1 BAB II KAJIAN TEORITIS A. Kajiaan Teori 1. Hakikat Belajar dan Pembelajaran Belajar merupakan sebuah proses yang kompleks yang terjadi pada semua orang dan berlangsung seumur hidup, sejak masih bayi (bahkan dalam kandungan) hingga liang lahat. Menurut Slameto (2010: 2), “belajar merupakan suatu proses perubahan tingkah laku sebagai hasil dari interaksi dengan lingkungannya dalam memenuhi kebutuhan hidupnya”. Perubahan-perubahan tersebut akan terlihat nyata dalam seluruh aspek tingkah laku. Pembelajaran adalah suatu upaya yang dilakukan oleh seseorang (guru atau yang lain) untuk membelajarkan siswa yang belajar. Terdapat banyak ahli yang memberikan pendapatnya mengenai hakikat pembelajaran. Isjoni (2009: 14) berpendapat bahwa, “pembelajaran adalah sesuatu yang dilakukan oleh siswa, bukan dibuat untuk siswa”. Dalam pengertian tersebut, pembelajaran pada dasarnya merupakan upaya pendidik untuk membantu siswa melakukan kegiatan belajar. Sementara itu, menurut Rusman (2012: 1), “pembelajaran merupakan suatu sistem yang terdiri atas berbagai komponen yang saling berhubungan satu dengan yang lain”. Komponen tersebut meliputi: tujuan, materi, metode dan evaluasi. Keempat komponen pembelajaran tersebut harus diperhatikan oleh guru dalam memilih dan menentukan model-model pembelajaran apa yang akan digunakan dalam kegiatan pembelajaran.
29
Embed
BAB II KAJIAN TEORITIS A. Kajiaan Teorirepository.unpas.ac.id/12862/5/BAB II.pdf · Ciri-ciri model Pembelajaran kooperatif tipe ... permainan dimulai dengan membagikan kartu-kartu
This document is posted to help you gain knowledge. Please leave a comment to let me know what you think about it! Share it to your friends and learn new things together.
Transcript
1
BAB II
KAJIAN TEORITIS
A. Kajiaan Teori
1. Hakikat Belajar dan Pembelajaran
Belajar merupakan sebuah proses yang kompleks yang terjadi pada semua
orang dan berlangsung seumur hidup, sejak masih bayi (bahkan dalam
kandungan) hingga liang lahat. Menurut Slameto (2010: 2), “belajar merupakan
suatu proses perubahan tingkah laku sebagai hasil dari interaksi dengan
lingkungannya dalam memenuhi kebutuhan hidupnya”. Perubahan-perubahan
tersebut akan terlihat nyata dalam seluruh aspek tingkah laku.
Pembelajaran adalah suatu upaya yang dilakukan oleh seseorang (guru
atau yang lain) untuk membelajarkan siswa yang belajar. Terdapat banyak ahli
yang memberikan pendapatnya mengenai hakikat pembelajaran. Isjoni (2009: 14)
berpendapat bahwa, “pembelajaran adalah sesuatu yang dilakukan oleh siswa,
bukan dibuat untuk siswa”. Dalam pengertian tersebut, pembelajaran pada
dasarnya merupakan upaya pendidik untuk membantu siswa melakukan kegiatan
belajar. Sementara itu, menurut Rusman (2012: 1), “pembelajaran merupakan
suatu sistem yang terdiri atas berbagai komponen yang saling berhubungan satu
dengan yang lain”. Komponen tersebut meliputi: tujuan, materi, metode dan
evaluasi. Keempat komponen pembelajaran tersebut harus diperhatikan oleh guru
dalam memilih dan menentukan model-model pembelajaran apa yang akan
digunakan dalam kegiatan pembelajaran.
2
Agar efisiensi dan efektivitas kegiatan belajar yang dilakukan siswa dapat
terwujud, maka perlu dirumuskan tujuan pembelajaran. Tujuan pembelajaran
merupakan rumusan perilaku yang telah ditetapkan sebelumnya agar tampak dari
diri siswa sebagai akibat dari perbuatan belajar yang telah dilakukan. Tujuan
pembelajaran dirumuskan dalam bentuk rumusan kemampuan yang harus dimiliki
siswa setelah mengikuti proses pembelajaran. Menurut Siddiq, Munawaroh dan
Sungkono (Anitah, 2008), tujuan pembelajaran dijabarkan sebagai berikut:
a. Standar Kompetensi dari suatu mata pelajaran, artinya bahwa setiap mata
pelajaran mempunyai visi dan misi untuk mengembangkan kompetensi
tertentu.
b. Kompetensi Dasar yang yang harus dimiliki siswa dari mempelajari suatu mata
pelajaran, yaitu kemampuan-kemampuan yang terbentuk setelah mempelajari
pokok-pokok materi dalam proses pembelajaran.
c. Indikator Pencapaian adalah ukuran-ukuran dari suatu kompetensi yang lebih
operasional dan terukur.
Berdasarkan uraian pendapat di atas, dapat disimpulkan secara sederhana
bahwa belajar dan pembelajaran merupakan suatu rangkaian aktivitas yang
dilakukan individu untuk mendapatkan suatu pengalaman belajar atau perubahan
tingkah laku secara sadar dan disengaja. Kegiatan pembelajaran sangat berperan
dalam proses terjadinya penyerapan pengetahuan baru oleh siswa.
Sebagai salah satu ilmu dasar, matematika berkembang sangat pesat. Oleh
sebab itu konsep-konsep dasar matematika harus dikuasai anak didik sejak dini,
yang akhirnya nanti akan terampil dan dapat menerapkan dalam kehidupan sehari-
hari. Istilah matematika berasal dari Yunani Mathematikos, berasal secara ilmu
pasti atau metheis berarti ajaran pengetahuan atau ilmu pengetahuan (Ensiklopedia
Indonesia).
3
Dalam pembelajaran matematika guru hendaknya pandai memilih dan
menggunakan strategi,pendekatan,metode dan teknik yang banyak melibatkan
siswa aktif dalam belajar, baik secara mental, fisik maupun social. Dalam hal ini
kreatif guru sangat penting untuk mengembangkan model-model pembelajaran
yang secara khusus cocok untuk kelas yang dibinanya. Model pembelajaran yang
mungkin dilakukan/diterapkan dan dikembangkan adalah model pembelajaran
kooperatif.
2. Pembelajaran Kooperatif Tipe Team Games Tournament
a. Pengertian Pembelajaran Kooperatif Tipe Team Games Tournament
Team games tournament adalah salah satu tipe pembelajaran kooperatif
yang menempatkan siswa dalam kelompok-kelompok belajar yang beranggotakan
5 sampai 6 orang siswa yang memiliki kemampuan, jenis kelamin, suku kata atau
ras yang berbeda.
Menurut Slavin (Isjoni, 2009), pembelajaran kooperatif tipe Team games
tournament terdiri dari 5 langkah tahapan yaitu : tahap penyajian kelas (class
precentation), belajar dalam kelompok (teams), permainan (games), pertandingan
(tournament), dan penghargaan kelompok (team recognition).
b. Ciri-ciri model Pembelajaran kooperatif tipe team games tournaments
Berdasarkan apa yang diungkapkan oleh Slavin, maka model
pembelajaran kooperatif tipe team games tournaments memiliki ciri-ciri sebagai
berikut :
4
1) Siswa Bekerja Dalam Kelompok- Kelompok Kecil
Siswa ditempatkan dalam kelompok-kelompok belajar yang
beranggotakan 5 sampai 6 orang yang memiliki kemampuan, jenis kelamin, dan
suku atau ras yang berbeda. Dengan adanya heterogenitas anggota kelompok,
diharapkan dapat memotifasi siswa untuk saling membantu antar siswa yang
berkemampuan lebih dengan siswa yang berkemampuan kurang dalam menguasai
materi pelajaran. Hal ini menyebabkan tumbuhnya rasa kesadaran pada diri siswa
bahwa belajar secara kooperatif sangat menyenangkan.
2) Games Tournament
Dalam permainan ini setiap siswa yang bersaing merupakan wakil dari
kelompoknya. Siswa yang mewakili kelompoknya, masing-masing ditempatkan
dalam meja-meja turnamen. Tiap meja turnamen ditempati 5 sampai 6 orang
peserta, dan diusahakan agar tidak ada peserta yang berasal dari kelompok yang
sama. Dalam setiap meja turnamen diusahakan setiap peserta homogen.
Permainan ini dimulai dengan memberitahuakan aturan permainan. Setelah itu
permainan dimulai dengan membagikan kartu-kartu soal untuk bermain. (kartu
soal dan kunci ditaruh terbalik di atas meja sehingga soal dan kunci tidak terbaca).
Permainan pada tiap meja turnamen dilakukan dengan aturan sebagai
berikut. Pertama,setiap pemain dalam tiap meja menentukan dahulu pembaca soal
dan pemain pertama dengan cara undian. Kemudian pemain yang menang undian
mengambil kartu undian yang berisi nomor soal dan diberikan kepada pembaca
soal. Pembaca soal akan membacakan soal sesuai dengan nomor undian yang
diambil oleh pemain. Selanjutnya soal dikerjakan secara mandiri oleh pemain dan
5
penantang sesuai dengan waktu yang telah ditentukan dalam soal. Setelah waktu
untuk mengerjakan soal selesai, maka pemain akan membacakan hasil
pekerjaannya yang akan ditanggapai oleh penantang searah jarum jam.setelah itu
pembaca soal akan membuka kunci jawaban dan skor hanya diberikan kepada
pemain yang menjawab benar atau penantang yang pertama kali memberikan
jawaban benar.
Jika semua pemain menjawab salah maka kartu dibiarkan saja. Permainan
dilanjutkan pada kartu soal berikutnya sampai semua kartu soal habis dibacakan,
dimana posisi pemain diputar searah jarum jam agar setiap peserta dalam satu
meja turnamen dapat berperan sebagai pembaca soal, pemain dan penantang.
Disini permainan dapat dilakukan berkali-kali dengan syarat bahwa setiap peserta
harus mempunyai kesempatan yang sama sebagai pemain, penantang, dan
pembaca soal.
3) Penghargaan kelompok
Langkah pertama sebelum memberikan penghargaan kelompok adalah
menghitung rerata skor kelompok. Pemberian penghargaan didasarkan atas rata-
rata poin yang didapat oleh kelompok tersebut. Dimana penentuan poin yang
diperoleh oleh masing-masing anggota kelompok didasarkan pada jumlah kartu
yang diperoleh, seperti ditunjukkan pada tabel berikut:
Tabel 2.1
Perhitungan Poin Permainan Untuk Empat Pemain
Pemain dengan
Poin bila jumlah kartu yang diperoleh
Top Scorer 40
High Middle Scorer 30
6
Pemain dengan
Poin bila jumlah kartu yang diperoleh
Low Middle Scorer 20
Low Scorer 10
(sumber : Slavin (Isjoni, 2009)
Tabel 2.2
Perhitungan Poin Permainan Untuk Tiga Pemain
Pemain dengan Poin bila jumlah kartu yang
diperoleh
Top scorer 60
Middle Scorer 40
Low scorer 20
(sumber : Slavin (Isjoni, 2009)
c. Langkah tahapan pelaksanaan TGT
Terdapat 5 tahapan dalam pengaplikasian TGT dalam kegiatan belajar
pembelajaran, yaitu:
1) Penyajian kelas
Pada awal pembelajaran guru menyampaikan materi dalam penyajian
kelas, biasanya dilakukan dengan pengajaran langsung atau dengan ceramah,
diskusi yang dipimpin oleh guru. Pada saat penyajian kelas ini siswa harus benar-
benar memperhatikan dan memahami materi yang disampaikan guru, karena akan
membentu siswa bekerja lebih baik pada saat kerja kelompok dan pada saat game
karena skor game akan menentukan skor kelompok.
2) Kelompok (team)
Kelompok terdiri atas 4 sampai 5 orang siswa yang anggotanya heterogen
dilihat dari prestasi akademik, jenis kelamin dan rasa tau etnik. Fungsi kelompok
7
adalah untuk lebih mendalami materi bersama teman kelompoknya dan lebih
khusus untuk mempersiapkan anggota kelompok agar bekerja dengan lebih baik
dan optimal pada saat game
3) Game
Game terdiri dari pertanyaan-pertanyaan yang dirancang untuk menguji
pengetahuan yang di dapat siswa dari penyajian kelas dan belajar kelompok.
Kebanyakan game terdiri dari pertanyaan-pertanyaan sederhana bernomor. Siswa
memilih kartu bernomor dan mencoba menjawab pertanyaan yang sesuai dengan
nomor itu. Siswa yang menjawab benar pertanyaan itu akan mendapat skor. Skor
ini yang nantinya dikumpulkan siswa untuk turnamen mingguan.
4) Tournamen
Biasanya tournamen dilakukan pada akhir minggu atau pada setiap unit
setelah guru melakukan presentasi kelas dan kelompok sudah mengerjakan lembar
kerja. Turnamen pertama guru membagi siswa ke dalam beberapa meja turnamen.
Tiga siswa tertinggi prestasinya dikelompokkan dalam satu meja I, tiga siswa
selanjutnya pada meja II dan seterusnya.
5) Team Recognize (penghargaan kekompok)
Guru kemudian mengumumkan kelompok yang menang, masing-masing
team akan mendapat sertifikat atau hadiah apabila rata-rata skor memenuhi
criteria yang ditentukan. Team mendapat julukan “Super Team” jika rata-rata skor
45 atau lebih, “Great Team” apabila rata-rata mencapai 40-45 dan “Good Team”
apabila rata-ratanya 30-40.
8
d. Kelebihan Pembelajaran Kooperatif Tipe Team Games Tournament
Model Pembelajaran kooperatif tipe team games tournament (TGT) ini
mempunyai kelebihan dan kekurangan. Menurut Suarjana (Hamzah, 2007), yang
merupakan kelebihan dari pembelajaran TGT antara lain:
1) Lebih meningkatkan pencurahan waktu untuk tugas
2) Mengedepankan penerimaan terhadap perbedaan individu
3) Dengan waktu yang sedikit dapat menguasai materi secara mendalam
4) Proses belajar mengajar berlangsung dengan keaktifan dari siswa
5) Mendidik siswa untuk berlatih bersosialisasi dengan orang lain
6) Motivasi belajar lebih tinggi
7) Hasil belajar lebih baik
8) Meningkatkan kebaikan budi, kepekaan dan toleransi
a. Kelemahan Pembelajaran Kooperatif Tipe Team Games Tournament
Model Pembelajaran kooperatif tipe team games tournament (TGT) ini
mempunyai kelebihan dan kekurangan. Menurut Suarjana (Hamzah, 2007), yang
merupakan kelebihan dari pembelajaran TGT antara lain:
1) Bagi guru
Sulitnya pengelompokan siswa yang mempunyai kemampuan heterogen
dari segi akademis. Kelemahan ini akan dapat diatasi jika guru yang bertindak
sebagai pemegang kendali teliti dalam menentukan pembagian kelompok
Waktu yang dihabiskan untuk diskusi oleh siswa cukup banyak sehingga
melewati waktu yang sudah ditetapkan. Kesulitan ini dapat diatasi jika guru
mampu menguasai kelas secara menyeluruh
9
2) Bagi siswa
Masih adanya siswa berkemampuan tinggi kurang terbiasa dan sulit
memberikan penjelasan kepada siswa lainnya. Untuk mengatasi kelemahan ini,
tugas guru adalah membimbing dengan baik siswa yang mempunyai kemampuan
akademik tinggi agar dapat dan mampu menularkan pengetahuannya kepada
siswa yang lain.
3. Hasil Belajar
a. Definisi hasil belajar
Dalam pembelajaran, harus menumbuhkan suasana sedemikian rupa
sehingga siswa aktif bertanya, mempertanyakan, dan mengemukakan gagasan.
Belajar memang merupakan proses aktif dari si pembelajar dalam membangun
penetahuannya, bukan proses pasif yang hanya menerima kucuran ceramah guru
tentang pengetahuan. Pembelajaran aktif adalah proses belajar yang
menumbuhkan dinamika belajar bagi peserta didik Dinamika untuk
mengartikulasikan dunia idenya dan mengkonfrontir ide itu dengan dunia realitas
yang dihadapinya
Berdasarkan uraian pengertian hasil belajar, maka dapat disimpulkan
bahwa hasil belajar dalam penelitian ini adalah bukti keberhasilan usaha
seseorang yang dicapai dalam bentuk nilai (angka) atau huruf sebagai hasil tes
yang nampak dalam perubahan tingkah laku yang mencakup aspek kognitif
afektif, dan psikomotor.
b. Karakteristik hasil belajar
Hasil belajar matematika materi jarak dan kecepatan, pada aspek kognitif,
10
afektif dan psikomotor adalah sebagai berikut:
1) Aspek kognitif
a) Siswa dapat menunjukkan letak bilangan bulat garis bilangan
b) Siswa akan memahami materi penjumlahan dan pengurangn bilangan bulat.
c) Siswa dapat melakukan penjumlahan bilangan bulat positif.
2) Aspek afektif
a) Siswa mengajukan pertanyaan kepada guru tentang penjumahan bilangan
bulat
b) Siswa menjawab pertanyaan yang diajukan guru atau teman
Aspek psikomotor
c) Siswa akan terampil membuat dan menggunakan alat peraga
4. Minat belajar
Minat belajar adalah salah satu faktor psikologis yang akan mempengaruhi
belajar. Minat yang dapat menunjang belajar adalah minat kepada bahan atau
mata pelajaran dan kepada guru yang mengajarnya. Apabila siswa tidak berminat
kepada bahan atau mata pelajaran juga kepada gurunya, maka siswa tidak akan
mau belajar. Oleh karena itu, guru harus memberi motivasi agar siswa mau belajar
dan memperhatikan pelajaran.
Guru perlu sekali mengenal minat-minat muridnya, karena ini penting bagi
guru untuk memilih bahan pelajaran, merencanakan pengalaman-pengalaman
belajar, menuntun mereka ke arah pengetahuan, dan untuk mendorong motivasi