14 BAB II KAJIAN TEORI DAN KERANGKA PEMIKIRAN A. Kajian Teori 1. Hakikat Belajar dan Pembelajaran a. Hakikat Belajar Menurut Burton (1984) dalam Siregar (2014, hlm. 4) Belajar adalah proses perubahan tingkah laku pada diri individu karena adanya interaksi antara individu dengan lingkungannya sehingga mereka lebih mampu berinteraksi dengan lingkungannya. Rusman (2015, hlm. 12) Berpendapat bahwa belajar merupakan salah satu faktor yang mempengaruhi dan berperan penting dalam pembentukan pribadi dan perilaku individu. Pendapat tersebut menempatkan belajar sebagai faktor dalam pembentukan karakter dan perilaku. Pembentukan pribadi dan prilaku seseorang sangat dipengaruhi oleh kegiatan belajarnya, misal dia tidak dapat belajar dengan baik, maka akan menghasilkan pembentukan pribadi dan prilaku tidak baik begitupun sebaliknya. Murfiah (2017, hlm. 1) mengatakan bahwa: Belajar merupakan kebutuhan yang paling mendasar dalam kehidupan umat manusia, sebab tanpa belajar kehidupan manusia tidak akan berarti dalam hidupnya. Belajar memiliki dimensi kehidupan yang berkaitan, karena itu untuk kesuksesan dalam belajar dibutuhkan guru, sistem nilai, moral, kekuatan, daya saing, perjuangan dan motivasi beprestasi. Belajar memberikan arti yang mendalam bagi setiap orang yang menggunakannya. Belajar sebagai sebuah wahana yang memberikan jalan terhadap setaip kebutuhan yang terjadi di dalam kehidupan. Berdasarkan definisi belajar menurut para ahli dapat disimpulkan bahwa belajar adalah suatu proses yang dilakukan seseorang yang mendasar dalam kehidupan umat manusia, sebab tanpa belajar kehidupan manusia tidak akan berarti dalam hidupnya. b. Pengertian Belajar Manusia berinteraksi dengan lingkungan yang ditunjukan dalam berbagai bentuk seperti perubahan pengetahuan, pemahaman, sikap, dan tingkah laku, keterampilan, kecakapan, kebiasaan serta perubahan aspek-aspek lain yang ada
36
Embed
BAB II KAJIAN TEORI DAN KERANGKA PEMIKIRAN A. 1.repository.unpas.ac.id/36009/5/BAB II.pdf · 2018. 9. 7. · 14 BAB II KAJIAN TEORI DAN KERANGKA PEMIKIRAN A. Kajian Teori 1. Hakikat
This document is posted to help you gain knowledge. Please leave a comment to let me know what you think about it! Share it to your friends and learn new things together.
Transcript
14
BAB II
KAJIAN TEORI DAN KERANGKA PEMIKIRAN
A. Kajian Teori
1. Hakikat Belajar dan Pembelajaran
a. Hakikat Belajar
Menurut Burton (1984) dalam Siregar (2014, hlm. 4) Belajar adalah proses
perubahan tingkah laku pada diri individu karena adanya interaksi antara individu
dengan lingkungannya sehingga mereka lebih mampu berinteraksi dengan
lingkungannya.
Rusman (2015, hlm. 12) Berpendapat bahwa belajar merupakan salah satu
faktor yang mempengaruhi dan berperan penting dalam pembentukan pribadi dan
perilaku individu. Pendapat tersebut menempatkan belajar sebagai faktor dalam
pembentukan karakter dan perilaku. Pembentukan pribadi dan prilaku seseorang
sangat dipengaruhi oleh kegiatan belajarnya, misal dia tidak dapat belajar dengan
baik, maka akan menghasilkan pembentukan pribadi dan prilaku tidak baik
begitupun sebaliknya.
Murfiah (2017, hlm. 1) mengatakan bahwa:
Belajar merupakan kebutuhan yang paling mendasar dalam kehidupan umat
manusia, sebab tanpa belajar kehidupan manusia tidak akan berarti dalam
hidupnya. Belajar memiliki dimensi kehidupan yang berkaitan, karena itu
untuk kesuksesan dalam belajar dibutuhkan guru, sistem nilai, moral,
kekuatan, daya saing, perjuangan dan motivasi beprestasi. Belajar
memberikan arti yang mendalam bagi setiap orang yang menggunakannya.
Belajar sebagai sebuah wahana yang memberikan jalan terhadap setaip
kebutuhan yang terjadi di dalam kehidupan.
Berdasarkan definisi belajar menurut para ahli dapat disimpulkan bahwa
belajar adalah suatu proses yang dilakukan seseorang yang mendasar dalam
kehidupan umat manusia, sebab tanpa belajar kehidupan manusia tidak akan
berarti dalam hidupnya.
b. Pengertian Belajar
Manusia berinteraksi dengan lingkungan yang ditunjukan dalam berbagai
bentuk seperti perubahan pengetahuan, pemahaman, sikap, dan tingkah laku,
keterampilan, kecakapan, kebiasaan serta perubahan aspek-aspek lain yang ada
15
pada individu yang belajar. Belajar merupakan tindakan dan prilaku siswa yang
kompleks. Sebagai tindakan, maka belajar hanya dialami oleh siswa sendiri.
Siswa adalah penentu terjadi atau tidaknya proses bel ajar. Proses belajar terjadi
berkat siswa memperoleh sesuatu yang ada di keadaan alam, benda-benda, hewan,
tumbuh-tumbuhan, manusia atau hal-hal yang dijadikan bahan belajar.
Burton, dalam sebuah buku “The Guidance of Learning Activities” (dalam
Aunurrahman, 2010 hlm. 35) mengatakan bahwa pengertian belajar sebagai
perubahan tingkah laku pada diri individu berkat adanya interaksi antara individu
dengan individu dan individu dengan lingkungan sehingga mereka mampu
berinteraksi dengan lingkungannya.
Belajar merupakan suatu proses, suatu kegiatan dan bukan suatu hasil atau
tujuan. Belajar bukannya hanya mengingat, akan tetapi lebih luas dari pada itu,
yakni mengalami. Hasil belajar bukan suatu penguasaan hasil latihan, melainkan
perubahan kelakuan.
Tindakan belajar tentang sesuatu hal dan hal tersebut tampak sebagai prilaku
belajar yang tampak dari luar dan dapat dilihat oleh orang lain. Menurut Skinner
(dalam Mudjono, 2013 hlm. 9) bahwa belajar adalah suatu perilaku. Pada saat
orang belajar, maka responnya menjadi lebih baik. Sebaliknya, bila ia tidak
belajar maka responnya menurun. Belajar adalah seperangkat proses kognitif yang
mengubah sifat stimulasi lingkungan, melewati pengolahan informasi, menjadi
kapbilitas baru menurut Gagne (dalam Dimyati, 2013 hlm. 10).
Berdasarkan pendapat diatas, dapat disimpulkan bahwa belajar merupakan
proses perubahan perilaku akibat interaksi seseorang dengan lingkungannya
dengan tujuan untuk membangun berbagai keterampilan dan pengalaman siswa
sehingga dapat meningkatkan pengetahuan, kecakapan, sikap serta keterampilan
sebagai bekal untuk hidup yang lebih baik.
c. Ciri-ciri Belajar
Beberapa ciri umum kegiatan belajar menurut Aunurrahman, 2010 hlm. 35
sebagai berikut:
1. Belajar menunjukkan suatu aktivitas pada diri seseorang yang disadari
atau disengaja.
16
Aktivitas ini menunjukan pada keaktifan seseorang dalam melakukan
suatu kegiatan tertentu, baik pada aspek-aspek jasmaniah maupun aspek
mental yang memungkinkan terjadinya perubahan pada dirinya. Dengan
demikian dapat dipahami bahwa suatu kegiatan belajar dikatakan semakin
baik bilamana intensitas keaktifan jasmaniah maupun mental seseorang
semakin tinggi.
2. Belajar merupakan interaksi individu dengan lingkungannya.
Lingkungan dalam hal ini dapat berupa manusia atau objek-objek lain
yang memungkinkan individu memperoleh pengalaman-pengalaman atau
pengetahuan, baik pengalaman atau pengetahuan baru maupun sesuatu yang
penah diperoleh atau ditemukan sebelumnya akan tetapi menimbulkan
perhatian kembali bagi individu tersebut sehingga memungkinkan terjadinya
interaksi.
3. Hasil belajar ditandai dengan perubahan tingkah laku.
Walaupun tidak semua perubahan tingkah laku merupakan hasil belajar,
akan tetapi aktivitas belajarbelajar umumnya disertai perubahan tingkah laku,
perubahan tingkah laku pada kebanyakan hal merupakan suatu perubahan
yang dapat diamati. Perubahan-perubahan yang dapat diamati kebanyakan
berkenaan dengan perubahan aspek-aspek motorik.
d. Tujuan Belajar
Belajar pada hakikatnya merupakan proses kegiatan secara berkelanjutan
dalam rangka perubahan perilaku siswa secara kontruksi. Hal ini sejalan dengan
Undang-undang Sistem Pendidikan Nasional Nomor 20 Tahun 2003 yang
menyatakan, pendidikan adalah usaha sadar dan terencana untuk mewujudkan
suasana belajar dan proses pembelajaran agar siswa secara aktif mengembangkan
potensi dirinya untuk memiliki kekuatan spiritual keagamaan, pengendalian diri,
kepribadian, kecerdasan, dan akhlak mulia, serta keterampilan yang diperlukan
dirinya, masyarakat bangsa, dan negara.
17
2. Pengertian Pembelajaran
a. Defini Pembelajaran
Definisi pembelajaran menurut Sadiman, dkk., (1986, hlm. 2) Belajar
(Learning) adalah suatu proses yang kompleks yang terjadi pada semua orang dan
berlangsung seumur hidup, sejak ia masih bayi sampai ke liang lahat nanti.
Belajar dapat terjadi di rumah, di sekolah, di tempat kerja, di tempat ibadah, dan
di masyarakat, serta berlangsung dengan cara apa saja, dari apa, bagaimana, dan
siapa saja. Salah satu tanda seseorang telah belajar adalah adanya perubahan
tingkah laku dalam dirinya. Perubahan tingkah laku tersebut meliputi perubahan
pengetahuan (kognitif), keterampilan (psikomotor), dan perubahan sikap atau
tingkah laku (afektif).
Pembelajaran (Instruction) adalah suatu usaha untuk membuat peserta didik
belajar atau suatu kegiatan untuk membelajarkan peserta didik (Warsita, 2008,
hlm. 85). Dalam pengertian lain, pembelajaran adalah usaha-usaha yang terencana
dalam memanipulasi sumber-sumber belajar agar terjadi proses belajar dalam diri
peserta didik (Sadiman dkk, 1986, hlm. 7). Sedangkan menurut Depdiknas (dalam
Warsita, 2008, hlm. 85) Dalam UU No. 20 Tahun 2003 tentang Sikdiknas Pasal 1
Ayat 20, Pembelajaran adalah proses interaksi peserta didik dengan pendidik dan
sumber belajar pada suatu lingkungan belajar.
Menurut Pribadi (2009, hlm. 10) menjelaskan bahwa, Pembelajaran adalah
proses yang sengaja dirancang untuk menciptakan terjadinya aktivitas belajar
dalam individu. Sedangkan pembelajaran menurut Gegne (dalam Pribadi, 2009,
hlm. 9) menjelaskan Pembelajaran adalah serangkaian aktivitas yang sengaja
diciptakan debgan maksud untuk memudahkan terjadinya proses belajar.
Dari semua pendapat mengenai pembelajaran menurut para ahli dapat
disimpulkan bahwa pembelajaran merupakan suatu interaksi aktif antara guru
yang memberikan bahan pelajaran dengan siswa sebagai objeknya. Proses
pembelajaran merupakan kegiatan yang didalamnya terdapat sistem rancangan
pembelajaran hingga menimbulkan sebuah interaksi antara pemateri (guru)
dengan penerima materi (murid/siswa). Adapun beberapa rancangan proses
kegiatan pembelajaran yang harus diterapkan adalah dengan melakukan
pendekatan pembelajaran, strategi pembelajaran serta metode pembelajaran.
18
b. Ciri-ciri Pembelajaran
Ciri pembelajaran yang dikemukakan oleh Eggen dan Kauchak (Sugandi dkk.
2007, hlm. 15) yang menjelaskan bahwa ada enam ciri pembelajaran yang efektif,
yaitu:
1) Siswa menjadi pengkaji yang aktif terhadap lingkungannya melalui
mengobservasi, membandingkan, menemukan kesamaan-kesamaan dan
perbedaan-perbedaan serta membentuk konsep dan generalisasi
berdasarkan kesamaan-kesamaan yang ditemukan.
2) Guru menyediakan materi sebagai fokus berpikir dan berinteraksi dalam
pelajaran.
3) Aktivitas-aktivitas siswa sepenuhnya didasarkan pada pengkajian.
4) Guru secara aktif telibat dalam pemberian arahan dan tuntutan kepada
siswa dalam menganalisis informasi.
5) Orientasi pembelajaran, penguasaan isi pelajaran dan pengembangan
keterampilan berpikir.
6) Guru menggunakan teknik mengajar yang bervariasi sesuai dengan tujuan
dan gaya mengajar guru.
c. Aktivitas Pembelajaran
Proses aktivitas pembelajaran harus melibatkan seluruh aspek psikofisis
siswa, baik jasmani maupun rohani sehingga akselerasi perubahan berikutnya
yang terjadi dapat terjadi sangat cepat, tepat, mudah dan benar baik berkaitan
dengan aspek kognitif, afektif maupun psikomotor.
Dalam keseluruhan proses pendidikan di sekolah, pembelajaran merupakan
aktivitas yang paling utama. Ini berarti keberhasilan pencapaian tujuan pendidikan
banyak bergantung pada bagaimana proses pembelajaran dapat berlangsung
secara efektif. Menurut Oemar Hamalik (dalam Sitiatava, 2013, hlm. 17)
mengatakan bahwa pembelajaran ialah suatu kombinasi yang tersusun dari unsur
manusiawi, material, fasilitas, perlengkapan, dan prosedur yang saling
mempengaruhi untuk mencapai tujuan pembelajaran.
Dari definisi di atas, pembelajaran tidak semata-mata menyampaikan materi
sesuai target kurikulum tanpa memperhatikan kondisi siswa, tetapi juga terkait
dengan unsur manusiawi, material, fasilitas, perlengkapan, dan prosedur yang
19
saling mempengaruhi demi mencapai tujuan pembelajaran. Jadi, pembelajaran
adalah ringkasan dari kata belajar dan mengajar atau interaksi dua arah antara
guru dan siswa, serta teori dan praktik.
d. Pembelajaran Tematik
Menurut Hadi Subroto (2000, hlm. 9) Pembelajaran Tematik adalah
pembelajaran yang diawali dengan suatu tema tertentu yang mengaitkan dengan
pokok bahasan lain, konsep tertentu dikaitkan dengan konsep lain yang dilakukan
secara spontan atau direncanakan baik dalam satu bidang studi atau lebih dan
dengan beragam pengalaman belajar sehingga pembelajaran menjadi semakin
bermakna.
Prabowo (2002, hlm. 4) menyatakan bahwa Pembelajaran Tematik/Terpadu
adalah suatu proses pembelajaran dengan melibatkan atau mengkaitkan berbagai
bidang studi. Pembelajaran terpadu, merupakan pendekatan belajar mengajar yang
memperhatikan dan menyesuaikan dengan tingkat perkembangan anak didik.
Dengan membaca pendapat-pendapat para ahli di atas, maka penulis
berpendapat bahwa pembelajaran tematik atau pembelajaran terpadu adalah suatu
sistem pembelajaran yang melibatkan dua atau lebih bidang studi dengan suatu
tema yang sama, yang dapat lebih memberikan kesan mendalam bagi siswa
sehingga kemampuan siswa memahami materi lebih meningkat.
Pada dasarnya pembelajaran tematik merupakan suatu sistem pembelajaran
yang memungkinkan siswa baik individu maupun kelompok aktif mencari,
menggali, dan menemukan konsep serta prinsip keilmuan secara holistik,
bermakna, dan otentik. Melalui pembelajaran terpadu siswa dapat pengalaman
langsung dalam proses belajarnya, hal ini dapat menambah daya kemampuan
siswa semakin kuat tentang hal-hal yang dipelajarinya.
e. Karakteristik Pembelajaran Tematik
Sebagai suatu model pembelajaran di sekolah dasar, pembelajaran tematik
memiliki karakteristik-karakteristik sebagai berikut:
1) Berpusat pada siswa
Pembelajaran tematik berpusat pada siswa (Student Centered) hal ini
sesuai dengan pendekatan belajar modern yang lebih banyak menempatkan
siswa sebagai subjek belajar sedangkan guru lebih banyak berperan sebagai
20
fasilitator yaitu memberikan kemudahan-kemudahan kepada siswa untuk
melakukan aktivitas belajar.
2) Memberikan pengalaman langsung
Pembelajaran tematik dapat memberikan pengalaman langsung kepada
siswa (Direct Experiences). Dengan pengalaman langsung ini, siswa
dihadapkan pada sesuatu yang nyata (konkrit) sebagai dasar untuk memahami
hal-hal yang lebih abstrak.
3) Pemisahan mata pelajaran tidak begitu jelas
Dalam pembelajaran tematik pemisahan antar mata pelajaran menjadi
tidak begitu jelas. Fokus pembelajaran diarahkan kepada pembahasan tema-
tema yang paling dekat berkaitan dengan kehidupan siswa.
4) Mengajikan konsep dari berbagai mata pelajaran
Pembelajaran tematik menyajikan konsep-konsep dari berbagai mata
pelajaran dalam suatu proses pembelajaran. Dengan demikian, Siswa mampu
memahami konsep-konsep tersebut secara utuh. Hal ini diperlukan untuk
membantu siswa dalam memecahkan masalah-masalah yang dihadapi dalam
kehidupan sehari-hari.
5) Bersifat Fleksibel
Pembelajaran tematik bersifat luwes (Fleksibel) dimana guru dapat
mengaitkan bahan ajar dari satu mata pelajaran dengan mata pelajaran yang
lainnya, bahkan mengaitkannya dengan kehidupan siswa dan keadaan
lingkungan dimana sekolah dan siswa berada.
6) Hasil pembelajaran sesuai dengan minat dan kebutuhan siswa
Siswa diberi kesempatan untuk mengoptimalkan potensi yang
dimilikinya sesuai dengan minat dan kebutuhannya.
f. Pembelajaran Tematik Pada Kurikulum 2013
Pembelajaran Kurikulum 2013 adalah bentuk pembelajaran yang diharapkan
sebagai akibat Kebijakan pemberlakuan Kurikulum 2013. Kebijakan tentang
pembelajaran kurikulum 2013 ini tercantum dalam dokumen regulasi
Permendikbud No. 81A tahun 2013 yang diperbaharui dengan Permendikbud No.
104 tahun 2014 tentang Pembelajaran. Sudah barang tentu pembelajaran
kurikulum 2013 membawa konsekwensi yang harus ditindaklanjuti oleh semua