21 BAB II KONDISI GEOGRAFIS KECAMATAN PALAS TAHUN 1983-2000 A. Kondisi Geografis Kecamatan Palas terletak di Kabupaten Lampung Selatan, Provinsi Lampung. Secara topografi, Kecamatan Palas terdiri dari dataran tinggi dan hanya sebagian kecil merupakan dataran rendah. Kecamatan Palas terbentuk sejak tahun 1971 berada pada wilayah Provinsi Lampung berdasarkan Undang-undang No.14 tahun 1964. Ibukota Kecamatan Palas adalah Desa Bangunan. Secara administratif Kecamatan Palas terbagi menjadi 23 Desa. Batas-batas wilayah Kecamatan Palas adalah : 1. Sebelah Utara berbatasan dengan Way Sekampung 2. Sebelah Selatan berbatasan dengan Kecamatan Penengahan 3. Sebelah Timur berbatasan dengan Laut Jawa 4. Sebelah Barat berbatasan dengan Kecamatan Kalianda Kecamatan Palas merupakan salah satu daerah tempat tujuan dari program transmigrasi baik sebelum atau sesudah kemerdekaan. Kecamatan Palas sendiri tidak memiliki penduduk asli, dikarenakan kecamatan ini terbentuk dari program transmigrasi. Masyarakat di kecamatan ini terdiri dari berbagai suku bangsa antara lain, Jawa, Bali, dan Palembang. Sebagian besar dari mereka mengikuti program transmigrasi dari daerah Malang dan Wonogiri. Penduduk yang mengikuti program transmigrasi, hanya diberi tanah sebagai tempat tinggal. Mereka tidak diberikan lahan untuk bertani.
21
Embed
BAB II KONDISI GEOGRAFIS KECAMATAN PALAS TAHUN 1983 … · agama kerap kali berperan dalam kehidupan bermasyarakat. Mereka menjadi Mereka menjadi panutan bagi masyarakat karena dianggap
This document is posted to help you gain knowledge. Please leave a comment to let me know what you think about it! Share it to your friends and learn new things together.
Transcript
21
BAB II
KONDISI GEOGRAFIS
KECAMATAN PALAS TAHUN 1983-2000
A. Kondisi Geografis
Kecamatan Palas terletak di Kabupaten Lampung Selatan, Provinsi
Lampung. Secara topografi, Kecamatan Palas terdiri dari dataran tinggi dan
hanya sebagian kecil merupakan dataran rendah. Kecamatan Palas terbentuk
sejak tahun 1971 berada pada wilayah Provinsi Lampung berdasarkan
Undang-undang No.14 tahun 1964. Ibukota Kecamatan Palas adalah Desa
Bangunan. Secara administratif Kecamatan Palas terbagi menjadi 23 Desa.
Batas-batas wilayah Kecamatan Palas adalah :
1. Sebelah Utara berbatasan dengan Way Sekampung
2. Sebelah Selatan berbatasan dengan Kecamatan Penengahan
3. Sebelah Timur berbatasan dengan Laut Jawa
4. Sebelah Barat berbatasan dengan Kecamatan Kalianda
Kecamatan Palas merupakan salah satu daerah tempat tujuan dari
program transmigrasi baik sebelum atau sesudah kemerdekaan. Kecamatan
Palas sendiri tidak memiliki penduduk asli, dikarenakan kecamatan ini
terbentuk dari program transmigrasi. Masyarakat di kecamatan ini terdiri dari
berbagai suku bangsa antara lain, Jawa, Bali, dan Palembang. Sebagian besar
dari mereka mengikuti program transmigrasi dari daerah Malang dan
Wonogiri. Penduduk yang mengikuti program transmigrasi, hanya diberi
tanah sebagai tempat tinggal. Mereka tidak diberikan lahan untuk bertani.
22
Kehadiran para pendatang dari seberang Selat Sunda ini mempunyai
sejarah panjang. Empat abad yang lalu, sejak akhir abad ke-16 hingga tahun
1808, Kesulatanan Banten sudah menguasai Lampung. Penguasaan ini tidak
disertai dengan campur tangan pada adat istiadat. Kesultanan Banten hanya
menginginkan agar Lampung menanam lada bagi keperluan dagangnya.
Gelombang datangnya para pendatang ini kian deras pada tahun 1922, 1935
hingga 1941. Suksesnya nasib para pendatang menyebabkan pemerintah
Republik Indonesia melanjutkan kebijaksanaan transmigrasi ini.1
Tahun 1991, Kecamatan Palas dibagi menjadi dua wilayah kecamatan
yaitu Kecamatan Palas dan Kecamatan Sragi. Kecamatan Palas terdiri dari 15
desa dan Kecamatan Sragi terdiri dari 9 desa. Ibukota Kecamatan Palas tetap
berada di Desa Bangunan, sedangkan ibukota Perwakilan Sragi terdiri dari 9
desa.2 Pemukiman penduduk di Kecamatan Palas, terbagi ke dalam beberapa
kelompok. Penduduk suku bangsa Bali menempati sebuah perkampungan Bali
(Desa Bali Agung) , dan penduduk bersuku bangsa Jawa membentuk
kelompok sendiri di sebuah perkampungan Jawa (Desa Rejomulyo). Sebagian
besar penduduk berprofesi sebagai petani, baik petani penggarap atau petani
pemilik. Oleh karena itu, tanah pertanian mempunyai sebuah nilai yang sangat
tinggi.
Selain penduduk yang datang melalui program transmigrasi, sebagian
kecil penduduk Kecamatan Palas merupakan pendatang dari sekitar
Kecamatan Palas yang berurbanisasi secara pribadi. Mereka bergabung
1 Al Chaidar, Lampung Bersimbah Darah, (Jakarta : Madani Press,
2000), hlm. 84 2 Diolah dari data Kecamatan Palas dalam Angka Tahun 1993
23
dengan penduduk yang sudah lebih dahulu menempati beberapa daerah di
Kecamatan ini.
B. Kehidupan Sosial Ekonomi Masyarakat
1. Kondisi Sosial
Kehidupan sosial masyarakat tidak lepas dari kehidupan agama,
pendidikan dan nilai budaya. Demikian pula dengan kehidupan masyarakat
Kecamatan Palas yang dipengaruhi oleh agama, pendidikan dan nilai budaya
yang berlaku. Terlebih, Kecamatan Palas dihuni oleh masyarakat dengan latar
belakang kebudayaan dan suku bangsa yang berbeda-beda. Hal ini membuat
Kecamatan Palas memiliki dinamika yang cukup menarik dalam berinteraksi
antar masyarakat. Kondisi sosial masyarakat Kecamatan Palas ini kemudian
berpengaruh terhadap terjadinya sengketa ini.
a. Penduduk
Demografi suatu daerah atau negara adalah masalah yang perlu untuk
diketahui, karena dengan mengetahui masalah demografi suatu daerah maka
akan memudahkan pemerintah menentukan kebijakan terhadap daerah
tersebut. Di Kecamatan Palas, permasalahan kependudukan juga menjadi
persoalan penting yang mendapat perhatian guna menentukan kebijakan
pemerintah setempat. Hal ini ditunjukan dengan adanya arsip-arsip yang
lengkap dan relatif akurat tentang perkembangan penduduk di wilayah
tersebut.
24
Adapun perkembangan jumlah penduduk Kecamatan Palas sejak tahun
1985-2000 adalah :
Tabel. 1
Jumlah Penduduk Berdasarkan Jenis Kelamin
Tahun Jenis Kelamin Jumlah
Laki-laki Perempuan
1985 32396 30569 62965
1986 32724 32409 65133
1987 34403 34596 68999
1988 33426 34451 67877
1989 34636 33756 68392
1990 37133 34861 71994
1991 37598 35214 72812
1992 37611 35415 73026
1993 37202 35130 72332
1994 37978 35695 73673
1995 38080 35932 74012
1996 38701 37080 75781
1997 38934 37323 76257
1998 38310 38443 76753
1999 39212 37470 76682
2000 39712 37845 77557
Sumber : Dinas Kependudukan Kecamatan Palas Tahun 1985-2000
Setiap tahunnya, penduduk Kecamatan Palas mengalami
perkembangan. Pertumbuhan penduduk ini menandakan bahwa Kecamatan
Palas memiliki potensi sumber daya masyarakat yang mumpuni. Pertumbuhan
masyarakat juga menyebabkan kebutuhan akan tanah semakin tinggi.
Terutama tanah untuk pertanian yang dijadikan sebagai sumber utama bagi
penghidupan mereka.
25
b. Bidang Agama
Aspek Keagamaan adalah salah satu yang berpengaruh dalam
kebudayaan bangsa Indonesia. Agama diyakini merupakan sumber motivasi
tindakan individu dalam hubungan sosialnya, dan kembali pada konsep
hubungan agama dengan masyarakat. Ada tiga aspek penting yang selalu
dipelajari dalam masyarakat, yaitu kebudayaan, sistem sosial dan kepribadian.
Ketiga aspek tersebut meupakan kompleks fenomena sosial terpadu yang
pengaruhnya dapat diamati dalam perilaku manusia.
Menurut Leight, Keller dan Calhoun, agama terdiri dari beberapa
unsur pokok yaitu, kepercayaan agama sebagai suatu prinsip yang dianggap
benar tanpa ada keraguan lagi. Simbol agama, yakni identiras agama yang
dianut umatnya. Praktik keagamaan yakni hubungan vertikal antara manusia
dan Tuhan-Nya, dan hubungan horizontal atau hubungan antar umat
beragama sesuai dengan ajaran agama. Pengalaman keagamaan, yakni
berbagai bentuk pengalaman keagamaan yang dialami oleh penganut-
penganut secara pribadi. Terakhir, umat beragama, yakni penganut masing-
masing agama. Di Indonesia, istilah agama digunakan untuk menyebut enam
agama yang diakui resmi oleh negara. Keenam agama tersebut adalah Islam,
Katholik, Protestan, Hindu, Budhisme, dan Konghuchu. Sedangkan semua
sistem keyakinan yang tidak atau belum diakui secara resmi disebut religi.3
Masyarakat Kecamatan Palas mayoritas beragama Islam, Kristen dan
Hindu. Toleransi kehidupan masyarakat setempat yang hidup rukun, saling
3 Koentjaraningrat, Kebudayaan, Mentalitet dan Pembangunan,
(Jakarta : Gramedia, 1974), hlm 137-142.
26
menghormati, berdampingan, dan gotong royong. Tidak ada perselisihan yang
mengatasnamakan agama ataupun suku bangsa. Kegiatan beragama
memerlukan sarana dan prasarana guna mendukung aktivitas beribadah
masyarakat Kecamatan Palas. Di Kecamatan ini banyak berdiri tempat-tempat
beribadah seperti masjid, gereja kecil dan pura. Jumlah penduduk berdasarkan
agama dapat dilihat pada tabel 2 berikut ini :
Tabel. 2
Jumlah Penduduk Berdasarkan Agama
No Agama Laki-laki Perempuan Jumlah
1 Islam 29188 32647 61835
2 Kristen Katolik 232 261 493
3 Kristen Protestan 470 438 908
4 Hindu 768 845 1613
5 Budha 146 138 284
Sumber : Data BPS Tahun 1985-1986
Penduduk melakukan kegiatan keagamaan di tempat-tempat ibadah
yang dibangun atas swadaya masyarakat maupun bantuan dari pemerintah.
Untuk mendukung kehidupan agama dalam masyarakat dan melancarkan
proses pembangunan dibutuhkan peran pemuka agama. Pelaksanaan berbagai
kegiatan pembangunan seperti penyuluhan pertanian, kesehatan dan budaya
dapat tercapai dengan melibatkan para pemuka agama.4 Pemuka agama juga
dibutuhkan ketika proses pengambilan keputusan sebuah masalah. Pemuka
4 Murbyanto, Poitik dan Pembangunan Pedesaan,( Jakarta : Sinar
Harapan, 1983), hlm 47.
27
agama kerap kali berperan dalam kehidupan bermasyarakat. Mereka menjadi
panutan bagi masyarakat karena dianggap sebagai orang yang berpengaruh.5
Keberagaman agama yang dianut oleh masyarakat Kecamatan Palas
tidak lantas membuat mereka menjadi terpecah belah. Mereka tetap hidup
berdampingan dengan damai. Perbedaan agama tidak lantas menjadi
penyebab timbulnya sengketa yang terjadi. Namun, toleransi atas agama juga
tidak mampu membendung perbedaan pendapat sehingga muncul sengketa.
Keberagaman juga tidak mampu membuat sengketa yang terjadi diselesaikan
dengan jalur musyawarah mufakat.
c. Bidang Pendidikan
Aspek pendidikan juga tidak kalah penting dengan kebutuhan lainnya.
Pendidikan merupakan faktor penentu dalam upaya menciptakan kualitas
manusia. Suatu negara akan berhasil dalam pembangunan dan tumbuh
menjadi negara maju apabila telah berhasil meningkatkan jumlah mutu
pendidikan.6
Pendidikan membuat masyarakat bisa berpikir kreatif dan mampu
mengikuti perubahan seperti penggunaan inovasi baru, penerapan teknologi
dan pola pikir yang berorientasi pada pembangunan. Masyarakat yang tidak
mampu berubah untuk mengikuti perkembangan zaman akan semakin
5 Wawancara dengan Darmawan sebagai Perangkat Kecamatan Palas,
Tanggal 12 Juni 2015 6 Darmansyah dkk, Kumpulan Essai, Surabaya (Usaha Nasional,
1986), hlm. 104
28
tertinggal. Dengan keadaan seperti ini, struktur ekonomi masyarakat pedesaan
akan tetap berada dalam ambang kemiskinan.
Pendidikan memiliki banyak fungsi khususnya dalam pembangunan.
Hal ini dapat dilihat dari fungsi pendidikan untuk mengembangkan
keterampilan dan kemampuan-kemampuan lain yang diperlukan dalam
memasuki dunia kerja atau menjadi masyarakat yang produktif.7 Hal yang
perlu diperhatikan terutama adalah kondisi ekonomi masyarakat desa, kondisi
fisik atau tempat sebagai sarana pendidikan, dan tersedianya tenaga
kependidikan.
Keberhasilan pembangunan nasional ditentukan oleh kualitas manusia
yang dapat meningkatkan jumlah dan mutu pendidikan penduduk. Pendidikan
merupakan faktor penting yang mempengaruhi perubahan di dalam
masyarakat. Arti penting pendidikan dalam upaya peningkatan kualitas
manusia adalah membentuk golongan elit yang terdiri dari orang-orang
terpelajar yang mampu membentuk tenaga kerja terlatih untuk menyelesaikan
pekerjaan dalam rangkaian produksi.8
Masyarakat desa pada umumnya memiliki tradisi yang masih terikat
pada budaya-budaya yang diwariskan oleh leluhur mereka. Masih banyak
kebiasaan-kebiasaan yang meupakan adat setempat dan harus dipatuhi oleh
masyarakatnya. Ketersediaan sumber daya alam yang melimpah merupakan
7 Mohammad Ali, Pendidikan untuk Pembangunan Nasional,