10 BAB II KAJIAN TEORI 2.1 Perencanaan Karir 2.1.1 Teori Perencanaan Karir Williamson (dalam Winkel & Sri Hastuti, 2006) menguraikan sejarah perkembangan bimbingan jabatan dan proses lahirnya konseling jabatan yang berpegang pada teori Trait-Factor. Frank Parsons menunjukkan tiga langkah yang harus diikuti dalam memilih suatu pekerjaan yang sesuai yaitu : (1) pemahaman diri yang jelas mengenai kemampuan otak, bakat, minat, berbagai kelebihan dan kelemahan serta ciri-ciri lainnya. (2) pengetahuan tentang keseluruhan tentang persyaratan yang harus dipenuhi sepaya dapat mencapai sukses dalam berbagai pekerjaan, serta tentang balas kerja dan kesempatan untuk maju dalam berbagai bidang pekerjaan. (3) berfikir secara rasional mengenai hubungan antara kedua kelompok fakta di atas. Jadi, langkah yang pertama menggunakan analisis diri, langkah kedua memanfaatkan informasi jabatan (vocational information), langkah yang ketiga menerapkan kemampuan untuk berfikir rasional guna menemukan kecocokan antara ciri-ciri kepribadian yang memiliki relevansi terhadap kesuksesan atau kegagalan dalam suatu pekerjaan atau jabatan dengan tuntutan kualifikasi dan kesempatan yang terkandung dalam suatu pekerjaan atau jabatan.
34
Embed
BAB II KAJIAN TEORI - repository.uksw.edurepository.uksw.edu/bitstream/123456789/14390/2/T1_132010036_BAB II...2.1 Perencanaan Karir . 2.1.1 Teori Perencanaan Karir Williamson (dalam
This document is posted to help you gain knowledge. Please leave a comment to let me know what you think about it! Share it to your friends and learn new things together.
Transcript
10
BAB II
KAJIAN TEORI
2.1 Perencanaan Karir
2.1.1 Teori Perencanaan Karir
Williamson (dalam Winkel & Sri Hastuti, 2006) menguraikan
sejarah perkembangan bimbingan jabatan dan proses lahirnya konseling
jabatan yang berpegang pada teori Trait-Factor. Frank Parsons
menunjukkan tiga langkah yang harus diikuti dalam memilih suatu
pekerjaan yang sesuai yaitu : (1) pemahaman diri yang jelas mengenai
kemampuan otak, bakat, minat, berbagai kelebihan dan kelemahan serta
ciri-ciri lainnya. (2) pengetahuan tentang keseluruhan tentang persyaratan
yang harus dipenuhi sepaya dapat mencapai sukses dalam berbagai
pekerjaan, serta tentang balas kerja dan kesempatan untuk maju dalam
berbagai bidang pekerjaan. (3) berfikir secara rasional mengenai hubungan
antara kedua kelompok fakta di atas. Jadi, langkah yang pertama
menggunakan analisis diri, langkah kedua memanfaatkan informasi jabatan
(vocational information), langkah yang ketiga menerapkan kemampuan
untuk berfikir rasional guna menemukan kecocokan antara ciri-ciri
kepribadian yang memiliki relevansi terhadap kesuksesan atau kegagalan
dalam suatu pekerjaan atau jabatan dengan tuntutan kualifikasi dan
kesempatan yang terkandung dalam suatu pekerjaan atau jabatan.
11
Williamson (dalam Winkel dan Hastuti, 2006) merumuskan pula
sejumlah asumsi yang mendasari Trait-Factor Counseling : (a) setiap
individu memiliki sejumlah kemampuan dan potensi, seperti taraf
intelegensi umum, bakat khusus, taraf kretifitas, wujud minat serta
keterampilan yang bersama-sama membentuk suatu pola yang khas untuk
individu itu. Kemampuan dan variasi potensi itu merupakan ciri-ciri
kepribadian (traits), yang telah agak stabil sesudah masa remaja lewat dan
dapat diidentifikasikan melalui tes-tes psikologis. Data hasil testing
memberikan gambaran deskriptif tentang individualitas seseorang yang
lebih dapat diandalkan daripada intropeksi atau refleksi terhadap diri
sendiri. (b) pola kemampuan dan potensi yang tampak pada seseorang
menunjukkan hubungan yang berlainan dengan kemampuan dan
ketrampilan yang dituntut pada sorang pekerja di berbagai bidang
pekerjaan. Juga wujud minat yang dimiliki seseorang menunjukkan
hubungan yang berlain-lainan denagn pola minat yang ditemukan pada
orang berkarir diberbagai bidang pekerjaan. Dengan demikian dibutuhkan
informasi pekerjaan (vocatianal information), yang tidak hanya
mendeskripsikan tugas-tugas yang dilakukan, tetapi menggambarkan pula
pola kualifikasi dalam kepribadian pekerja, yang harus dipenuhi supaya
mencapai sukses dalam suatu bidang pekerjaan. (c) sesuai dengan pola
berfikir pada butir b, kurikulum suatu program studi menurut sejumlah
kualifikasi tertentu. Siswa akan belajar lebih mudah dan dengan hasil yang
lebih memuaskan, kalau pola kemampuan dan minatnya sesuai dengan pola
12
kualifikasi tertentu yang dituntut dari seseorang (maha) siswa yang
mengikuti program studi tertentu. Dengan demikian informasi pendidikan
(educatian information) yang dibutuhkan bukan hanya mendeskripsikan isi
dari suatu program studi, tetapi juga menggambarkan pola kualifikasi
(human capacities) yang dituntut. (d) setiap individu mampu, derkeinginan
dan berkecenderungan untuk mengenal diri sendiri serta memanfaatkan
pemahaman diri itu dengan berfikir baik-baik, sehingga dia akan
menggunakan keseluruhan kemampuannya semaksimal mungkin dan
dengan demikian mengatur kehidupannya sendiri secara memuaskan.
Winkel dan Hastuti (2006) menyatakan bahwa, tujuan dari
perencanaan karir ini adalah supaya siswa menempatkan diri dalam
program studi akademik dan lingkup non akademik, yang menunjang
perkembangannya dan semakin merealisasikan rencana masa depannya,
atau melibatkan diri dalam lingkup suatu jabatan yang diharapkan cocok
baginya dan memberikan kepuasan kepadanya. Jika kegiatan layanan
penempatan jauh lebih kompleks dan mencakup unsur-unsur (1)
perencanaan masa depan, (2) pengambilan keputusan, (3) pemasukan
kesalah satu jalur akademik maupun non akademik, program
ekstrakulikuler, program persiapan jabatan, (4) pemantapan, (5)
pengumpulan data.
Semua aspek tersebut mencakup satu hal yaitu penempatan
(placement) yang merupakan salah satu komponen bimbingan. Ragam
bimbingan karir adalah suatu saluran realisasi komponen bimbingan ini dan
13
sesuai dengan perluasan bimbingan karir mencakup semua aspek
perkembangan jabatan. Winkel dan Hastuti (2006) menyatakan bahwa
penempatan adalah saling keterkaitan antara perencanaan jalur pendidikan
(formal dan non formal), perkembangan pribadi, pilihan jabatan dan gaya
hidup.
2.1.2 Jenis Perencanaan Karir
Menurut Winkel & Hastuti (2006) perencanaan yang matang
menurut pemikiran tentang segala tujuan yang hendak dicapai dalam
jangka panjang (long range goals) dan semua tujuan yang hendak dicapai
dalam jangka pendek (short rang goal). Secara idea, tujuan yang terakhir
ini menjadi tujuan intermediary yang semakin mendekatkan siswa kepada
tujuan jangka panjang. Gaya hidup (life style) yang ingin dicapai temasuk
tujuan jangka panjang misalanya, nilai-nilai kehidupan (values) yang ingin
direalisasikan dalam hidup. Sertifikat, ijasah, dan kemampuan yang
dipersiapkan untuk memegang suatu rencana pekerjaan dimasa depan,
termasuk tujuan dalam jangka pendek.
Winkel & Hastuti (2006) mengemukakan kegunaan dari
paerencanaan karir diamsa depan adalah untuk meminimalkan
kemungkinan dibuat kesalahan yang berat dalam memilih alternati-
alternatif yang ada. Seandainya siswa hanya memikirkan tujuan jangka
pendek saja, tanpa jelas menghubungkan dengan suatu tujuan jangka
panjang (karir dimasa depan) terdapat kemungkinan bahwa suatu tujuan
jangka pendek yang telah dicapai tenyata tidak salaras dengan tujuan
14
jangka panjang. Kematangan perencanaan karir untuk jangka panjang juga
tergantung dari corak pendidikan yang diterima dari dalam keluarga.
Winkel & Hastuti (2006) menyatakan hasil dari perencanaan ialah
suatu keputusan yang dipilih secara sadar, bisanya dari antara jumlah
tingkat pertama, lain juga disekolah lanjut tingkat atas dan lain pula
dijenjang perguruan tinggi dan pendidikan non formal. Namun
kebanyakan pilihan itu menyangkut tujuan jangka pendek, yang
merupakan tujuan penunjang dari tujuan jangka panjang. Setelah membuat
keputusan siswa mendaftarkan diri untuk diterima dalam suatu program
akademik, suatu pendidikan latihan prajabatan atau suatu program
ekstrakulikuler. Siswa tersebut diterima atau tidak dalam program yang
dipilih , bukan keputusan siswa tersebut melainkan keputusan dari instansi
atau pejabat yang berwenang. Keputusan ini akan semakin dimdahkan bila
instansi yakin bahwa pilihan siswa telah berfikir secara matang dan
merupakan suatu hasil perencanaan, bukan sekedar langkah yang
mengawang-awang atau hanya mancoba saja.
2.1.3 Panduan Operasional Pelaksanaan
Pengembangan kompetensi hidup memerlukan sistem layanan pendidikan
di sekolah yang tidak hanya mengandalkan layanan pembelajaran mata
pelajaran/bidang studi dan manajemen saja, tetapi juga layanan khusus
yang lebih bersifat psikopedagogik, yakni melalui bimbingan dan
konseling. Berbagai aktivitas bimbingan dan konseling dapat diupayakan
untuk mengembangkan potensi dan kompetensi hidup peserta
15
didik/konseli yang efektif serta memfasilitasi mereka secara sistematik,
terprogram, dan kolaboratif agar setiap peserta didik/konseli betul-betul
mencapai kompetensi perkembangan atau pola perilaku yang diharapkan.
Dalam implementasi Kurikulum 2013 terdapat muatan peminatan yang
merupakan bagian dari struktur kurikulum pada satuan pendidikan.
Muatan peminatan meliputi peminatan akademik, kejuruan, dan muatan
pilihan lintas minat/pendalaman minat. Peminatan peserta didik/konseli
merupakan suatu proses pemilihan dan pengambilan keputusan oleh
peserta didik/konseli yang didasarkan atas pemahaman potensi diri dan
peluang yang ada.
Dalam konteks tersebut bimbingan dan konseling membantu
peserta didik/konseli untuk memahami, menerima, mengarahkan,
mengambil keputusan, dan merealisasikan
keputusan dirinya secara bertanggungjawab. Di samping itu, bimbingan
dan konseling membantu peserta didik/konseli dalam memilih, meraih dan
mempertahankan karier untuk mewujudkan kehidupan yang produktif dan
sejahtera lahir batin.
Dalam mewujudkan maksud di atas, pada satuan pendidikan
Sekolah Menengah Kejuruan (SMA) diupayakan memfasilitasinya
melalui tiga komponen pendidikan, yaitu: (1) Panduan Operasional
Penyelenggaraan Bimbingan dan Konseling Sekolah Menengah Kejuruan.
2 kepemimpinan yang melaksanakan manajemen pendidikan secara
proaktif dan fasilitatif, terutama diselenggarakan oleh Kepala Sekolah
16
beserta staff; (2) pembelajaran yang mendidik yang diselenggarakan oleh
guru mata pelajaran/bidang studi; dan (3) bimbingan dan konseling yang
memandirikan yang diselenggarakan guru bimbingan dan konseling atau
konselor. Ini berarti bimbingan dan konseling merupakan bagian integral
dari program pendidikan di SMA.
Guru bimbingan dan konseling atau konselor bekerja dalam tim
bersama guru mata pelajaran, ketua atau koordinator kelompok guru
(normatif, adaptif, keahlian/produktif), kepala sekolah, dunia usaha dan
industri, orangtua, dan masyarakat untuk menciptakaan kondisi belajar
yang kondusif, yang akan membantu semua peserta didik/konseli
mencapai perkembangan optimal dan berhasil dalam kehidupan masa
depannya. Saat ini, peserta didik/konseli berhadapan dengan tantangan-
tantangan yang unik dan bervariasi, yang berdampak terhadap
perkembangan pribadi, sosial, belajar, dan karir mereka. Untuk membantu
peserta didik/konseli menjadi generasi yang siap menghadapi kondisi
tersebut dibutuhkan dukungan berbagai pihak secara sinergis, termasuk di
dalamnya guru bimbingan dan konseling atau konselor. Setiap peserta
didik/konseli di SMA harus terpenuhi berbagai kebutuhannya, sejalan
dengan perkembangan dan tantangan yang pesat dalam menjalani
kehidupannya.
Masa bersekolah di SMA merupakan waktu yang terbaik bagi
peserta didik/konseli untuk mengembangkan jatidiri (identitas) sebagai
pribadi yang unik dan efektif, pembelajar sepanjang hayat, insan yang
17
produktif, dan manusia yang hidup harmonis dalam keragaman.
Pengembangan jatidiri tersebut dapat diupayakan dalam program
bimbingan dan konseling melalui layanan bimbingan dan konseling
pribadi, belajar, karir, dan sosial. Program bimbingan dan konseling
memberikan layanan yang terintegrasi dengan program pengembangan
semua aspek hidup peserta didik/konseli di sekolah. Bimbingan dan
konseling di SMA diupayakan untuk mengidentifikasi kebutuhan bidang
pribadi, sosial, belajar, dan karir yang merupakan aktivitas esensial dalam
menghadapi rintangan dalam mencapai prestasi sesuai potensi masing-
masing peserta didik/konseli. Oleh karena itu, panduan Operasional
Penyelenggaraan Bimbingan dan Konseling Sekolah Menengah
Kejuruan. 3 pemenuhan kebutuhan pribadi, sosial, belajar, dan karir
merupakan kunci keberhasilan bagi keberhasilan hidup peserta
didik/konseli selanjutnya. Kebutuhan kehidupan saat ini menghendaki
adanya peranan layanan bimbingan dan konseling yang komprehensif pada
satuan pendidikan SMA, mengingat kompleksitas dan keragaman program
pendidikannya. Sesuai dengan tingkat perkembangan peserta didik/konseli
SMA, kebutuhan akan layanan bimbingan dan konseling semakin
mendesak.
Ekspektasi kinerja guru bimbingan dan konseling atau konselor di SMA
berbeda dengan guru bimbingan dan konseling atau konselor di satuan
pendidikan sekolah menengah lainnya. Dengan kata lain, guru bimbingan
dan konseling atau konselor juga perlu berperan-serta secara produktif di
18
SMA. Penyiapan panduan penyelengggaraan bimbingan dan konseling di
SMA merupakan kebutuhan yang harus dipenuhi. Dengan demikian, sejak
awal satuan pendidikan memiliki arah yang jelas yang akan diikuti oleh
setiap penyelenggara layanan bimbingan dan konseling di SMA.
Penyelenggaraan pendidikan yang bermutu dan efektif mengintegrasikan
tiga komponen sistem pendidikan yang meliputi komponen manajemen
dan kepemimpinan, komponen pembelajaran yang mendidik, serta
komponen bimbingan dan konseling yang memandirikan. Ketiga
komponen tersebut memiliki wilayah garapan sendiri-sendiri yang saling
melengkapi dalam upaya tercapainya tujuan pendidikan nasional.
Kejelasan wilayah garapan antara guru mata pelajaran dengan guru
bimbingan dan konseling atau konselor dapat dilihat pada tabel 1 berikut
ini.
Tabel 2.1.
Keunikan dan Keterkaitan Pelayanan Guru Mata Pelajaran dengan
Guru Bimbingan dan Konseling atau Konselor
NO DIMENSI Guru Mata Pelajaran Guru Bimbingan dan
Konseling atau Konselor
1 Wilayah Gerak
Jenjang pendidikan dasar
dan pendidikan
menengah
Jenjang pendidikan dasar
dan pendidikan menengah
2 Tujuan Umum Pencapaian tujuan
pendidikan nasional
Pencapaian tujuan
pendidikan nasional
3 Konteks Tugas
Pembelajaran yang
mendidik melalui mata
pelajaran dengan skenario
guru
Pelayanan yang
memandirikan dengan
skenario konseli dan
konselor.
a. Fokus
kegiatan
Pengembangan
kemampuan penguasaan
bidang studi dan
Pengembangan potensi diri
bidang pribadi, sosial,
belajar, karir, dan masalah-
19
masalah-masalahnya. masalahnya.
b. Hubungan
kerja Alih tangan (referal) Alih tangan (referal)
4 Target Intervensi
a. Individual Minim Utama
b. Kelompok Pilihan strategis Pilihan strategis
c. Klasikal Utama Minim
5 Ekspektasi Kinerja
a. Ukuran
keberhasilan
1) Pencapaian Standar
2) Kompetensi Lulusan
3) Lebih bersifat
kuantitatif
- Kemandirian dalam
kehidupan
- Lebih bersifat kualitatif
yang unsur
- unsurnya saling terkait
(ipsatif)
b. Pendekatan
umum
Pemanfaatan dampak
pembelajaran dan
dampak penyerta melalui
pembelajaran yang
mendidik.
Pengenalan diri dan
lingkungan oleh konseli
dalam rangka pengatasan
masalah pribadi, sosial,
belajar, dan karir. Skenario
tindakan merupakan hasil
transaksi yang merupakan
keputusan konseli.
c. Perencanaan
tindakan
intervensi
Kebutuhan belajar
ditetapkan terlebih dahulu
untuk ditawarkan kepada
peserta didik/konseli.
Kebutuhan pengembangan
diri ditetapkan dalam proses
transaksional oleh konseli
difasilitasi oleh konselor
d. Pelaksanaan
tindakan
intervensi
Penyesuaian proses
berdasarkan respons
ideosinkratik peserta
didik/konseli yang lebih
terstruktur.
Penyesuaian proses
berdasarkan respons unik
konseli dalam transaksi
makna yang lebih lentur dan
terbuka.
Sumber: Disain Induk Pengelenggaraan Bimbingan dan Konseling (2016).
2.1.4 Teori Perkembangan Karir Donald Super
Donald Super (dalam Winkel & Sri Hastuti, 2006) mencanangkan
sutu pendangan tentang perkembangan karir yang berlingkup luas, karena
perkembangan karir siswa itu mencakup beberapa faktor. Faktor tersebut
20
sebagian terdapat pada diri individu sendiri dan sebagian terdapat dari
lingkungan hidupnya, yang semuanya berinteraksi satu sama lain dan
bersama-sama membentuk proses perkembangan karir seseorang.
Perencanaan karir merupakan suatu perpaduan dari aneka faktor
pada individu seperti kebutuhan, sifat-sifat kepribadian serta kemampuan
intelektualdan banyak faktor dari luar individu., seperti taraf kehidupan
sosial ekonomi keluarga, variasi tuntutan dan lingkungan kebudayaan dan
kesempatan/kelonggaran yang muncul. Akan tetapi, faktor yang paling
terpenting adalah dariindividu sendiri. Unsur dasar dalam pandangan
Donald Super adalah konsep diri atau gambaran diri sehubungan dengan
pekerjaan yang akan dilakukan (perencaan karir) dan jabatan yang akan
dilakukan. Gambaran diri menumbuhkan dorongan internal yang
mengarahkan seseorang kepada suatu bidang pekerjaan yang
memungkinkan untuk mencapai kepuasan atau sukses. Dengan demikian,
individu mewujudkan diri dalam gambaran suatu bidang pekerjaan yang
paling memungkinkan untuk mengekprsikan dirinya sendiri, misal
seseorang siswa memandang diringa sebagai orang yang berkemampuan
tinggi dan rela mengorbankan dirinya, serta dibesarkan dalam keluarga
yang telah mencetak beberapa dokter, akhirnya membentuk gambaran diri
yang membenyangkan dirinya sendiri sebagai dokter yang ulung dan ulet.
Donal Super membagi tahap perkembangan karir menjadi lima,
tahapan perkembangan karir dibagi berdasarkan usia seseorang yaitu dari
seseorang lahir sampai dengan masa pensiunnya. Berikut ini adalah proses
21
perkembangan karir Donald Super dibagi menjadi lima tahap (Winkel &
Sri Hastuti, 2006) yaiyu :
1) Pertumbuhan (Growth), yaitu dari saat lahir sampai umur kurang lebih
15 tahun, dimana anak mengembangkan berbagai potensi, pandangan
khas, sikap, minat dan kebutuhan-kebutuhan yang dipadukan dalam
struktur gambaran diri.
2) Fase Eksplorasi (Exploration) dari umur 15 tahun sampai dengan umur
24 tahun, dimana seseorang memikirkan berbagai alternatif karir tetapi
belum mengambil keputusan yang mengikat.
3) Fase pemantapan (Establishment) dari umur 25 sampai dengan 44
tahun, dimana seseorang berusaha untuk memantapkan diri melalui
seluk beluk pengalaman yang telah diperoleh.
4) Fase pembinaan (Maintenance) dari umur 45 sampai 64 tahun, dimana
seseorang sudah dewasa menyesuwaikan diri dalam bentuk
penghayatan jabatannya.
5) Fase kemunduran (Decline) bila seseorang memasuki masa pensiun
dan harus menemukan pola hidup baru sesudah melepaskan
jabatannya.
Kelima tahap ini dipandang sebagai acuan bagi munculnya sikap-
sikap dan perilaku yang menyangkut keterlibatan dalam suatu karir yang
tampak dalam tugas-tugas perkembangan karir. Pada masa tertentu dalam
hidupnya individu dihadapkan pada tugas perkembangan karir tertentu.
Perencanaan karir garis besar masa depan (crystalization) 14-18 tahun
yang terutama bersifat kognitif dengan meninjau diri sendiri dan situasi
kehudupannya. Penentu (specification) antara tahun 18-24 tahun, yang
bercirikan mengarah diri kepada bidang pekerjaan tertentu dan
menemuinya. Pemantapan (estabilishment) antara umur 24-35 tahun, yang
bercirikan mampu memegang suatu pekerjaan tertentu. Pengakaran
(consilidation) sesudah umur 35 tahun sampai masa pensiun, yang
bercirikan mencapai status tertentu dan memperoleh senioritas.
22
Donald Super dalam (Winkel & Sri Hastuti, 2006)
mengembangkan konsep kematangan vokasional (career, maturity,
vocational maturity) yang menunjukkan pada keberhasilan seseorang
menyelesaikan tugas perkembangannnya. Indikasi yang relevan dalam
kematangan vokasional adalah :
1) Kemampuan membuat rencana
2) Kerelaan memikul tanggung jawab
3) Serta kesadaran akan segala faktor internal dan eksternal yang
dipertimbangkan dalam membuat suatu perencanaan.
Pandangan Super mengandung beberapa implikasi bagi pendidikan
karir dan konseling karir yang sangat relevan. Konsepsi Super tentang
gambaran diri dan kematangan vokasional menjadi pengangan bagi
seorang tenaga pendiri bila meracangkan pendidikan karir dan bimbingan
karir, yang membawa siswa kepemahaman diri dan pengolahan informasi
tentang dunia kerja, selaras dengan tahap perkembangan karir tertentu.
Dengan demikian program pendidikan karir di SD, SMP, dan SMA harus
bertujuan secara berangsur-angsur mengangkat siswa kepemahaman diri
dan pengolahan informasi yang lebih tinggi dan matang.
2.1.5 Aspek-aspek Perencanaan Karir
Kunci bagi perencanaan yang matang dan keputusan yang
bijaksana terletak pada pengolahan informasi tentang diri dan pemahaman
tentang lingkungan hidupnya. Dengan kata lain siswa memiliki gambaran
tentang informasi yang relevan dan menafsirkan makna bagi dirinya
23
sendiri dan membuat pilihan-piliahan yang dapat dipertanggung jawabkan.
Oleh karena itu kanselor harus membantu siswa dalam memperoleh
informasi yang relevan dan memberikan informasi kepada siswa baik
melalui kegiatan bimbingan karir dalam bentuk kelompok maupun
individual.
Donald Super (dalam Winkel & Sri Hastuti, 2006) mengemukakan
beberapa faktor yang diperlukan dalam membuat perancanaan karir siswa :
a) Informasi tentang diri sendiri yaitu meliputi data tentang : (1)
kemampuan intelektual, (2) bakat khusus dibidang studi akademik, (3)
minat-minat baik yang besifat luas maupun lebih khusus, (4) hasil
belajar dari berbagai bidang studi inti, (5) sifat-sifat kepribadian yang
mempunyai relefansi terhadap suatu program studi akademik, suatu
program latihan prajabatan dan suatu bidang jabatan, seperti berani
berbicara dan bbertindak, kooperatif, sopan dan dapat diandalakan,
bijaksana, rajin, berpotensi, rapi tekun, toleran, tahan dalam situasi
yang penuh ketegangan, terbuka, jujur, dan berwatak baik, (6)
perangkat kemahiran kognitif, seperti kemampuan mengatur arus
pikiran sendiri dalam menghadapi suatu permasalahan, kemampuan
menguraikan secara lisan dan tertulis, kemampuan mengatur dirinya
sendiri, memampuan memahami dan berbicara asing dan kemampuan
menghadap orang lain, (7) nilai-nilai kehidupan dan cita-cita masa
depan, (8) bekal berupa keterampilan khusus yang dimiliki dalam
bidang administrasi/tata usaha, kesenian, olahraga, mekanik, serta
koordinasi motorik, yang senuanya sangat relefan bagi program
perencanaan karir yang diinginkan, (9) kesehatan fisik serta mental,
(10) kematangan vokasional.
b) Data tentang keadaan keluarga dekat juga dimasukan dalam lingkup
informasi tentang gambaran diri sendiri yang sebenarnya termasuk
data sosial. Namun, keadaan keluarga sebagai lingkungan hidup yang
palng bermakna bagi individu yang sehari-hari bersama keluarga ikut
berpengarug besar terhadap pembentukan gambaran diri. Keadaan
keluarga dekat ini meliputi tentang : (1) posisi anak dalam keluarga,
(2) pandangan keluarga tentang peranan kewajiban anak laiki-laki dan
perempuan, (3) harapan keluarga untuk masa depan anak, (4) taraf
sosial ekonomi kehiduapan keluarga, (5) gaya hidup dan suasana
keluarga, (6) taraf pendidikan orang tua, (7) sumber konflik orang tua
dan anak, (8) status perkawinan, (9) siapa yang tinggal dirumah selain
orang tua sendiri dan kakak adik.
24
Konsep diri merupakan benang merah dalam menciptakan satu
kesatuan yang terpadu dan seluruh proses perkembangan karir,
termasuk perencanaan karir dan pengambilan keputusan. Penilaian
siswa terhadap diri sendiri tentang kemampuan intelektual, bakat
khusus dibidang studi akademik dan berbagai keterampilan khusus
mempunyai relevansi terhadap perencanaan karir siswa, karena jika
siswa telah menilai gambaran tentang dirinya sendiri maka siswa
cenderung berperilaku sesuai dengan persepsinya.
c) Informasi tentang lingkunya hidup yang relevansi bagi perencanaan
karir, khususnya informasi pendidikan (education information) dan
informasi jabatan (vocational information), yang bersama-sama
dikenal dengan informasi karir (career information). Pemberian
informasi ini bertujuan agar siswa mempunyai pemehaman tentang
jenis-jenis pekerjaan yang ada didalam masyarakat, mengenai
informasi-informasi jenis-jenis pendidikan kelanjutan studi dan
mengenai prospek informasi pekerjaan yang dibutuhkan masyarakat
dimasa depan.
Berdasarkan kutipan dari para ahli di atas penulis mengacu pada
teori trait-factor konseling oleh Donald Super (dalam Winkel & Sri
Hastuti, 2006) yang didalamnya terdapat aspek-aspek perencanaan karir
yang semuanya mendukung didalam penelitian penulis.
2.1.6 Langkah-langkah Dalam Perencanaan Karir
Konselor dalam membantu siswa membuat perencanaan karir
siswa tidaklah mudah, karena konselor harus mempertimbangkan beberapa
aspek yang ada didalam diri siswa. Winkel dan Hastuti (2006) menyatakan
beberapa tantangan konselor dalam membantu perencanaan karir siswa
yaitu :
1) Harus mempertimbangkan taraf vokasional siswa.
2) Harus menghindari bahaya yang terkandung dalam memberikan saran
tentang pilihan yang dibuat, karena sebaiknya mungkin tidak
dimengerti oleh siswa dan hanya mengikuti saran saja.
3) Harus menghindari ramalan yang bersifat dogmatik tentang
kemungkinan konseli akan berhasil atau gagal dalam mengambil suatu
jalur. Setelah siswa mendapat penjelasan tentang makna data yang
tersedia tentang diri sendiri dan tentang lingkungan hidupnya, dia tetap
bebas memilih.
25
4) Harus dihindari memberikan kesan hanya terdapat satu karir yang
cocok bagi konseli dan akan memuaskan baginaya. Maka dapat
dianggap bijaksana jika seorang siswa membuat beberapa alternative
dalam urutan prioritas : pilihan pertama, kedua dan seterusnya.
5) Harus dijaga apabila siswa membuat pilihan hanya atas dasar
keinginan saja. Alternatif yang tersedia selain ditinjau dari sudut
pandang yang diinginkan, juga harus ditinjau dari sudut pandang
apakah dimungkinkan, dan dapat membaa hasil yang diharapkan
seandainya dipilih.
Berdasarkan kutipan dari para ahli di atas penulis mengacu pada
teori trait-factor konseling oleh Donald Super (dalam Winkel & Sri
Hastuti, 2006) yang didalamnya terdapat langkah-langkah perencanaan
karir yang semuanya mendukung dalam penelitian penulis.
2.2 Film Dokumenter
2.2.1 Pengertian Media BK
Kata media berasal dari bahasa Latin medius, merupakan bentuk
jamak dari kata medium yang secara harfiah berarti perantara atau
pengantar. Menurut AECT ( The Association for Educational
Comunications and Technology, dalam Azhar Arsyadi, 2011) media
adalah sebagai segala bentuk dan saluran yang dipergunakan untuk proses
penyaluran pesan. Miarso menyatakan media adalah segala sesuatu yang
dapat digunakan untuk menyalurkan pesan yang dapat merangsang
pikiran, perasaan, perhatian, dan kemauan siswa untuk belajar. Gagne (
dalam Sadiman, dkk 2002 ) menyatakan bahwa media adalah berbagai
jenis kompenen dalam lingkungan siswa dapat merangsangnya untuk
belajar. Briggs (dalam Sadiman dkk, 2003) berpendapat bahwa media
adalah sebagai alat fisik yang dapat menyajikan pesan serta merangsang
siswa untuk belajar. Gerlach dan Ely (dalam Azhar Arsyad, 2011)
26
mengatakan bahwa media apabila dipahami secara garis besar adalah
manusia, materi atau kejadian yang membangun kondisi yang membuat
siswa mampu memperoleh pengetahuan, keterampilan atau sikap.
Dari beberapa pendapat di atas dapat disimpulkan bahwa media
adalah peralatan yang dapat dipakai atau dimanfaatkan untuk merangsang
perkembangan fisik, motorik, sosial, emosi, kognitif, kreatifitas dan bahasa
anak sehingga ia mampu mendorong terjadinya proses belajar mengajar
pada diri anak.
Arti media bagi konselor yang mempunyai tugas spesial yaitu
memberikan layanan bimbingan dan konseling? Pengertian media dalam
bimbingan konseling sebagai hal yang digunakan menjadi perantara atau
pengantar ketika guru BK (konselor) melaksanakan program BK, misalnya
konselor ketika melaksanakan konseling individu memerlukan ruang
konseling, media konseling yang bisa berupa media elektronik maupun
non elektronik. Bimbingan dan konseling sebagai suatu proses pemberian
bantuan kepada individu (siswa), dilaksanakan melalui berbagai macam
layanan. Layanan tersebut saat ini, pada saat jaman semakin berkembang,
tidak hanya dapat dilakukan dengan tatap muka secara langsung, tapi juga
bisa dengan memanfaatkan media atau teknologi informasi yang ada.
Berdasarkan kutipan dari para ahli di atas penulis mengacu pada
teori AECT ( The Association for Educational Comunications and
Technology, dalam Azhar Arsyad, 2011) yang di dalamnya terdapat aspek-
aspek tentang media pembelajaran bimbingan dan konseling yang salah
27
satunya meliputi film dokumenter dimana semuanya mendukung dalam
penelitian penulis.
2.2.2. Fungsi Media
Hamalik (dalam Azhar Arsyad, 2011) mengemukakan bahwa
pemakaian media pengajaran dalam proses belajar mengajar dapat
membangkitkan keinginan & minat yang baru, membangkitkan motivasi
dan rangsangan kegiatan belajar & bahkan membawa pengaruh psikologis
terhadap siswa. Penggunaan media pengajaran pada tahap orientasi
pengajaran akan sangat membantu keefektifan proses pembelajaran &
penyampaian pesan dan isi pelajaran pada saat itu. Di samping
membangkitkan motivasi dan minat siswa, media pengajaran juga dapat
membantu siswa meningkatkan pemahaman, menyajikan data dengan
menarik & terpercaya, memudahkan penafsiran data & memadatkan
informasi.
Media pengajaran, menurut Kemp dan Dayton (dalam Azhar Arsyad,
2011) dapat memenuhi tiga fungsi utama apabila media itu digunakan untuk
perorangan, kelompok atau kelompok pendengar yang besar jumlahnya,
yaitu:
1. Memotivasi minat atau tindakan
Untuk memotivasi minat atau tindakan siswa, media pengajaran
dapat direalisasikan dengan teknik drama atau hiburan. Hasil yang
diharapkan adalah melahirkan minat dan merangsang para siswa atau
pendengar untuk bertindak.
2. Menyajikan informasi
Media pengajaran dapat digunakan dalam rangka penyajian
informasi dihadapkan sekelompok siswa. Isi dan penyajian bersifat
umum, berfungsi sebagai pengantar, ringkasan laporan atau
pengetahuan latar belakang.
28
3. Memberi instruksi
Media berfungsi untuk tujuan instruksi dimana informasi yang
terdapat dalam media itu harus melibatkan siswa baik dalam benak atau
mental maupun dalam bentuk aktivitas yang nyata sehingga
pembelajaran dapat terjadi. Materi harus dirancang secara lebih
sistematis dan psikologis dilihat dari segi prinsip-prinsip belajar agar
dapat menyiapkan instruksi yang efektif. Disamping menyenangkan,
media pengajaran harus dapat memberikan pengalaman yang