5 BAB II KONSEP DASAR A. Pengertian Gastroenteritis adalah suatu kondisi yang ditandai dengan adanya muntah dan diare yang diakibatkan oleh infeksi, alergi tidak toleran terhadap makanan tertentu atau mencerna toxin ( tucker, 1999 ). Gastroenteritis adalah inflamasi membrane mukosa lambung dan usus halus yang ditandai dengan muntah-muntah dan diare yang berakibat kehilangan cairan elektrolit yang menimbulkan dehidrasi dan gejala keseimbangan elektrolit ( Cecyly, 2002 ). Gastroenteritis adalah radang dari lambung keusus yang memberikan gejala diare dengan disetai muntah atau tanpa muntah ataupun dengan muntah besar ( Manjoer, 2000 ). Gastroentritis adalah suatu kondisi yang ditandai dengan adanya mual dan muntah serta diare yang diakibatkan oleh infeksi, alergi yang tidak toleran terhadap makanan tertentu atau toksin ( Tucker SM, 1998 : 958 ). Gastroentritis adalah peradangan yang terjadi pada lambung dan usus yang memberikan gejala diare dengan atau tanpa disertai muntah (Sowden, 1996). Penulis menyimpulkan dari data diatas bahwa gastroenteritis adalah keadaan frekuensi, BAB lebih dari 4 kali dalam sehari pada bayi dan lebih dari 3 kali pada anak atau dewasa dalam satu hari dengan konsisten feses encer dapat berwarna hijau atau dapat bercampur dengan darah dan lendir atau lendir saja.
30
Embed
BAB II KONSEP DASAR A. Pengertian - digilib.unimus.ac.iddigilib.unimus.ac.id/files/disk1/127/jtptunimus-gdl-arifuding0... · pembuluh limfe dan saraf ke ruang antara 2 lapisan peritoneum
This document is posted to help you gain knowledge. Please leave a comment to let me know what you think about it! Share it to your friends and learn new things together.
Transcript
5
BAB II
KONSEP DASAR
A. Pengertian
Gastroenteritis adalah suatu kondisi yang ditandai dengan adanya
muntah dan diare yang diakibatkan oleh infeksi, alergi tidak toleran terhadap
makanan tertentu atau mencerna toxin ( tucker, 1999 ).
Gastroenteritis adalah inflamasi membrane mukosa lambung dan usus
halus yang ditandai dengan muntah-muntah dan diare yang berakibat
kehilangan cairan elektrolit yang menimbulkan dehidrasi dan gejala
keseimbangan elektrolit ( Cecyly, 2002 ).
Gastroenteritis adalah radang dari lambung keusus yang memberikan
gejala diare dengan disetai muntah atau tanpa muntah ataupun dengan muntah
besar ( Manjoer, 2000 ).
Gastroentritis adalah suatu kondisi yang ditandai dengan adanya mual
dan muntah serta diare yang diakibatkan oleh infeksi, alergi yang tidak toleran
terhadap makanan tertentu atau toksin ( Tucker SM, 1998 : 958 ).
Gastroentritis adalah peradangan yang terjadi pada lambung dan usus
yang memberikan gejala diare dengan atau tanpa disertai muntah (Sowden,
1996).
Penulis menyimpulkan dari data diatas bahwa gastroenteritis adalah
keadaan frekuensi, BAB lebih dari 4 kali dalam sehari pada bayi dan lebih dari
3 kali pada anak atau dewasa dalam satu hari dengan konsisten feses encer
dapat berwarna hijau atau dapat bercampur dengan darah dan lendir atau lendir
saja.
6
B. Anatomi Fisiologi
Keterangan Gambar
Gambar 2.1 anatomi saluran pencernaan
Ester, Monica. 1999. Anatomi Fisiologi : Sistem Pekemihan dan Sistem
Pencernaan.
Menurut Syaifuddin ( 1997 ), susunan saluran pencernaan terdiri dari :
a. Mulut
Terdiri dari 2 bagian :
1. Bagian luar yang sempit / vestibula yaitu ruang diantara gusi, gigi, bibir,
dan pipi.
a). Bibir
Disebelah luar mulut ditutupi oleh kulit dan disebelah dalam ditutupi
oleh selaput lendir (mukosa). Otot orbikularis oris menutupi bibir.
7
Levator anguli oris mengakat dan depresor anguli oris menekan
ujung mulut.
b). Pipi, dilapisi dari dalam oleh mukosa yang mengandung papila, otot
yang terdapat pada pipi adalah otot buksinator.
c). Gigi
2. Bagian rongga mulut atau bagian dalam yaitu rongga mulut yang dibatasi
sisinya oleh tulang maksilaris palatum dan mandibularis disebelah
belakang bersambung dengan faring.
a). Palatum terdiri atas 2 bagian yaitu palatum durum (palatum keras)
yang tersusun atas tajuk-tajuk palatum dari sebelah tulang maksilaris
dan lebih kebelakang yang terdiri dari 2 palatum. Palatum mole
(palatum lunak) terletak dibelakang yang merupakan lipatan
menggantung yang dapat bergerak, terdiri atas jaringan fibrosa dan
selaput lendir.
b). Lidah terdiri dari otot serat lintang dan dilapisi oleh selaput lendir,
kerja otot lidah ini dapat digerakkan ke segala arah.
Lidah dibagi atas 3 bagian yaitu : Radiks Lingua = pangkal lidah,
Dorsum Lingua = punggung lidah dan Apek Lingua + ujung lidah.
Pada pangkal lidah yang kebelakang terdapat epligotis. Punggung
lidah (dorsum lingua) terdapat puting-puting pengecapatau ujung
saraf pengecap. Fenukun Lingua merupakan selaput lendir yang
terdapat pada bagian bawah kira-kira ditengah-tengah, jika tidak
digerakkan ke atas nampak selaput lendir.
c). Kelenjar Ludah merupakan kelenjar yang mempunyai ductus
bernama ductus wartoni dan duktus stansoni. Kelenjar ludah ada 2
yaitu kelenjar ludah bawah rahang (kelenjar submaksilaris) yang
terdapat dibawah tulang rahang atas bagian tengah, kelenjar ludah
bawah lidah (kelenjar sublingualis) yang terdapat disebelah depan
dibawah lidah.
Dibawah kelenjar ludah bawah rahang dan kelenjar ludah bawah
lidah disebut koronkula sublingualis serta hasil sekresinya berupa
kelenjar ludah (saliva). Disekitar rongga mulut terdapat 3 buah
kelenjar ludah yaitu kelenjar parotis yang letaknya dibawah depan
8
dari telinga diantara prosesus mastoid kiri dan kanan os mandibular,
duktusnya duktus stensoni, duktus ini keluar dari glandula parotis
menuju ke rongga mulut melalui pipi (muskulus buksinator).
Kelenjar submaksilaris terletak dibawah rongga mulut bagian
belakang, duktusnya duktus watoni bermuara di rongga mulut
bermuara didasar rongga mulut. Kelenjar ludah didasari oleh saraf-
saraf tak sadar.
d). Otot Lidah. Otot intrinsik lidah berasal dari rahang bawah (m
mandibularis, oshitoid dan prosesus steloid) menyebar kedalam lidah
membentuk anyaman bergabung dengan otot instrinsik yang terdapat
pada lidah. M genioglosus merupakan otot lidah yang terkuat berasal
dari permukaan tengah bagian dalam yang menyebar sampai radiks
lingua.
b. Faring (tekak)
Merupakan organ yang menghubungkan rongga mulut dengan
kerongkongan (esofagus), didalam lengkung faring terdapat tonsil (amandel)
yaitu kumpulan kelenjar limfe yang banyak mengandung limfosit.
Disini terletak persimpangan antara jalan nafas dengan jalan makanan,
letaknya dibelakang rongga mulut dan rongga hidung, didepan ruas
belakang, keatas bagian depan dengan rongga mulut dengan perantara
lubang yang disebut ismus fauisium.
c. Esofagus
Panjang esofagus sekitar 25 cm dan menjalar melalui dada dekat dengan
kolumna vertebralis, dibelakang trakea dan jantung. Esofagus melengkung
ke depan, menembus diafragma dan menghubungkan lambung. Jalan masuk
esofagus ke dalam lambung adalah kardia
d. Gaster ( Lambung )
Merupaka bagian dari saluran yang dapat mengembang paling banyak
terutama didaerah epigaster. Lambung terdiri dari bagian atas fundus uteri
berhubungan dengan esofagus melalui orifisium pilorik, terletak dibawah
diafragma di depan pankreas dan limpa, menempel disebelah kiri fudus
uteri. Lambung terdiri dari 6 bagian yaitu :
9
1). Fundus Ventrikuli, bagian yang menonjol ke atas terletak di sebelah
kiri osteum kardium dan biasanya penuh berisi gas.
2). Korpus vetrikuli, setinggi osteum kardium, suatu lekukan pada bagian
bawah kurvatura minor
3). Antrum pylorus, bagian lambung berbentuk tabung mempunyai otot yang
tebal membentuk sfingter pilorus.
4). Kurvantura minor, terdapat sebelah kanan lambung terbentang dari
oseteum kardiak samapi ke pilorus
5). Kurvantura mayor, lebih panjang dari kurvantura minor terbentang dari
sisi kiri oseteum kardiakum melalui fundus vertrikuli menuju kekanan
sampai ke pilorus anterior. Ligamentum gastro linealis tebantang dari
bagian atas kurvatura mayor sampai ke limpa.
6). Osteum kardiakum, merupakan tempat dimana esofagus bagian abdomen
masuk ke lambung. Pada bagian ini terdapat orifisium pilorik.
e. Intestinum minor ( usus halus )
Adalah bagian dari sistem pencernaan makanan yang berpangkal pada
pylorus dan berakhir pada seikum, panjang + 6 meter. Lapisan usus halus
terdiri dari :
1. lapisan mukosa ( sebelah dalam ), lapisan otot melingkar ( m.sirkuler)
2. otot memanjang ( m. Longitudinal ) dan lapisan serosa ( sebelah luar ).
Intesinum minor terdiri dari :
a). Duodenum ( usus 12 jari )
Panjang + 25 cm, berbentuk sepatu kuda melengkung ke kiru. Pada
lengkungan ini terdapat pankreas. Dan bagian kanan duodenum ini
terdapat selaput lendir yang membuktikan disebut papila vateri. Pada
papila veteri ini bermuara saluran empedu ( duktus koledukus ) dan
saluran pankreas ( duktus pankreatikus ).
b). Yeyenum dan ileum
Mempunyai panjang sekitar + 6 meter. Dua perlima bagian atas adalah
yeyenum dengan panjang ± 2-3 meter dan ileum dengan panjang ± 4 – 5
meter. Lekukan yeyenum dan ileum melekat pada dinding abdomen
posterior dengan perantaraan lipatan peritoneum yang berbentuk kipas
dikenal sebagai mesenterium. Akar mesenterium memungkinkan keluar
10
dan masuknya cabang-cabang arteri dan vena mesentrika superior,
pembuluh limfe dan saraf ke ruang antara 2 lapisan peritoneum yang
membentuk mesenterium. Sambungan antara yeyenum dan ileum tidak
mempunyai batas yang tegas. Ujung bawah ileum berhubungan dengan
seikum dengan seikum dengan perataraan lubang yang bernama
orifisium ileoseikalis, orifisium ini diperkuat dengan sfingter ileoseikalis
dan pada bagian ini terdapat katup valvula seikalis atau valvula baukini.
Mukosa usus halus. Permukaan epitel yang sangat luas melalui lipatan
mukosa dan mikrovili memudahkan pencernaan dan absorbsi. Lipatan
ini dibentuk oleh mukosa dan submukosa yang dapat memperbesar
permukaan usus. Pada penampangan melintang vili dilapisi oleh epiel
dan kripta yang menghasilkan bermacam-macam hormon jaringan dan
enzim yang memegang peranan aktif dalam pencernaan.
f. Intestinium Mayor ( Usus besar )
Panjang ± 1,5 meter lebarnya 5 – 6 cm. Lapisan–lapisan usus besar dari
dalam keluar : selaput lendir, lapisan otot melingkar, lapisan otot
memanjang, dan jaringan ikat. Lapisan usus besar terdiri dari :
1). Seikum
Dibawah seikum terdapat appendiks vermiformis yang berbentuk seperti
cacing sehingga disebut juga umbai cacing, panjang 6 cm.
2). Kolon asendens
Panjang 13 cm terletak dibawah abdomen sebelah kanan membujur ke
atas dari ileum ke bawh hati. Di bawah hati membengkak ke kiri,
lengkungan ini disebut Fleksura hepatika, dilanjutkan sebagai kolon
transversum.
3). Appendiks ( usus buntu )
Bagian dari usus besar yang muncul seperti corong dari akhir seikum.
Mempunyai pintu keluar yang sempit tapi masih memungkinkan masih
dapat di lewati oleh beberapa isi usus. Appendiks tergantung menyilang
pada linea terminalis masuk ke dalam rongga pelvis minor terletak
horizontal di belakang seikum.
11
4). Kolon transversum
Panjang ± 38 cm, membunjur dari kolon asendens sampai ke kolon
desendens berada di bawah abdomen, sebelah kanan terdapat fleksura
hepatica dan sebelah kiri terdapat fleksura linealis.
5). Kolon desendens
Panjang ± 25 cm, terletak dibawah abdomen bagian kiri membunjur dari
atas ke bawah dari fleksura linealis sampai ke depan ileum kiri,
bersambung dengan kolon sigmoid.
6). Kolon sigmoid
Merupakan lanjutan dari kolon desendens terletak miring dalam rongga
pelvis sebelah kiri, bentuk menyerupai huruf S. Ujung bawahnya
berhubung dengan rectum
g. Rektum
Terletak dibawah kolon sigmoid yang menghubungkan intestinum
mayor dengan anus, terletak dalam rongga pelvis di depan os sakrum dan os
koksigis.
h. Anus
Adalah bagian dari saluran pencernaan yang menghubunkan rectum
dengan dunia luar ( udara luar ). Terletak diantara pelvis, dindingnya
diperkuat oleh 3 sfingter :
a. Sfingter Ani Internus
b. Sfingter Levator Ani
c. Sfingter Ani Eksternus
2. Fisiologi Pencernaan
Pada system pencernaan, makanan terdiri dari 3 fase : pergerakan makanan,
sekresi getah pencernaan dan absorbsi makanan yang dicerna.
Adapun penjelasan dari fase tersebut adalah :
a. Pergerakan makanan
Jenis fungsional pergerakan saluaran pencernaan, yaitu :
1). Gerak mencampur, disebabkan oleh kontraksi bola segmen kecil
dinding usus.
2). Gerakan mendorong – peristaltik (proporsive)
12
Peristaltik ditimbulkan oleh karena rangsangan sehingga terjadi
peregangan. Peristaltik terjadi pada tractus gastrointerstinal, saluran
empedu, ureter dan saluran kelenjar lain di seluruh tubuh dan sebagian
besar tabling otot polos lain dalam tubuh.
b. Proses pergerakan makanan :
Mulut, faring, esofagus. Jumlah makanan yang dicerna sesorang
ditentukan oleh hasrat instink untuk makan (lapar) dan jenis makanan yang
disukai (selera). Mekanisme pencernaan, yaitu : pengunyahan (mastikasi)
yaitu gerak menggigit, memotong dan menggiling makanan diantara gigi
atas dan bawah. Otot utama mengunyah : muscular maseter, musculus
temporalis dan musculus pterigoid.
Sebagian besar otot polos mengunyah dipersyarafi oleh cabang motoris
syaraf otot ke V dan proses mengunyah diatur oleh nukleus pada batang
otak.
Adapun reflek pengunyahan sebagai berikut : adanya bolus makanan
dalam mulut menyebabkan reflek inhibisi otot-otot pengunyah, yang
memungkinkan otot rahang bawah turun yang , mengakibatkan kontraksi
memantul.
Proses pengunyahan sangatlah penting karena enzim-enzim
pencernaan terutama bekerja pada permukaan partikel makanan sehingga
mempengaruhi kecepatan pencernaan. Selain itu juga mencegah dari
eksporasi saluran pencernaan dan mempermudah pengosongan makanan
dalam lambung.
c. Menelan (deglutisi)
Proses menelan di bagi dalam 2 stadium :
1. Stadium Valunter
Makanan yang siap ditelan, secara sadar makanan ditelan atau
didorong ke bagian belakang mulut oleh tekanan lidah keatas dan ke
belakang terhadap palatum. Jadi lidah memaksa bolus makanan masuk
kedalam faring.
13
2. Satdium Faringeal
Bila bolus makanan didorong ke belakang mulut, maka merangsang
daerah reseptor menelan lalu impuls berjalan ke batang otak untuk
melakukan serangkaian kontraksi otot faring.
Mekanismenya :
a). Palatum Molle didorong keatas menutup nares posterior untuk
mencegah refluks makanan ke rongga hidung.
b). Arkus Palatofaringeus pada tiap sisi faring tertarik ke tengah untuk
saling mendekati sehingga membentuk celah untuk lewat makanan.
Pita suara alring sangat berdekatan dengan epiglotis mengayun ke
belakang atas pintu superior larings untuk mencegah makanan
masuk kedalam trakea.
c). Seluruh laring ditarik ke atas dan depan dan sfingter esofagus atas
berelaksasi sehingga memungkinkan makanan berjalan dengan
mudah dan bebas dari faring posterior ke dalam esofagus atas.
Saat laring diangkat dan sfingter esofagus relaksasi, musculus
konstriktor faring superior berkontraksi maka terjadilah gelombang
peristaltik.
Pada stadium ini, pengaturan syaraf atas stadium laringeal yaitu
terletak pada daerah cincin sekit, lubang taring dengan kepekaan
terbesar pada ”tonsilitar pillar”. Impuls dihantarkan dari daerah-
daerah tersebut melalui bagian sensoris nervus trigeminus dan
nervus glosofaringeus menuju kedaerah-daerah medulla oblongata
dan bagian bawah pons yang merupakan bagian pusat menelan.
Impuls dari pusat menelan dikirim ketaring dan bagian atas
esofagus melalui saraf otak ke V, IX, X, dab XII yang kemudian
menyebabkna menelan.
3). Stadium Esofageal
Dalam keadaan normal, esofagus menunjukkan dua jenis gerakan
peristaltik yaitu peristaltik primer dan peristaltik sekunder. Peristaltik
primer merupakan lanjutan gelombang peristaltik yang dimulai pada
dan menyebar ke esofagus selama stadium faringeal proses menelan.
Gelombang ini berjalan dari faring ke lambung kira-kira dalam waktu
14
5-10 detik. Sedangkan peristaltik sekunder adalah gelombang
peristaltik yang berasal dari esofagus akibat adanya regangan esofagus
oleh makanan yang tertinggal.
Peristaltik esofagus dikontrol oleh reflek fagus yang dihantarkan
melalui saraf aferen vagus dari esofagus kedalam medula oblongata
dan kembali lagi ke esofagus. Setelah makanan masuk ke lambung
maka sfingter esofagus bawah akan menutup untuk mencegah refluk.
Sfingter ini bekerja dipengaruhi oleh nervus mienterikus.
d. Fisiologi Lambung
Makanan masuk ke dalam lambung dari kerongkongan melalui otot
berbentuk cincin (sfingter), yang bisa membuka dan menutup. Dalam
keadaan normal, sfingter menghalangi masuknya kembali isi lambung
kedalam kerongkongan.
Lambung berfungsi sebagai gudang makanan, yang berkontraksi secara
ritmik untuk mencampur makanan dengan enzim-enzim. Sel-sel yang
melapisi lambung menghasilkan 3 zat penting : lendir, asam klorida
(HCL), prekursor pepsin (enzim yang memecahkan protein).
Lendir melindungi sel-sel lambung dari kerusakan oleh asam lambung.
Setiap kelainan pada lapisan lendir ini, bisa menyebabkan kerusakan yang
mengarah pada terbentuknya tukak lambung.
Fungsi motorik lambung ada 3 :
a). Menyimpan makanan dalam jumlah besar sampai makanan tersebut
dapat ditampung pada bagian bawah saluran pencernaan.
b). Mancampur makanan tersebut dengan sekret lambung sampai ia
membentuk suatu campuran setengah padat yang dinamakan timus.
c). Mengeluarkan makanan perlahan-lahan dari lambung masuk ke usus
halus dengan kesepakatan yang sesuai untuk pencernaan dan absorbsi
oleh usus halus.
Asam klorida menciptakan suasana yang sangat asam, yang diperlukan
oleh pepsin guna mencegah memecah protein. Keasaman lambung yang
tinggi juga berperan sebagai penghalang terhadap infeksi dengan cara
mambunuh bakteri. Pengosongan lambung dipengaruhi oleh : syaraf yang
15
disebabkan oleh makanan. Hormon gastrin yang dikeluarkan oleh mukosa
antrum yang menimbulkan efek meningkatnya pengosongan lambung.
Adapun faktor penghambat pengosongan lambung :
Reflek-reflek enterogastrik dari duodenum pada aktifitas pylorus. Bila
kimus memasuki duodenum isyarat refleks sarat dihantarkan kembali ke
lambung untuk menghambat peristaltik dan meningkatkan tonus pylorus.
Faktor-faktor yang secara terus menerus menimbulkan reflek
enterogastrik:
1). Derajat peregangan duodenum
2). Derajat kesamaan kimus
3). Osmolaritas kimus
4). Adanya iritasi mukosa duodenum
5). Adanya hasil-hasil pemecahan kimus (protein dan lemak).
Peranan dari hormon atau isyarat umpan balik hormonal dari duodenum
adalah
a). Kolesistokinin, diproduksi dari mukosa jejenum dala respon
terhadap lemak dalam kimus. Berfungsi untuk menghambat
pengosongan lambung yang meningkat akibat kerja hormon gastrin
b). Sektrin, diproduksi dari mukosa duodenum yang berespon terhadap
asam lambung, yang berfungsi menurunkan motalitas pencernaan.
c). Hoftnon peptida penghambat lambung yang dikeluarkan dari
bagian atas usus halus karbohidrat berfungsi menghambat motilitas
lambung.
e. Fisiologi Usus Halus
Pergerakan usus halus ada 2, yaitu
1). Kontraksi pencampur (segmentasi)
Kontraksi ini dirangsang oleh peregangan usus halus yaitu.desakan
kimus.
2). Kontraksi Pendorong
Kimus didorong melalui usus halus oleh gelombang peristaltik.
Aktifitas peristaltik usus halus sebagian disebabkan oleh masuknya
kimus ke dalam duodenum, tetapi juga oleh yang dinamakan
gastroenterik yang ditimbulkan oleh peregangan lambung terutama
16
dihancurkan melalui pleksus mientertus dari lambung turun sepanjang
dinding usus halus.
Perbatasan usus halus dan kolon terdapat katup ileosekalis yang
berfungsi mencegah aliran feses ke dalam usus halus. Derajat kontraksi
sfingter iliosekal terutama diatur oleh refleks yang berasal dari sekum.
Refleksi dari sekum ke sfingter iliosekal ini diperantarai oleh pleksus
mienterikus. Dinding usus kaya akan pembuluh darah yang
mengangkut zat-zat diserap ke hati melalui vena porta. Dinding usus
melepaskan lendir (yang melumasi usus) dan air (yang membantu
melarutkan pecahan-pecahan makanan yang dicerna). Dinding usus
juga melepaskan sejumlah kecil enzim yang mencerna protein, gula,
dan lemak. Iritasi yang sangat kuat pada mukosa usus, seperti terjadi
pada beberapa infeksi dapat menimbulkan apa yang dinamakan
”peristaltic rusrf” merupakan peristaltic sangat kuat yang berjalan jauh
pada usus halus dalam beberapa menit.
f. Usus Besar
Fungsi kolon : Mengabsorsi air dan elektrolit serta kimus dan
menyimpan feses sampai dapat dikeluarkan. Pergerakan kolon ada 2
macam :
1). Pergerakan pencampur (Haustrasi) yaitu kontraksi gabungan otot polos
dan longitudinal namun bagian luar usus besar yang tidak terangsang
menonjol keluar menjadi seperti kantong.
2). Pergerakan pendorong ”Mass Movement”, yaitu kontraksi usus besar
yang mendorong feses ke arah anus.
Faktor pencetus timbulnya Mass movement adalah reflek gastroiliaka,
reflek duodenokolika dan iritasi kolon. Banyaknya bakteri yang terdapat di
dalam usus besar berfungsi mencerna beberapa bahan dan membantu
penyerapan zat – zat gizi.
Bakteri di dalam usus besar juga berfungsi membuat zat – zat penting,
seperti vitamin K. Bakteri ini penting untuk fungsi normal dari usus.
Beberapa penyakit serta antibiotik bisa menyebabkan gangguan pada
bakteri-bakteri didalam usus besar .Akibatnya terjadi iritasi yang bisa
menyebabkan dikeluarkanya lendir dan air, dan terjadilah diare. Beberapa
17
sifat khas otot pada usus adalah sebagai berikut : osinsitium fungsional
yang berarti bahwa potensial aksi yang berasal dari salah satu serabut otot
polos umumnya dihantarkan dari serabut ke serabut.
Kontraksi otot intestinal, otot polos saluran pencernaan menunjukkan
kontraksi tonik dab kontraksi ritnik. Kontraksi tonik bersifat kontinue.
Sfingter pylorus, ileosekalis dan analis semuanya membantu pergerakan
makanan dalam usus. Kontraksi ritnik bertanggung jawab akan fungsi
fasik saluran pencernaan, seperti pencampuran makanan atau dorongan
peristaltik makanan.
Pleksus meinterikus terutama mengatur gerakan gastrointestinal sedangkan
pleksus sub mukosa penting dalam mengatur sekresi dan juga melakukan
banyak fungsi sensoris, yang menerima isyarat terutama dari epitel usus
dan banyak dari reseptor regangan dalam dinding usus.
g. Rektum dan Anus
Di sini di mulailah proses devekasi akibat adanya mass movement.
Mekanisme :
1). Kontraksi kolon desenden
2). Kontraksi reflek rectum
3). Kontraksi reflek signoid
4). Relaksasi sfingter ani
Reflek defekasi dimulai bila serabut syaraf sensorik dalam rectum di