk mengingat sejumlah besar informasi

Page 23: BAB II KONSEP DASAR - digilib.unimus.ac.iddigilib.unimus.ac.id/files/disk1/103/jtptunimus-gdl-riafebrian... · metabolisme obat dan tidak berbahaya. 3) Pirazinamid (P) Bersifat bakterisid,

28

pengulangan menguatkan belajar.

3) Jelaskan dosis obat, frekuensi pemberian, kerja yang

diharapkan dan alasan pengobatan lama, dikaji potensial

interaksi dengan obat atau subtansi lain.

Rasional : meningkatkan kerjasama dalam program

pengobatan danmencegah penghentian obat

sesuai perbaikan kondisi pasien.

4) Dorong untuk tidak merokok.

Rasional : meskipun merokok tidak merangsang

berulangnya TBC tetapi meningkatkan disfungsi

pernafasan.

5) Kaji bagaimana yang ditularkan kepada orang lain

Rasional : pengetahuan dapat menurunkan resiko penularan

atau reaktivitas ulang juga komperkasi

sehubungan dengan reaktivitas.

8. Risiko tinggi infeksi terhadap penyebaran atau aktivitas ulang

berhubungan dengan pertahanan primer tidak adekuat, kerusakan

jaringan, penekanan proses inflamasi, mal nutrisi.

a. Tujuan : tidak terjadi infeksi terhadap penyebaran.

b. Kriteria hasil : pasien mengidentifikasi intervensi untuk mencegah

atau menurunkan resiko penyebaran infeksi, melakukan perubahan

pola hidup.

c. Intervensi dan rasional:

Page 24: BAB II KONSEP DASAR - digilib.unimus.ac.iddigilib.unimus.ac.id/files/disk1/103/jtptunimus-gdl-riafebrian... · metabolisme obat dan tidak berbahaya. 3) Pirazinamid (P) Bersifat bakterisid,

29

1) Kaji patologi penyakit dan potensial penyebaran infeksi

melalui droplet udara selama batuk, bersin, meludah, bicara,

tertawa.

Rasional : membantu pasien menyadari / menerima

perlunya mematuhi program pengobatan untuk

mencegah pengaktifan berulang atau komplikasi

serta membantu pasien atau orang terdekat untuk

mengambil langkah untuk mencegah infeksi ke

orang lain.

2) Identifikasi orang lain yang beresiko, missal: anggota keluarga,

sahabat karib/ teman.

Rasional : orang-orang yang terpejan ini perlu program

terapi obat untuk mencegah penyebaran/

terjadinya infeksi.

3) Kaji tindakan kontrol infeksi sementara, missal: masker atau

isolasi pernafasan.

Rasional : dapat membantu menurunkan rasa terisolasi

pasien dan membuang stigma sosial sehubungan

dengan penyakit menular.

4) Anjurkan pasien untuk batuk/ bersin dan mengeluarkan pada

tisu dan menghindari meludah. Kaji pembuangan tisu sekali

pakai dan teknik mencuci tangan yang tepat, dorong untuk

mengulangi demonstrasi.

Page 25: BAB II KONSEP DASAR - digilib.unimus.ac.iddigilib.unimus.ac.id/files/disk1/103/jtptunimus-gdl-riafebrian... · metabolisme obat dan tidak berbahaya. 3) Pirazinamid (P) Bersifat bakterisid,

30

Rasional : perilaku yang diperlukan untuk mencegah

penyebaran

5) Tekanan pentingnya tidak menghentikan terapi obat.

Rasional : periode singkat berakhir 2-3 hari setelah

kemoterapi awal, tetapi pada adanya rongga atau

penyakit luas, sedang resiko penyebaran infeksi

dapat berlanjut sampai 3 bulan.

6) Dorong memilih mencerna makanan seimbang, berikan makan

sering, makanan kecil pada jumlah, makanan besar yang tepat.

Rasional : adanya anoreksia (mal nutrisi sebelumnya,

merendahkan tahapan terhadap proses infeksi

dan mengganggu penyembuhan, makanan

kecil dapat meningkatkan pemasukan semua.

B. KONSEP KELUARGA

1. Pengertian Keluarga

Menurut Departemen Kesehatan RI (1988) yang dikutip oleh

Effendy (1998), keluarga adalah unit terkecil dari masyarakat yang terdiri

atas kepala keluarga dan beberapa orang yang berkumpul dan tinggal di

suatu tempat dibawah suatu atap dalam keadaan saling ketergantungan.

Menurut Friedman (1998), keluarga adalah kumpulan dua orang

atau lebih yang hidup bersama dengan keterikatan aturan dan emosional

Page 26: BAB II KONSEP DASAR - digilib.unimus.ac.iddigilib.unimus.ac.id/files/disk1/103/jtptunimus-gdl-riafebrian... · metabolisme obat dan tidak berbahaya. 3) Pirazinamid (P) Bersifat bakterisid,

31

dan individu mempunyai peran masing-masing yang merupakan bagian

dari keluarga.

Menurut Bailon dan Maglaya (1989) yang dikutip oleh Effendy

(1998), keluarga adalah dua atau lebih dari dua individu yang tergabung

karena hubungan darah, hubungan perkawinan, atau pengangkatan dan

mereka hidup dalam suatu rumah tangga, berinteraksi satu sama lain, dan

di dalam perannya masing-masing menciptakan serta mempertahankan

kebudayaan.

2. Struktur Keluarga

Menurut Effendy ( 1998 ) struktur keluarga terdiri dari bermacam-

macam, diantaranya adalah :

a. Patrilineal : adalah keluarga sedarah yang terdiri dari sanak saudara

sedarah dalam beberapa generasi, dimana hubungan itu disusun

melalui jalur garis ayah.

b. Matrilineal : adalah keluarga sedarah yang terdiri dari sanak saudara

sedarah dalam beberapa generasi di mana hubungan itu disusun

melalui jalur garis ibu.

c. Matrilokal : adalah sepasang suami istri yang tinggal bersama

keluarga sedarah istri.

d. Patrilokal : adalah sepasang suami istri yang tinggal bersama

keluarga sedarah suami.

Page 27: BAB II KONSEP DASAR - digilib.unimus.ac.iddigilib.unimus.ac.id/files/disk1/103/jtptunimus-gdl-riafebrian... · metabolisme obat dan tidak berbahaya. 3) Pirazinamid (P) Bersifat bakterisid,

32

e. Keluarga Kawinan : adalah hubungan suami istri sebagai dasar bagi

pembinaan keluarga, dan beberapa sanak saudara yang menjadi bagian

keluarga karena adanya hubungan dengan suami istri.

3. Tipe/Bentuk Keluarga

a. Keluarga Inti (Nuclear family), adalah keluarga yang terdiri dari ayah,

ibu dan anak-anak.

b. Keluarga Besar (Extended Family), adalah keluarga inti ditambah

dengan sanak saudara, misalnya, nenek, kakek, keponakan, sepupu,

paman, bibi, dan sebagainya.

c. Keluarga Berantai (Serial Family), adalah keluarga yang terdiri dari

wanita dan pria yang menikah lebih dari 1 kali dan merupakan satu

keluarga inti.

d. Keluarga Duda/Janda (Single Family), adalah keluarga yang terjadi

karena perceraian atau kematian.

e. Keluarga Berkomposisi (Composite), adalah keluarga yang

perkawinannya berpoligami dan hidup secara bersama.

f. Keluarga Kabitas (Cahabitation), adalah dua orang yang menjadi satu

tanpa pernikahan tetapi membentuk suatu keluarga.

4. Fungsi Keluarga

Menurut Friedman 1999, ada beberapa fungsi yang dapat dijalankan

keluarga sebagai berikut :

Page 28: BAB II KONSEP DASAR - digilib.unimus.ac.iddigilib.unimus.ac.id/files/disk1/103/jtptunimus-gdl-riafebrian... · metabolisme obat dan tidak berbahaya. 3) Pirazinamid (P) Bersifat bakterisid,

33

a. Fungsi Afektif

Bagaimana keluarga merasakan hal – hal yang dibutuhkan oleh

individu lain dalam keluarga tersebut. Keluarga yang kurang

memperhatikan adanya masalah TB Paru dalam keluarga tersebut akan

menimbulkan komplikasi lebih lanjut.

b. Fungsi Sosialisasi

Keluarga yang memberikan kebebasan kepada anggota keluarga yang

menderita TB Paru untuk berinteraksi dengan lingkungan akan

mengurangi tingkat stress keluarga.

c. Fungsi Ekonomi

Dalam fungsi ekonomi keluarga mencari sumber-sumber penghasilan

untuk memenuhi kebutuhan keluarga.Pengaturan penggunaan

penghasilan keluarga untuk memenuhi kebutuhan-kebutuhan keluarga

di masa yang akan datang, misalnya pendidikan anak-anak, jaminan

hari tua dan sebagainya.

d. Fungsi Reproduksi

Dalam menjalankan fungsi reproduksi keluarga menjalankan fungsi

biologis antara lain untuk meneruskan keturunan, memelihara dan

membesarkan anak, memenuhi kebutuhan gizi anggota keluarga,

memelihara dan merawat anggota keluarga.

e. Fungsi Perawatan Kesehatan

Pada fungsi perawatan keluarga ada 5 tugas perawatan kesehatan dalam

keluarga antara lain : kemampuan keluarga dalam mengenal masalah

Page 29: BAB II KONSEP DASAR - digilib.unimus.ac.iddigilib.unimus.ac.id/files/disk1/103/jtptunimus-gdl-riafebrian... · metabolisme obat dan tidak berbahaya. 3) Pirazinamid (P) Bersifat bakterisid,

34

kesehatan keluarga, kemampuan keluarga dalam mengambil keputusan

bagi anggota keluarga yang sakit, kemampuan keluarga dalam merawat

anggota keluarga yang sakit, kemampuan keluarga keluarga dalam

memodifikasi lingkungan yang dapat berpengaruh terhadap kesehatan,

dan kemampuan keluarga dalam memggunakan fasilitas kesehatan.

5. Tugas Perkembangan Keluarga dengan Remaja

Tugas perkembangan keluarga dengan remaja antara lain:

1) Memberikan kebebasan yang seimbang dan bertanggungjawab

mengingat remaja adalah seorang dewasa muda dan memiliki

otonomi.

2) Mempertahankan hubungan intim dalam keluarga.

3) Mempertahankan komunikasi terbuka antara anak dan orang tua.

Hindarkan terjadinya perdebatan, kecurigaan dan permusuhan.

4) Mempersiapkan perubahan sistem peran dan peraturan (anggota)

keluarga untuk memenuhi kebutuhan tumbuh kembang anggota

keluarga.

6. Tugas Kesehatan Keluarga

Tugas keluarga dalam bidang kesehatan menurut Friedman (1981)

yang dikutip oleh Effendy ( 1998 ), yaitu :

a. Mengenal gangguan perkembangan kesehatan setiap anggotanya.

b. Mengambil keputusan untuk melakukan tindakan yang tepat.

Page 30: BAB II KONSEP DASAR - digilib.unimus.ac.iddigilib.unimus.ac.id/files/disk1/103/jtptunimus-gdl-riafebrian... · metabolisme obat dan tidak berbahaya. 3) Pirazinamid (P) Bersifat bakterisid,

35

c. Memberikan keperawatan kepada anggota keluarganya yang sakit, dan

yang tidak dapat membantu dirinya sendiri karena cacat atau usianya

yang terlalu muda.

d. Mempertahankan suasana di rumah yang menguntungkan kesehatan

dan perkembangan kepribadian anggota keluarga.

e. Mempertahankan hubungan timbal balik antara keluarga dan lembaga-

lembaga kesehatan, yang menunjukkan pemanfaatan dengan baik

fasilitas-fasilitas kesehatan yang ada.

C. ASUHAN KEPERAWATAN KELUARGA DENGAN MASALAH

TUBERKULOSIS PARU

1. Pengkajian

Umur penderita Tuberkulosis Paru, sering kali berasal dari usia

produktif (15 – 60 th). Angka tertinggi pada wanita ditemukan pada usia

40 – 50 th, sedangkan laki-laki usia lebih dari 65 tahun (Jakarta Pos,

2005).

Jenis kelamin, pada wanita angka prevalensinya masih rendah dan

meningkatnya juga lebih sedikit dibandingkan laki – laki (Crofton, 1998).

Adat istiadat di tempat tinggal keluarga, suku bangsa, agama,

sosial budaya, rekreasi, kegiatan pendidikan, kebiasaan makan dan

berpakaian. Adanya pengaruh budaya pada peran keluarga dan peran

struktur, bentuk rumah, bahasa yang digunakan sehari-hari, komunikasi

dalam keluarga, penggunaan tempat pelayanan kesehatan.

Page 31: BAB II KONSEP DASAR - digilib.unimus.ac.iddigilib.unimus.ac.id/files/disk1/103/jtptunimus-gdl-riafebrian... · metabolisme obat dan tidak berbahaya. 3) Pirazinamid (P) Bersifat bakterisid,

36

Status sosial ekonomi keluarga termasuk di dalamnya terdapat

penghasilan keluarga dan pendidikan keluarga. Pada penghasilan keluarga

dampak keluarga yang berpenghasilan kurang atau kepala keluarga yang

tidak mampu bekerja lagi, mudah terserang Tuberkulosis Paru karena

keadaan gizi menurun dan daya tahan tubuh semua anggota keluarga

rendah. Sehingga kemungkinan terserang Tuberkulosis Paru sangat besar.

Sedangkan penderita Tuberkulosis Paru memerlukan perawatan yang

lama, rutin, dan biaya untuk pengobatan. Sedangkan pada tingkat

pendidikan, keadaan ekonomi yang rendah sangat berkaitan dengan

masalah pendidikan, ini disebabkan karena ketidakmampuan keluarga

dalam mengatasi masalah yang mereka hadapi dan kurangnya pengetahuan

tentang masalah Tuberkulosis Paru pada salah satu anggota keluarga,

sehingga tidak mampu merawat penderita dengan baik yang

mengakibatkan kondisi bertambah buruk, dan timbul komplikasi.

Pada aktivitas rekreasi keluarga Identifikasi aktivitas dalam

keluarga, frekuensi aktivitas tiap anggota keluarga dan penggunaan waktu

senggang.

2. Riwayat dan Tahap Perkembangan Keluarga

a) Tahap perkembangan keluarga dengan remaja

Tugas keluarga pada tahap perkembangan keluarga dengan

remaja adalah :

1). Mengenal gangguan perkembangan kesehatan setiap anggotanya.

2). Mengambil keputusan untuk melakukan tindakan yang tepat.

Page 32: BAB II KONSEP DASAR - digilib.unimus.ac.iddigilib.unimus.ac.id/files/disk1/103/jtptunimus-gdl-riafebrian... · metabolisme obat dan tidak berbahaya. 3) Pirazinamid (P) Bersifat bakterisid,

37

3). Memberikan keperawatan kepada anggota keluarganya yang sakit,

dan yang tidak dapat membantu dirinya sendiri karena cacat atau

usianya yang terlalu muda.

4). Mempertahankan suasana di rumah yang menguntungkan kesehatan

dan perkembangan kepribadian anggota keluarga.

5). Mempertahankan hubungan timbal balik antara keluarga dan

lembaga-lembaga kesehatan, yang menunjukkan pemanfaatan

dengan baik fasilitas-fasilitas kesehatan yang ada.

b) Riwayat keluarga sebelumnya

Riwayat kesehatan dalam keluarga adakah anggota keluarga yang

pernah menderita penyakit kronis, penyakit menular atau penyakit

yang sifatnya herediter, misalnya DM, hipertensi, jantung, hepatitis,

tuberculosis. Dan bagaimana perawatan dari keluarga, pengobatan,

serta tindakan medis yang telah didapatkan.

3. Pengkajian Lingkungan

a. Karakteristik rumah

Lingkungan perumahan yang kumuh, berdebu, kurang ventilasi,

penerangan yang tidak adekuat, keadaan kamar tidur yang pengab

karena sinar matahari tidak dapat masuk, kasur yang tidak pernah

dijemur merupakan faktor-faktor yang menyebabkan kuman-kuman

Tuberkulosis mudah menyebar dan menular.

b. Macam lingkungan tempat tinggal

Page 33: BAB II KONSEP DASAR - digilib.unimus.ac.iddigilib.unimus.ac.id/files/disk1/103/jtptunimus-gdl-riafebrian... · metabolisme obat dan tidak berbahaya. 3) Pirazinamid (P) Bersifat bakterisid,

38

Tempat tinggal yang sempit, padat, sanitasi yang tidak terjaga, polusi

udara juga menjadi potensi tersebarnya Tuberkulosis Paru.

c. Karakteristik hubungan dengan tetangga dan masyarakat. Penderita

Tuberkulosis Paru cenderung merasa rendah diri dalam pergaulan

dengan tetangga dan masyarakat, oleh karena itu penderita tidak perlu

dikucilkan atau diasingkan. Jika rajin memeriksakan diri ke pelayanan

kesehatan secara berkala dan minum obat secara teratur, maka

penderita dapat disembuhkan.

d. Mobilitas geografis keluarga

Status rumah yang dihuni oleh keluarga apakah rumah sendiri atau

menyewa, sudah berapa lama tinggal di daerah tersebut, dan pindah

dari daerah mana.

e. Interaksi keluarga dengan masyarakat

1). Fasilitas sosial dan kesehatan

Fasilitas kesehatan yang tidak memadai dan tidak terjangkau

menjadi kendala dalam kelangsungan pengobatan penderita

Tuberkulosis Paru, karena fasilitas kesehatan seperti puskesmas

tempat yang dapat digunakan untuk berobat.

2). Fasilitas transportasi

Transportasi merupakan sarana yang penting dan sangat

diperlukan agar penderita mendapatkan pelayanan kesehatan

dengan segera. Ketiadaan sarana transportasi menjadikan

Page 34: BAB II KONSEP DASAR - digilib.unimus.ac.iddigilib.unimus.ac.id/files/disk1/103/jtptunimus-gdl-riafebrian... · metabolisme obat dan tidak berbahaya. 3) Pirazinamid (P) Bersifat bakterisid,

39

masyarakat enggan berkunjung ke pelayanan kesehatan sehingga

kondisi akan semakin memburuk.

f. Sistem pendukung dalam keluarga

Dukungan keluarga untuk penderita dengan memberikan motivasi dan

semangat agar penderita tertib minum obat, rajin memeriksakan diri,

penyediaan gizi yang sesuai anjuran. Adanya sistem pendukung dalam

keluarga diharapkan membantu proses kesembuhan. Dalam hal ini

keluarga berperan sebagai pengawas minum obat (PMO)

4. Struktur Keluarga

a. Pola komunikasi

Pola komunikasi terbuka dan langsung akan memudahkan tim

pelayanan kesehatan dalam pemberian perawatan pengobatan

Tuberkulosis Paru.

b. Struktur peran

Penderita Tuberkulosis Paru akan mengalami perubahan kapasitas

fisik dalam melaksanakan peran, karena merasa tidak mampu

menjalankan perannya, misalnya sebagai seorang kepala keluarga

yang tidak bisa bekerja lagi, sehingga penghasilan keluarga menurun.

c. Struktur Kekuatan keluarga

Sejauh mana keluarga mampu mengambil keputusan dengan tepat

dalam mengatasi masalah Tuberkulosis Paru yang ada di keluarga.

Page 35: BAB II KONSEP DASAR - digilib.unimus.ac.iddigilib.unimus.ac.id/files/disk1/103/jtptunimus-gdl-riafebrian... · metabolisme obat dan tidak berbahaya. 3) Pirazinamid (P) Bersifat bakterisid,

40

d. Nilai dan norma keluarga

Bahwa Tuberkulosis Paru bukanlah merupakan penyakit kutukan.

Namun Tuberkulosis Paru adalah penyakit yang disebabkan karena

adanya kuman Mycobacterium Tuberculosa.

5. Fungsi Keluarga

a. Fungsi afektif

Tugas keluarga dalam hal ini adalah menjaga secara instuitif,

merasakan perasaan dan suasana anak dan anggota yang lain dalam

berkomunikasi dan berinteraksi antar sesama anggota keluarga

sehingga saling pengertian satu sesama lain dalam menumbuhkan

keharmonisan dalam keluarga terutama anggota keluarga yang

menderita Tuberkulosis Paru (Effendy, Nasrul, 1998).

b. Fungsi sosialisasi

Tugas keluarga dalam menjalankan fungsi ini adalah bagaimana

keluarga mempersiapkan anggota keluarganya menjadi anggota

masyarakat yang baik, mampu menyesuaikan diri dan dapat

berinteraksi dengan lingkungan (Effendy, Nasrul, 1998).

c. Fungsi kesehatan

1 Mengenal masalah kesehatan

Tugas keluarga dalam menjalankan fungsi ini adalah sejauh mana

pengetahuan keluarga tentang masalah kesehatan yang terjadi

dalam keluarga dalam hal ini Tuberkulosis Paru.

Page 36: BAB II KONSEP DASAR - digilib.unimus.ac.iddigilib.unimus.ac.id/files/disk1/103/jtptunimus-gdl-riafebrian... · metabolisme obat dan tidak berbahaya. 3) Pirazinamid (P) Bersifat bakterisid,

41

2 Pola nutrisi

Kebiasaan makan dalam keluarga sangat mempengaruhi penularan

Tuberkulosis Paru. Jika ada anggota keluarga yang menderita

Tuberkulosis Paru, maka keluarga harus memperhatikan gizi yaitu

tinggi kalori tinggi protein, memisahkan peralatan makan

penderita seperti piring, sendok, gelas agar tidak terjadi penularan

pada anggota keluarga yang lain (Nadesul, Handrawan, 1996).

3 Pola istirahat dan tidur

Kebiasaan tidur menjadi satu dengan penderita, tidur di lantai

tanpa alas atau kasur akan memperparah keadaan. Seorang

penderita Tuberkulosis Paru biasanya mengalami kesulitan tidur

pada malam hari, demam, dan berkeringat banyak (Doenges,

2000).

4 Pola aktivitas

Aktivitas kerja yang berlebihan tanpa istirahat juga akan

memperparah keadaan, karena penderita cenderung mengalami

kelemahan, kelelahan umum, nafas pendek, nyeri dada, dan sesak

nafas (Doenges, 2000).

5 Kebiasaan mengkonsumsi obat

Kebiasaan mengkonsumsi alkohol, tembakau yang berlebihan juga

menyebabkan Tuberkulosis Paru bertambah parah.

Page 37: BAB II KONSEP DASAR - digilib.unimus.ac.iddigilib.unimus.ac.id/files/disk1/103/jtptunimus-gdl-riafebrian... · metabolisme obat dan tidak berbahaya. 3) Pirazinamid (P) Bersifat bakterisid,

42

6 Pola perawatan diri

Kebiasaan meludah di sembarang tempat tidak menggunakan

tempat khusus, tidak menutup mulut saat batuk atau bersin, tidak

meninggalkan kebiasaan merokok, tidak cuci tangan sebelum

makan, merupakan kebiasaan-kebiasaan hidup tidak sehat yang

dapat menyebabkan penularan Tuberkulosis Paru.

7 Lingkungan

Masalah kebersihan lingkungan juga sangat menunjang tesebarnya

Tuberkulosis Paru terutama polusi udara karena salah satu cara

penularan Tuberkulosis adalah melalui droplet.

8 Riwayat kesehatan keluarga

Penyakit-penyakit infeksi yang pernah diderita oleh keluarga,

misalnya : demam thipoid, tuberculosis, hepatitits, diare, penyakit

kulit.

9 Pelayanan kesehatan yang pernah diterima

10 Persepsi terhadap pelayanan kesehatan

6. Koping Keluarga

a. Stressor yang sering muncul dalam keluarga

b. Respon keluarga terhadap stressor

c. Koping yang digunakan dalam mengatasi stressor

Page 38: BAB II KONSEP DASAR - digilib.unimus.ac.iddigilib.unimus.ac.id/files/disk1/103/jtptunimus-gdl-riafebrian... · metabolisme obat dan tidak berbahaya. 3) Pirazinamid (P) Bersifat bakterisid,

43

7. Pemeriksaan Fisik

a. Inspeksi

1 Observasi penampilan umum penderita : tubuh kurus, postur tubuh

cenderung membungkuk, dan tampak lemah.

2 Observasi kulit : Pucat. Turgor buruk, kering/bersisik

3 Batuk berdahak (produktif/non produktif)

4 Sesak nafas, gelisah/distraksi

5 Berhati-hati pada area yang sakit, terutama pada daerah dada

b. Palpasi dada

1 Pengembangan paru yang tidak simetris (efusi pleural)

2 Nyeri dada

c. Perkusi dada

Perkusi pekak dan penurunan fremitus (cairan pleural atau penebalan

pleural)

d. Auskultasi paru dan dada

Kaji frekuensi pernafasan, irama kedalaman, bunyi nafas tidak normal

(ronchi, mengi atau stridor).

8. Pemeriksaan Penunjang

a. Kultur sputum : positif untuk Mycobacterium Tuberkulosis pada tahap

aktif penyakit

b. Zient Neelsen : Positif untuk basil asam cepat

c. Tes kulit (PPD, Mantoux) : reaksi positif (area indurasi 10 mm/lebih

besar, terjadi 48 – 72 jam setelah injeksi intradermal antigen)

Page 39: BAB II KONSEP DASAR - digilib.unimus.ac.iddigilib.unimus.ac.id/files/disk1/103/jtptunimus-gdl-riafebrian... · metabolisme obat dan tidak berbahaya. 3) Pirazinamid (P) Bersifat bakterisid,

44

d. Foto thorak : dapat menunjukkan infiltrasi lesi awal pada area paru

atas, simpanan kalsium lesi sembuh primer, atau efusi cairan.

D. MASALAH KEPERAWATAN YANG MUNCUL PADA KLIEN

TUBERKULOSIS PARU DI KELUARGA

1. Risiko tinggi infeksi (penyebaran/aktivasi ulang) (Doenges, 2000)

2. Bersihan jalan nafas tidak efektif (Doenges, 2000)

3. Risiko tinggi kerusakan pertukaran gas (Doenges, 2000)

4. Perubahan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh (Doenges, 2000)

5. Kurang pengetahuan mengenai kondisi, aturan tindakan dan pencegahan

(Doenges, 2000)

6. Intoleransi aktivitas (Carpenito, Lynda Juall, 1997)

7. Gangguan pola tidur (Carpenito, Lynda Juall, 1997)

E. FOKUS INTERVENSI

1. Dx 1 : Risiko tinggi penyebaran infeksi ulang

a. Prevensi Primer

1 Perbaikan hygiene dan sanitasi lingkungan, seperti perbaikan

kondisi rumah yang pengab, lantai yang berdebu, pengadaan

ventilasi.

2 Penjelasan tentang cara-cara penularan Tuberkulosis Paru pada

anggota keluarga yang lain

Page 40: BAB II KONSEP DASAR - digilib.unimus.ac.iddigilib.unimus.ac.id/files/disk1/103/jtptunimus-gdl-riafebrian... · metabolisme obat dan tidak berbahaya. 3) Pirazinamid (P) Bersifat bakterisid,

45

3 Pendidikan kesehatan tentang personal hygiene seperti menutup

mulut saat batuk, tidak meludah di sembarang tempat, mencuci

tangan sebelum makan.

b. Prevensi Sekunder

1 Pemeriksaan sputum ulang penderita BTA (+)

2 Meningkatkan keteraturan minum obat terhadap penderita agar

tidak terjadi putus obat, dan keluarga sebagai pengawas minum

obat

3 Pemberian pengobatan yang tepat pada setiap permulaan kasus

Tuberkulosis Paru sesuai paduan OAT Depkes RI tahun 2001.

c. Prevensi Tersier

1 Perhatikan dan intensifikasi pengobatan lanjutan agar terarah dan

tidak terjadi penyebaran infeksi

2 Rujukan pada pelayanan kesehatan apabila sudah dilakukan

pengobatan dan penderita masih sakit diharapkan keluarga

membawa ke Rumah Sakit atau BP4.

3 Menyadarkan masyarakat untuk menerima penderita Tuberkulosis

Paru dengan dukungan moral dan tidak mengasingkannya.

2. Dx 2 : Bersihan jalan nafas tidak efektif

a. Prevensi Primer

1 Mengidentifikasi tanda dan gejala Tuberkulosis pada penderita

tersangka seperti batuk-batuk dan sesak

2 Memperbaiki lingkungan rumah yang kotor, pengab, dan berdebu.

Page 41: BAB II KONSEP DASAR - digilib.unimus.ac.iddigilib.unimus.ac.id/files/disk1/103/jtptunimus-gdl-riafebrian... · metabolisme obat dan tidak berbahaya. 3) Pirazinamid (P) Bersifat bakterisid,

46

b. Prevensi Sekunder

1 Mengkaji fungsi pernafasan, contoh bunyi nafas, kecepatan irama,

dan kedalaman

2 Ajarkan penderita untuk batuk efektif dan nafas dalam

3 Memberikan penderita untuk minum sedikit 2500 ml/hari

4 Berikan uap air panas atau inhalasi uap dan minyak

cucalyptus/vicks vaporub.

5 Berikan obat-obatan tradisional untuk mengencerkan sekret

misalnya jahe, kencur, bawang putih.

c. Prevensi Tersier

1 Peningkatan peran serta keluarga dalam prevensi sekunder dan

memberi dukungan moral pada penderita

2 Rujukan ke pelayanan kesehatan jika keluhan semakin memberat

3. Dx 3 : Risiko tinggi kerusakan pertukaran gas

a. Prevensi Primer

1 Pendidikan kesehatan kepada masyarakat tentang pentingnya

perilaku hidup sehat seperti tidak merokok, menghindari alkohol

agar tidak terjadi sesak pada penderita tersebut

2 Perbaikan/modifikasi lingkungan seperti lantai rumah yang

berdebu, ventilasi udara yang kurang/rumah yang pengab dan

kotor

3 Jelaskan tentang komplikasi-komplikasi yang terjadi pada

penderita jika kondisi bertambah parah.

Page 42: BAB II KONSEP DASAR - digilib.unimus.ac.iddigilib.unimus.ac.id/files/disk1/103/jtptunimus-gdl-riafebrian... · metabolisme obat dan tidak berbahaya. 3) Pirazinamid (P) Bersifat bakterisid,

47

b. Prevensi Sekunder

1 Kaji sesak nafas dan adanya peningkatan supaya pernafasan

2 Anjurkan penderita untuk tirah baring dan membatasi aktivitas

3 Libatkan keluarga untuk membantu perawatan diri sesuai

keperluan

c. Prevensi Tersier

1 Rujuk penderita untuk melakukan pemeriksaan laboratorium GDA

dan pemberian terapi oksigen jika diperlukan di rumah sakit.

4. Dx 4 : Perubahan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh

a. Prevensi Primer

1 Memberikan penyuluhan tentang pentingnya gizi dan asupan

nutrisi bagi penderita Tuberkulosis Paru

2 Ajarkan keluarga menyusun menu seimbang untuk penderita

terutama diet TKTP seperti nasi, sayuran hijau, telur, buah-

buahan, ikan laut.

b. Prevensi Sekunder

1 Kaji masukan/pengeluaran dan berat badan penderita secara

periodik

2 Anjurkan penderita untuk makan sedikit tapi sering bila terjadi

anoreksia, mual/muntah

3 Dorong anggota keluarga untuk memberikan makanan/diet bagi

penderita Tuberkulosis Paru yaitu tinggi protein dan karbohidrat.

Page 43: BAB II KONSEP DASAR - digilib.unimus.ac.iddigilib.unimus.ac.id/files/disk1/103/jtptunimus-gdl-riafebrian... · metabolisme obat dan tidak berbahaya. 3) Pirazinamid (P) Bersifat bakterisid,

48

c. Prevensi Tersier

1 Berikan antipiretik yang tepat, misalnya Panadol (Paracetamol)

atau kompres denan daun dadap serep

2 Rujuk untuk pemeriksaan laboratorium, contoh BUN, protein

serum dan albumin.

5. Dx 5 : Kurang pengetahuan tentang aturan tindakan dan pencegahan

Tuberkulosis Paru

a. Prevensi Primer

1 Penyuluhan dan pemberian informasi tentang pengertian, gejala-

gejala, tindakan, dan pencegahan yang perlu diketahui dan

dilakukan secara mandiri oleh anggota keluarga penderita

Tuberkulosis Paru

2 Peningkatan mutu pelayanan kesehatan dan tenaga medis

3 Jelaskan tentang jenis, dosis, dan jangka waktu pengobatan

Tuberkulosis Paru.

b. Prevensi Sekunder

1 Anjurkan keluarga untuk selalu terlibat dalam perawatan secara

mandiri pada penderita, terutama sebagai pengawas minum obat

agar penderita tidak putus obat

2 Anjurkan penderita untuk teratur berobat dan meminum obat yang

diberikan agar mempercepat penyembuhan

Page 44: BAB II KONSEP DASAR - digilib.unimus.ac.iddigilib.unimus.ac.id/files/disk1/103/jtptunimus-gdl-riafebrian... · metabolisme obat dan tidak berbahaya. 3) Pirazinamid (P) Bersifat bakterisid,

49

3 Jelaskan tentang efek samping obat yang diminum seperti

Rifampicine yang menimbulkan gatal-gatal, kemerahan pada kulit,

tidak nafsu makan, mual, warna kemerahan pada urine.

4 Jelaskan tentang lamanya pengobatan agar penderita tidak merasa

cemas

5 Anjurkan untuk tidak merokok dan meminum alkohol.

c. Prevensi Tersier

1 Tingkatkan pengetahuan masyarakat tentang penularan,

pencegahan dan keteraturan minum obat pada Tuberkulosis Paru

2 Jika terjadi efek samping obat, usahakan ganti dengan obat lain

yang tidak menimbulkan efek samping contohnya efek samping

streptomycin yang menimbulkan gangguan keseimbangan dapat

diganti dengan Ethambutol

3 Jika efek samping bertambah berat, berikan kartikosteroid

(Prednison), infus di UPK perawatan terdekat atau rujuk ke rumah

sakit.

6. Dx 6 : Intolerasi aktivitas

a. Prevensi Primer

1 Penyuluhan kepada masyarakat tentang kelemahan, kelelahan dan

nafas pendek pada Tuberkulosis Paru dan jenis-jenis pekerjaan

yang menyebabkan Tuberkulosis Paru seperti kuli bangunan,

pegawai pabrik garment

Page 45: BAB II KONSEP DASAR - digilib.unimus.ac.iddigilib.unimus.ac.id/files/disk1/103/jtptunimus-gdl-riafebrian... · metabolisme obat dan tidak berbahaya. 3) Pirazinamid (P) Bersifat bakterisid,

50

b. Prevensi Sekunder

1 Anjurkan penderita untuk membatasi aktivitas yang berat dan

menguras energi, seperti kuli bangunan, buruh pabrik dan

pekerjaan naik turun tangga.

2 Anjurkan penderita untuk tirah baring

3 Libatkan keluarga untuk membantu dalam perawatan diri

penderita, seperti mengambil obat mengambil makan dan personal

hygiene.

c. Prevensi Tersier

1 Penyempurnaan dan intesifikasi pengobatan lanjutan agar terarah

dan tidak menimbulkan komplikasi

2 Bila terjadi kelemahan, berikan asupan vitamin B6.

7. Dx 7 : Gangguan pola tidur

a. Prevensi primer

Jelaskan pada masyarakat untuk pola istirahat dan tidur yang baik bagi

penderita Tuberkulosis Paru dan gangguan tidur di malam hari yang

sering dialami penderita

b. Prevensi Sekunder

1 Anjurkan pada penderita untuk banyak istirahat dan tidak terlalu

lelah, tidur terlalu larut dan sering begadang di malam hari

2 Jelaskan pentingnya istirahat bagi kesegaran tubuh

3 Anjurkan teknik masase, distraksi sebelum tidur (pijat pada

punggung)

Page 46: BAB II KONSEP DASAR - digilib.unimus.ac.iddigilib.unimus.ac.id/files/disk1/103/jtptunimus-gdl-riafebrian... · metabolisme obat dan tidak berbahaya. 3) Pirazinamid (P) Bersifat bakterisid,

51

4 Usahakan tempat tidur yang nyaman, bersih, tidak tidur di lantai

dan dipisahkan dari anggota keluarga lain.

c. Prevensi Tersier

1 Menjelaskan kepada masyarakat tentang pentingnya kebersihan

dan modifikasi lingkungan rumah agar nyaman untuk beristirahat

terutama tidur.