8 BAB II KAJIAN TEORI 2.1 Komunikasi Komunikasi atau communication berasal dari bahasa latin : communis yang berarti ‘sama’, communico, communication atau communicate yang berarti membuat sama (make to common). Komunikasi dapat terjadi apabila ada kesamaan antara penyampaian pesan dan orang yang menerima pesan. Oleh sebab itu, komunikasi bergantung pada kemampuan kita untuk dapat memahami satu dengan yang lainnya (Mulyana, 2007: 46). Pada umumnya komunikasi dilakukan secara lisan atau verbal yang dapat dimengerti oleh kedua belah pihak (komunikator dan komunikan), apabila tidak ada bahasa verbal yang dapat dimengerti oleh keduanya, komunikasi masih dapat dilakukan dengan menggunakan gerak-gerik badan, menunjukan sikap tertentu, misalnya tersenyum, menggelengkan kepala, mengangkat bahu, cara seperti itu disebut dengan komunikasi non-verbal (Mulyana, 2007: 46). Definisi komunikasi menurut John Fiske (1990) dua mazhab utama yang tercermin dalam model komunikasi. Pertama mazhab proses yang melihat komunikasi sebagai transmisi pesan. Dalam mazhab ini mereka tertarik dengan bagaimana pengirim dan penerima mengkonstruksi pesan (encode) dan menerjemahkannya (decode), dan dengan bagaimana transmiter menggunakan saluran dan media komunikasi. Mazhab ini cenderung membahas kegagalan komunikasi dan melihat ke tahap-tahap dalam proses tersebut guna mengetahui di mana kegagalan tersebut terjadi. Mazhab kedua melihat komunikasi sebagai produksi dan pertukaran makna. Hal ini berkenaan dengan bagaimana pesan berinteraksi dengan orang-orang dalam menghasilkan makna. Model komunikasi yang dikemukakan John Fiske mempunyai sifat dan fungsi untuk menjelaskan suatu fenomena yang diamati. Terkadang ada beberapa model yang tampak bertentangan, misalnya model S-R (stimulus-respons) dan model interaksional. Kondisi ini disebabkan karena adanya paradigma yang berbeda itu, sehingga ilmuwan sosial yang berpandangan objektif/positivistik menganggap
17
Embed
BAB II KAJIAN TEORI - repository.uksw.edurepository.uksw.edu/bitstream/123456789/11710/2/T1_362012014_BAB II...komunikasi dan melihat ke tahap-tahap dalam proses tersebut guna mengetahui
This document is posted to help you gain knowledge. Please leave a comment to let me know what you think about it! Share it to your friends and learn new things together.
Transcript
8
BAB II
KAJIAN TEORI
2.1 Komunikasi
Komunikasi atau communication berasal dari bahasa latin : communis yang
berarti ‘sama’, communico, communication atau communicate yang berarti
membuat sama (make to common). Komunikasi dapat terjadi apabila ada
kesamaan antara penyampaian pesan dan orang yang menerima pesan. Oleh sebab
itu, komunikasi bergantung pada kemampuan kita untuk dapat memahami satu
dengan yang lainnya (Mulyana, 2007: 46).
Pada umumnya komunikasi dilakukan secara lisan atau verbal yang dapat
dimengerti oleh kedua belah pihak (komunikator dan komunikan), apabila tidak
ada bahasa verbal yang dapat dimengerti oleh keduanya, komunikasi masih dapat
dilakukan dengan menggunakan gerak-gerik badan, menunjukan sikap tertentu,
misalnya tersenyum, menggelengkan kepala, mengangkat bahu, cara seperti itu
disebut dengan komunikasi non-verbal (Mulyana, 2007: 46).
Definisi komunikasi menurut John Fiske (1990) dua mazhab utama yang
tercermin dalam model komunikasi. Pertama mazhab proses yang melihat
komunikasi sebagai transmisi pesan. Dalam mazhab ini mereka tertarik dengan
bagaimana pengirim dan penerima mengkonstruksi pesan (encode) dan
menerjemahkannya (decode), dan dengan bagaimana transmiter menggunakan
saluran dan media komunikasi. Mazhab ini cenderung membahas kegagalan
komunikasi dan melihat ke tahap-tahap dalam proses tersebut guna mengetahui di
mana kegagalan tersebut terjadi. Mazhab kedua melihat komunikasi sebagai
produksi dan pertukaran makna. Hal ini berkenaan dengan bagaimana pesan
berinteraksi dengan orang-orang dalam menghasilkan makna.
Model komunikasi yang dikemukakan John Fiske mempunyai sifat dan fungsi
untuk menjelaskan suatu fenomena yang diamati. Terkadang ada beberapa model
yang tampak bertentangan, misalnya model S-R (stimulus-respons) dan model
interaksional. Kondisi ini disebabkan karena adanya paradigma yang berbeda itu,
sehingga ilmuwan sosial yang berpandangan objektif/positivistik menganggap
9
bahwa ada keteraturan dalam perilaku manusia (manusia cenderung dianggap
pasif), seperti perilaku alam, tidak jarang menggunakan model matematik,
misalnya dalam bentuk hipotesis yang harus diuji melalui perhitungan statistik.
Pengertian lain dari komunikasi juga merupakan simbol karena dalam
komunikasi manusia, simbol merupakan ekspresi yang mewakili atau
menandakan sesuatu hal lain. Salah satu karakteristik simbol yang harus diingat
bahwa simbol itu tidak mempunyai hubungan langsung dengan apa yang
diwakilinya, sehingga dapat berubah-ubah. Simbol dapat berupa bentuk suara
tanda pada kertas, gerakan, dan lain-lain yang digunakan dalam berbagai fakta
dengan definisi kelompok lain (Samovar dkk, 2010: 22-23).
Manusia menggunakan simbol bukan hanya dalam berinteraksi, penyimbolan
memungkinkan suatu budaya disampaikan dari generasi ke generasi melalui
media tradisional. Dalam penelitian ini peneliti ingin mengetahui makna pesan
Tari Dolalak Versi Mlaranan, dimana tarian sebagai Media Tradisional dan
terdapat simbol dan makna yang terkandung didalam pementasan Tari Dolalak
Versi Mlaranan.
2.2 Media Komunikasi Tradisional
Media tradisional dikenal juga sebagai media rakyat. Sering juga disebut
sebagai kesenian rakyat. Dalam hal ini seni ditafsirkan sebagai media komunikasi
untuk berekspresi, untuk menyampaikan pesan, kesan, dan tanggapam manusia
terhadap stimulasi dari lingkungannya. Menurut Coseteng dan Nemenzo
(Fernandez 1982), mendefinisikan media tradisional sebagai bentuk-bentuk
verbal, gerakan, lisan, dan visual yang dikenal atau diakrabi rakyat, diterima oleh
rakyat, dan diperdengarkan atau dipertunjukan oleh dan atau untuk mereka
dengan maksud menghibur, memaklumkan, menjelaskan, mengajar, dan
mendidik.
10
Media tradisional, seperti halnya media massa lainnya, pada dasarnya tidak
dapat banyak diharapkan mampu mengubah sikap dan tingkah laku komunikan
secara langsung. Variabel-variabel yang terlibat dalam proses pengambilan
keputusan untuk menerima dan mempraktikan suatu ide baru tidak hanya
ditentukan oleh individu yang bersangkutan. Pengaruh dari pihak ketiga seperti
keluarga terdekat, kerabat, pemuka masyarakat, dan lingkungan budaya sering
kali ikut menentukan.
Media tradisional memiliki kespesifikan tanda-tanda informasi yang
dilontarkan dalam pertunjukan-pertunjukan tradisional seperti kesenian daerah
yang berupa tarian daerah. Dalam kespesifikan tanda menjadi suatu kesulitan
dalam memahami tanda-tanda non-verbal yang umumnya tidak disadari.
2.3 Tanda Dalam Komunikasi
Hartoki dan Rahmanto dalam Alex Sobur (2009: 155) menjelaskan bahwa
secara etimologis simbol berasal dari bahasa Yunani, “sym-ballein” yang artinya
melemparkan suatu benda atau perbuatan dan dikaitkan dengan ide. Simbol
disebabkan oleh adanya metonimi, yaitu nama untuk benda lain yang
diasosiasikan menjadi atributnya atau metafora. Contoh, si topi merah untuk
seseorang yang menggunakan topi berwarna merah, untuk metafora contohnya
adalah ibukota, merujuk pada suatu kota yang dijadikan pusat pemerintajan dari
suatu Negara. Simbol melibatkan tiga unsure, yaitu simbol itu sendiri, rujukan,
serta hubungan antara simbol dengan rujukan.
Simbol mengkomunikasikan sesuatu secara tersirat, namun proses
pemaknaannya lebih mendalam dibanding tanda dan dapat memiliki beberapa
makna. Spesifikasi pemaknaan simbol terletak pada cakupan khalayak yang dapat
mencernanya. Simbol hanya dapat diartikam oleh manusia yang memiliki akal
dan pikiran untuk menalaah suatu hal. Contoh, balon misalnya, makna dan sebuah
simbol yang menyertakan balon di dalamnya dapat diartikan sebagai kebebasan
dan keceriaan, namun dapat juga diartikan sebagai sifat kekanaan.
11
Jika dikaitkan dengan unsur-unsur yang terkandung dalam sebuah simbol,
maka rujukan dalam simbol balon adalah balon terdiri atas berbagai macam warna
dan biasanya merupakan warna-warna cerah, selain itu ditinjau dari bentuknya
yang bulat/lonjong menyiratkan bahwa balon memiliki sifat yang fleksibel dan
tidak kaku, dan yang terakhir, balon biasanya diberi tali pengikat dan pemberat
seperti batu untuk menjaga agar tidak lepas saat dipegang, selain itu sifat nyata
balon yang mudah terbang karena berisi gas helium diartikan sebagai simbol
kebebasan.
Budiono Herusantoto (Sobur 2009: 160) membuat table perbedaan antara
isyarat, tanda dan simbol/ lambang. Secara garis besar tanda diartikan sebagai
sesuatu yang memiliki arti, dan beliau menyebutkan bahwa tanda hanya memiliki
dua arti, atau dengan kata lain memiliki makna yang lebih sempit jika
dibandingkan dengan simbol yang memiliki makna lebih mendalam. Keterbatasan
pemaknaan yang dimiliki oleh tanda menyebabkan tanda dapat dimaknai bukan
hanya oleh manusia, namun juga oleh binatang setelah diajarkan berulang-ulang.
Simbol dan tanda keduannya sama-sama berusaha menjembatani komunikasi.
Tersampaikannya pesan secara tepat dari komunikator kepada komunikan
merupakan tujuan utama dari komunikasi. Oleh sebab itu, demi tercapainya tujuan
tersebut, keberadaan simbol dan tanda dalam kehidupan kita sehari-hari perlu
dimaknai secara sama oleh berbagai lapisan masyarakat.
2.4 Semiotika
Semiotika adalah ilmu yang mempelajari sederetan luar objek-objek,
peristiwa-peristiwa seluruh kebudayaan sebagai tanda. Dalam penelitian ini
menggunakan pendekatan kualitatif (data tidak berupa angka-angka)1. Secara
etimologis, istilah semiotik berasal dari kata Yunani : semeion yang berarti
“tanda” tanda itu sendiri didefinisikan sebagai sesuatu yang atas dasar konvensi
sosial yang terbangun sebelumnya, dapat dianggap mewakili sesuatu yang
mempelajari sederet luas objek-objek, peristiwa-peristiwa, seluruh kebudayaan
1 Lexy J. Moleong, Metodologi Penelitian Kualitatif (Bandung PT. Remaja Rosdakarya, 2005) H:
6
12
sebagai tanda2. Secara singkat kita dapat menyatakan bahwa analisis semiotik
merupakan cara atau metode untuk menganalisis dan memberikan makna-makna
terhadap lambang-lambang yang terdapat suatu paket lambang-lambang pesan
atau teks3.
Apabila studi ini menonjolkan hubungan tanda-tanda dengan acuannya dan
dengan interpretasi yang dihasilkannya, itu adalah kerja semantic, semiotic.
Apabila studi tentang tanda ini mementingkan hubungan antara tanda dengan
pengirim dan penerimanya, itu adalah kerja pragmatik semiotik. Sebaliknya, studi
semiotika dengan fenomena apapun dimulai dengan penjelasan sintaksis,
kemudian dilanjutkan penelitian dari segi semantik dan pragmatic (Sudjiman dan
Van Zoest, 1996: 6).
Semiotika didefinisikan sebagai pengkajian tanda-tanda yang pada dasarnya
merupakan sebuah studi atas kode-kode, yaitu system apapun yang
memungkinkan kita memandang entitas-entitas tertentu sebagai tanda-tanda atau
sebagai sesuatu yang bermakna. Menurut Charles S. Pierce (1986: 4) maka
semiotik tidak lain daripada sebuah nama lain bagi logika, yakni doktrin tentang
tanda-tanda. Sementara bagi Ferdinand De Saussure (1996: 16) semiologi sebuah
ilmu umum tentang tanda, suatu ilmu yang mengkaji kehidupan tanda-tanda di
dalam masyarakat (Budiman, 2004: 4).
Istilah semiotika maupun semiologi dapat digunakan untuk merujuk kepada
ilmu tentang tanda-tanda adanya perbedaan pengertian yang terlalu tajam. Satu-
satunya perbedaan diantara keduanya, menurut Hawkes (1978: 124), adalah
bahwa istilaj semiologi lebih banyak dikenal di Eropa yang mewarisi tradisi
lingustik Saussuren, sementara istilah semiotika cenderung dipakai oleh para
penutur bahasa Inggris atau mereka yang mewarisi tradisi Peircian (Budiman
2004: 4).
2 Alex Sobur, Analisis Teks Media (Bandung PT. Rosdakarya, 2006) H: 95 3 Pawito Ph. D, Penelitian Komunikasi Kualitatif (Yogyakarta: L.KiS Pelangi Aksara, 2007) Hal: 155
13
Dalam semiotika Barthes, semiologi pada dasarnya hendak mempelajari