Top Banner
8 BAB II KAJIAN TEORI, KERANGKA BERPIKIR, DAN HIPOTESIS PENELITIAN A. Kajian Teoretis Pada bagian ini secara berturut-turut akan dikajidalami teori-teori yang berkaitan dengan (1) pengertian kemampuan menginterpretasikan (2) pengetian teks anekdot, (3) pengertian sikap bahasa, dan (4) pengertian kemampuan membaca pemahaman. 1. PengertianKemampuan Menginterpretasi Kurikulum 2013 memiliki beberapa kompetensi dasar yang harus dikuasai oleh para siswa. Salah satu kompetensi dasar dalam Kurikulum 2013 adalah menginterpretasi makna teks anekdot. Menurut tim Depdiknas (2013:89) “Interpretasi adalah pandangan teoretis terhadap sesuatu; pemberian kesan, pendapat, atau pandangan berdasarkan pada teori terhadap sesuatu; tafsiran”. Interpretasi atau penafsiran adalah proses komunikasi melalui lisan ataugerakan antara dua atau lebih pembicara yang tak dapat menggunakan simbol- simbol yang sama, baik secara simultan (dikenal sebagai interpretasi simultan)atau berurutan (dikenal sebagai interpretasi berurutan).Interpretasi dapat dilakukan pada cerita fiksi dan non fiksi. Interpretasi padacerita fiksi akan berbeda dengan interpretasi pada cerita non fiksi. Padacerita nonfiksi, kemampuan siswa dalam menginterpretasi harus didasari dengan dayaimajinasi yang kuat, sebab cerita non fiksi merupakan cerita yang tidakmengandung faktaserta bertujuan Hubungan antara sikap...Ali Suhendro, Program Pascasarjana Ump, 2018
48

BAB II KAJIAN TEORI, KERANGKA BERPIKIR, DAN HIPOTESIS …repository.ump.ac.id/8555/3/ALI SUHENDRO_BAB II.pdf · 2019. 2. 14. · pengetian teks anekdot, (3) pengertian sikap bahasa,

Sep 07, 2020

Download

Documents

dariahiddleston
Welcome message from author
This document is posted to help you gain knowledge. Please leave a comment to let me know what you think about it! Share it to your friends and learn new things together.
Transcript
Page 1: BAB II KAJIAN TEORI, KERANGKA BERPIKIR, DAN HIPOTESIS …repository.ump.ac.id/8555/3/ALI SUHENDRO_BAB II.pdf · 2019. 2. 14. · pengetian teks anekdot, (3) pengertian sikap bahasa,

8

BAB II

KAJIAN TEORI, KERANGKA BERPIKIR, DAN

HIPOTESIS PENELITIAN

A. Kajian Teoretis

Pada bagian ini secara berturut-turut akan dikajidalami teori-teori

yang berkaitan dengan (1) pengertian kemampuan menginterpretasikan (2)

pengetian teks anekdot, (3) pengertian sikap bahasa, dan (4) pengertian

kemampuan membaca pemahaman.

1. PengertianKemampuan Menginterpretasi

Kurikulum 2013 memiliki beberapa kompetensi dasar yang harus

dikuasai oleh para siswa. Salah satu kompetensi dasar dalam Kurikulum 2013

adalah menginterpretasi makna teks anekdot. Menurut tim Depdiknas (2013:89)

“Interpretasi adalah pandangan teoretis terhadap sesuatu; pemberian kesan,

pendapat, atau pandangan berdasarkan pada teori terhadap sesuatu; tafsiran”.

Interpretasi atau penafsiran adalah proses komunikasi melalui lisan

ataugerakan antara dua atau lebih pembicara yang tak dapat menggunakan simbol-

simbol yang sama, baik secara simultan (dikenal sebagai interpretasi

simultan)atau berurutan (dikenal sebagai interpretasi berurutan).Interpretasi dapat

dilakukan pada cerita fiksi dan non fiksi. Interpretasi padacerita fiksi akan berbeda

dengan interpretasi pada cerita non fiksi. Padacerita nonfiksi, kemampuan siswa

dalam menginterpretasi harus didasari dengan dayaimajinasi yang kuat, sebab

cerita non fiksi merupakan cerita yang tidakmengandung faktaserta bertujuan

Hubungan antara sikap...Ali Suhendro, Program Pascasarjana Ump, 2018

Page 2: BAB II KAJIAN TEORI, KERANGKA BERPIKIR, DAN HIPOTESIS …repository.ump.ac.id/8555/3/ALI SUHENDRO_BAB II.pdf · 2019. 2. 14. · pengetian teks anekdot, (3) pengertian sikap bahasa,

9

untuk memberikan hiburan. Interpretasi padacerita fiksi kemampuan siswa dalam

menginterpretasi harus didasari denganlogika, sebab dalam cerita fiksi cerita yang

dihadirkan cenderung menceritakan berbagai masalah dalam interaksinya dengan

lingkungan dan sesama.

Sebuah Interpretasi pada cerita fiksi atau teks cerita tidak lepas dari

pemaknaan hasil imajinasi, sesuai dengan makna leksikal atau merelevasikan

dengan teks yang sejenis. Menurut Djajasudarma (1993:5), “Makna adalah

pertautan yang ada diantara unsur-unsur bahasa itu sendiri (terutama kata-

kata)”.Palmer (dalam djajasudarma, 1993:5) menyatakan, “Makna hanya

menyangkut intra bahasa”. Sejalan dengan pendapat tersebut, Lyons (dalam

Djajasudarma, 1993 :5)menyebutkan bahwa,“Mengkaji atau memberikan makna

suatu kata ialahmemahami kajian kata tersebut yang berkenaan dengan hubungan-

hubunganmakna yang membuat kata tersebut berbeda dengan kata lain”. Arti

dalam hal inimenyangkut makna leksikal dari kata-kata itu sendiri, yang

cenderung terdapatdidalam kamus seabagi leksem.

Menurut Pateda (2001:79),“Makna merupakan kata-kata dan istilah

yangmembingungkan”, contohnya saja pada kalimat“wanita itu cantik” dan“meja

itucantik” maksud dari kalimat tersebut berarti yang menunjukkan makna yaitu

padakalimat“wanita itu cantik” karena maknanya lebih jelas dan lebih

dimengerti.Makna tersebut selalu menyatu pada tuturan kata maupun kalimat,

contohnya sajapada kalimat“saya akan berangkat” maksud dari kalimat tersebut

berarti ia siapberjalan, siap melaksanakan kegiatan, atau aktivitas pindah,

maksudnya pindahdari satu tempat ke tempat yang lain dengan melaksanakan

Hubungan antara sikap...Ali Suhendro, Program Pascasarjana Ump, 2018

Page 3: BAB II KAJIAN TEORI, KERANGKA BERPIKIR, DAN HIPOTESIS …repository.ump.ac.id/8555/3/ALI SUHENDRO_BAB II.pdf · 2019. 2. 14. · pengetian teks anekdot, (3) pengertian sikap bahasa,

10

kegiatan agar segeraberjalan. Sering juga seseorang berkata,“kita harus membantu

orang miskin”kemudian diikuti dengan gerakan, maksud dari gerakan tersebut

adalah wujudmemberikan sesuatu kepada orang miskin dengan cara memberi

sembako, bajubekas, uang dll. Selain itu, menurut Ullman (dalam Pateda,

2001:82)mengemukakan bahwa,“Makna adalah hubungan antara makna

denganpengertian”. Pernyataan tersebut sejalan dengan pendapat Ferdinand De

Saussure(dalam Chaer,1994:286),“Makna adalah sebagai pengertian atau konsep

yangdimiliki atau terdapat pada suatu tanda linguistik”.

Menurut Grice, Bolinger (dalam Aminuddin, 2011:52-53), “Makna

adalah hubungan antara bahasa dengan dunia luar yang telah disepakati bersama

oleh para pengguna bahasa sehingga dapat saling dimengerti”. Dari batasan

pengertian itu dapat diketahui adanya tiga unsur pokok diantaranya, yaitu: (1)

makna adalah hasil hubungan antara bahasa dengan dunia luar, (2) penentuan

hubungan terjadi karena kesepakatan para pengguna, (3) perwujudan makna itu

dapat digunakan untuk menyampaikan informasi sehingga dapat saling mengerti.

Dalam konsep makna terdapat dua makna yang berhubungan, yaitu

makna konotatif dan makna denotatif.

a. Makna Konotatif

Maknakonotatif yang dibedakan dari makna emotif, karena yang

disebutpertama bersifat negatif dan yang disebut kemudian bersifat positif.

Maknakonotatif muncul sebagai akibat asosiasi perasaan terhadap apa yang

diucapkanatau apa yang didengar. Menurut Djajasudarma (2013:12),“Makna

konotatifadalah makna yang muncul dari makna kognitif ( lewat makna kognitif ),

Hubungan antara sikap...Ali Suhendro, Program Pascasarjana Ump, 2018

Page 4: BAB II KAJIAN TEORI, KERANGKA BERPIKIR, DAN HIPOTESIS …repository.ump.ac.id/8555/3/ALI SUHENDRO_BAB II.pdf · 2019. 2. 14. · pengetian teks anekdot, (3) pengertian sikap bahasa,

11

kedalam makna kognitiftersebut ditambahkan makna lain”. Kridalaksana

(dalamPateda, 2001:98) menjelaskan,“Makna konotatif adalah aspek makna sebuah

atausekelompok kata yang didasarkan atas perasaan atau pikiran yang timbul

atauditimbulkan pada pembicara (penulis) dan pendengar (pembaca)”.

Secara singkat makna konotatif dapat diartikan sebagai makna

tidaksebenarnya pada kata atau kelompok kata. Oleh karena itu, makna konotatif

seringdisebut juga dengan istilah makna kias. Lebih lanjut, makna konotatif

dapatdijabarkan sebagai makna yang diberikan pada kata atau kelompok kata

sebagaiperbandingan agar apa yang dimaksudkan menjadi jelas dan menarik.

Maknakonotatif merupakan makna yang bukan sebenarnya dan merujuk pada hal

yanglain. Terkadang banyak linguistik di Indonesia mengatakan bahwa

maknakonotatif adalah makna kiasan, padahal makna kiasan itu adalah tipe

maknafiguratif, bukan makna konotatif.

Contoh:

"Anton menjadi kambing hitam dalam kasus tersebut." Kata“kambing hitam” pada kalimat diatas tidak diartikan

sebagaiseekor hewan (kambing) yang warnanya hitam. Karena,

jika diartikan demikian, makna keseluruhan kalimat tersebut tidak

logis atau tidak dapat dipahami. Makna kata “kambing hitam”

adalah tersangka dalam suatu perkara yang tidak dilakukan.

Makna “kambing hitam” pada kalimat inilah yang disebut dengan

makna konotatif.

b. Makna Denotatif

Makna denotatif adalah makna yang sebenarnya yang sama dengan

makna lugas untuk menyampaikan sesuatu yang bersifat faktual. Makna pada kalimat

yang denotatif tidak mengalami perubahan makna atau secara singkat makna

Hubungan antara sikap...Ali Suhendro, Program Pascasarjana Ump, 2018

Page 5: BAB II KAJIAN TEORI, KERANGKA BERPIKIR, DAN HIPOTESIS …repository.ump.ac.id/8555/3/ALI SUHENDRO_BAB II.pdf · 2019. 2. 14. · pengetian teks anekdot, (3) pengertian sikap bahasa,

12

denotatif diartikan sebagai makna sebenarnya. Makna sebenarnya yang

dimaksudadalah makna dasar kata yang terdapat dalam kamus (KBBI).

Menurut Kridalaksana (dalam Pateda, 2001:98)

mengemukakan,“Makna denotatif adalah makna kata atau kelompok kata yang

didasarkanatas hubungan lugas antara satuan bahasa dan wujud di luar bahasa

yangditerapi satuan bahasa itu secara tepat”. Makna denotatif adalah

maknapolos, makna apa adanya, sifatnya objektif, misalnya pada kata

amplopbermakna sampul yang berfungsi tempat mengisi surat yang

akandisampaikan kepada orang lain.

2. Pengertian Teks Anekdot

Teksadalah suatu ujaran atau tulisan yang bermakna yang

memuatgagasan yang utuh. Ada beberapa definisi mengenai teks.

Kridalaksana(2011:238) berpendapat dalam Kamus Linguistiknya,“Teks adalah

satuan bahasaterlengkap yang bersifat abstrak, deretan kalimat, kata, dan sebagainya

yangmembentuk ujaran, ujaranyang dihasilkan dalam interaksi manusia”. Dilihat

daripengertian teks yang dikemukakan dalam Kamus Linguistik tersebut

dapatdikatakan bahwa teks adalah satuan bahasa yang bisa berupa bahasa tulis dan

bisajuga berupa bahasa lisan yang dahasilkan dari interaksi atau komunikasi

manusia.Menurut Priyatni (2013:37), “Kemampuan memahami dan menciptakan

teks ini dilandasi oleh fakta bahwa hidup di dunia kata-kata”. Ketika menyimak atau

membaca sama halnya mengingterpretasi makna yang ada dalam teks, ketika kata-

kata itu menjadi satu kesatuan untuk mengkomunikasikan makna tertentu yang telah

Hubungan antara sikap...Ali Suhendro, Program Pascasarjana Ump, 2018

Page 6: BAB II KAJIAN TEORI, KERANGKA BERPIKIR, DAN HIPOTESIS …repository.ump.ac.id/8555/3/ALI SUHENDRO_BAB II.pdf · 2019. 2. 14. · pengetian teks anekdot, (3) pengertian sikap bahasa,

13

menciptakan teks. Demikian juga ketika berbicara atau menulis untuk

mengkomunikaskan pesan tertentu, itu artinya juga telah menciptakan teks.

Berdasarkan beberapa pendapat di atas dapat diartikan bahwa teks adalah

suatu kesatuan bahasa yang memiliki isi dan bentuk, baik lisan maupun tulisan yang

disampaikan oleh seorangpengirim kepada penerima untuk menyampaikan pesan

tertentu. Teks tidak hanya berbentuk deratan kalimat-kalimat secara tulis, namun

juga dapat berupa ujaran-ujaran atau dalam bentuk lisan, bahkan ada jugateks itu

terdapat di balik teks. Untuk memperjelas mengenai pengertian teks

dapatdiperhatikan contoh dialog dibawah ini, yaitu:

Dokter : "Kenapa telinga Anda pak?" Pasien : "Begini dok, tadi saya sedang menyetrika pakaiansaya,

nah pada saat saya sedang menyetrika, tiba-tibatelepon berdering,

karena reflek, seketika itu setrika yangsaya pegang saya

tempelkan ke telinga kiri saya dok."

Dokter : "Oh begitu, saya paham keluhan Anda, terustelinga yang

kanan kenapa?"

Pasien : "Nah itu dok, si bego itu nelpon lagi."Pada Kutipan di

atas jika dilihat dari teks yaitubermaknabahwa kecerobohan

pasien telah membuattelinganya terluka, seharusnya dia tetap bisa

fokus dalammelakukan kesibukannya.

Sebagaisalah satu jenis teks yang termasuk dalam genre cerita,

teksanekdot memiliki tujuan sosial yang sama dengan teks cerita ulang.

MenurutYatini (2014:04),“Anekdotadalah sebuah cerita singkat dan lucu atau

menarik,yang mungkin menggambarkan kejadian orang atau orang sebenarnya”.

Anekdotbisa sesingkat pengaturan dan provokasi dari sebuah kelakar. Anekdot

selaludisajikan berdasarkan pada kejadian nyata melibatkan orang-orang

Hubungan antara sikap...Ali Suhendro, Program Pascasarjana Ump, 2018

Page 7: BAB II KAJIAN TEORI, KERANGKA BERPIKIR, DAN HIPOTESIS …repository.ump.ac.id/8555/3/ALI SUHENDRO_BAB II.pdf · 2019. 2. 14. · pengetian teks anekdot, (3) pengertian sikap bahasa,

14

yangsebenarnya.

Priyatni, (2015:92-93) berpendapat bahwa,“Teks anekdot adalah

teksyangmemaparkan cerita singkat yang menarik karena lucu dan mengesankan

yang isinya berupa kritik atau sindiran terhadap kebijakan, layanan publik, perilaku

penguasa, atau suatu fenomena/kejadian ini disebut dengan teks anekdot”. Tujuan

teks anekdot adalah memberikan sindiran/kritik terhadap kebijakan, layanan publik,

perilaku penguasa, atau suatu fenomena/kejadian dengan cara yang lebih menghibur

dan menarik (lucu dan mengesankan).

Berdasarkan beberapa pendapat di atas dapat di simpulkan bahwa teks

anekdot adalah cerita singkat yang lucu dan kejadiannya merupakan sebuah fakta.

Untuk memperjelassecara fakta teks anekdot dapat diperhatikan contoh di bawahini,

yaitu:

Suatu hari pada bulan puasa, ada seorang nenek sedang puasatiba-

tiba kepalanya sakit, dengan panik si nenek itu punlangsung

meminum obat bodrex yang ada dirumahnya,cucunya pun melihat

kejadian tersebut langsung bertanya. Cucu : "Nenek kan lagi puasa, kenapa minum obat?"

Nenek : "Itulah okenya bodrex, bisa diminum kapan saja !!!" Pada Kutipan di atas jika di lihat dari cerita teks anekdotyaitu

bermakna bahwasannya bodrex bisa di minum kapansaja, tetapi

tidak pada waktu hari puasa kecuali kalau sudahwaktu berbuka.

2.1 Karakter Tokoh

Tokoh cerita ialah orang-orang yang ditampilkan dalam suatu

karyanaratif,atau drama yang oleh pembaca ditafsirkan memilki kualitas moral

dankecenderungan tertentu seperti yang diespresikan dalam ucapan dan apa

yangdilakukan dalam tindakan.Berdasarkan fungsi tokoh dalam cerita, tokoh dapat

Hubungan antara sikap...Ali Suhendro, Program Pascasarjana Ump, 2018

Page 8: BAB II KAJIAN TEORI, KERANGKA BERPIKIR, DAN HIPOTESIS …repository.ump.ac.id/8555/3/ALI SUHENDRO_BAB II.pdf · 2019. 2. 14. · pengetian teks anekdot, (3) pengertian sikap bahasa,

15

dibedakan menjadidua, yaitu tokohsentral dan tokoh bawahan. Tokoh sentral

adalahtokoh yangbanyak mengalami peristiwa dalam cerita. Tokoh sentral dibedakan

menjadi dua,yaitu:

(1) Tokoh sentral protagonis. Tokoh sentral protagonis adalah tokoh

yangmembawakan perwatakan positif atau menyampaikan nilai-nilai pisitif.

(2) Tokoh sentral antagonis. Tokoh sentral antagonis adalah tokoh yang

membawakan perwatakan yang bertentangan dengan protagonis atau

menyampaikan nilai-nilai negatif.

Tokoh bawahan adalah tokoh-tokoh yang mendukung atau membantu

tokoh sentral. Tokoh bawahan dibedakan menjadi tiga, yaitu:

(1) Tokoh andalan. Tokoh andalan adalah tokoh bawahan yang menjadi kepercataan

tokoh sentral (protagonis atau antagonis).

(2) Tokoh tambahan. Tokoh tambahan adalah tokoh yang sedikit sekalimemegang

peran dalam peristiwa cerita.

(3) Tokoh lataran. Tokoh lataran adalah tokoh yang menjadi bagian atauberfungsi

sebagai latar cerita saja.

Berdasarkan cara menyampaikan perwatakannya, tokoh dalam cerita

dapatdibedakanmenjadi dua, yaitu:

(1) Tokoh datar/sederhana/pipih. Tokoh datar/sederhana/pipih adalah tokoh

yangdiungkapkan atau disoroti dari satu segi watak saja. Tokoh ini bersifat

statis,wataknya sedikit sekali berubah, atau bahkan tidak berubah sama

sekali(misalnya tokoh kartun, kancil, film animasi).

(2) Tokoh bulat/komplek/bundar. Tokoh bulat/komplek/bundar adalah tokoh

Hubungan antara sikap...Ali Suhendro, Program Pascasarjana Ump, 2018

Page 9: BAB II KAJIAN TEORI, KERANGKA BERPIKIR, DAN HIPOTESIS …repository.ump.ac.id/8555/3/ALI SUHENDRO_BAB II.pdf · 2019. 2. 14. · pengetian teks anekdot, (3) pengertian sikap bahasa,

16

yangseluruh segi wataknya diungkapkan. Tokoh ini sangat dinamis,

banyakmengalami perubahan watak.

Penokohanadalah penyajian watak tokoh dan penciptaan citra tokoh.

Adabeberapa metode penyajian watak tokoh, yaitu:

(1) Metode analitis/langsung/diskursif, yaitupenyajian watak tokoh dengan cara

memaparkan watak tokoh secara langsung.

(2) Metode dramatik/tak langsung/ragaan. Metode dramatik/tak langsung/ra-

gaanadalah penyajian watak tokoh melalui pemikiran, percakapan, dan

lakuantokoh yang disajikan pengarang. Bahkan dapat pula dari penampilan

fisiknyaserta dari gambaran lingkungan atau tempat tokoh.

(3) Metode kontekstual. Metode konstektual adalah penyajian watak tokoh melalui

gaya bahasa yang dipakai pengarang.

2.2 Nilai Moral

Pada subbab ini dipaparkan mengenai (1) pengertian nilai moral, (2)

penggolongan nilai moral, (3) pentingnya pendidikan moral. Berikut pemaparan

secara lengkap.

2.2.1 Pengertian NilaiMoral

Istilah moralberasal dari bahasa latin, yaitu mores yang berasal dari

kata“Mos” (tunggal) yang berarti tata cara atau adat dalam kehidupan. Magnis-

Suseno (dalam Aryono:24),“Moral adalah bidang kehidupan manusia dilihatdari segi

kebaikannya sebagaimanusia”. Bernad (dalam Aryono:45),“Moraladalah kekuatan-

kekuatan pribadi yang bersifat umum dan stabil dalam individuyang mencegah,

mengawasi atau mengubah keinginan-keinginan khusus yanglangsung, tetapi tidak

Hubungan antara sikap...Ali Suhendro, Program Pascasarjana Ump, 2018

Page 10: BAB II KAJIAN TEORI, KERANGKA BERPIKIR, DAN HIPOTESIS …repository.ump.ac.id/8555/3/ALI SUHENDRO_BAB II.pdf · 2019. 2. 14. · pengetian teks anekdot, (3) pengertian sikap bahasa,

17

stabil dan untuk mendorong mereka yang memilikikecenderungan-

kecenderunganyang stabil”. Untuk mengukur sikap batin ataupunlahir seseorang

diperlukan alat, alat tersebut adalah moral. Dalam beberapapandangan moral sering

dikaitkan dengan akhlak, tindakan yang menyangkuttindakan baik dan buruk, serta

kesusilaan. Moral juga dapat diartikan sebagaisarana untuk mengukur benar-tidaknya

tindakan manusia.

MenurutFaizah, (1993:8),“Nilai moral adalah anggapan-anggapanmanusia

mengenai baik,buruk, benar, salah, suka atau tidak suka sebagaiabstraksi dan

pandangan”. Kaelan (2000:174) berpendapat bahwa,“Nilai padahakikatnya adalah

sifat atau kualitas yang melekat pada suatu objek”. Sesuatudapat dianggap bernilai

apabila sesuatu itu berharga. berguna, benar, indah, danbaik dalam kehidupan.

Dari beberapa pendapat tersebut diatas dapat disimpulakan

bahwa,pegertian nilai moral adalah sesuatu yangdiyakini oleh masing-masing

individutentang baik,buruk,benar, salah, dan juga kegunaan serta manfaat yang

digunakan sebagai pedoman dalam berbuat dan bertingkah laku dalam kehidupan.

Dalam masyarakat, nilai-nilai moral menjadi yang tidak tertulis dan telah disepakati

bersama sebagai norma yang berlaku. Selanjutnya, seseorang dapat dikatakan

bermoral atau tidak apabila orang tersebut dapat membedakan baik dan buruk yang

secara umum menyangkut perbuatan, sikap, kewajiban, dan lain sebagainya. Hal

tersebut dapat juga dikatakan sebagai alat, budi pekerti, dan susila manusia yang

dapat diterima oleh masyarakat penganut moral tersebut.

Hubungan antara sikap...Ali Suhendro, Program Pascasarjana Ump, 2018

Page 11: BAB II KAJIAN TEORI, KERANGKA BERPIKIR, DAN HIPOTESIS …repository.ump.ac.id/8555/3/ALI SUHENDRO_BAB II.pdf · 2019. 2. 14. · pengetian teks anekdot, (3) pengertian sikap bahasa,

18

2.2.2 Penggolongan Nilai Moral

Nurgiyantoro (1995:324)mengungkapkan,“Nilai moral

mencakuppermsalahan yang tidk terbatas yang secara garis besar mencakup

seluruhpersoalan hidup dan kehidupan manusia yang terjalin atas hubungan-

hubungantertentu yang mungkin ada dan terjadi. Nilai-nilai moral yang terjalin

dapatdikategorikan ke dalam beberapa macam hubungan. Hubungan tersebut

antaralain adalah a) hubungan manusia dengan diri sendiri, b) hubungan

manusiadengan sesame, c) hubungan manusia dengan lingkungan alam, d)

hubunganmanusia dengan Tuhan. Berikut penjelasan penggolongan moral yang

terjalin atasbeberapa hubungan tersebut.

2.2.3 Pentingnya pendidikan moral

Menurut Nurgiantoro (2005:270), “Pendidikan moral diberikan sebisa

mungkin kepada anak-anak mulai usia dini”. Gejala penurunan nilai moral yang saat

ini semakin tidak terkendali menjadi acuan yang logis dalam memberikanpendidikan

moral pada anak mulai usia dini. Penurunan moral yang sampai saatini terjadi dapat

dilihat dariperilaku anak muda dengan berbagai macam tren.

Kekawatiran terhadap tren anak muda tersebut dapat dilihat dari

beberapaperilaku, antara lain:

a) Kekerasan dan Tindakan Anarki

b) Pencurian

c) Tindakan Curang

d) Pengabaian terhadap Aturan yang Berlaku

e) Tawuran Antar siswa

f) Ketidaktoleran

Hubungan antara sikap...Ali Suhendro, Program Pascasarjana Ump, 2018

Page 12: BAB II KAJIAN TEORI, KERANGKA BERPIKIR, DAN HIPOTESIS …repository.ump.ac.id/8555/3/ALI SUHENDRO_BAB II.pdf · 2019. 2. 14. · pengetian teks anekdot, (3) pengertian sikap bahasa,

19

g) Penggunaan Bahasa yang Tidak Baik

h) Kematangan Seksual yang Terlalu Dini dan Penyimpangannya

i) Sikap Perusakan Dini

2.3 Nilai Budaya

Menurut Setiadi dkk (2006:31),“Nilai adalah hal yang baik dan

diinginkan, dan dilakukan karena dianggap penting oleh suatu anggota

masyarakat,sesuatu yang dianggap penting danmempunyai nilai apabila dapat

berguna danberharga, indah, baik dan religius”. Perry (dalam Djajasudarma

dkk,1997:11),mengemukakan“Nilai adalah segala sesuatu yang menarik bagi

manusia sebagaisubjek”. Pendapat tersebut menyatakan bahwa, manusia yang

menentukan nilaisekaligus sebagai pelaku (penilai) dari kebudayaan di zamannya.

Dari pengertian nilai tersebut, maka nilai budaya adalah nilai-nilai yang disepakati

dan tertanam dalam suatu kebiasaan, kepercayaan, simbol-simbol dengan

karakteristik tertentu yang dapat dibedakan satu dengan lainnya sebagai acuan

perilaku dan tanggapan atas apa yang akan terjadi atau sedang terjadi.

Secara garis besar persoalan pada nilai budaya dapatdibedakan ke dalam

persoalan nilai kepribadian, nilai sosial.

2.3.1 Kepribdian Menurut Sukatman (2009:311),“Nilai kepribadian adalah nilai

yangdigunakan manusia untuk melangsungkan, mengembangkan dan memaknai

hidupuntuk masing-masing pribadi manusia”. Nilai kepribadian selalu melekat pada

diriindividu. Setiap individumemliki kepribadian yang berbeda dengan

individulainnya, karena pada dasarnya setiap individu itu unik. Nilai kepribadian

selalutercermin melalui pola tingkah laku dan perilakunya.

Hubungan antara sikap...Ali Suhendro, Program Pascasarjana Ump, 2018

Page 13: BAB II KAJIAN TEORI, KERANGKA BERPIKIR, DAN HIPOTESIS …repository.ump.ac.id/8555/3/ALI SUHENDRO_BAB II.pdf · 2019. 2. 14. · pengetian teks anekdot, (3) pengertian sikap bahasa,

20

Dalam foklor Indonesia banyak terdapat nilai-nilai kepribadoan

seperti,keberanian hidup, kesungguhan, cinta kasih dan penderitaan. Nilai

kepribadianyang terdapat dalam karya sastra sebagai cermin kenyataan yang ada

dalammasyarakatdapatdikatakan nilai-nilai yang dimiliki oleh manusia, juga

dapatdisebut potret jiwadan batin manusia yang lahir dari tingkah lakunya

yangmembuat dia memliki martabat diantara sesama manusia. Nilai kepribadian

inilahdapat disamakan dengan sifat-sifat atau karalter mulia atau akhlak mulia

yangdijadikan seseorang memiliki martabat.

2.3.2. Nilai Sosial

Menurut Amir (dalam Purnani, 2014:25), “Nilai sosial adalah nilai yang

mendasari dan menuntun yang menjadi tujuan tindakan dan hidup sosial manusia

dalam melangsungkan, mempertahankan dan mengembangkan hidup sosial

manusia”. Sebagai salah satu bentuk sosial, gotong royong selalu hadir di tengah-

tengah kehidupan manusia dalam bermasyarakat. Gotong royong merupakan suatu

tindakan melalukan pekerjaan secara bersama-sama. Nilai-nilai sosial ini sangat

penting bagi kehidupan manusia, mengingat bahwa manusia adalahmakhluk sosial

yang tak biaslepas dari manusia lainnya.

Wellek dan Wareen (dalam Purnani, 2014:25) mengatakan,“Karya

sastramenyampaikan kebenaran yang sekaligus juga merupakan kebenaran sejarah

dankebenaran sosial”. Nilaisosial yang mencakup cinta, kejahatan dan

kepahlawananmerupakan suatu kebenaran sosial yang terjadi pada masyarakat yang

dapatmewakili jaman kapania diciptakan dan mencerminkan keadaan masyarakat

itusendiri.

Hubungan antara sikap...Ali Suhendro, Program Pascasarjana Ump, 2018

Page 14: BAB II KAJIAN TEORI, KERANGKA BERPIKIR, DAN HIPOTESIS …repository.ump.ac.id/8555/3/ALI SUHENDRO_BAB II.pdf · 2019. 2. 14. · pengetian teks anekdot, (3) pengertian sikap bahasa,

21

3. Pengertian Sikap Bahasa

Istilah “sikap” merupakan terjemahan dari istilah Inggris/Belanda

“attitude” yang berasal dari kata latin ‘atto’ yang berarti ‘kesiagaan’,

‘kecenderungan’, dan kata Italia ‘atto’ (yang berasal dari Latin ‘actus’) yang berarti ‘

tindakan’, ‘perilaku’ (Basuki Suhardi, 1996: 64).

Masalah sikap telah lama menjadi pokok bahasan dalam bidang

psikologi, terutama psikologi sosial. Meski telah banyak dibicarakan, namun

pemahaman terhadap sikap sampai saat ini belum dapat dikatakan seragam benar.

Ketidakseragaman ini disebabkan oleh perbedaan pandangan yang mendasari tentang

sikap tersebut. Setidaknya ada dua pandangan yang mendasari pembicaraan

mengenai sikap ini, yaitu pandangan Behaviorisme dan pandangan Mentalitas.

Pandangan kaum behaviorisme ini tidak banyak mendapat perhatian ahli

psikologi dewasa ini. Sebagian besar ahli psikologi dewasa ini lebih percaya bahwa

banyak sikap yang tidak kita laksanakan secara taat asas. Banyak alasan untuk tidak

melaksanakan atau mewujudkan sikap dalam perilaku tertentu. Keadaan di sekeliling

sering tidak memungkinkan melaksanakan sikap sebagaimana adanya, mungkin hal

ini tidak sesuai dengan norma-norma yang berlaku, atau barangkali justru

mengundang ancaman bahaya, atau mungkin kondisi dan situasi sosial yang tidak

memungkinkan sikap dalam perbuatan sama sekali.Orang yang tidak sependapat

dengan keadaaan sosial tertentu, tetapi karena keadaan tidak memungkinkan, maka

dia tidak menyatakan sikapnya terhadap keadaan tersebut.

Berbeda dengan pandangan behaviorisme adalah pandangan kaum

mentalis yang menyatakan bahwa sikap sebagai suatu sistem yang melibatkan

Hubungan antara sikap...Ali Suhendro, Program Pascasarjana Ump, 2018

Page 15: BAB II KAJIAN TEORI, KERANGKA BERPIKIR, DAN HIPOTESIS …repository.ump.ac.id/8555/3/ALI SUHENDRO_BAB II.pdf · 2019. 2. 14. · pengetian teks anekdot, (3) pengertian sikap bahasa,

22

penilaian positif atau negatif, perasaan, emosi, dan kecenderungan tindakan setuju

atau tidak setuju dalam kaitannya dengan objek sosial (Krech, dkk,1962: 177).

Sejalan dengan perkembangan individu, kesadaran terhadap berbagai objek,

perasaan-perasaan dan kecenderungannya tindakannya terorganisasi menjadi satu

sistem yang disebut sikap. Greenwald dan Banaji menyatakan bahwa sikap adalah

kecenderungan untuk mengalami, didorong oleh, dan bertindak terhadap sejumlah

objek dalam cara yang diprediksi (http://www.edu.au/user/ rogersci/attitude/img

003.htm).

Sikap adalah suatu gagasan yang mengandung emosi yang

mempengaruhi sekelompok tindakan terhadap sekelompok situasi sosial tertentu.

Triandis mengisyaratkan bahwa sikap terdiri dari tiga komponen kognitif, afektif,

dan perilaku (Triandis, 1971 dalam Basuki Suhardi, 1996: 22). Sebelum seseorang

secara taat asas memberikan tanggapan terhadap suatu objek sikap, pertama dia harus

terlebih dahulu mengetahui sesuatu tentang objek tersebut.Selanjutnya dia

memberikan penilaian suka atau tidak suka terhadap objek tersebut. Akhirnya,

pengetahuan dan rasa ini diikuti oleh kehendak untuk bertindak.

Dari tiga definisi yang dikutip mengisyaratkan bahwa sikap, menurut

kaum mentalis, terdiri dari tiga komponen yaitu komponen kognitif, komponen

afektif, dan komponen perilaku. Dengan demikian, menurut kaum mentalis, sikap

sebenarnya terdiri dari beberapa komponen yang saling berkaitan. Pandangan inilah

yang banyak diikuti oleh para pakar psikologi. Adanya variasi batasan tentang sikap

disebabkan oleh persoalan epistemologi tentang kekhususan dan keumuman dalam

menentukan tingkah laku.

Hubungan antara sikap...Ali Suhendro, Program Pascasarjana Ump, 2018

Page 16: BAB II KAJIAN TEORI, KERANGKA BERPIKIR, DAN HIPOTESIS …repository.ump.ac.id/8555/3/ALI SUHENDRO_BAB II.pdf · 2019. 2. 14. · pengetian teks anekdot, (3) pengertian sikap bahasa,

23

Dalam konteks ini, persoalannya adalah sejauh mana sikap dianggap

mempunyai rujukan yang spesifik. Beberapa ahli cenderung membatasi sikap sebagai

suatu kecenderungan secara umum dari seseorang, sedangkan yang lain beranggapan

bahwa sikap mempunyai acuan yang spesifik. Kedua, sumber dari berbagai variasi

pengertian sikap adalah akibat adanya kecenderungan untuk menggeneralisasikan

sikap dengan melibatkan semua kecenderungan yang direspon. Ketiga, sebab

beragamnya batasan tentang sikap terletak pada konsepsi teoretis daripada komposisi

sikap. Dalam penelitian ini, batasan yang digunakan adalah batasan kaum mentalis

yang menganggap bahwa sikap terdiri dari tiga komponen, yaitu komponen kognitif,

afektif, dan perilaku (Triandis dalam Basuki Suhardi, 1996:22).

Komponen kognitif diartikan sebagai gagasan yang pada umumnya

berupa kategori tertentu yang dipergunakan oleh manusia untuk berpikir. Kategori

tersebut sebagai rangsangan yang berbeda-beda. Dalam hal ini, bahasa sangat

berperan dalam proses kategorisasi. Sikap siswa terhadap bahasa Indonesia,

pengetahuan terhadap fungsi bahasa dan kedudukan bahasa Indonesia, keyakinan

bahwa bahasa Indonesia akan meningkatkan status sosial, dan sebagainya, akan

menimbulkan keyakinan evaluatif secara kritis dalam kecenderungan penggunaan

bahasa Indonesia secara baik dan benar dalam berbagai situasi dan konteks

kehidupan.

Komponen afektif adalah emosi yang mengisi gagasan. Apabila

seseorang merasa senang atau tidak senang kepada seseorang, sesuatu, atau keadaan,

ini berarti dia memiliki sikap positif atau negatif terhadap objek sikap. Sikap positif

atau negatif ini biasanya ditentukan oleh hubungan objek sikap dengan keadaan yang

Hubungan antara sikap...Ali Suhendro, Program Pascasarjana Ump, 2018

Page 17: BAB II KAJIAN TEORI, KERANGKA BERPIKIR, DAN HIPOTESIS …repository.ump.ac.id/8555/3/ALI SUHENDRO_BAB II.pdf · 2019. 2. 14. · pengetian teks anekdot, (3) pengertian sikap bahasa,

24

menyenangkan atau tidak menyenangkan.

Komponen perilaku adalah kecenderungan untuk bertindak. Seseorang

menanggapi rangsangan-rangsangan di sekitarnya mula-mula dengan membuat

kategori dan kemudian menghubungkan kategori yang satu dengan yang lainnya. Di

antara kategori itu ada yang bersifat afektif yang berkaitan dengan emosi yang

menyatakan rasa senang atau tidak senang, dan ada yang bersifat normatif yang

berkaitan dengan gagasan yang memberikan informasi tentang benar tidaknya suatu

perilaku.

Ada dua dimensi utama yang mendasari perilaku terhadap objek sikap,

yaitu perasaan positif sebagai lawan rasa negatif. Rasa positif cenderung memihak,

mendorong, membantu, memfasilitasi terhadap objek sikap, sedangkan rasa negatif

akan cenderung menghindar, menghukum, merusak objek tersebut. Seseorang yang

bersikap positif terhadap bahasa Indionesia, dia akan cenderung mempelajari,

mendalami, serta menggunakannya sesuai dengan kaidah, norma, situasi dan

konteks, serta tujuannya. Sebaliknya, seseorang yang bersikap negatif terhadap

bahasa Indonesia, dia cenderung menghindar tidak mendalami, enggan bertanya, dan

mendiskusikan dengan teman, serta menggunakannya dengan seenaknya. Sikap

positif terhadap bahasa Indonesia akan mendatangkan keuntungan, sedangkan sikap

negatif akan menurunkan motivasi belajar bahkan menjadikan kegagalan dalam

belajar.

Sikap negatif dapat diubah dengan cara menunjukkan realitas mengenai

bahasa tersebut. Seseorang yang belajar bahasa belum atau tidak mengembangkan

kognisinya secara cukup untuk memiliki sikap terhadap suku bangsa, budaya,

Hubungan antara sikap...Ali Suhendro, Program Pascasarjana Ump, 2018

Page 18: BAB II KAJIAN TEORI, KERANGKA BERPIKIR, DAN HIPOTESIS …repository.ump.ac.id/8555/3/ALI SUHENDRO_BAB II.pdf · 2019. 2. 14. · pengetian teks anekdot, (3) pengertian sikap bahasa,

25

kelompok masyarakat, orang, dan bahasa, tidak akan terpengaruh kesuksesan

belajarnya karena faktor sikap. Semakin lama akan membentuk sikap terhadap suatu

bahasa dalam dirinya bila didorong, dimotivasi, digerakkan, dan diarahkan. Sikap

tersebut ditularkan baik secara langsung maupun tidak langsung oleh orang- orang

atau lingkungannya.

Berkaitan dengan fungsi sikap, Triandis (dalam Basuki Suhardi,1996: 32)

menyebutkan empat fungsi sikap, yaitu (1) membantu memahami dunia sekitar, (2)

melindungi rasa harga diri, (3) menyesuaikan diri, dan (4) menyatakan nilai-nilai

asasi. Secara ringkas dapat dinyatakan bahwa sikap diperlukan untuk mendapatkan

pengetahuan tentang dunia sekeliling, untuk dimanfaatkan sebagai alat yang

mendatangkan manfaat dan sekaligus untuk mempertahankan diri dari hal yang tidak

diinginkan. Sikap tidak dibawa sejak lahir tetapi didapatkan dari lingkungan atau

orang-orang di sekitarnya. Dengan kata lain, sikap diperoleh karena proses belajar.

Suwito (1983: 87) berpendapat bahwa sikap bahasa adalah peristiwa

kejiwaan dan merupakan bagian dari sikap pada umumnya. Sikap bahasa, menurut

Anderson (1985: 35), adalah tata kepercayaan yang hubungan dengan bahasa yang

secara relatif berlangsung lama mengenai suatu objek bahasa yang memberikan

kecenderungan kepada seseorang untuk bertindak dengan cara tertentu yang

disukainya. Lebih lanjut Anderson membedakan pengertian sikap dalam arti sempit

dan luas. Dalam arti sempit, sikap bahasa dipandang sebagai suatu konsep yang

bersifat satu demensi, yaitu dimensi rasa yang ada pada diri seseorang. Dalam arti

luas, sikap bahasa berkaitan dengan isi makna sikap, rentangan tanggapan sikap, dan

evaluasi sikap.

Hubungan antara sikap...Ali Suhendro, Program Pascasarjana Ump, 2018

Page 19: BAB II KAJIAN TEORI, KERANGKA BERPIKIR, DAN HIPOTESIS …repository.ump.ac.id/8555/3/ALI SUHENDRO_BAB II.pdf · 2019. 2. 14. · pengetian teks anekdot, (3) pengertian sikap bahasa,

26

Fasold (dalam Basuki Suhardi, 1996: 78) memberikan batasan sikap

bahasa sebagai sikap penutur terhadap sebuah bahasa atau dialek khusus, sementara

Hidalgo mengartikan sikap sebagai penilaian yang bernilai yang dimiliki orang

tentang bahasa atau dialek A ketika dihadapkan ke bahasa atau dialek B, atau

mengenai ciri-ciri khusus di antara keduanya. Pap (dalam Basuki Suhardi, 1996: 35)

beranggapan bahwa di dalam arti sempit sikap bahasa mengacu kepada (1) penilaian

orang terhadap suatu bahasa; (2) penilaian penutur suatu bahasa tertentu sebagai

suatu kelompok etnis dengan watak kepribadian khusus. Dalam arti luas sikap bahasa

oleh Pap meliputi pemilihan yang sebenarnya atau suatu bahasa dan pembelajaran

atau perencanaan bahasa yang sebenarnya.

Cooper dan Fishman (dalam Basuki Suhardi ,1996: 34) menyatakan

pengertian sikap bahasa berdasarkan referennya. Referen sikap bahasa menurutnya

meliputi bahasa, perilaku bahasa, dan hal yang berkaitan dengan bahasa atau perilaku

bahasa yang menjadi penanda atau lambang. Knops berpendapat (dalam Basuki

Suhardi, 1996: 37), bahwa ia mendefinisikan sikap bahasa sebagai sikap yang

objeknya dibentuk oleh bahasa. Pengertian sikap bahasa oleh Knops tersebut

meliputi juga sikap penutur bahasa terhadap pemakaian bahasa atau terhadap bahasa

sebagai lambang kelompok.

Menurut Tasai, ( 1978:5) Sikap bahasa adalah salah satu sikap dari

berbagai sikap yang mungkin ada. Sikap adalah kesiapan beraksi. Sikap adalah

kesiapan mental dan syaraf yang terbentuk melalui pengalaman yang memberikan

arah atau pengaruh yang dinamis kepada reaksi seseorang terhadap semua objek dan

keadaan yang menyangkut sikap itu. Sikap itu sendiri mempunyai tiga komponen,

Hubungan antara sikap...Ali Suhendro, Program Pascasarjana Ump, 2018

Page 20: BAB II KAJIAN TEORI, KERANGKA BERPIKIR, DAN HIPOTESIS …repository.ump.ac.id/8555/3/ALI SUHENDRO_BAB II.pdf · 2019. 2. 14. · pengetian teks anekdot, (3) pengertian sikap bahasa,

27

yaitu komponen kognitif, komponen afektif, dan komponen perilaku. Komponen

kognitif adalah pengetahuan kita tentang bahasa secara keseluruhan sampai dengan

penggolongan serta hubungan-hubungan bahasa tersebut sebagai bahasa Indonesia,

bahasa asing, dan bahasa daerah.

Dari pendapat di atas dapat disimpulkan bahwa sikap terhadap bahasa

adalah kecenderungan seseorang untuk memberikan penilaian, perasaan, dan respon

positif atau negatif, terhadap bahasa sesuai dengan tingkat kognisi, afektif, dan

konasinya. Tingkat kognisi mencakup tingkat pemahaman berbagai konsep bahasa

yang menjadi objek sikap, penilaian yang melibatkan pemberian kualitas baik atau

tidak baik, keyakinan terhadap bahasa yang menjadi objek sebagai sesuatu yang

diperlukan atau tidak diperlukan, bermanfaat atau tidak bermanfaat.

Tingkat afektif menyangkut perasaan tertentu terhadap bahasa yang

menjadi objek sikap, seperti yang menyenangkan atau tidak menyenangkan, disukai

atau tidak disukai, termasuk rasa tergerak, rasa mantap, rasa kagum, rasa bangga,

rasa motivasi, dan sebagainya. Tingkat konasi meliputi kesiapan atau kecenderungan

perilaku untuk memberikan tanggapan positif atau negatif terhadap bahasa yang

menjadi objek sikap, seperti tinggi rendahnya kecenderungan untuk membantu,

mendukung, mengembangkan, memuji, menghargai, menghindari dari hal-hal yang

mengganggu, memfasilitasi, dan sebagainya. Sikap bahasa dalam penelitian ini

mengacu pada sikap bahasa siswa Sekolah Menengah Kejuruan terhadap bahasa

Indonesia.

Merujuk pada model tiga komponen, sikap terdiri atas komponen afeksi

(perasaan), Kognisi (pengertian ), dan behavior (perilaku). Secara ringkas ketiga

Hubungan antara sikap...Ali Suhendro, Program Pascasarjana Ump, 2018

Page 21: BAB II KAJIAN TEORI, KERANGKA BERPIKIR, DAN HIPOTESIS …repository.ump.ac.id/8555/3/ALI SUHENDRO_BAB II.pdf · 2019. 2. 14. · pengetian teks anekdot, (3) pengertian sikap bahasa,

28

komponen tersebut dapat digambarkan sebagai berikut.

Tabel 1: Komponen-komponen Sikap

Komponen Krakteristik Contoh

Afektif Reaksi emosional Saya suka, saya marah, dsb.

Kognisi Kepercayaan, pemikiran,

representasi mental secara

internal

Saya pikir,

menurut

pendapatsay, dsb.

Konasi Tendensi untuk merespon

atau perilaku dengan cara

khusus

Saya akan

melakukan

Sependapat dengan pendapat di atas, Mar’at (1981: 13) menyatakan ada

tiga komponen sikap yaitu komponen kognisi, afeksi, dan konasi (Senada dengan

Mar’at, Gardner (dalam Sandra, 1996: 5) menyatakan bahwa sikap mempunyai

komponen kognitif, afektif, dan konatif (mencakup kepercayaan, reaksi, emosi,dan

kecenderungan psikologi untuk bertindak atau menilai tingkah laku dengan cara

tertentu).

M. Gagne (1989: 287) menyatakan bahwa sikap umumnya disepakati

mengandung tiga segi yang dapat diselidiki secara terpisah atau bersama-sama. Ciri-

ciri itu adalah (1) segi kognitif mengenai gagasan atau proporsi yang menyatakan

hubungan antara situasi atau objek sikap; (2) segi afektif, mengenai emosi atau

perasaan yang membarengi gagasan; dan (3) segi perilaku, mengenai pradisposisi

atau kesiapan untuk bertindak. Senada dengan Gagne, Triandis (1971:2)

mensyaratkan bahwa sikap terdiri dari tiga komponen yaitu komponen kognitif,

komponen afektif, dan komponen perilaku. Oleh Triandis (1971: 3) komponen

Hubungan antara sikap...Ali Suhendro, Program Pascasarjana Ump, 2018

Page 22: BAB II KAJIAN TEORI, KERANGKA BERPIKIR, DAN HIPOTESIS …repository.ump.ac.id/8555/3/ALI SUHENDRO_BAB II.pdf · 2019. 2. 14. · pengetian teks anekdot, (3) pengertian sikap bahasa,

29

kognitif diartikan sebagai gagasan yang pada umumnya berupa kategori tertentu

yang dipakai oleh manusia untuk berpikir. Komponen afektif dimaksudkan sebagai

emosi yang mengisi gagasan. Emosi di sini berkatitan dengan rasa senang dan tidak

senang. Komponen perilaku diartikan sebagai kecenderungan untuk bertindak. Lebih

lanjut ia menyatakan bahwa ada dua dimensi utama yang mendasari perilaku

terhadap objek sikap yakni rasa positif sebagai lawan dari rasa negatif.

Deprez dan Persoon (dalam Basuki Suhardi, 1996: 26) mengikuti definisi

yang diberikan oleh Fishbein dan Ajsen (1975: 6) menyatakan bahwa sikap terdiri

dari tiga komponen yaitu komponen kognitif, komponan evaluatif, dan komponen

konatif. Pendapat senada dinyatakan oleh Rokeach (dalam Basuki Suhardi, 1996:

28), ia menyatakan bahwa sikap sebagai tata kepercayaan yang secara relatif

berlangsung lama mengenai suatu objek/situasi yang mendorong seseorang untuk

menanggapi dengan cara tertentu yang disukainya, mengisyaratkan bahwa sikap

terdiri dari tiga komponen yaitu kognitif, afektif, dan perilaku. Komponen kognitif

menurut Rokeach merujuk kepada pengetahuan seseorang mengenai apa yang benar

atau yang salah, baik atau buruk, diinginkan atau tidak diinginkan.

Komponen afektif berhubungan dengan penilaian seseorang mengenai

suatu objek, apakah ia suka atau tidak suka akan objek itu. Komponen perilaku

berhubungan dengan kecenderungan seseorang untuk bertindak (Basuki Suhardi,

1996: 30).

Dari uraian di atas, di dalam penelitian ini mengikuti pendapat Rokeach

dan Cooper serta Fishman yang mengatakan bahwa sikap terdiri atas tiga komponen

yaitu komponen kognitif, afektif, dan konatif. Sikap menurut Katz (dalam

Hubungan antara sikap...Ali Suhendro, Program Pascasarjana Ump, 2018

Page 23: BAB II KAJIAN TEORI, KERANGKA BERPIKIR, DAN HIPOTESIS …repository.ump.ac.id/8555/3/ALI SUHENDRO_BAB II.pdf · 2019. 2. 14. · pengetian teks anekdot, (3) pengertian sikap bahasa,

30

Syaifuddin, 1998: 53) memiliki empat fungsi, yaitu (1) fungsi instrumental, (2)

fungsi pertahanan ego, (3) fungsi pernyataan nilai, dan (4) fungsi pengetahuan.

Fungsi instrumental sikap menunjukkan bahwa dengan sikapnya seseorang berusaha

memaksimalkan hal yang diinginkan.Fungsi pertahanan ego memiliki pengertian

bahwa sikap berfungsi sebagai mekanisme pertahanan ego yang akan melindungi

seseorang dari ancaman tertentu. Fungsi pernyataan nilai mengandung makna bahwa

sikap berfungsi untuk memperoleh sesuai dengan penilaian pribadi dan sikap bahasa

seseorang. Fungsi pengetahuan sikap berarti sikap memberikan dorongan kepada

individu untuk ingin tahu, mencari penalaran, dan mengorganisasikan pengalaman.

Pendapat yang agak berbeda dengan Katz adalah pendapat Knops (dalam

Basuki Suhardi, 1996: 33), ia berpendapat bahwa sikap mempunyai dua fungsi yaitu

fungsi kognitif dan fungsi pelindung identitas. Fungsi kognitif memberikan

kemungkinan bagi sesorang untuk mencari dan mempelajari kenyataan bahwa alam

penuh dengan ketidakteraturan. Atas dasar ini, sikap dipandang sebagai sesuatu yang

dapat diramalkan. Di samping itu, sikap terdiri dari dua bagian yaitu individu dapat

meramalkan hasil dari tinndakannya dan yang kedua, orang lain dapat meramalkan

tanggapan-tanggapan yang akan diperlihatkan individu tersebut mengenai objek

sikap tertentu.

Fungsi perlindungan identitas meliputi aspek ekspresif, pertahanan, dan

penyesuaian Fungsi ekspresif memberikan tekanan kepada nilai sentral seseorang

dan jenis pribadi yang dipikirkan atau yang ia inginkan. Fungsi ekspresif perlahan-

lahan akan berubah menjadi fungsi pertahanan apabila seseorang berada di dalam

situasi yang terancam dan fungsi pertahanan akan berubah menjadi fungsi

Hubungan antara sikap...Ali Suhendro, Program Pascasarjana Ump, 2018

Page 24: BAB II KAJIAN TEORI, KERANGKA BERPIKIR, DAN HIPOTESIS …repository.ump.ac.id/8555/3/ALI SUHENDRO_BAB II.pdf · 2019. 2. 14. · pengetian teks anekdot, (3) pengertian sikap bahasa,

31

penyesuaian yang mempunyai nilai untuk menghilangkan atau memperkecil

ancaman terhadap seseorang. Sikap dengan berbagai fungsi tersebut di atas pada

hakikatnya tidak dibawa oleh seseorang sejak lahir, namun terbentuk melalui

pengalaman dan perkembangan individu yang bersangkutan. Dengan demikian sikap

seseorang sangat dipengaruhi oleh faktor-faktor dari dalam maupun dari luar

individu yang bersangkutan.

Garvin dan Mathiot (dalam Abdul Chaer, 1995: 201) menyatakan bahwa

ada tiga ciri sikap bahasa yaitu (1) kesetiaan bahasa yang mendorong masyarakat

suatu bahasa mempertahankan bahasanya dan bila perlu mencegah adanya pengaruh

bahasa lain; (2) kebanggaan bahasa yang mendorong orang mengembangkan

bahasanya dan menggunakannya sebagai lambang identitas; (3) kesadaran adanya

norma bahasa yang mendorong orang menggunakan bahasa dengan cermat dan

santun, dan merupakan faktor yang sangat besar pengaruhnya terhadap perbuatan

yaitu kegiatan menggunakan bahasa.

Senada dengan Garvin, Suwito (1983: 141) menyatakan bahwa sikap

bahasa pada hakikatnya terdiri dari dua yaitu sikap positif dan sikap negatif. Sikap

positif terhadap bahasa terlihat dari penggunaan bahasa yang cermat, santun, dan

bertaat asas pada kaidah. Sikap positif terhadap bahasa akan menghasilkan perasaan

memiliki bahasa dan menganggap mempelajari bahasa secara benar merupakan

kebutuhan esensial yang harus selalu dijaga dan dipelihara.

Mansoer Pateda (1987: 26) menyatakan bahwa sikap positif terhadap

bahasa akan menimbulkan rasa bertanggung jawab pada individu untuk membina

dan mengembangkan bahasanya. Lebih lanjut ia menyatakan bahwa ciri-ciri orang

Hubungan antara sikap...Ali Suhendro, Program Pascasarjana Ump, 2018

Page 25: BAB II KAJIAN TEORI, KERANGKA BERPIKIR, DAN HIPOTESIS …repository.ump.ac.id/8555/3/ALI SUHENDRO_BAB II.pdf · 2019. 2. 14. · pengetian teks anekdot, (3) pengertian sikap bahasa,

32

yang bersikap positif terhadap bahasa adalah : (1) selalu berhati-hati dalam

menggunakan bahasa; (2) tidak merasa senang melihat orang yang menggunakan

bahasa secara serampangan; (3) memperingatkan pemakai bahasa yang membuat

kesalahan; (4) memperhatikan kalau ada yang menjelaskan hal-hal yang

berhubungan dengan bahasa; (5) berusaha menambah pengetahuan tentang bahasa

tersebut; dan (6) dapat mengoreksi pemakaian bahasa orang lain. Dari tiga pendapat

di atas, dapat disimpulkan bahwa sikap bahasa pada hakikatnya memiliki unsur

kesetiaan bahasa, kebanggaan bahasa, dan kesadaran adanya norma yang harus

ditaati. Ketiga indikator sikap positif tersebut dalam penelitian ini masing-masing

akan dipadukan dengan tiga komponen sikap yaitu komponen kognitif, komponen

afektif, dan komponen konatif.

Edward dalam Mar’at (1981: 185) menyatakan bahwa ada tiga metode

untuk menentukan atau mengukur sikap, yaitu metode skala sikap, wawancara, dan

observasi. Metode skala sikap merupakan metode yang dapat memberikan hasil yang

terpercaya dan dapat dilakukan dengan cepat dan baik untuk individu dalam jumlah

kecil maupun besar. Skala sikap dapat membuktikan pencapaian suatu ketepatan

derajat efek yang diasosiasikan dengan objek psikologi. Hal ini disebabkan skala

sikap dikombinasi dan dikonstruksikan sehingga menghasilkan item yang terpilih.

Metode wawancara langsung dapat dilakukan baik secara terpimpin maupun bebas.

Kelemahan metode ini terletak pada penggunaan waktu yang relatif lama.

Metode yang ketiga adalah metode observasi langsung tentang perilaku

berahasa seseorang. Metode ini mensyaratkan peneliti mengamati langsung. tentang

sikap bahasa subjek dalam berbahasa langsung. Fasold (1984: 150) berpendapat

Hubungan antara sikap...Ali Suhendro, Program Pascasarjana Ump, 2018

Page 26: BAB II KAJIAN TEORI, KERANGKA BERPIKIR, DAN HIPOTESIS …repository.ump.ac.id/8555/3/ALI SUHENDRO_BAB II.pdf · 2019. 2. 14. · pengetian teks anekdot, (3) pengertian sikap bahasa,

33

bahwa metode untuk menentukan sikap bahasa dapat dilakukan secara langsung dan

tidak langsung. Metode langsung mensyaratkan subjek harus menjawab pertanyaan

tentang pendapat subjek mengenai suatu ragam bahasa. Metode tak langsung

dirancang agar subjek tidak tahu bahwa sikap bahasanya sedang diselidiki oleh

peneliti.

Di dalam penerapan kedua metode ini, paling tidak terdapat empat teknik

yang berbeda yang dapat digunakan untuk memperoleh data sikap bahasa. Keempat

teknik tersebut adalah: (1) samaran terbanding (matched guise), (2) kuesioner, (3)

wawancara, dan (4) pengamatan. Di antara keempat teknik tersebut, teknik samaran

terbanding dikembangkan oleh Lambert. Dalam teknik ini logat atau cara berbicara

(guise) seseorang “disembunyikan” dan dicocok-cocokkan. Teknik ini memerlukan

adanya sekelompok penilai yang menilai ciri seorang pembicara.

Teknik kedua yakni kuesioner. Kuesioner menurut Fasold (1984: 152)

dapat mempunyai satu dari dua tipe pertanyaan: pertanyaan terbuka atau pertanyaan

tertutup. Pertanyaan terbuka memberikan kebebasan maksimum pada responden

untuk menunjukkan pandangannya, tetapi juga mengijinkannya penyimpangan dari

subjek dan sangat sulit dinilai. Bentuk pertanyaan tertutup meliputi pertanyaan ya-

tidak, pilihan ganda, atau susunan jawaban. Pertanyaan tertutup lebih mudah dinilai

dan dipahami oleh responden.

Berdasarkan uraian di atas, maka dalam penelitian ini digunakan metode

kuesioner untuk mendapatkan data sikap bahasa. Pilihan ini sependapat dengan

Herman J. Waluyo (1994: 279) yang menyatakan bahwa mengingat sikap

berhubungan dengan ranah afektif maka metode kuesioner tepat digunakan untuk

Hubungan antara sikap...Ali Suhendro, Program Pascasarjana Ump, 2018

Page 27: BAB II KAJIAN TEORI, KERANGKA BERPIKIR, DAN HIPOTESIS …repository.ump.ac.id/8555/3/ALI SUHENDRO_BAB II.pdf · 2019. 2. 14. · pengetian teks anekdot, (3) pengertian sikap bahasa,

34

mengetahui sikap bahasa seseorang. Pengukuran skala sikap pada hakikatnya

diperlukan untuk memudahkan langkah analisis data kuantitatif. Teknik pengukuran

skala sikap menurut

Saifuddin Azwar (1998: 126) pada hakikatnya mengikuti salah satu

pendekatan yang ada yaitu pendekatan stimulus, pendekatan respon, dan pendekatan

campuran. Pendekatan stimulus menghasilkan metode penskalaan interval tampak-

setara atau lebih dikenal dengan sebutan metode penskalaan Thurstone. Saifuddin

Azwar (1998: 126) menyatakan bahwa metode Thurstone meletakkan stimulus atau

pernyataan sikap pada suatu kontinum psikologis yang akan menunjukkan derajat

favorabel atau tak favorabelnya pernyataan yang bersangkutan. Dalam metode ini

peneliti perlu menetapkan sekelompok orang yang akan bertindak sebagai panel

penilai (judging group). Tugas anggota panel penilai adalah membaca dengan

seksama setiap pernyataan satu-persatu kemudian menilai atau memperkirakan

derajat fovarabel atau tak fovarabelnya menurut kontinum yang bergerak dari 1

sampai 11 titik. Dalam menilai sifat isi pernyataan, anggota panel tidak boleh

dipengaruhi oleh rasa setuju atau tidak setujunya pada isi pernyataan melainkan

semata-mata berdasarkan penilaiannya pada sifat fovarabelnya.

Metode penskalaan yang menerapkan pendekatan respon adalah metode

rating yang dijumlahkan atau lebih populer dengan nama penskalaan model Likert.

Dalam pendekatan ini tidak diperlukan adanya kelompok panel penilai karena nilai

skala setiap pernyataan tidak ditentukan oleh derajat fovarabelnya akan tetapi

ditentukan oleh destribusi respon yang setuju atau tidak setuju dari sekelompok

responden yang bertindak sebagai kelompok uji coba. Saifuddin Azwar (1998: 140)

Hubungan antara sikap...Ali Suhendro, Program Pascasarjana Ump, 2018

Page 28: BAB II KAJIAN TEORI, KERANGKA BERPIKIR, DAN HIPOTESIS …repository.ump.ac.id/8555/3/ALI SUHENDRO_BAB II.pdf · 2019. 2. 14. · pengetian teks anekdot, (3) pengertian sikap bahasa,

35

dalam hal ini menyatakan:

Untuk melakukan penskalaan dengan model ini,

sejumlah pernyataan sikap telah ditulis berdasarkan kaidah

penulisan pernyataan dan didasarkan pada rancangan skala

yang telah ditetapkan. Responden akan diminta untuk

menyatakan kesetujuan atau ketidaksetujuan terhadap isi

pernyataan dalam lima macam kategori jawaban yaitu sangat

tidak setuju (STS), tidak setuju (TS), entahlah (E), setuju (S),

dan sangat setuju (SS). (Saifuddin Azwar, 1998:140).

Dari pendapat Saifuddin Azwar di atas tampak bahwa skala sikap dengan

metode ini mengikuti kontinum yang bergerak dari nilai 1 sampai dengan 5 atau 0

sampai dengan 4 dengan catatan jarak antara masing-masing kategori respon belum

tentu sama. Teknik penskalaan yang menerapkan pendekatan kombinasi adalah

teknik deskriminasi skala yang dikembangkan oleh Edward dan Kilpatrick. Saifuddin

Azawar mengutip pendapat kedua pakar tersebut mengatakan bahwa dalam teknik ini

ditempuh langkah-langkah yang sama dengan prosedur teknik interval tampak setara.

Kemudian dilanjutkan dengan teknik rating yang dijumlahkan.

Dengan demikian sama dengan teknik Thurstone. Dalam teknik

deskriminasi-skala dibutuhkan juga hadirnya kelompok panel penilai. Dari uraian di

atas, teknik pengukuran skala yang digunakan dalam penelitian ini adalah skala

Likert. Pemilihan teknik skala Likert didasarkan pada alasan pelaksanaannya lebih

sederhana daripada teknik pengukuran lainnya.

Berdasarkan kajian teoretik dan beberapa konsep yang dideskripsikan di

atas, dapat disintesiskan suatu kesimpulan bahwa hakikat sikap bahasa

adalahkecendrungan seseorang dalam hal ini siswa untuk memberi respon

Hubungan antara sikap...Ali Suhendro, Program Pascasarjana Ump, 2018

Page 29: BAB II KAJIAN TEORI, KERANGKA BERPIKIR, DAN HIPOTESIS …repository.ump.ac.id/8555/3/ALI SUHENDRO_BAB II.pdf · 2019. 2. 14. · pengetian teks anekdot, (3) pengertian sikap bahasa,

36

(tanggapan) dan bertindak (berperilaku) secara positif atau negatif terhadap bahasa

Indonesia sebagai bahasa negara dan nasional sesuai dengan tingkat kognisi, afeksi,

dan konasinya.

Sesuai dengan sintesis teoretik tersebut, maka dalam penelitian ini

komponen-komponen atau indikator-indikator yang menunjuk pada dimensi sikap

bahasa meliputi tiga komponen, yaitu: (1) kognisi, komponen ini mencakupi tingkat

pemahaman, keyakinan terhadap berbagai konsep bahasa Indonesia yang menjadi

objek, dan penilaian yang melibatkan pemberian kualitas disukai atau tidak disukai,

diperlukan atau tidak diperlukan, baik atau buruk terhadap bahasa Indonesia yang

menjadi objek sikap; (2) afeksi, komponen ini mencakupi tingkat perasaan tertentu

terhadap hal-hal yang berkaitan dengan objek bahasa Indonesia, seperti hal yang

menyenangkan atau tidak menyenangkan, disukai atau tidak disukai, termasuk dalam

cakupan ini adalah rasa mantap, rasa tergerak, rasa kagum, rasa bangga, rasa

termotivasi, dan sejenisnya; dan (3) konasi, komponen ini mencakupi semua

kesiapan atau kecenderungan perilaku untuk memberikan tanggapan terhadap bahasa

Indonesia yang menjadi objek sikap, seperti mencukupi tinggi rendahnya

kecendrungan untuk membantu, memuji, mendukung, menghindari hal yang

mengganggu, memfasilitasi, dan sejenisnya. Sementara itu, respons (tanggapan) dan

perilaku positif terhadap bahasa Indonesia dapat ditandai dengan adanya rasa hormat

dan bangga terhadap bahasa Indonesia, dan kesadaran terhadap norma bahasa yang

berlaku dalam bahasa Indonesia.

Hubungan antara sikap...Ali Suhendro, Program Pascasarjana Ump, 2018

Page 30: BAB II KAJIAN TEORI, KERANGKA BERPIKIR, DAN HIPOTESIS …repository.ump.ac.id/8555/3/ALI SUHENDRO_BAB II.pdf · 2019. 2. 14. · pengetian teks anekdot, (3) pengertian sikap bahasa,

37

4. Pengertian Kemampuan Membaca Pemahaman

Membaca merupakan suatu kegiatan menggali informasi, hal ini sesuai

dengan kenyataan bahwa membaca adalah suatu kegiatan menggali informasi.

Tarigan (2008:7) bahwa membaca adalah suatu proses yang dilakukan serta

dipergunakan oleh pembaca untuk memperoleh pesan, yang hendak disampaikan

oleh penulis melalui media kata-kata atau bahasa tulis. Selanjutnya, dipandang dari

segi linguistik, membaca adalah suatu proses penyandian kembali dan pembacaan

sandi (a recording and decoding process), berlainan dengan berbicara dan menulis

yang justru melibatkan penyandian (encoding), sebuah aspek pembacaan sandi

(decoding) adalah menghubungkan kata-kata tulis (written word) dengan makna

bahasa lisan (oral language meaning) yang mencakup pengubahan tulisan/cetakan

menjadi bunyi yang bermakna. Membaca dapat pula diartikan sebagai suatu metode

yang kita pergunakan untuk mampu berkomunikasi dengan diri kita sendiri dan

orang lain yaitu mengkomunikasikan makna yang terkandung atau tersirat pada

lambang-lambang tertulis.

Kata ”kemampuan”yang melekat pada nama variabel ini memilik

pengertian yang tidak jauh berbeda dengan kata kemampuan yang melekat pada

variabel terdahulu, yaitu kemampuan menginterpretasi teks anekdot. Kemampuan di

sini pun diartikan sebagai kesanggupan seseorang dalam memahami teks bacaan.

Sebelum berbicara panjang lebar tentang hakikat kemampuan membaca pemahaman,

berikut dipaparkan beberapa pandangan pakar tentang konsep membaca.

Jazir Burhan (1971: 90) menyatakan bahwa membaca sesungguhnya

ialah perbuatan yang dilakukan berdasarkan kerjasama beberapa keterampilan yaitu

Hubungan antara sikap...Ali Suhendro, Program Pascasarjana Ump, 2018

Page 31: BAB II KAJIAN TEORI, KERANGKA BERPIKIR, DAN HIPOTESIS …repository.ump.ac.id/8555/3/ALI SUHENDRO_BAB II.pdf · 2019. 2. 14. · pengetian teks anekdot, (3) pengertian sikap bahasa,

38

mengamati, memahami, dan memikirkan. Membaca dengan demikian adalah

interaksi aktif antara pembaca dan teks, oleh karenanya diperlukan pengetahuan

tentang bahasa dan topik bacaan yang cukup. Henry Guntur Tarigan (1986: 7)

berpendapat lebih khusus yakni membaca adalah suatu proses yang dilakukan serta

dipergunakan oleh pembaca untuk memperoleh pesan yang hendak disampaikan oleh

penulis melalui media kata-kata atau bahasa tulis. Pendapat lain mengatakan bahwa

membaca adalah ktivitas yang komplek yang melibatkan berbagai faktor yang

datangnya dari dalam diri pembaca maupun dari luar (Ahmad Harja Sujana,1985:

123). Hal ini didukung oleh pendapat Henry Guntur Tarigan (1986: 65) bahwa

membaca adalah suatu aktivitas di mana si pembaca mencoba mengkomunikasikan

isi pesannya melalui suatu teks.

Menurut Anderson (dalam Henry Guntur Tarigan, 1986: 8) membaca

adalah suatu metode yang digunakan untuk berkomunikasi dengan diri sendiri dan

kadang-kadang terkandung atau tersirat pada lambang-lambang tertulis. Pendapat

yang hampir sama dengan pendapat di atas adalah pendapat Smith (dalam Henry

Guntur Tarigan, 2008: 42) yang menyatakan bahwa membaca adalah suatu proses

pengenalan, penafsiran, dan penilaian terhadap gagasan-gagasan yang berkenaan

dengan bobot mental ataupun kesadaran total diri pembaca. Dengan demikian

membaca dapat diartikan sebagai suatu proses yang bersifat kompleks yang

bergantung pada perkembangan bahasa seseorang, latar belakang pengalaman,

kemampuan kognitif, dan sikap pembaca terhadap bacaan.

Kemampuan membaca dengan demikian dapat diartikan sebagai

penerapan faktor-faktor tersebut di atas oleh pembaca dalam rangka mengenali,

Hubungan antara sikap...Ali Suhendro, Program Pascasarjana Ump, 2018

Page 32: BAB II KAJIAN TEORI, KERANGKA BERPIKIR, DAN HIPOTESIS …repository.ump.ac.id/8555/3/ALI SUHENDRO_BAB II.pdf · 2019. 2. 14. · pengetian teks anekdot, (3) pengertian sikap bahasa,

39

menginterpretasi, dan mengevaluasi gagasan atau ide yang terdapat dalam bacaan.

Dari sudut pandang psikolinguistik, Goodman dalam Dubin (1988: 26) berpendapat

bahwa membaca merupakan diskusi jarak jauh antara pembaca dan pengarang yang

di dalamnya terdapat interaksi antara bahasa dan pikiran. Dengan kata lain, penulis

menyandikan pikirannya ke dalam bahasa, sedangkan pembaca menguraikan sandi

bahasa tersebut ke dalam pikirannya. Pendapat yang lain disampaikan oleh Sri Utari

Nababan (1993: 164) yang menyatakan bahwa membaca adalah aktivitas yang rumit

atau kompleks karena bergantung pada keterampilan berbahasa pelajar dan pada

tingkat penalarannya. Ini berarti membaca merupakan suatu proses yang memerlukan

partisipatif aktif pembaca. Sebagai suatu proses, membaca terdiri atas tahap-tahap

yang saling berkaitan. Tahapan-tahapan membaca pada hakikatnya terdiri atas lima

tahapan yaitu: (1) mengidentifikasikan pernyataan tesis dalam kalimat topik,

(2)mengidentifikasikan kata-kata dan frasa-frasa kunci, (3) mencari kosakata

baru,(4)mengenali organisasi tulisan dan, (5) mengidentifikasi teknik pengembangan

paragraf (http://karn~ohiolink.edu/~sg-ysu/critread.htm)

Berkaitan dengan tahapan membaca Goodman dalam Dubin (1988:126)

menyatakan bahwa kegiatan membaca adalah suatu permainan tebak-tebakan

psikolinguistik (“a psycholinguistic guessing game”) yang terdiri atas tahap-tahap

tertentu. Artinya, dalam proses penguraian sandi atau pemberian makna suatu teks

tertulis, pembaca harus melalui tahap-tahap tertentu secara berurutan. Tahap pertama

yang harus dilakukan pembaca dalam proses pemberian makna suatu bacaan adalah

mengenali keseragaman penanda linguistik yang dimilikinya tersebut. Tahap

berikutnya, pembaca memilih di antara semua informasi yang ada, data-data yang

Hubungan antara sikap...Ali Suhendro, Program Pascasarjana Ump, 2018

Page 33: BAB II KAJIAN TEORI, KERANGKA BERPIKIR, DAN HIPOTESIS …repository.ump.ac.id/8555/3/ALI SUHENDRO_BAB II.pdf · 2019. 2. 14. · pengetian teks anekdot, (3) pengertian sikap bahasa,

40

sekiranya cocok, koheren, dan bermakna.

Dari gambaran di atas, Brown (1994: 284) menyatakan bahwa membaca

dapat dikatakan sebagai permainan tebak-tebakan karena dalam memahami suatu

tulisan melalui proses pemecahan masalah, pembaca dapat membuat inferensi atau

kesimpulan atas makna-makna tertentu, menentukan apa yang harus diterima atau

ditolak dan seterusnya yang semuanya mengandung resiko. Bertolak dari pendapat

tersebut. Untuk menghasilkan suatu tebakan yang tepat, pembaca perlu

memanfaatkan informasi, pengetahuan, perasaan, pengalaman, dan budaya yang

dimilikinya sehingga dapat memaknai pesan-pesan yang terdapat dalam suatu bacaan

dengan tepat. Di samping itu, pembaca juga perlu memiliki strategi yang tepat untuk

dapat menemukan pesan yang terkandung dalam bacaan. Strategi yang dimaksud

dapat berbentuk membuat out line dan ringkasan dengan kata-kata sendiri, mencari

kata kunci, mengidentifikasikan ide pokok, membuat catatan-catatan khusus,

menggarisbawahi hal-hal yang dianggap penting atau pun membuat penyataan-

pernyatan yang berkaitan dengan bacaan

(http://www.history.uiuc.edu/mlove/eps312h315/critical/htm

Dari uraian di atas karena membaca merupakan aktivitas komunikatif yang

memiliki hubungan timbal balik antara pembaca dan isi teks, maka faktor-faktor

seperti pendidikan, intelegensi, sikap, dan kemampuan berbahasa akan menentukan

proses penyerapan bahan bacaan (Sartinah Hardjono, 1988: 49).

Berdasarkan pendapat Goodman di atas dapat disimpulkan bahwa

membaca adalah suatu proses psikolinguistik pembaca yang menggunakan segala

kemampuannya untuk menyimpulkan makna sesuai dengan maksud penulis.

Hubungan antara sikap...Ali Suhendro, Program Pascasarjana Ump, 2018

Page 34: BAB II KAJIAN TEORI, KERANGKA BERPIKIR, DAN HIPOTESIS …repository.ump.ac.id/8555/3/ALI SUHENDRO_BAB II.pdf · 2019. 2. 14. · pengetian teks anekdot, (3) pengertian sikap bahasa,

41

Membaca dengan demikian merupakan kegiatan yang bersifat aktif reseptif.

Membaca memiliki beberapa macam. Ditinjau dari tatacaranya, jenis membaca dapat

dikelompokkan menjadi dua, yakni membaca permulaan dan membaca lanjut.

Ngalim Purwanto (1997: 29) menyatakan bahwa membaca permulaan lebih

mengutamakan kecakapan siswa mengubah rangkaian bunyi bermakna. Oleh

karenanya, penekanan membaca permulaan adalah keterampilan mekanis. Berbeda

halnya dengan membaca lanjut. Membaca lanjut lebih menekankan pada

keterampilan pemahaman, menangkap pikiran dan perasaan orang lain yang

dilahirkan dengan bahasa tulis dengan tepat dan teratur.

Ditinjau dari tujuan membaca yang ingin dicapai seseorang, Jazir Burhan

(1971: 95-100) mengelompokkan menjadi tujuh jenis, yakni: (1) membaca intensif,

(2) membaca kritis, (3) membaca cepat, (4) membaca untuk keperluan praktis, (5)

membaca untuk keperluan studi, (6) membaca bersuara, dan (7) membaca dalam

hati. Berkaitan dengan hal di atas, Henry Guntur Tarigan (1991: 42)

mengklasifikasikan membaca sebagai berikut. 1) Membaca nyaring 2) Membaca

dalam hati, yang terbagi atas: a) Membaca ekstensif, yang terdiri atas (1) membaca

survei, (2) membaca sekilas, dan (3) membaca dangkal. b) Membaca intensif, yang

terdiri atas (1) membaca telaah isi, yang terdiri dari membaca teliti, membaca

pemahaman, membaca kritis, dan membaca gagasan; (2) membaca telaah bahasa,

terdiri atas membaca bahasa dan membaca sastra.

Mackey (1969: 127) mengartikan ‘pemahaman sebagai masalah

penafsiran dan harapan, yaitu penafsiran terhadap apa yang diperoleh pembaca dari

tulisan yang dibaca dan harapan pembaca untuk menemukan serta menggunakan hal-

Hubungan antara sikap...Ali Suhendro, Program Pascasarjana Ump, 2018

Page 35: BAB II KAJIAN TEORI, KERANGKA BERPIKIR, DAN HIPOTESIS …repository.ump.ac.id/8555/3/ALI SUHENDRO_BAB II.pdf · 2019. 2. 14. · pengetian teks anekdot, (3) pengertian sikap bahasa,

42

hal yang ditemukan dalam bacaan yang dibacanya. Clark dan Clark (1977: 43)

Sepaham dengan Mackey memberikan batasan pemahaman sebagai suatu proses

pembentukan interpretasi atau pembentukan pengertian. Hampir sama dengan dua

pendapat tersebut, Smith (dalam Henry Guntur Tarigan, 1987: 43) mengartikan

pemahaman atau comprehension sebagai suatu penafsiran atau penginterpretasian

pengalaman, menghubungkan informasi baru dengan informasi yang telah diketahui,

dan menemukan jawaban-jawaban atas pertanyaan-pertanyaan kognitif yang terdapat

dalam bacaan. Dalam bagian yang lain dari bukunya, Clark dan Clark (1977:45)

memandang pemahaman dari dua proses yang berbeda. kedua proses tersebut oleh

Clark disebut “contruction process”. Contruction process diartikan sebagai proses

pembentukan pengertian berdasarkan kalimat-kalimat yang diperoleh pembaca dari

bahan bacaan, sedangkan utillization process diartikan sebagai proses sebagaimana

pengertian yang telah dibentuk dipakai oleh pembaca sebagai aplikasi dari pengertian

yang diperoleh.

Berbicara tentang membaca pemahaman, Lado (1977: 223) menyatakan

bahwa kemampuan membaca pemahaman merupakan kemampuan memahami arti

dalam suatu bacaan melalui tulisan atau bacaan.Dari pengertian ini dapat dikatakan

bahwa Lado menekankan adanya dua hal pokok dalam membaca pemahaman, yaitu

bahasa dan simbul grafis. Lado lebih lanjut menyatakan bahwa hanya orang yang

telah menguasai bahasa dan simbol grafis yang dapat melakukan kegiatan membaca

pemahaman. Pendapat Lado tersebut sesuai dengan pernyataan Goodman (1980: 15)

yang menyatakan bahwa membaca pemahaman merupakan suatu proses

merekonstruksikan pesan yang terdapat dalam teks bacaan. Goodman lebih lanjut

Hubungan antara sikap...Ali Suhendro, Program Pascasarjana Ump, 2018

Page 36: BAB II KAJIAN TEORI, KERANGKA BERPIKIR, DAN HIPOTESIS …repository.ump.ac.id/8555/3/ALI SUHENDRO_BAB II.pdf · 2019. 2. 14. · pengetian teks anekdot, (3) pengertian sikap bahasa,

43

menerangkan bahwa proses rekonstruksi pesan itu berlapis, interaktif, dan di

dalamnya terjadi proses pembentukan dan pengujian hipotesis. Hasil pengujian

hipotesis menurut Goodman akan dipakai oleh pembaca sebagai dasar kesimpulan

mengenai pesan atau informasi yang disampaikan oleh penulis. Grellet (1986: 13)

mendukung pendapat Goodman menyatakan bahwa kemampuan membaca

pemahaman merupakan kemampuan menyimpulkan informasi yang diperlukan dari

bacaan.

Dari uraian di atas dapat disimpulkan bahwa kegiatan membaca

pemahaman terjadi apabila terdapat satu ikatan yang aktif antara daya pikir dan

kemampuan yang diperoleh pembaca melalui pengalaman membaca mereka.

Membaca pemahaman dengan demikian merupakan proses pengolahan informasi

secara kritis-kreatif yang dilakukan dengan tujuan memperoleh pemahaman yang

bersifat menyeluruh. Dengan demikian yang dimaksud kemampuan membaca

pemahaman adalah kesanggupan memahami ide atau isi pesan yang tersurat maupun

tersirat yang hendak disampaikan penulis melalui teks bacaan atau bahasa tulis.

Imam Syafi’ie (1993: 48-49) membedakan pemahaman atas empat

tingkatan yaitu (1) tingkat pemahaman literal, yaitu pemahaman arti kata, kalimat,

serta paragraf dalam bacaan; (2) tingkat pemahaman interpretatif, yaitu pemahaman

isi bacaan yang tidak secara langsung dinyatakan dalam teks bacaan; (3) tingkat

pemahaman kritis, yaitu pemahaman isi bacaan yang dilakukan pembaca dengan

berpikir secara kritis terhadap isis bacaan; (4) tingkat pemahaman kreatif, yaitu

pemahaman terhadap bacaan yang dilakukan dengan kegiatan membaca melalui

berpikir secara interpretatif dan kritis untuk memperoleh pandanga-pandangan baru,

Hubungan antara sikap...Ali Suhendro, Program Pascasarjana Ump, 2018

Page 37: BAB II KAJIAN TEORI, KERANGKA BERPIKIR, DAN HIPOTESIS …repository.ump.ac.id/8555/3/ALI SUHENDRO_BAB II.pdf · 2019. 2. 14. · pengetian teks anekdot, (3) pengertian sikap bahasa,

44

gagasan-gagasan baru, gagasan yang segar, dan pemikiran-pemikiran orisinal.

Analisis terhadap proses membaca pemahaman pada hakikatnya tidak

lepas dari kemungkinan penerapan pendekatan yang digunakan. Secara umum

dikenal adanya dua konsep pendekatan dalam membaca pemahaman, yaitu

pendekatan bottom-up dan pendekatan top-down. Dalam pendekatan bottom-up,

membaca dipandang sebagai suatu proses menafsirkan simbol-simbol tertulis yang

dimulai dari satuan-satuan yang lebih kecil (huruf) dan kemudian mengarah ke

satuan-satuan yang lebih besar (kata,klausa, dan kalimat). Dengan kata lain, pembaca

menggunakan strategi menafsirkan bentuk-bentuk tertulis guna memperoleh

pemahaman makna suatu bacaan. Pendekatan top-down sebaliknya lebih

menekankan pada rekonstruksi makna daripada sekedar penafsiran bentuk-bentuk

sandi bahasa. Dalam pendekatan top-down, interaksi antara pembaca dan teks

merupakan inti kegiatan membaca. Di dalam interaksi tersebut, pembaca akan

membawa pengetahuan yang dimiliki sebelumnya tentang subjek yang dibacanya.

Pembaca akan memanfaatkan pengetahuan kebahasaan, motivasi, minat, serta

sikapnya terhadap isi teks untuk merekonstruksi makna suatu bacaan.

David Nunan (1989: 65-66) menyatakan bahwa dalam pendekatan top-

down pembaca tidak lagi menerjemahkan setiap simbol atau bahkan setiap kata tetapi

akan membentuk hipotesis-hipotesis tentang unsur yang terdapat dalam teks dan

kemudian menggunakan teks tersebut sebagai semacam sampel untuk menentukan

betul tidaknya hipotesis yang telah diajukannya. Nunan lebih lanjut menyatakan

bahwa pendekatan top-down amat diperlukan dan merupakan koreksi atas

pendekatan bottom-up, karena dalam kenyataan sehari-hari, proses membaca

Hubungan antara sikap...Ali Suhendro, Program Pascasarjana Ump, 2018

Page 38: BAB II KAJIAN TEORI, KERANGKA BERPIKIR, DAN HIPOTESIS …repository.ump.ac.id/8555/3/ALI SUHENDRO_BAB II.pdf · 2019. 2. 14. · pengetian teks anekdot, (3) pengertian sikap bahasa,

45

mengikuti urutan terbalik dari pendekatan bottom-up, yaitu menafsirkan makna

terlebih dahulu baru mengidentifikasikan kata dan huruf (1989: 33). Dengan kata

lain, Nunan menyatakan bahwa dalam membaca seseorang perlu memahami makna

agar dapat mengidentifikasi kata kata dan perlu mengenal kata-kata untuk

mengidentifikasi huruf.

Gambaran di atas memperlihatkan bahwa baik pendekatan bottom-up

maupun top-down masing-masing memiliki kelemahan. Kelemahan utama

pendekatan bottom-up terletak pada asumsinya bahwa inisiatif proses pemahaman

makna dalam tataran yang lebih tinggi harus menunggu proses penafsiran simbol-

simbol sandi bahasa seperti huruf dan kata yang berada pada proses tataran yang

rendah. Di sisi lain, kelemahan pendekatan top-down adalah kurang

memberikanbpeluang pada proses tataran yang lebih rendah untuk mengarahkan

proses tataran yang lebih tinggi seperti pemahaman makna global lewat pemanfaatan

pengetahuan latar.

Beranjak dari kelemahan dua pendekatan di atas, Stanovich dalam Nunan

(1989: 67) mengajukan alternatif pendekatan yang berupa integrasi dua pendekatan

sebelumnya. Pendekatan Stanovich ini kemudian dikenal sebagai model pendekatan

interactive-compensatory.Dalam pendekatan ini pembaca memproses teks dengan

memanfaatkan semua informasi yang tersedia secara simultan dari berbagai sumber,

yang meliputi pengetahuan fonologis, leksikal, sintaksis, maupun pengetahuan

tentang wacana.

Dari uraian di atas, meskipun beberapa pendekatan memberikan

gambaran yang berbeda-beda tentang proses membaca pemahaman, apabila

Hubungan antara sikap...Ali Suhendro, Program Pascasarjana Ump, 2018

Page 39: BAB II KAJIAN TEORI, KERANGKA BERPIKIR, DAN HIPOTESIS …repository.ump.ac.id/8555/3/ALI SUHENDRO_BAB II.pdf · 2019. 2. 14. · pengetian teks anekdot, (3) pengertian sikap bahasa,

46

dicermati terdapat empat ciri umum yang berkaitan dengan membaca pemahaman.

Pertama, membaca adalah berinteraksi dengan bahasa yang sudah disandikan dalam

bentuk tulisan. Kedua, hasil interaksi dengan bahasa tertulis harus berupa

pemahaman. Ketiga, kemampuan membaca erat kaitannya dengan kemampuan

berbahasa lisan. Keempat, membaca merupakan proses yang aktif dan berkelanjutan

yang secara langsung dipengaruhi oleh interaksi-interaksi dengan lingkungannya.

Kemampuan membaca pemahaman bukanlah sekedar kemampuan

mengartikan sintaksis dan leksikal sebuah teks tetapi juga kemampuan menyadari

kebermaknaan dan tujuan informasi. Berbicara tentang tujuan informasi, Morrow

(dalam Sri Utari Subyakto, 1993: 164-165) menyatakan bahwa tujuan membaca

adalah mencari informasi yang : (1) kognitif dan intelektual, yaitu yang digunakan

seseorang untuk menambah keilmuannya sendiri; (2) referensi dan faktual, yaitu

yang digunakan seseorang untuk mengetahui fakta-fakta yang nyata di dunia ini; (3)

afektif dan emosional, yaitu yang digunakan seseorang untuk mencari kenikmatan

dalam membaca.

Kemampuan membaca pemahaman dapat diukur melalui tes. Berbagai

teknik tes baik yang bersifat obyektif maupun subyektif dapat dilakukan untuk

mengukur kemampuan membaca pemahaman. Soenardi Djiwandono (1996: 64-65)

menyatakan bahwa tujuan pokok penyelenggaraan tes membaca adalah mengetahui

dan mengukur tingkat kemampuan memahami makna tersurat, tersirat, maupun

implikasi dari isi suatu bacaan. Oleh karena itu, dapat dipilih tes bentuk subyektif

maupun obyektif. Tes bentuk subyektif dapat dibuat dalam bentuk pertanyaan yang

dijawab melalui jawaban panjang dan lengkap atau sekedar jawaban pendek.

Hubungan antara sikap...Ali Suhendro, Program Pascasarjana Ump, 2018

Page 40: BAB II KAJIAN TEORI, KERANGKA BERPIKIR, DAN HIPOTESIS …repository.ump.ac.id/8555/3/ALI SUHENDRO_BAB II.pdf · 2019. 2. 14. · pengetian teks anekdot, (3) pengertian sikap bahasa,

47

Berbeda dengan tes subyektif, tes obyektif dapat disusun dalam bentuk tes

melengkapi, menjodohkan, pilihan ganda, atau bentuk-bentuk gabungan.

Burhan Nurgiyantoro (1988: 248) berpendapat bahwa pengukuran

kegiatan membaca dapat mencakup dua segi yaitu kemampuan dan kemauan.

Kemampuan membaca lebih berkaitan dengan aspek kognitif yang mencakup enam

tingkatan, sedang faktor kemauan berkaitan dengan aspek afektif. Lebih lanjut

Burhan Nurgiyantoro (1988:248) menyatakan bahwa wacana untuk tes membaca

sebaiknya tidak terlalu panjang. Dalam satu tes, lebih baik terdiri dari beberapa

wacana pendek daripada sebuah wacana panjang. Berbicara tentang bentuk tes,

Burhan Nurgiyantoro (1988:249) berpendapat bahwa tes esai maupun objektif dapat

dipilih, hanya saja mengukur kemampuan tingkat sintesis dan evaluasi bentuk tes

esai lebih mudah disusun.

Dari dua pendapat di atas dapat disimpulkan bahwa pengukuran

kemampuan membaca pemahaman dapat dilakukan melalui tes bentuk esai maupun

obyektif dengan memperhatikan indikator. Berbicara tentang indikator kemampuan

membaca pemahaman David Russel (dalam Ahmad Harja Suyana,1985: 65-66)

menyatakan bahwa kemampuan membaca adalah kemampuan memberi respon yang

tepat dan akurat terhadap tuturan tertulis yang dibaca. Termasuk di dalamnya adalah

(1) kemampuan memberi respon komunikatif terhadap kata-kata dan urutan kalimat

yang diamati pada permukaan bacaan; (2) kemampuan memberikan interpretatif

terhadap hal-hal yang tersimpan di sela-sela atau di balik permukaan bacaan; dan (3)

kemampuan memberikan respon evaluatif-imajinatif terhadap keseluruhan bacaan.

Hubungan antara sikap...Ali Suhendro, Program Pascasarjana Ump, 2018

Page 41: BAB II KAJIAN TEORI, KERANGKA BERPIKIR, DAN HIPOTESIS …repository.ump.ac.id/8555/3/ALI SUHENDRO_BAB II.pdf · 2019. 2. 14. · pengetian teks anekdot, (3) pengertian sikap bahasa,

48

Kemampuan yang pertama, umumnya dikenal sebagai kemampuan

membaca yang tersurat. Kemampuan yang kedua, adalah kemampuan membaca yang

tersirat, dan kemampuan yang ketiga adalah kemampuan membaca tersorot. Khusus

kemampuan ketiga, pertandanya antara lain adalah kemampuan menilai kesahihan,

kebenaran, dan kebergunaan bacaan dengan menerapkan suatu kriteria tertentu di

satu pihak dan kemampuan melihat hubungan serta dampak bacaan terhadap sesuatu

yang lebih luas di pihak lain.

Sementara itu, Imam Syafi’ie (1993: 48-49) membedakan pemahaman

atas empat tingkatan yaitu (1) tingkat pemahaman literal, yaitu pemahaman arti kata,

kalimat, serta paragraf dalam bacaan; (2) tingkat pemahaman interpretatif, yaitu

pemahaman isi bacaan yang tidak secara langsung dinyatakan dalam teks bacaan; (3)

tingkat pemahaman kritis, yaitu pemahaman isi bacaan yang dilakukan pembaca

dengan berpikir secara kritis terhadap isi bacaan; dan (4) tingkat pemahaman kreatif,

yaitu pemahaman terhadap bacaan yang dilakukan dengan kegiatan membaca

melalui berpikir secara interpretatif dan kritis untuk memperoleh pandangan-

pandangan baru, gagasan-gagasan baru, gagasan yang segar, dan pemikiran-

pemikiran orisinal.

Berbeda dengan Iman Syafi’ie, Anderson (1985: 106) membedakan

tingkat pemahaman atas tiga tingkatan yaitu (1) membaca barisan, (2) membaca

antar barisan, dan (3) membaca di luar barisan. Membaca barisan diartikan sebagai

memaknai arti harfiyah, membaca antar barisan diartikan menginterpretasikan

maksud penulis, dan membaca di luar barisan diartikan menarik kesimpulan dan

degeneralisasi. Dalam tiga tahapan tersebut, Anderson menyatakan ada tujuh

Hubungan antara sikap...Ali Suhendro, Program Pascasarjana Ump, 2018

Page 42: BAB II KAJIAN TEORI, KERANGKA BERPIKIR, DAN HIPOTESIS …repository.ump.ac.id/8555/3/ALI SUHENDRO_BAB II.pdf · 2019. 2. 14. · pengetian teks anekdot, (3) pengertian sikap bahasa,

49

keterampilan yang terkandung di dalamnya yaitu (1) pengetahuan makna kata, (2)

pengetahuan tentang fakta, (3) pengetahuan menentukan tema pokok, (4)

kemampuan mengikuti hal yang mengatur sebuah wacana, (5) kemampuan

memahami hubungan timbal balik, (6) kemampuan menyimpulkan, dan (7)

kemampuan melihat tujuan pengarang.

Sehubungan dengan kompetensi yang dituntut dalam membaca

pemahaman, Munby (dalam Grellet,1986 :4-5) menyatakan ada sembilan belas

kompetensi yang dituntut agar seseorang dapat membaca dengan baik. Kesembilan

belas kompetensi tersebut meliputi (1) kemampuan mengenal ortografi dalam suatu

teks bacaan; (2) kemampuan menarik kesimpulan makna kata-kata dan menggunakan

kosakata yang belum dikenal; (3) mampu memahami informasi bacaan secara

eksplisit; (4) mampu memahami informasi bacaan secara implisit; (5) mampu

memahami makna konseptual dalam bacaan; (6) mampu memahami fungsi-fungsi

komunikatif kalimat-kalimat dalam bacaan; (7) mampu memahami kaitan unsur-

unsur dalam kalimat (intrakalimat); (8) mampu memahami kaitan antarbagian suatu

teks melaui strategi kohesi leksis; (9) dapat menginterpretasikan teks dengan

memandang isi dari luar teks; (10) mengenal butir-butir indikator dalam teks bacaan;

(11) mengidentifikasi butir-butir terpenting atau informasi yang paling menonjol

dalam teks; (12) membedakan ide-ide pokok dari ide-ide penunjang; (13) mencari

ide-ide penting untuk dirangkum; (14) memilih butir-butir yang relevan dari teks

bacaan, (15) meningkatkan keterampilan untuk mengacu pada konsep lain yang

mendasar; (16) mencari pokok landasan dari suatu teks (skimming); (17) mencari

informasi khusus dari suatu teks (scanning); (18) mengubah informasi dari suatu teks

Hubungan antara sikap...Ali Suhendro, Program Pascasarjana Ump, 2018

Page 43: BAB II KAJIAN TEORI, KERANGKA BERPIKIR, DAN HIPOTESIS …repository.ump.ac.id/8555/3/ALI SUHENDRO_BAB II.pdf · 2019. 2. 14. · pengetian teks anekdot, (3) pengertian sikap bahasa,

50

menjadi diagram, sketsa, dan lain-lain (transcoding); dan (19) mengenal isi teks

melalui bentuk lain dengan mengisis tempat-tempat kosong setiap kata (close

prosedure).

Munby (dalam Henry Guntur Tarigan, 1987: 37), ia mengatakan bahwa

sesuai dengan tujuan pengajaran membaca pemahaman, maka indikator kemampuan

membaca pemahaman siswa dapat dilihat dari kemampuan siswa dalam (1)

menetapkan ide pokok; (2) memilih butir-butir penting; (3) mengikuti petunjuk-

petunjuk; (4) menentukan organisasi bahan bacaan; (5) menentukan citra visual dan

citra lainnya dalam bacaan; (6) menarik kesimpulan-kesimpulan; (7) menduga dan

meramalkan dampak dari kesimpulan; (8) merangkum bacaan; (9) membedakan

fakta dari pendapat; (10) memperoleh informasi dari aneka sarana khusus, seperti

ensiklopedi.

Pendapat yang agak berbeda diutarakan oleh Alan Davies dan

Widdowson (1974: 167-175) yang menyataan bahwa indikator-indikator untuk

mengukur kemampuan membaca pemahaman terdiri atas: (1) acuan langsung, yang

dirinci dalam kemampuan memahami makna kata, istilah, ungkapan, kemampuan

menangkap informasi dalam kalimat dan kemampuan menjelaskan istilah; (2)

penyimpulan, yang dirinci dalam kemampuan menemukan sifat hubungan suatu ide

dan kemampuan menangkap isi bacaan baik tersurat maupun tersirat; (3) dugaan,

yang dirinci dalam kemampuan menduga pesan yang terkandung dalam bacaan dan

kemampuan menghubungkan teks dengan situasi komunikasi; (4) penilaian, yang

dirinci dalam kemampuan menilai isi teks, kemampuan menilai ketepatan organisasi

bacaan, dan kemampuan menilai ketepatan pengungkapan informal.

Hubungan antara sikap...Ali Suhendro, Program Pascasarjana Ump, 2018

Page 44: BAB II KAJIAN TEORI, KERANGKA BERPIKIR, DAN HIPOTESIS …repository.ump.ac.id/8555/3/ALI SUHENDRO_BAB II.pdf · 2019. 2. 14. · pengetian teks anekdot, (3) pengertian sikap bahasa,

51

Berpijak pada beberapa pengertian dan pemaparan konsep teoretik di

atas, hakikat kemampuan membaca pemahaman dapat disimpulkan sebagai suatu

kecekatan pembaca (dalam hal ini siswa) dalam mendayagunakan seluruh fungsi

kognitif/mentalnya untuk memahami lambang/simbol bahasa tertulis seperti kata,

frasa, kalimat yang terdapat dalam bacaan, baik secara tersurat (pemahaman literal)

maupun tersirat (pemahaman interpretatif, kritis, kreatif) dengan tepat. Aktivitas

membaca pemahaman melibatkan proses mental (berpikir) seperti penilaian,

penalaran, pertimbangan, pengkhayalan, dan pemecahan masalah. Dalam kegiatan

membaca pemahaman, pembaca akan melibatkan dirinya secara aktif dalam bacaan,

mengolah informasi visual dan nonvisual, serta merekonstruksikan isi tersurat dan

tersirat apa-apa yang terkandung dalam bacaan.

Membaca pemahaman melibatkan beberapa kemampuan, seperti

kemampuan linguistik, psikologis, dan perseptual. Dalam kaitannya dengan kajian

penelitian ini, pemahaman yang dinilai mencakupi: (1) pemahaman literal; (2)

pemahaman interpretatif; (3) pemahaman kritis; dan (4) pemahaman kreatif.

Sementara itu, aspek yang diukur dari masing-masing pemahaman di atas

dikembangkan peneliti dengan bersumber pada teori atau konsep-konsep yang telah

dipaparkan.

Dari hasil pengembangan tersebut, dapat dikatakan bahwa keterampilan membaca

pemahaman siswa dikatakan baik atau tidak dapat ditentukan melalui kecekatan

mereka dalam: (a) mengingat dan mengenali kembali apa yang tertulis dalam teks

bacaan, mebedakan (b) memahami informasi yang dinyatakan secara tersurat

(eksplisit) dalam bacaan, (c) memahami informasi yang dinyatakan secara tersirat

Hubungan antara sikap...Ali Suhendro, Program Pascasarjana Ump, 2018

Page 45: BAB II KAJIAN TEORI, KERANGKA BERPIKIR, DAN HIPOTESIS …repository.ump.ac.id/8555/3/ALI SUHENDRO_BAB II.pdf · 2019. 2. 14. · pengetian teks anekdot, (3) pengertian sikap bahasa,

52

(implisit), (d) membuat kesimpulan berdasarkan bahan bacaan, (e) menganalisis

beberapa informasi yang diperoleh dari bahan bacaan, (f) mengorganisasi

informasi yang diperoleh dari bahan bacaan, (g) menilai bahan bacaan yang telah

dibaca, (h) mengapresiasi bahan bacaan yang telah dibaca.

B. Penelitian yang Relevan

Hasil-hasil penelitian yang relevan dengan penelitian ini antara lain

adalah penelitian yang dilakukan oleh Sumadiyono (2002) dan Muhammad fahrudin

(2009). Secara ringkas kedua hasil penelitian tersebut dapat dipaparkan sebagai

berikut ini.

Sumadiyono (2002) dalam penelitiannya menyimpulkan bahwa

kebiasaan membaca dan pemahaman bacaan sastra baik sendiri-sendiri maupun

bersama- sama mempunyai hubungan positif yang signifikan dengan kemampuan

apresiasi cerpen.

Muhammad Fahrudin (2009) dalam penelitiannya menyimpulkan bahwa

(1) kemampuan membaca pemahaman dan sikap bahasa terhadap sastra berkorelasi

positif dengan kemampuan apresiasi cerpen, dan (2) kemampuan membaca

pemahaman memiliki sumbangan yang paling besar terhadap kemampuan apresiasi

cerpen dibanding variabel yang lain.

Hubungan antara sikap...Ali Suhendro, Program Pascasarjana Ump, 2018

Page 46: BAB II KAJIAN TEORI, KERANGKA BERPIKIR, DAN HIPOTESIS …repository.ump.ac.id/8555/3/ALI SUHENDRO_BAB II.pdf · 2019. 2. 14. · pengetian teks anekdot, (3) pengertian sikap bahasa,

53

C. Kerangka Berpikir

1. Hubungan Antara Sikap Bahasa dan Kemampuan Menginterpretasi

Teks Anekdot

Berdasarkan kajian teori pada Bab ini bagian A dapat dirumuskan

pengertian interpretasi adalah kemampuan yang dimiliki seseorang untuk mengenali,

memahami, menghayati, dan menghargai sebuah teks sastra. Oleh karena itu untuk

mendapatkan kemampuan tersebut lewat kegiatan langsung yang menyentuh teks

sastra. Teks sastra medianya adalah bahasa. Maka dari itu, untuk memiliki

kemampuan mengiterpretasi sebuah teks sastra seseorang harus memiliki sikap yang

positif terhadap bahasa, dalam hal ini karena teks sastra (teks anekdot) Indonesia,

maka seseorang tersebut harus mempunyai sikap positif terhadap bahasa Indonesia.

Proses kegiatan tersebut hanya mungkin dilakukan oleh orang yang

mempunyai sikap yang baik terhadap bahasa, karena bahasa adalah media dari teks

sastra. Dari uraian tersebut dapat dikatakan bahwa siswa yang memiliki sikap bahasa

yang positif dengan sendirinya akan banyak melakukan aktivitas yang berhubungan

dengan bahasa, karena media sastra adalah bahasa, maka siswa tersebut dengan

semestinya akan sering berhubungan dengan sastra. Oleh karena itu, diduga ada

hubungan positif antara sikap terhadap bahasa dan kemampuan menginterpretasi teks

anekdot.

Hubungan antara sikap...Ali Suhendro, Program Pascasarjana Ump, 2018

Page 47: BAB II KAJIAN TEORI, KERANGKA BERPIKIR, DAN HIPOTESIS …repository.ump.ac.id/8555/3/ALI SUHENDRO_BAB II.pdf · 2019. 2. 14. · pengetian teks anekdot, (3) pengertian sikap bahasa,

54

2. Hubungan antara Kemampuan Membaca Pemahaman dan Kemampuan

Menginterpretasi Teks Anekdot

Hakikat kemampuan interpretasi teks anekdot adalah kesanggupan

seseorang untuk mengenali, memahami, menghayati, dan menghargai teks anekdot.

Kemampuan tersebut dapat diukur dengan keterampilan menangkap unsur-unsur

dalam teks anekdot yang dibacanya. Dengan demikian, untuk mendapatkan

kemampuan interpretasi pada sebuah teks sastra harus dengan membaca salah

satunya adalah membaca teks anekdot. Dengan kata lain, kemampuan interpretasi

teks anekdot dapat dicapai dengan kegiatan membaca. Kemampuan interpretasi teks

anekdot dapat dimiliki seseorang apabila seseorang tersebut mempunyai kemampuan

membaca yang baik. Dari penjelasan tersebut dapat dikatakan bahwa siswa yang

memiliki kemampuan membaca pemahaman dengan sendirinya akan memiliki

kemampuan menginterpretasi teks sastra.

Berdasarkan konsep-konsep teori yang telah dijabarkan dan penjelasan

tersebut maka diduga ada hubungan positif antara kemampuan membaca pemahaman

dengan kemampuan interpretasi teks anekdot.

3. Hubungan antara Sikap Bahasa dan Kemampuan Membaca

Pemahaman Bahasa Secara Bersama-sama dengan Kemampuan

Menginterpretasi Teks Anekdot

Berdasarkan uraian di atas diketahui dengan jelas bahwa sikap terhadap

bahasa dan kemampuan membaca pemahaman merupakan faktor penting terhadap

tingkat kemampuan interpretasi teks anekdot siswa. Siswa yang mempunyai

Hubungan antara sikap...Ali Suhendro, Program Pascasarjana Ump, 2018

Page 48: BAB II KAJIAN TEORI, KERANGKA BERPIKIR, DAN HIPOTESIS …repository.ump.ac.id/8555/3/ALI SUHENDRO_BAB II.pdf · 2019. 2. 14. · pengetian teks anekdot, (3) pengertian sikap bahasa,

55

kemampuan membaca pemahaman yang tinggi dan memiliki sikap yang positif

terhadap bahasa diduga memiliki kemampuan interpretasi teks anekdot yang tinggi

pula. Dengan demikian dapat diduga ada hubungan yang positif antara kemampuan

sikap terhadap bahasa dan membaca pemahaman secara bersama-sama dengan

kemampuan interpretasi teks anekdot.

Untuk memperjelas kerangka berpikir yang telah diuraikan di atas,

berikut ini disajikan skema alur berpikir yang mengambarkan hubungan

antarvariabel bebas dan varaibel terikat untuk penelitian jenis korelasi.

D. Hipotesis Penelitian

Berdasarkan kajian teoretis dan kerangka berpikir di atas, diajukan tiga

hipotesis penelitian sebagai berikut.

1. Ada hubungan positif antara sikap bahasa dan kemampuan menginterpretasi

teks anekdot.

2. Ada hubungan positif antara kemampuan membaca pemahaman dan

kemampuan menginterpretasi teks anekdot.

3. Ada hubungan positif kemampuan membaca pemahaman dan sikap bahasa

secara bersama-sama dengan kemampuan menginterpretasi teks anekdot.

Hubungan antara sikap...Ali Suhendro, Program Pascasarjana Ump, 2018