BAB II KETENTUAN MU’ALLAF DALAM ZAKAT PERSPEKTIF HUKUM ISLAM A. Ketentuan Zakat Perspektif Hukum Islam. 1. Pengertian Zakat. Mengentaskan kemiskinan menjadi salah satu agenda besar umat Islam. Islam dalam hal ini sebagai agama yang menjunjung tinggi nilai-nilai solidaritas memberikan perhatiannya yang sangat besar. Di dalam Islam tidak hanya masalah ibadah vertikal yang disusun tata cara pelaksanaannya, ibadah sosial pun mendapat tuntunannya, salah satunya adalah masalah zakat. Secara bahasa kata zakat berasal dari kata “zaka” yang mempunyai beberapa arti yaitu البركة(keberkahan), لمناء ا(pertumbuhan dan perkembangan), لطهارة ا(kesucian), ح الص(kebaikan). Jika ada kalimat “zaka al-shai’” maka berarti sesuatu itu tumbuh dan berkembang. 1 Sedangkan secara terminologi, ada beberapa pengertian yang berbeda-beda dikalangan ulama’. Ma@likiyah mendefinisikan zakat dengan mengeluarkan sebagian yang khusus dari harta yang khusus, yang telah mencapai batas nis}ab yang telah ditentukan kepada orang yang berhak menerimanya. H}anafiyah mendefinisikan zakat sebagai menjadikan sebagian harta yang khusus menjadi milik orang yang khusus yang telah ditentukan oleh Allah Swt. Shafi’iyah mengartikan zakat sebagai mengeluarkan harta yang khusus 1 Asraf Ali Ikhraj dkk, al-Mu‘ja@m al-Was}i>t}, Cet 5 (Kairo: al-Maktabah al-Syuru@q al- Dauliyah, 2011), 412.
32
Embed
BAB II KETENTUAN MU ALLAF DALAM ZAKAT PERSPEKTIF …digilib.uinsby.ac.id/10821/5/bab 2.pdf · satu makna bahwa zakat merupakan hak yang wajib ... dapat memenuhi kebutuhan perekonomian
This document is posted to help you gain knowledge. Please leave a comment to let me know what you think about it! Share it to your friends and learn new things together.
Transcript
BAB II
KETENTUAN MU’ALLAF DALAM ZAKAT
PERSPEKTIF HUKUM ISLAM
A. Ketentuan Zakat Perspektif Hukum Islam.
1. Pengertian Zakat.
Mengentaskan kemiskinan menjadi salah satu agenda besar umat
Islam. Islam dalam hal ini sebagai agama yang menjunjung tinggi nilai-nilai
solidaritas memberikan perhatiannya yang sangat besar. Di dalam Islam
tidak hanya masalah ibadah vertikal yang disusun tata cara pelaksanaannya,
ibadah sosial pun mendapat tuntunannya, salah satunya adalah masalah
zakat.
Secara bahasa kata zakat berasal dari kata “zaka” yang mempunyai
beberapa arti yaitu pertumbuhan dan) المناء ,(keberkahan) البركة
perkembangan), الطهارة (kesucian), الصالح (kebaikan). Jika ada kalimat “zaka
al-shai’” maka berarti sesuatu itu tumbuh dan berkembang.1 Sedangkan
secara terminologi, ada beberapa pengertian yang berbeda-beda dikalangan
ulama’. Ma@likiyah mendefinisikan zakat dengan mengeluarkan sebagian
yang khusus dari harta yang khusus, yang telah mencapai batas nis}ab yang
telah ditentukan kepada orang yang berhak menerimanya. H}anafiyah
mendefinisikan zakat sebagai menjadikan sebagian harta yang khusus
menjadi milik orang yang khusus yang telah ditentukan oleh Allah Swt.
Shafi’iyah mengartikan zakat sebagai mengeluarkan harta yang khusus
1 Asraf Ali Ikhraj dkk, al-Mu‘ja@m al-Was}i>t}, Cet 5 (Kairo: al-Maktabah al-Syuru@q al-
dengan cara yang khusus, sedangkan H}anbaliyah mengartikan zakat
sebagai suatu hak yang wajib dikeluarkan dari harta yang khusus untuk
kelompok yang khusus pula.2
Meski berbeda dalam pengertian zakat, tetap saja akan merujuk pada
satu makna bahwa zakat merupakan hak yang wajib dikeluarkan oleh si
pemilik harta (muzakki) untuk diberikan kepada orang-orang tertentu
(mustah}i@q al-zaka@t) yang telah ditentukan Allah dalam al-Qur’a@n.
2. Dasar Hukum Zakat
Perintah menegakkan s}ala@t selalu beriringan dengan perintah
menunaikan zakat. Hal ini memposisikan kewajiban menunaikan zakat sama
pentingnya dengan kewajiban menunaikan s}alat. Ada beberapa ayat dalam
al-Qur’a@n dan H}adi@th Nabi yang menjadi dasar kewajiban seseorang
untuk menunaikan zakat, salah satunya adalah:
a. Surah al-Taubah (103).
والم من خذ يهم وت تطهرهم صدقة أم سيع والل لم سكن صالتكإن علي هم وصلبازك
.عليم
“Ambilah zakat dari sebagian harta mereka, dengan zakat itu kamu
membersihkan dan mensucikan mereka dan mendoakan untuk mereka.
Sesungguhnya doa kamu itu (menjadi) ketenteraman jiwa bagi mereka
dan Allah Maha mendengar lagi Maha mengetahui”.3
b. Surah al-Baqarah (43).
2 al-Zuhayli@, al-Fiqh al-Islami wa Adillatuhu, Vol 2, 730.
3 al-Qur’a@n, 9:103.
22
الر اكعيمعوار كعواالز كاةوآتواالص الةوأقيموا
“Dan dirikanlah s}alat, tunaikanlah zakat dan ruku‘lah beserta
orang-orang yang ruku‘”.4
c. H}adi@th Nabi:
ب ن الل عب د ب ن ي ي عن حاق إس ب ن زكري اء عن م لد ب ن الض ح اك عاصم أبو ث نا حد اب نعب اسرضيالل أبمع بدعن عن الن ي صل االل علي وسل مب ع صي في هماأن عن
رس الل وأن لإل إل إلشهادةأن معاذ ارضيالل عن إلال يمنف قالاد عهم ولالل هم أطاعوالذلكفأع لم هم لةفإن كلي و مولي خ سصلواتف اف ت رضعلي هم قد الل أن
من ت ؤ خذ والم أم ف صدقة علي هم اف ت رض الل أن هم فأع لم لذلك أطاعوا هم فإن .أغ نيائهم وت ردعلاف قرائهم
“Diriwayatkan oleh Abu@ ‘a@si}m al-D}ah}h}a@k ibn Makhlad
dari Zakariya’ ibn Ish}a@q dari Yahya@ ibn ‘Abdillah ibn S}aifiyyi dari
Abi@ Ma‘bad dari Ibn Abbas bahwasanya Nabi Saw pernah mengutus
Mu‘a>dh Ra menuju Yaman, dan Nabi berkata: Serulah mereka agar
menyaksikan bahwa “Tiada Tuhan Selain Allah dan saya (Muh}ammad)
adalah utusan Allah”. Jika mereka sudah mentaati itu, maka ajarkanlah
kepada mereka bahwa Allah memerintahkan mereka mengerjakan s}alat
lima kali setiap sehari dan semalam. Kalau mereka telah mentaati itu,
maka ajarkanlah kepada mereka bahwa Allah mewajibkan atas mereka
menunaikan zakat, yang diambil dari orang-orang kaya diantara mereka
untuk diberikan kepada orang-orang fakir diantara mereka”.5
H}adi@th ini menjelaskan bahwa perintah zakat merupakan suatu
ketetapan atas mereka (orang-orang yang mempunyai harta lebih) untuk
mengeluarkannya dan ini merupakan ketetapan dari Allah Swt. Harta
tersebut akan diambil dari mereka dan akan diberikan kepada para fakir
miskin yang membutuhkan. 3. Hikmah Zakat
4 Ibid., 2:43.
5 al-Bukha@ri@, S}ah}i@h} al-Bukha@ri@, Vol I, 430.
23
Segala perintah yang telah Allah tetapkan untuk Hamba-Nya memiliki
kandungan hikmah. Baik perintah untuk melakukan sesuatu atau perintah
untuk menjauhi sesuatu hal. Hikmah tersebut mampu memberikan efek
positif jika kita mampu melakukannya secara ikhlas dan demi ketaatan kita
kepada Allah. Ada beberapa hikmah zakat yaitu:
a. Zakat mampu menjaga dan memelihara harta dari incaran mata dan
tangan para pencuri. Hal ini seperti yang dijelaskan dalam sebuah
h}adi@th yang diriwayatkan oleh al-T}abra@ni, bahwa zakat merupakan
penjagaan harta-harta bagi pemiliknya, sedangkan sedekah merupakan
obat dari orang sakit.6
b. Bagi mustah}i@q al-zaka@t, zakat merupakan salah satu bentuk
pertolongan bagi orang-orang fakir atau miskin. Pertolongan tersebut
dapat memenuhi kebutuhan perekonomian bagi mereka, agar kehidupan
mereka lebih baik dan lebih sejahtera. Sedangkan bagi muzakki, dengan
mengeluarkan zakat mereka dapat beribadah kepada Allah, serta dapat
menghilangkan sifat iri, dengki dan terhindar dari bahaya kekufuran.
c. Zakat mampu menyucikan jiwa dari penyakit kikir dan bakhi@l,
sehingga melatih seorang mukmin untuk bersifat pemberi, dan
dermawan.7
d. Dari sisi pembangunan kesejahteraan ummat, zakat dapat menjadi
instrumen pemerataan pendapatan. Apabila zakat dikelola dengan baik,
maka dimungkinkan dapat membangun pertumbuhan ekonomi suatu
6 al-Zuhayli@, al-Fiqh al-Islami wa Adillatuhu, Vol 2, 731.
7 Ibid., 732.
24
negara. Yang mana zakat bukan hanya memenuhi kebutuhan konsumtif
sesaat, tetapi dapat memberikan kecukupan dan kesejahteraan, dengan
memperkecil angka masyarakat miskin yang menderita.
e. Zakat sebagai ungkapan syukur atas nikmat rezeki yang Allah berikan,
dengan menumbuhkan akhlak yang mulia dengan rasa kepedulian yang
tinggi, sekaligus mengembangkan dan menyucikan harta yang dimiliki.8
Beberapa hikmah di atas, memberi arti bahwa keberadaan zakat jika
didistribusikan dengan baik, dapat menjadi sumber dana yang dapat
dimanfaatkan bagi kesejahteraan masyarakat terutama untuk mengentaskan
kemiskinan dan menghilangkan kesenjangan sosial antara yang kaya dan
yang miskin. Sehingga perlu adanya pengelolaan zakat secara profesional
dan bertanggung jawab oleh masyarakat bersama-sama dengan pemerintah,
karena pemerintah berkewajiban memberikan perlindungan, pembinaan, dan
pelayanan kepada muzakki, mustah{i@q al-zaka@t, serta ‘a>mil al-zaka@t.
4. Syarat Wajib Zakat.
Zakat mempunyai beberapa syarat wajib yang harus dipenuhi. Syarat
wajib zakat terbagi menjadi dua bagian. Pertama syarat wajib bagi muzakki
(orang yang wajib mengeluarkan zakat). Kedua syarat wajib zakat bagi harta
yang dikeluarkan.
8 Ibid., 733. Baca juga di Suparman Uthman, Islam (Asas dan Pengantar Studi Hukum dalam Tata
Hukum Indonesia). Jakarta: Gaya Media Pratama, 160.
25
a. Syarat wajib zakat bagi muzakki.
1) Merdeka.
Zakat diwajibkan bagi orang yang merdeka atau berstatus bebas.
Maksud dari bebas yakni tidak terikat dengan orang lain, seperti
halnya budak atau hamba sahaya. Menurut ijma@’ al-s}aha>bi@
zakat diwajibkan kepada orang yang merdeka bukan hamba sahaya
(budak). Hamba sahaya tidak memiliki hak milik, karena hak miliknya
berada ditangan tuannya. Bahkan menurut madhhab Ma@liki, harta
hamba sahaya itu tidak sempurna (naqi>s}),9 karena kepemilikan
harta yang ada padanya, bukan sepenuhnya miliknya, tetapi milik
tuanya, maka tidak ada kewajiban atasnya (hamba sahaya) untuk
membayar zakat.
2) Islam.
Zakat hanya dikenakan bagi orang Islam saja, tidak diwajibkan
atas orang kafir. Menurut ijma@’al-S}aha@bi@, zakat tidak wajib
atas orang kafir karena zakat merupakan ibadah mah}d}ah yang suci.
Sedangkan dalam ketentuan orang yang murtad (keluar dari Islam)
madhhab Shafi’i berpendapat bahwa mereka mewajibkan orang yang
murtad untuk mengeluarkan zakat. Zakat tersebut diambil dari harta
sebelum riddah-nya terjadi, yakni harta yang dimilikinya ketika dia
“Diriwayatkan oleh Ah}mad ibn Ish}aq, bahwa Abu@ Ah}mad
berkata, diriwayatkan oleh Ibrahim, dari Ja@bir, dari abi@ Ja’far berkata:
pada hari ini ada orang-orang yang dibujuk hatinya”.
H}adi@th Nabi yang juga menyebutkan makna yang sama:
63
al-T}aba>ri, Tafsi>r al-T}aba>ri, 399. 64
Ibid., 400.
49
ث نا سنحد لعليب نال ال ث ناال ب نيونسعن ال مباركاب نعن آدمب ني يحد ريعن يزيد وانعن يبال مسب نسعيدعن الزه صل االل رسولأع طانقالأمي ةب نصف ي و موسل معلي الل ل قلب غضوإن حن ي ل قلحبإن حت ي ع طينزالفماإل ال إل ال ثنعيساأبوقال أبعن ال بابوفقالال مذاكرةفشب ه أو بذاعليب نسنال حد
وانحدي عيساأبوقالسعيد رهمع مر رواهصف ريعن وغي ال مسيبب نسعيدعن الزه وانأن دي هذاوكأن وسل معلي الل صل االل رسولطانأع قالأمي ةب نصف أصحال
ب اوأش وانأن ال مسي بب نسعيدهوإن ت لفوقد صف لاخ ال مؤل فةإع طاءفال عل مأه ث رف رأىق لوب هم لأك اوقالواي ع طو الأن ال عل مأه دعلاق و م اكانواإن الل صل االن يعه
المعلاي تأل فهم كانوسل معلي لمواحت ال س علاالز كاةمن ال ي و مي ع طو اأن ي رو اول أس يانق و لوهوال مع ناهذمث ل لالث و ريسف هم ال كوفةوأه حقأح دي قولوب وغي ووإس مامورأىهؤلءحالمث لعلاال ي و مكانمن ب ع ضهم قال المعلاي تأل فهم أن ال ال س
65.الش افعيق و لوهوذلكجازم فأع طاه
“Diriwayatkan oleh H}asan ibn ‘Aliy al-Khalla@l, diriwayatkan pula
oleh Yah}ya Ibn A@dam dari anak laki-laki Muba@rak, dari Yu@nus ibn
Yazi@d dari sa‘i@d ibn Musayyab dari S}afwa@n ibn ‘Umayyah ia pernah
berkata bahwa: (sungguh Nabi telah memberiku (bagian zakat) pada saat
Hunain (perang) padahal beliau adalah orang yang paling aku benci, dan
terus memberiku (bagian zakat) sehingga beliau termasuk orang yang paling
aku cintai). Dan Abu@ ‘I@sa@ pernah berkata bahwa dari H}asan ibn
‘Ali@ pernah meriwayatkan H}adi@th yang sama dalam bab mengenai
Abi@ Sa’i@d. Abu@ ‘I@sa@ berkata h}adi@th S}afwa@n yang
diriwayatkan oleh Mu‘ammar dari al-Zuh}ri@ dari Sa‘id ibn Musayyab
bahwa (S}afwa@n ibn ‘Umayyah berkat: sungguh Nabi telah memberiku
bagian zakat), merupakan h}adi@th yang lebih kuat. Sesungguhnya bagi
Sa‘id ibn Musayyab dan S}afwa@n, para ahli ilmu telah berbeda pendapat
dalam hal pemberian zakat kepada orang-orang yang dibujuk hatinya
(mu’allaf), sebagian besar ahli ilmu tidak memberi bagian mu’allaf karena
menganggap bagian tersebut hanya ada pada zaman Rasulullah, dan tidak
ada pemberian seperti itu pada zaman ini. Akan tetapi pada pada
permasalahan ini S}afwa@n al-Thauri@, para ahli Ku@fah, Ah}mad,
Ish}a@q dan sebagainya berpendapat bahwa apabila pada saat ini terdapat
orang-orang yang harus dibujuk hatinya kepada Islam, maka berilah mereka
zakat. Ini juga merupakan perkataan Ima@m al-Sha@fi‘i.
65
Abi@ ‘I@sa@ Muh}ammad bin ‘I@sa@ bin Saurat, Sunan al-Tirmidhi@, Vol II, (Bairu@t,
Da@r al-Fikr, 1994), 147.
50
H}adi@th di atas memeliki dua pemahaman. Pada kalimat awal
S}afwa@n ibn ‘Umayyah pernah diberi bagian zakat oleh Nabi, dan pada
kalimat berikutnya para s}ahabat membenarkan akan adanya H}adi@th
tersebut, tetapi kemudian mereka (sahabat Nabi) menambahkan jika pada
zaman ini masih ada orang-orang yang perlu dibujuk hatinya, maka bagian
itu masih ada.
Ketidakjelasan dan perbedaan pemahaman beberapa fuqaha@’ mulai
bertambah dengan adanya maqalah atau ucapan Umar bin Khat}t}ab pada
masa khalifah Abu Bakar, yang dengan lantangnya meniadakan pemberian
zakat kepada mu’allaf. Perkataan ‘Umar tertulis sebuah percakapan dalam