BAB II KAJIAN TEORI DAN HIPOTESIS 2.1 Teori Kepemimpinan 2.1.1 Pengertian Kepemimpinan ”Kepemimpinan menurut Ralph M. Stogdill (Wahjosumidjo 1994:23) didefinisikan sebagai sarana pencapaian tujuan yang dimaksudkan dalam hubungan ini pemimpin merupakan seseorang y a ng me miliki suatu program dan yang berperilaku secara bersama - sama dengan anggota - anggota kelompok dengan mempergunakan cara atau gaya tertentu, sehingga kepemimpinan mempunyai peranan sebagai kekuatan dinamik yang mendorong, memotivasi dan mengkoordinasikan organisasi dalam mencapai tujuan yang telah ditetapkan”. Kepemimpinan adalah sebuah proses memberi arti (pengarahan berarti) terhadap usaha kolektif, dan yang akan mengakibatkan kesediaan untuk melakukan usaha yang diinginkan untuk mencapai sasaran (Jacob & Jacques 1990 : 281) Dari Definisi ini, nampak bahwa kepemimpinan adalah suatu proses, bukan orang. Proses dalam kepemimpinan meliputi tiga faktor, yaitu pemimpin, pengikut dan faktor situasi Perlu diperhatikan bahwa definisi tersebut tidak menyebut suatu jenis organisasi tertentu. Dalam situasi apa pun dimana seseorang berusaha mempengaruhi perilaku orang lain atau kelompok maka sedang berlangsung kepemimpinan. Dengan 9
35
Embed
BAB II KAJIAN TEORI DAN HIPOTESIS 2.1 Teori Kepemimpinan …eprints.ung.ac.id/4446/5/2013-2-61201-931409032-bab2... · langsung apa yang harus dilakukan oleh bawahan dan apa yang
This document is posted to help you gain knowledge. Please leave a comment to let me know what you think about it! Share it to your friends and learn new things together.
Transcript
9
BAB II
KAJIAN TEORI DAN HIPOTESIS
2.1 Teori Kepemimpinan
2.1.1 Pengertian Kepemimpinan
”Kepemimpinan menurut Ralph M. Stogdill (Wahjosumidjo 1994:23)
didefinisikan sebagai sarana pencapaian tujuan yang dimaksudkan dalam
hubungan ini pemimpin merupakan seseorang y a ng me miliki suatu
program dan yang berperilaku secara bersama - sama dengan anggota -
anggota kelompok dengan mempergunakan cara atau gaya tertentu,
sehingga kepemimpinan mempunyai peranan sebagai kekuatan dinamik
yang mendorong, memotivasi dan mengkoordinasikan organisasi dalam
mencapai tujuan yang telah ditetapkan”.
Kepemimpinan adalah sebuah proses memberi arti (pengarahan
berarti) terhadap usaha kolektif, dan yang akan mengakibatkan kesediaan
untuk melakukan usaha yang diinginkan untuk mencapai sasaran (Jacob &
Jacques 1990 : 281)
Dari Definisi ini, nampak bahwa kepemimpinan adalah suatu
proses, bukan orang. Proses dalam kepemimpinan meliputi tiga faktor,
yaitu pemimpin, pengikut dan faktor situasi Perlu diperhatikan bahwa
definisi tersebut tidak menyebut suatu jenis organisasi tertentu. Dalam
situasi apa pun dimana seseorang berusaha mempengaruhi perilaku orang
lain atau kelompok maka sedang berlangsung kepemimpinan. Dengan
9
10
demikian setiap orang melakukan proses kepemimpinan dari waktu ke
waktu, apakah aktivitasnya dipusatkan dalam dunia usaha, lembaga
pendidikan, rumah sakit, organisasi politik, atau keluarga. Dari beberapa
teori diatas yang menjadi acuan dalam penelitian ini yaitu teori menurut
Stogdill (dalam Wahjosumidjo 1995:23).
2.1.2 Tipe-Tipe Kepemimpinan
Siagian (1993 : 27) mengemukakan, ada beberapa tipe
kepemimpinan yang antara lain :
1) Tipe Otokratik.
Tipe kepemimpinan ini berdasarkan dari pada kekuasaan dan
pelaksanaan yang harus dipatuhi. Setiap perintah dan kebijakan yang
ditetapkan tanpa berkonsultasi dengan bawahannya, tipe ini
senantiasa ingin berkuasa mutlak dan tunggal.
2) Tipe Paternalistik.
Tipe yang berwujud keinginan agar pemimpin mau berperan
sebagai bapak yang bersifat melindungi dan layak dijadikan sebagai
tempat bertanya dan untuk memperoleh petunjuk. Pemimpin dengan
tipe ini menganggap bahwa bawahannya sebagai orang yang belum
dewasa dan jarang memberikan kesempatan kepada bawahannya
untuk mengambil keputusan sendiri.
3) Tipe Karismatik.
Yaitu tipe yang memiliki daya tarik dan bawahannya sangat
dikagumi oleh banyak pengikutnya.
11
4) Tipe Laissez Faire.
Yaitu tipe pemimpin yang berpandanga n bahwa pada umumnya
organisasi akan berjalan lancar dengan sendirinya ka rena para
anggota organisasi terdiri dari orang–orang yang sudah dewasa dan
bert anggung jawab atas pekerjaan yang dilakukan oleh bawahannya.
5) Tipe Demokratis.
Yaitu tipe kepemimpinan yang memberikan bimbingan yang
efisien kepada bawahannya dan terd apat koordinasi. Pekerjaan dari
semua bawahannya dan mempunyai kerja sama yang baik.”
Dari tipe – tipe di atas dapat ditarik kesimpulan bahwa seorang
pemimpin haruslah sebagai bapak yang kharismatik yang bersifat
melindungi, layak dijadikan sebagai tempat bertanya untuk memperoleh
petunjuk, memberikan bimbingan yang efisien kepada bawahannya serta
mengkoordi nasikan segala sesuatu dengan baik.
(Sule & Saefullah 2006:269) Dalam hal perilaku pemimpin, ada
empat tipe pemimpin berdasarkan model jalan tujuan yakni :
1. Pemimpin direktif, yaitu pemimpin yang cenderung menentukan
langsung apa yang harus dilakukan oleh bawahan dan apa yang di
harapkan oleh pemimpin. Pemimpin seperti ini langsung memberikan
arah dan panduan, serta memberikan jadwal kerja spesifik.
2. Pemimpin Suportif, yaitu pemimpin yang cenderung bersahabat dan
mudah diajak berdialog oleh siapapun, memberikan perhatian penuh
12
pada kesejahteraan bawahan, serta memperlakukan anggota secara
setara.
3. Pemimpin Partisipatif, yaitu pemimpin yang cenderung untuk
memberikan konsultasi kepada bawahan, mengakomodai berbagai
masukan, serta melibatkan bawahan dalam pengambilan keputusan.
4. Pemimpin Prestatif, yaitu pemimpin yang memiliki misi perubahan dan
standar yang tinggi akan produktivitas, memberikan dorongan kepada
bawahan untuk berprestasi, dan memotivasi kemampuan bawahan
dalam melakukan berbagai pekerjaan.
Sedangkan menurut Hasibuan (2006:170 ) gaya atau tipe
kepemimpinan disajikan tidak persis sama, tetapi makna dan hakikatnya
bertujuan untuk mendorong gairah kerja, kepuasan kerja, dan
produktivitas kerja karyawan yang tinggi agar dapat mencapai tujuan
orgnaisasi yang maksimal. Tipe kepemimpinan yang dimaksud adalah
sebagai berikut :
1. Kepemimpinan Otoriter, adalah kekuasaaan atau wewenang, sebagian
besar mutlak tetap berada pada pimpinan atau kalau pimpinan itu
menganut sistem sentralisasi wewenang.
2. Kepemimpinan Partisipasif, adalah apabila dalam kepemimpinannya
dilakukan dengan cara persuasif, menciptakan kerja sama yang serari,
menumbuhkan loyalitas, dan partisipasi para bawahan.
13
3. Kepemimpinan Delegatif, adalah apabila seorang pemimpin
mendelegasikan wewenang bawahan agak lengkap.
4. Kepemimpinan Situasional, adalah gaya kepemimpinan yang harus
digunakan kepada individu atau kelompok tergantung tingkat kesiapan
orang yang akan dipengaruhi.
Demikian pula dijelaskan oleh Blake dan Mouton dalam (Sule &
Saefullah 2006:262) mengenai gaya atau tipe kepemimpinan yang
dinamakan management grid dan seringkali juga disebut sebagai
democatic management sytle adalah sebagai berikut :
1. Improvished Managament atau gaya manajemen yang memiliki
karakteristik rendah sekali upaya yang dilakukan baik untuk melakukan
pekerjaan maupun membangun tim atau relasi sosial.
2. Country cub management atau tipe kepemimpinan yang memiliki
perhatian yang tinggi pada orang-orang namun rendah terhadap
pekerjaan.
3. Middle of the road management atau tipe kepemimpinan berada dalam
posisi yang seimbang, dan cukup baik untuk digunakan dalam sebuah
organisasi, karena memiliki orientasi yang cukup baik pada orang-
orang maupun pekerjaan.
4. Authory compliance atau tipe kepemimpinan yang merupakan
kebalikan dari country club management dimana pemimpin atau
manajer cenderung lebih berorientasi pada pekerjaan dan sangat
mengabaikan pada orang-orang.
14
5. Team management adalah pemimpin atau manajer yang ideal dimana
mereka memiliki perhatian yang tinggi kepada pekerjaan sekaligus
orang-orang.
2.1.3 Peran Kepemimpinan
Peran kepemimpinan merupakan aspek yang dinamis dari
kedudukan (status). Apabila seseorang yang melakukan hak dan
kewajibannya sesuai dengan kedudukannya, maka dia menjalankan suatu
peranan (Soekanto 1984 : 237).
Menurut Thoha (2006 : 49) bahwa “peran kepemimpinan
merupakan norma perilaku yang digunakan oleh seseorang pada saat
orang tersebut mencoba mempengaruhi perilaku orang lain seperti yang ia
lihat. Sedangkan Gibson (2001 : 263) menyatakan bahwa “gaya
kepemimpinan adalah usaha mempengaruhi orang antar perseorangan
(interpersonal) berkat proses komunikasi untuk mencapai sesuatu atau
beberapa tujuan”. Selanjutnya Harsey dan Blanchard (2004 : 150),
mengemukakan “Gaya kepemimpinan adalah pola perilaku konsisten
yang mereka terapkan dalam bekerja dengan melalui orang lain seperti
yang dipersepsikan orang-orang itu.”
Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa setiap pemimpin pada
dasarnya memiliki perilaku yang berbeda dalam memimpin para
pengikutnya, perilaku para pemimpin itu disebut dengan peran
kepemimpinan. Peran atau gaya kepemimpinan merupakan suatu cara
15
pemimpin untuk mempengaruhi bawahannya yang dinyatakan dalam
bentuk pola tingkah laku atau kepribadian.
2.1.4 Peranan dan fungsi kepemimpinan
Menurut Covey (dalam Yuliani 2002 : 6) ada tiga peranan pemimpin
dalam kelompok/organisasi antara lain :
1. Pathfinding (pencarian alur), mengsandung sistem nilai dan visi
dengan kebutuhan pelanggan melalui suatu perencanaan strategis
yang disebut the strategic pathway (jalur strategi).
2. Aligning (penyelarasan), upaya memastikan bahwa struktur, sistem
dan operasional organisasi memberi dukungan pada pencapaian visi
dan misi dalam memenuhi kebutuhan pelanggan.
3. Empowerment (pemberdayaan), suatu semangat yang digerakkan
dalam diri orang-orang yang mengungkapkan bakat, kecerdikan dan
kreativitas laten, untuk mampu mengerjakan apapun dan konsisten
dengan prinsip-prinsip yang disepakati untuk mencapai nilai, visi dan
misi bersama dalam melayani pelanggan.
Sedangkan menurut Rivai (2004 : 53) fungsi kepemimpinan
memiliki dua dimensi yakni :
a. Dimensi yang berkenaan dengan tingkat kemampuan mengarahkan
(direction) dalam tindakan atau aktivitas pemimpin.
16
b. Dimensi yang berkenaan dengan tingkat dukungan (support) atau
keterlibatan orang-orang yang dipimpin dalam melaksanakan tugas-
tugas pokok dalam organisasi.
Selanjutnya Rivai (2004 : 53-55) membedakan fungsi pokok
kepemimpinan secara operasional yaitu :
a. Fungsi Instruktif, Fungsi ini bersifat komunikasi satu arah. Pemimpin
sebagai komunikator merupakan pihak yang menentukan apa,
bagaimana, bilamana, dan dimana perintah itu dikerjakan agar
keputusan dapat dilaksanakan secara efektif. Kepemimpinan yang
efektif memerlukan kemampuan untuk menggerakkan dan memotivasi
orang lain agar mau melaksanakan perintah.
b. Fungsi Konsultatif, Fungsi ini bersifat komunikasi dua arah. Pada tahap
pertama dalam usaha menetapkan keputusan, pemimpin kerapkali
memerlukan bahan pertimbangan yang mengharuskannya
berkonsultasi dengan orang-orang yang dipimpinnya yang dinilai
mempunyai berbagai bahan informasi yang diperlukan dalam
menetapkan keputusan. Tahap berikutnya konsultasi dari pimpinan
pada orang-orang yang dipimpin dapat dilakukan setelah keputusan
ditetapkan dan sedang dalam pelaksanaan. Konsultasi itu
dimaksudkan untuk memperoleh masukan berupa umpan balik
(feedback) untuk memperbaiki dan menyempurnakan keputusan-
keputusan yang telah ditetapkan dan dilaksanakan. Dengan
menjalankan fungsi konsultatif dapat diharapkan keputusan-keputusan
17
pimpinan, akan mendapat dukungan dan lebih mudah
menginstruksikannya sehingga kepemimpinan berlangsung efektif.
c. Fungsi Partisipasi, Dalam menjalankan fungsi ini pemimpin berusaha
mengaktifkan orang-orang yang dipimpinnya, baik dalam keikutsertaan
mengambil keputusan maupun dalam melaksanakannya. Partisipasi
tidak berarti bebas berbuat semaunya, tetapi dilakukan secara
terkendali dan terarah berupa kerjasama dengan tidak mencampuri
atau mengambil tugas pokok orang lain. Keikutsertaan pemimpin harus
tetap dalam fungsi sebagai pemimpin dan bukan pelaksana.
d. Fungsi Delegasi, Fungsi ini dilaksanakan dengan memberikan
pelimpahan wewenang membuat atau menetapkan keputusan, baik
melalui persetujuan maupun tanpa persetujuan dari pimpinan. Fungsi
delegasi pada dasarnya berarti kepercayaan. Orang-orang penerima
delegasi itu harus diyakini merupakan pembantu pemimpin yang
memiliki kesamaan prinsip, persepsi dan aspirasi.
e. Fungsi Pengendalian, Fungsi pengendalian bermaksud bahwa
kepemimpinan yang sukses/ efektif mampu mengatur aktivitas
anggotanya secara terarah dan dalam koordinasi yang efektif,
sehingga memungkinkan tercapainya tujuan bersama secara
maksimal. Fungsi pengendalian ini dapat diwujudkan melalui kegiatan
bimbingan, pengarahan, koordinasi, dan pengawasan.
18
Menurut Robbins (2003 : 52) bahwa gaya serta peran dari
kepemimpinan terdiri dari empat yaitu directing, coaching, supporting dan
delegating.
a. Mengarahkan (directing) : Memberikan instruksi tertentu dan
mengawasi dari dekat.
b. Melatih (coaching) : Menerangkan instruksi, mengundang pendapat
dan memberikan bimbingan.
c. Mendukung (supporting) : Membagi proses pembuatan keputusan dan
pemecahan masalah dengan anak buahnya dalam menyelesaikan
tugas.
d. Mendelegasikan (delegating) : Mendelegasikan wewenang dan tugas
kepada bawahaannya untuk percaya bahwa mereka mampu
melaksanakan tugas itu.
2.1.5 Teori Kepemimpinan Situasional
Konsep dasar teori kepemimpinan situasional sebagaimana
dikemukakan Hersey, Balanchard, Johnson., (1996 ; 190) dengan
argumen sebagai berikut:
“According to Situational Leadership, there is no one best way to
influence people. Which leadership style a person should use with
individuals or groups depends on the readiness level of the people the
leader is attempting to influence. Before we look at the application of the
Situational Leadership model, it is important that we understand
19
leadership styles as they are use in the model and the ideas of follower
readiness”.
Dalam menerapkan model kepemimpinan situasional, memahami
gaya kepemimpinan bagaimana yang digunakan dalam model dan ide
kesiapan (kematangan) pengikut. Lebih lanjut Schermarhorn (2001:1)
menjelaskan bahwa:
A situational leadership model, helpful to managers in diagnosing the
demands of their situation has been develop as a result of extensive
research. Situational leadership is based on interplay among the amount
of : (1) Direction (task behavior) a leader gives, (2) Socio emotional
support (relationship behavior) a leader provides, (3) Readiness level that
follower exhibit on a specific task, function, activity, or objectives that
leader is attempting to accomplish through the individual or group.
Kepemimpinan Situasional didasarkan atas hubungan antara kadar
bimbingan dan arahan (perilaku tugas), kadar hubungan sosio emosional
(perilaku hubungan), level kesiapan (kematangan), seperti pada Gambar
2.1. Dengan demikian kepemimpnan memiliki tiga dimensi yaitu perilaku
tugas, perilaku hubungan dan kematangan anggota. Perilaku tugas
diartikan sebagai kadar sejauh mana pemimpin menyediakan arahan
kepada pengikut. Arahan yang dimaksud meliputi apa yang harus
dilakukakan, kapan dan dimana melakukannya, cara melakukan
pekerjaan. Sedangkan perilaku hubungan diartikan sebagai kadar
20
sejauhmana pemimpin melakukan hubungan dua arah dengan pengikut.
Pemimpin dalam hal ini menyediakan dukungan, dorongan, memberikan
kemudahan kepada pengikut. Dengan demikian pemimpin secara aktif
menyimak dan memberikan dukungan terhadap upaya pengikut dalam
melaksanakan pekerjaan mereka.
Gambar 2.1 : Model Kepemimpinan Situasional. Sumber : Hersey, Blanchard, Johnson, (1996;200).