Top Banner
Keragaman Gapura Masjid Menara Kudus dan Masjid Mantingan Jepara Tesis 9 BAB II KAJIAN TEORI Kajian teori dalam penelitian gapura-gapura di Masjid Menara Kudus dan Masjid Mantingan Jepara ini berdasarkan pada pola Arsitektur yang mirip. Pola arsitektur yang mirip pada sebelum tahun berdirinya kedua masjid tersebut adalah bangunan-bangunan pada masa Kerajaan Majapahit. Bangunan-bangunan yang dimaksud dalam hal ini seperti pola-pola letak bangunan kerajaan, bangunan keraton, gapura-gapura dan lain-lain. Dari kerajaan Majapahit yang mengalami keruntuhan maka bangunan-bangunan yang mirip berkembang ke daerah-daerah lain. Didalam “Serat Kenda” tentang Runtuhnya Majapahit, tentara Demak menyerbu Majapahit maka Majapahit dapat dikuasai oleh Demak sehingga Prabu Brawijaya melarikan diri ke Bali dengan candrasengkala “sirna-ilang- kerti-ning-bumi” yang diterjemahkan tahun 1400 saka atau 1478 Masehi sehingga Majapahit menjadi negara bawahan Kesultanan Demak. (Mulyana S. , 1983). Setelah Hayam Wuruk wafat, kejayaan kerajaan Majapahit lambat laun meredup dan mengalami kemunduran akibat konflik kekuasaan dan perang saudara, juga perang Paregreg antara Majapahit dan Blambangan, dan diduga kuat, pusat kerajaan berada di wilayah ini yang ditulis oleh Mpu Prapanca dalam kitab Kakawin Nagarakretagamadan dalam sebuah sumber Cina dari abad ke-15. Trowulan dihancurkan pada tahun 1478 saat Girindrawardhana berhasil mengalahkan Kertabumi, sejak saat itu ibukota Majapahit berpindah ke Daha. (Drs. I Made Kusumawijaya, M.Si, dkk)
48

BAB II KAJIAN TEORI - eprints.undip.ac.ideprints.undip.ac.id/70721/4/7._Bab_2.pdfsumber Cina dari abad ke-15. Trowulan dihancurkan pada tahun 1478 saat ... Seperti peneliti jelaskan

Jun 07, 2019

Download

Documents

trinhthu
Welcome message from author
This document is posted to help you gain knowledge. Please leave a comment to let me know what you think about it! Share it to your friends and learn new things together.
Transcript
Page 1: BAB II KAJIAN TEORI - eprints.undip.ac.ideprints.undip.ac.id/70721/4/7._Bab_2.pdfsumber Cina dari abad ke-15. Trowulan dihancurkan pada tahun 1478 saat ... Seperti peneliti jelaskan

Keragaman Gapura Masjid Menara Kudus dan Masjid Mantingan Jepara

Tesis 9

BAB II

KAJIAN TEORI

Kajian teori dalam penelitian gapura-gapura di Masjid Menara Kudus

dan Masjid Mantingan Jepara ini berdasarkan pada pola Arsitektur yang

mirip. Pola arsitektur yang mirip pada sebelum tahun berdirinya kedua masjid

tersebut adalah bangunan-bangunan pada masa Kerajaan Majapahit.

Bangunan-bangunan yang dimaksud dalam hal ini seperti pola-pola letak

bangunan kerajaan, bangunan keraton, gapura-gapura dan lain-lain. Dari

kerajaan Majapahit yang mengalami keruntuhan maka bangunan-bangunan

yang mirip berkembang ke daerah-daerah lain.

Didalam “Serat Kenda” tentang Runtuhnya Majapahit, tentara Demak

menyerbu Majapahit maka Majapahit dapat dikuasai oleh Demak sehingga

Prabu Brawijaya melarikan diri ke Bali dengan candrasengkala “sirna-ilang-

kerti-ning-bumi” yang diterjemahkan tahun 1400 saka atau 1478 Masehi

sehingga Majapahit menjadi negara bawahan Kesultanan Demak. (Mulyana

S. , 1983).

Setelah Hayam Wuruk wafat, kejayaan kerajaan Majapahit lambat laun

meredup dan mengalami kemunduran akibat konflik kekuasaan dan perang

saudara, juga perang Paregreg antara Majapahit dan Blambangan, dan

diduga kuat, pusat kerajaan berada di wilayah ini yang ditulis oleh Mpu

Prapanca dalam kitab “Kakawin Nagarakretagama” dan dalam sebuah

sumber Cina dari abad ke-15. Trowulan dihancurkan pada tahun 1478 saat

Girindrawardhana berhasil mengalahkan Kertabumi, sejak saat itu ibukota

Majapahit berpindah ke Daha. (Drs. I Made Kusumawijaya, M.Si, dkk)

Page 2: BAB II KAJIAN TEORI - eprints.undip.ac.ideprints.undip.ac.id/70721/4/7._Bab_2.pdfsumber Cina dari abad ke-15. Trowulan dihancurkan pada tahun 1478 saat ... Seperti peneliti jelaskan

Keragaman Gapura Masjid Menara Kudus dan Masjid Mantingan Jepara

Tesis 10

Didalam buku Kerajaan-kerajaan Islam Di Jawa, runtuhnya Kerajaan

Majapahit karena tentara Demak menyerbu Majapahit, sehingga Majapahit

kalah. Diberitakan juga bahwa raja Demak telah memerintahkan mengangkut

balok-balok dari salah satu gedung penting di istana Majapahit ke ibukotanya

sendiri, untuk dipasang pada salah satu bangunan di Demak. Hal serupa itu

telah diceritakan tentang Sunan Kudus dalam Serat Kendha. Agaknya ia

telah menyuruh mengangkut pintu-pintu gerbang halaman muka Keraton

Majapahit ke Kudus, untuk dijadikan pintu-pintu gerbang masjid. (HJ De

Graaf dan Th G Pigeaud, 1986).

Dimulai dengan runtuhnya Majapahit dengan Prabu Brawijaya yang

sempat melarikan diri ke arah timur yaitu daerah kelungkung Bali dan

berdirinya Kerajaan Demak (letaknya di barat) maka diikuti juga bentuk

bangunan-bangunannya, bangunan tersebut seperti gapura. Perkembangan

bangunan gapura dalam hal ini yang berkembang kearah timur (ke pulau

Bali) sebagai referensi dan kearah barat (ke Kerajaan Demak) kemudian

berkembang ke daerah Kudus dan Jepara, dari hal ini maka penulis tertarik

untuk menelitinya memfokuskan pada bangunan gapura.

Menurut HJ De Graaf dan Th G Pigeaund (1986) dalam buku

Kerajaan-Kerajaan Islam di Jawa, Kudus dan Jepara merupakan wilayah

kerajaan Demak yang terpisah oleh Pulau Jawa. Saat ini di Demak bangunan

peninggalan jaman dulu yang masih ada yaitu Masjid Agung Demak yang

gapuranya sudah tidak ada. Dari Demak berkembang ke Kudus dan Jepara

karena kedua daerah tersebut merupakan wilayah Kerajaan Demak,

bangunan yang masih ada di kedua daerah tersebut yaitu berupa Masjid

beserta gapura-gapuranya. Seperti komplek bangunan Masjid Menara Kudus

dengan berbagai bentuk gapura-gapura dan Masjid Mantingan Jepara juga

dengan berbagai bentuk gapura-gapura.

Page 3: BAB II KAJIAN TEORI - eprints.undip.ac.ideprints.undip.ac.id/70721/4/7._Bab_2.pdfsumber Cina dari abad ke-15. Trowulan dihancurkan pada tahun 1478 saat ... Seperti peneliti jelaskan

Keragaman Gapura Masjid Menara Kudus dan Masjid Mantingan Jepara

Tesis 11

Gambar 2.1 Sketsa arah perkembangan Majapahit kearah Timur dan Barat.

Sumber : Sketsa Peneliti

2.1. Perkembangan Konsep Gerbang Dari Majapahit

Seperti peneliti jelaskan diatas kajian teori dalam penelitian gapura-

gapura di Masjid Menara Kudus dan Masjid Mantingan Jepara ini

berdasarkan pada pola Arsitektur yang mirip. Pola arsitektur yang mirip pada

sebelum tahun berdirinya kedua masjid tersebut adalah bangunan-bangunan

pada masa Kerajaan Majapahit.

2.1.1. Tata Kota Kerajaan Majapahit

Majapahit adalah kerajaan besar di pulau Jawa berpusat di Jawa

Timur, Indonesia, dan berdiri sekitar tahun 1293 hingga 1500 M dan

menguasai sebagian besar wilayah nusantara. Letak dan lokasi kerajaan

Majapahit berawal dari sebuah desa kecil di kawasan Hutan Tarik

ini. Pendiri pendiri kerajaan Majapahit ialah Raden Wijaya yang di

nobatkan dengan nama Kertarajasa Jaya Wardana. Berdasarkan kitab

negara Kartagama di masa keemasannya, Kerajaan Majapahit adalah

kerajaan dengan budaya keraton yang adiluhung, anggun dan canggih.

Cita rasa seni dan sastranya tinggi dengan sistem ritual keagamaannya

Page 4: BAB II KAJIAN TEORI - eprints.undip.ac.ideprints.undip.ac.id/70721/4/7._Bab_2.pdfsumber Cina dari abad ke-15. Trowulan dihancurkan pada tahun 1478 saat ... Seperti peneliti jelaskan

Keragaman Gapura Masjid Menara Kudus dan Masjid Mantingan Jepara

Tesis 12

yang rumit dua agama besar Hindu-Budha yang di anut masyarakatnya

hidup berdampingan dalam harmoni. Kejayaan kerajaan

Majapahit mencapai puncaknya di masa Raja Hayam Wuruk dan Patih

Gajah Mada pada abad ke-14. Sayang setelah Hayam Wuruk wafat

kejayaan kerajaan Majapahit lambat laun meredup dan mengalami

kemunduran akibat konflik kekuasaan dan perang saudara. (Drs. I Made

Kusumawijaya, M.Si, dkk).

Gambar 2.2 Letak Kerajaan Majapahit di Trowulan Mojokerto

Sumber : Google letak Trowulan

Trowulan adalah sebuah kecamatan di Kabupaten Mojokerto, Jawa

Timur, Indonesia. Kecamatan ini terletak di bagian barat Kabupaten

Mojokerto, berbatasan dengan wilayah Kabupaten Jombang. Trowulan

terletak di jalan nasional yang menghubungkan Surabaya-Solo-

Yogyakarta. Di kecamatan ini terdapat puluhan situs seluas hampir 100

kilometer persegi berupa bangunan, temuan arca, gerabah, dan

Page 5: BAB II KAJIAN TEORI - eprints.undip.ac.ideprints.undip.ac.id/70721/4/7._Bab_2.pdfsumber Cina dari abad ke-15. Trowulan dihancurkan pada tahun 1478 saat ... Seperti peneliti jelaskan

Keragaman Gapura Masjid Menara Kudus dan Masjid Mantingan Jepara

Tesis 13

pemakaman peninggalan Kerajaan Majapahit. Diduga kuat, pusat kerajaan

berada di wilayah ini yang ditulis oleh Mpu Prapanca dalam kitab “Kakawin

Nagarakretagama” dan dalam sebuah sumber Cina dari abad ke-15.

Trowulan dihancurkan pada tahun 1478 saat Girindrawardhana berhasil

mengalahkan Kertabumi, sejak saat itu ibukota Majapahit berpindah ke

Daha.

Situs Trowulan merupakan satu-satunya situs perkotaan masa

klasik di Indonesia. Situs yang luasnya 11 km x 9 km, cakupannya meliputi

wilayah Kecamatan Trowulan dan Sooka di Kabupaten Mojokerto serta

Kecamatan Mojoagung dan mojowarno di Kabupaten Jombang. Sebagai

bekas kota, di situs Trowulan dapat dijumpai ratusan ribu peninggalan

arkeologi baik berada di bawah maupun di permukaan tanah yang berupa :

artefak, ekofak serta fitur.

Situs peninggalan Kerajaan Majapahit yang sangat menarik ini

diperoleh melalui penelitian yang panjang. Penelitian terhadap Situs

Trowulan pertama kali dilakukan oleh Wardenaar pada tahun 1815. Ia

mendapat tugas dari Raffles untuk mengadakan pencatatan peninggalan

arkeologi di daerah Mojokerto. Hasil kerja Wardenaar tersebut

dicantumkan oleh Raffles dalam bukunya “History of Java” (1817) yang

menyebut bahwa berbagai obyek arkeologi yang berada di Trowulan

sebagai peninggalan dari Kerajaan Majapahit. Kemudian di teliti oleh

peneliti-peneliti lain.

Hasil penggalian di situs Trowulan menunjukkan bahwa sebagai

tempat terakumulasinya aneka jenis benda yang bisa disebut kota ini, tidak

hanya berupa situs tempat tinggal saja, tetapi terdapat situs-situs lain

seperti situs upacara, situs agama, situs bangunan suci, situs industri,

situs perjagalan, situs makam, situs sawah, situs pasar, situs kanal dan

Page 6: BAB II KAJIAN TEORI - eprints.undip.ac.ideprints.undip.ac.id/70721/4/7._Bab_2.pdfsumber Cina dari abad ke-15. Trowulan dihancurkan pada tahun 1478 saat ... Seperti peneliti jelaskan

Keragaman Gapura Masjid Menara Kudus dan Masjid Mantingan Jepara

Tesis 14

situs waduk. Situs-situs ini membagi suatu kota dalam wilayah-wilayah

yang lebih kecil yang diikat oleh jaringan jalan. Namun sejauh ini peneliti

belum memberikan gambaran utuh mengenai keseluruhan Kota Majapahit

seperti diuraikan Prapanca dalam puja sastranya “Kakawin

Nagarakretagama”. (I Made Kusumajaya dkk, 2009)

Pelestarian yang dilakukan Direktorat Perlindungan dan Pembinaan

Peninggalan Sejarah dan Purbakala waktu itu telah menghasilkan rencana

induk pelestarian yang dimaksudkan untuk melindungi situs penting di

Trowulan. Tahun demi tahun situs bangunan digali, dipugar dan dipelihara

serta dimanfaatkan, seperti : Candi Tikus, Gapura Bajangratu, Candi

Brahu, Candi Gentong, Gapura Wringin Lawang dan Candi Kedaton.

Berdasarkan kegiatan arkeologis yang dilakukan, menunjukkan bahwa

Situs Trowulan merupakan situs penting dalam dunia arkeologi Indonesia.

2.1.2. Peranan, Bentuk dan Pola Gerbang di Kota Majapahit

Pendirian kerajaan Majapahit ini diawali dari keruntuhan kerajaan

Singasari akibat serangan Jayakatwang dari Gelang-gelang. Bhre Wijaya

ditunjuk untuk menghadapi serangan Jayakatwang ini yang datang dari

sebelah utara.

Kota pada masa itu bukanlah kota dalam arti kota modern,

demikian pernyataan (Pigeaud, 1962), ahli sejarah bangsa Belanda,

dalam kajiannya terhadap Nagarakretagama yang ditulis oleh Mpu

Prapanca. Ia menyimpulkan, Majapahit bukan kota yang dikelilingi

tembok, melainkan sebuah kompleks permukiman besar yang meliputi

sejumlah kompleks yang lebih kecil, satu sama lain dipisahkan oleh

lapangan terbuka. Tanah-tanah lapang digunakan untuk kepentingan

Page 7: BAB II KAJIAN TEORI - eprints.undip.ac.ideprints.undip.ac.id/70721/4/7._Bab_2.pdfsumber Cina dari abad ke-15. Trowulan dihancurkan pada tahun 1478 saat ... Seperti peneliti jelaskan

Keragaman Gapura Masjid Menara Kudus dan Masjid Mantingan Jepara

Tesis 15

publik, seperti pasar dan tempat-tempat pertemuan dan bangunan Candi-

candi sebagai tempat pemujaan.

Maclaine Pont, seorang arsitek Belanda, coba menghubungkan

gambaran kota Majapahit yang tercatat dalam Nagarakretagama dengan

peninggalan situs arkeologi di daerah Trowulan. Dengan kitab di tangan

kiri dan cetok di tangan kanan, ia menggali Situs Trowulan. Hasilnya

adalah sebuah sketsa tata kota Majapahit, setelah dipadukan dengan

bangunan-bangunan purbakala yang terdapat di Situs Trowulan. Bentang

kota Majapahit digambarkan dalam bentuk jaringan jalan dan tembok

keliling yang membentuk blok-blok empat persegi (Drs. I Made

Kusumawijaya, M.Si, dkk).

Gambar 2.3 Sketsa rekonstruksi Kota Majapahit oleh Maclaine Pont (1924)

berdasarkan Nagarakretagama dan hasil penggalian.

Sumber : Buku Mengenal Kepurbakalaan MAJAPAHIT di Daerah Trowulan

Page 8: BAB II KAJIAN TEORI - eprints.undip.ac.ideprints.undip.ac.id/70721/4/7._Bab_2.pdfsumber Cina dari abad ke-15. Trowulan dihancurkan pada tahun 1478 saat ... Seperti peneliti jelaskan

Keragaman Gapura Masjid Menara Kudus dan Masjid Mantingan Jepara

Tesis 16

Pada tahun 1981 keberadaan kanal-kanal dan waduk-waduk di

Situs Trowulan semakin pasti diketahui melalui studi foto udara yang

ditunjang oleh pengamatan di lapangan dengan

pendugaan geoelektrik dan geomagnetik. Hasil penelitian kerja sama

Badan Koordinasi Survey dan Pemetaan Nasional (Bakosurtanal)

dengan Ditlinbinjarah, UGM, ITB, dan Lapan itu diketahui bahwa Situs

Trowulan berada di ujung kipas aluvial vulkanik yang sangat luas,

memiliki permukaan tanah yang landai dan baik sekali bagi tata guna

tanah (Karina, 1986). Waduk-waduk Baureno, Kumitir, Domas, Kraton,

Kedungwulan, Temon, dan kolam-kolam buatan seperti Segaran,

Balong Dowo, dan Balong Bunder, yang semuanya terdapat di Situs

Trowulan, letaknya dekat dengan pangkal kipas aluvial Jatirejo.

Melalui pengamatan foto udara inframerah, ternyata di Situs

Trowulan dan sekitarnya terlihat adanya jalur-jalur yang berpotongan

tegak lurus dengan orientasi utara-selatan dan timur-barat. Jalur-jalur

yang membujur timur-barat terdiri atas 8 jalur, sedangkan jalur-jalur

yang melintang utara-selatan terdiri atas 6 jalur. Selain jalur-jalur yang

bersilangan tegak lurus, ditemukan pula dua jalur yang agak

menyerong.

Lebar kanal-kanal berkisar 35-45 meter. Kanal yang terpendek

panjangnya 146 meter, yaitu jalur yang melintang utara-selatan yang

terletak di daerah Pesantren, sedangkan kanal yang terpanjang adalah

kanal yang berhulu di sebelah timur di daerah Candi Tikus dan

berakhir di Kali Gunting (di Dukuh Pandean) di daerah baratnya. Kanal

ini panjangnya sekitar 5 kilometer.

Hal yang menarik, sebagian besar situs-situs di Trowulan

dikelilingi oleh kanal-kanal yang saling berpotongan, membentuk

Page 9: BAB II KAJIAN TEORI - eprints.undip.ac.ideprints.undip.ac.id/70721/4/7._Bab_2.pdfsumber Cina dari abad ke-15. Trowulan dihancurkan pada tahun 1478 saat ... Seperti peneliti jelaskan

Keragaman Gapura Masjid Menara Kudus dan Masjid Mantingan Jepara

Tesis 17

sebuah denah segi empat yang luas, dibagi lagi oleh beberapa bidang

segi empat yang lebih kecil. Di depan paling ujung terdapat Candi

Waringin Lawang dan di belakang selatan terdapat Candi Bajangratu.

2.1.3. Candi Peninggalan Kerajaan Majapahit sebagai Gapura

Gambar 2.4 Presfektif rekonstruksi Kota Majapahit oleh Maclaine Pont (1924)

berdasarkan Nagarakretagama dan hasil penggalian.

Sumber : Wacana jelajah perabatan

Candi Wringin Lawang Candi Peninggalan Kerajaan

Majapahit. Sebagai kerajaan besar, Kerajaan Majapahit tentu

meninggalkan beberapa bangunan yang khas. Beberapa peninggalan

Kerajaan Majapahit tersebut diantaranya ada yang masih bisa

dinikmati sampai sekarang. Peninggalan Kerajaan Majapahit tersebut

sebenarnya beraneka ragam, namun beberapa yang ditemukan

Page 10: BAB II KAJIAN TEORI - eprints.undip.ac.ideprints.undip.ac.id/70721/4/7._Bab_2.pdfsumber Cina dari abad ke-15. Trowulan dihancurkan pada tahun 1478 saat ... Seperti peneliti jelaskan

Keragaman Gapura Masjid Menara Kudus dan Masjid Mantingan Jepara

Tesis 18

kebanyakan berbentuk candi. Candi peninggalan Kerajaan Majapahit

yang ditemukan ini sangat penting sebagai salah satu sumber berita

sejarah Kerajaan Majapahit. Meski ada beberapa bagian yang sudah

tidak utuh lagi, namun candi peninggalan Kerajaan Majapahit cukup

banyak memberikan informasi terkait sejarah mahapahit.

Gapura Wringin Lawang yang terletak di Desa Jatipasar,

Kecamatan Trowulan, Kabupaten Mojokerto dalam tulisan Raffles :

Histori Of Java I, 1815 disebut dengan nama Gapura Jati Pasar,

sementara berdasarkan cerita Knebel dalam tulisannya tahun 1907

menyebutnya sebagai Gapura Wringin Lawang.

Banyak ahli sejarah sepakat bahwa Gapura Wringin Lawang

adalah pintu gerbang masuk pada sebuah komplek bangunan yang

penting di Ibu Kota Majapahit. Dugaan yang cukup kuat menyebutkan

bahwa Gapura Wringin Lawang ini merupakan gerbang pintu masuk

ke kediaman Mahapatih Gajah Mada. Ada lagi yang menyimpulkan

bahwa Gapura Wringin Lawang adalah gapura masuk ke Kerajaan

Majapahit yang ada di sebelah utara. Namun demikian, gapura ini

belum bisa dikatakan sebagai pintu atau gapura utama masuk ke

Kerajaan Majapahit, karena pintu gerbang Istana Majapahit berpagar

besi dan kereta bisa masuk ke dalamnya.

Candi Wringin Lawang yang terletak di Desa Jatipasar,

Kecamatan Trowulan Kabupaten Mojokerto dalam tulisan Raffles :

History Oj Java I, 1815 disebut dengan nama Gapura Jati Pasar,

sementara berdasarkan cerita Knebel dalam tulisannya tahun 1907

menyebutkan sebagai Gapura Waringin Lawang (I Made Kusumajaya

dkk, 2009).

Page 11: BAB II KAJIAN TEORI - eprints.undip.ac.ideprints.undip.ac.id/70721/4/7._Bab_2.pdfsumber Cina dari abad ke-15. Trowulan dihancurkan pada tahun 1478 saat ... Seperti peneliti jelaskan

Keragaman Gapura Masjid Menara Kudus dan Masjid Mantingan Jepara

Tesis 19

Gambar 2.5 Candi Wringin Lawang

Sumber : Survay Peneliti tahun 2017

Candi Wringin Lawang terbuat dari bata, kecuali bagian anak

tangganya yang terbuat dari batu. Bentuk candi wringin lawang adalah

candi bentar (candi terbelag dua) dengan denah empat persegi

panjang berukuran panjang 13 m, lebar 11,5 m, sementara tinggi

bangunan 15,50 m dan orentasi bangunan mengarah timur-barat

dengan azimut 2790.

Jarak antara dua bagian gapura selebar 3,5 m dengan sisa-sisa

anak tangga pasa sisi timur dan barat. Diperkirakan anak tangga ini

semula dibatasi oleh pipi tangga. Dari hasil penggalian arkeologi pada

sebelah utara dan selatan candi waringin lawang terdapat sisa struktur

bata yang mungkin merupakan bagian dari tembok keliling.

Page 12: BAB II KAJIAN TEORI - eprints.undip.ac.ideprints.undip.ac.id/70721/4/7._Bab_2.pdfsumber Cina dari abad ke-15. Trowulan dihancurkan pada tahun 1478 saat ... Seperti peneliti jelaskan

Keragaman Gapura Masjid Menara Kudus dan Masjid Mantingan Jepara

Tesis 20

Candi wringin lawang diperkirakan dibangun dari abad 13 – 14.

Sebelum di pugar candi waringin lawang sisi utara sebagian tubuh dan

puncaknya telah hilang, tersisa tinggi 9 m. Namum candi waringin

lawang ini kini telah utuh kembali setelah di pugar pada tahun 1991

sampai dengan 1995.

Candi Bajangratu Candi peninggalan Kerajaan Majapahit ini

diperkirakan dibangun pada abad ke 14. Gapura Bajang Ratu ini juga

merupakan salah satu gapura besar pada zaman keemasan Kerajaan

Majapahit. Menurut badan purbakala Mojokerto, fungsi dari Gapuro

Bajang Ratu ini adalah sebagai pintu masuk ke bangunan suci untuk

memperingati wafatnya Raja Jayanegara yang didalam kitab

Negarakertagama disebut sebagai "kembali ke dunia Wisnu". Dugaan

seperti ini muncul karena adanya relief Sri Tanjung dan sayap gapura.

Relief Sri Tanjung sendiri melambangkan pelepasan untuk orang

meninggal. Dan budaya tersebut sampai sekarang ternyata juga masih

ada di Mojokerto di daerah Trowulan, yaitu jika melayat orang

meninggal diharuskan melewati pintu belakang. Namun demikian,

sebelum wafatnya Jayanegara, Candi bajang Ratu ini sudah ada dan

digunakan sebagai pintu belakang kerajaan.

Candi Bajangratu terletak di Desa Temon Kecamatan Trowulan

Kabupaten Mojokerto. Dilihat dari bentuknya Candi Bajangratu ini

bangunan pintu gerbang tipe Paduraksa yaitu gapura yang memiliki

atap. Bahan utama Candi Bajang Ratu adalah bata, kecuali lantai

tangga serta ambang pintu yang terbuat dari batu andesit. Denag

candi berbentuk segi empat berukuran 11,5 x 10,5 meter, tinggi 16,5

meter dan lebar lorong pintu masuk 1,40 meter. Secara vertikal Candi

Page 13: BAB II KAJIAN TEORI - eprints.undip.ac.ideprints.undip.ac.id/70721/4/7._Bab_2.pdfsumber Cina dari abad ke-15. Trowulan dihancurkan pada tahun 1478 saat ... Seperti peneliti jelaskan

Keragaman Gapura Masjid Menara Kudus dan Masjid Mantingan Jepara

Tesis 21

Bajangratu dapat di bagi menjadi tiga bagian yaitu kaki, tubuh dan atap

(I Made Kusumajaya dkk, 2009)

Selain itu candi bajangratu mempunyai sayap dan pagar tembok

dikedua sisinya. Pada kaki candi terdapat hiasan panil yang

menggambarkan cerita “Sri Tanjung”, bagian atas tubuh terdapat

ambang pintu yang di atasnya terdapat hiasan kala dengan hiasan

sulur-suluran. Sedangkan bagian atapnya berbentuk bertingkat-tingkat

dengan puncaknya berbentuk persegi.

Gambar 2.6 Candi Bajangratu

Sumber : Survay Peneliti tahun 2017

Pada sayap kanan candi terdapat dinding berbentuk panil

sempit dihias dengan relief cerita Ramayana yang digambarkan

Page 14: BAB II KAJIAN TEORI - eprints.undip.ac.ideprints.undip.ac.id/70721/4/7._Bab_2.pdfsumber Cina dari abad ke-15. Trowulan dihancurkan pada tahun 1478 saat ... Seperti peneliti jelaskan

Keragaman Gapura Masjid Menara Kudus dan Masjid Mantingan Jepara

Tesis 22

dengan perkelahian raksasa melawan kera. Bingkai kanan kiri pintu

diberi pahatan berupa binatang bertelinga panjang.

Nama Bajangratu pertama kali disebut dalam Oudheikunding

Verslag (OV) tahun 1915. Menurut para ahli yang telah menemukan

penelitian bangunan ini, Candi Bajangratu dihubungkan dengan

wafatnya Raja Jayanegara pada tahun 1328. Dalam Kitab Pararaton

disebutkan Jayanegara wafat pada tahun 1328 “Sira ta dhinarmeng

kapopongan, bhisaka ring Crnggapura pratista ring Antawulan”.

Menurut Crom Crnggapura dalam Pararaton sama dengan Cri

Ranggapura dalam Negarakertagama, sedang Antawulan dalam

pararaton sama dengan Antarsasi dalam Negarakertagama.

Sehingga disimpulkan bahwa dharma (tempat Suci) Raja

Jayanegara berada di kapopongan alias Crnggapura atau Cri

Ranggapura. Pratistanga (bangunan Suci) berada di Antarwulan atau

Trowulan. Dengan demikian fungsi Candi Bajangratu diduga sebagai

pintu masuk ke sebuah bangunan suci untuk memperingati wafatnya

Raja Jayanegara yang dalam Negarakertagama disebut kembali ke

dunia Wisnu 1328 Saka. Dugaan ini didukung oleh adanya relief Sri

Tanjung dan Sayap Garuda yang mempunyai arti sebagai lambang

pelepasan.

Masa pendirian Candi ini tidak diketahui dengan pasti, namum

berdasarkan relief Ramayana, relief binatang bertelinga panjang dan

relief naga diperkirakan Candi Bajangratu berasal dari abad XIII-XIV.

Sejak didirikan Candi Bajangratu belum pernah dipugar, kecuali

usaha-usaha konsolidasi yang dilakukan oleh pemerintah Hindia

Belanda pada tahun 1915. Pada tahun 1989 Candi Bajangratu mulai

dipugar dan selesai tahun 1992.

Page 15: BAB II KAJIAN TEORI - eprints.undip.ac.ideprints.undip.ac.id/70721/4/7._Bab_2.pdfsumber Cina dari abad ke-15. Trowulan dihancurkan pada tahun 1478 saat ... Seperti peneliti jelaskan

Keragaman Gapura Masjid Menara Kudus dan Masjid Mantingan Jepara

Tesis 23

Dari penjelasan diatas Candi Waringin Lawang dan Candi

Bajangratu merupakan candi yang dibangun pada masa Kerajaan

Majapahit. Kerajaan Majapahit merupakan kerajaan Hindu-Budha.

Sejarah Kerajaan masa Hindu-Budha di daerah Jawa Timur dapat

dibagi menjasi 3 periode. Periode Pertama adalah raja-raja kerajaan

Kediri yang memerintah sejak abad ke 10 M hingga tahun 1222 M.

Periode Kedua dilanjutkan oleh pemerintahan raja-raja dimasa

Singosari yang memerintah dari tahun 1222 M hingga tahun 1293 M.

Periode Ketiga adala masa pemerintahan raja-raja Majapahit yang

berlangsung dari tahun 1293 M hingga awal abad ke 16 M.

2.2. Perkembangan konsep Gerbang Ke Arah Timur ( Bali )

Didalam “Serat Kenda” tentang Runtuhnya Majapahit, tentara Demak

menyerbu Majapahit maka Majapahit dapat dikuasai oleh Demak sehingga

Prabu Brawijaya melarikan diri ke Bali dengan candrasengkala “sirna-ilang-

kerti-ning-bumi” yang diterjemahkan tahun 1400 saka atau 1478 Masehi.

Sehingga Majapahit menjadi negara bawahan Kesultanan Demak. (Mulyana

S. , 1983).

Prabu Brawijaya yang sempat melarikan diri ke Bali maka besar

kemunngkinan juga di ikuti oleh pengikutnya. Dengan adanya pengikut-

pengikut dari Prabu Brawijaya maka bangunan-bangunan bisa jadi di

bangun. Bangunan baru kemungkinan mirip dengan yang ada di Majapahit.

Gelombang migrasi (kedatangan) orang-orang Jawa (shiwa-Budha-

Majapahit) kedua terjadi seiring dengan runtuhnya kerajaan Majapahit oleh

Kerajaan Islam Demak (1518). Dengan runtuhnya Majapahit dan semakin

luasnya pengaruh Islam sebagian masyarakat dan elit majapahit (bahkan

Page 16: BAB II KAJIAN TEORI - eprints.undip.ac.ideprints.undip.ac.id/70721/4/7._Bab_2.pdfsumber Cina dari abad ke-15. Trowulan dihancurkan pada tahun 1478 saat ... Seperti peneliti jelaskan

Keragaman Gapura Masjid Menara Kudus dan Masjid Mantingan Jepara

Tesis 24

sebagian diantaranya juga para resi/tokohagama)yang tidak menerima

realitas ini memilih ke gunung (seperti kaum tengger) maupun menyebrang

ke Bali. (Mashad, 2014)

2.2.1. Struktur bangunan Pura mengikuti konsep Tri Mandala

Pura di daerah Bali kebanyakan menganut Konsep Hindu

seperti bangunan Pura dibuat pada udara terbuka yang terdiri dari

beberapa bagian atau lingkungan dan dikelilingi oleh pagar tembok.

Masing-masing lingkungan dihubungkan dengan gapura atau gerbang

dengan ukiran indah. Lingkungan yang dikelilingi tembok tersebut

memuat beberapa bangunan seperti pelinggih, tempat bersemayam

Hyang Widhi, meru yaitu menara dengan atap bersusun, serta bale

(pavilion atau pendopo).

Pura bukan hanya tempat untuk pemujaan atau sembahyang,

melainkan tempat suci. Pendirian Pura harus mengikuti beberapa

persyaratan sehingga menjadi tempat suci. Struktur bangunan Pura

mengikuti konsep Tri Mandala (tri = tiga, mandala = wilayah/daerah).

Tri Mandala ini merupakan perlambangan dari Tri Bhuwana, yaitu:

1. Nista Mandala (Jaba Pisan) – lambang bhur loka

2. Madya Mandala (Jaba Tengah) – lambang bhuwah loka

3. Utama Mandala (Jero) – lambang swah loka

Untuk memisahkan ketiga daerah tersebut terdapa batas dan

aksebilitas dengan berupa pagar sebagai pembatas dan gerbang

sebagai Aksebilitas ketiga daerah tersebut. (Kempres, 1959).

Page 17: BAB II KAJIAN TEORI - eprints.undip.ac.ideprints.undip.ac.id/70721/4/7._Bab_2.pdfsumber Cina dari abad ke-15. Trowulan dihancurkan pada tahun 1478 saat ... Seperti peneliti jelaskan

Keragaman Gapura Masjid Menara Kudus dan Masjid Mantingan Jepara

Tesis 25

Gambar 2.7 Struktur Pura

Sumber : Penyedia Informasi “ Hindu Alukta”

2.2.2. Gapura – gapura pada bangunan Pura

Candi bentar adalah sebutan bagi bangunan gapura berbentuk

dua bangunan serupa dan sebangun tetapi merupakan simetri cermin

yang membatasi sisi kiri dan kanan pintu masuk. Candi bentar tidak

memiliki atap penghubung di bagian atas, sehingga kedua sisinya

terpisah sempurna, dan hanya terhubung di bagian bawah oleh anak

tangga. (Laksmi K.Wardani, Ronald H.I. Sitindjak, Sriti Mayang Sari,

2015).

Bangunan ini lazim disebut "gerbang terbelah", karena

bentuknya seolah-olah menyerupai sebuah bangunan candi yang

Page 18: BAB II KAJIAN TEORI - eprints.undip.ac.ideprints.undip.ac.id/70721/4/7._Bab_2.pdfsumber Cina dari abad ke-15. Trowulan dihancurkan pada tahun 1478 saat ... Seperti peneliti jelaskan

Keragaman Gapura Masjid Menara Kudus dan Masjid Mantingan Jepara

Tesis 26

dibelah dua secara sempurna. Bangunan gapura tipe ini terutama

banyak dijumpai di Pulau Jawa, Bali, dan Lombok. Bangunan gerbang

terbelah seperti ini diduga muncul pertama kali pada zaman Majapahit.

Gambar 2.8 Sketsa candi Bentar

Sumber : Penyedia Informasi “ Hindu Alukta”

Di kawasan bekas Kesultanan Mataram, di Jawa Tengah dan

Yogyakarta, gerbang semacam ini juga disebut dengan "supit

urang" (capit udang), seperti yang terdapat pada kompleks Keraton

Solo, Keraton Yogyakarta, dan Pemakaman raja-raja Imogiri.

Meskipun makna supit urang biasanya mengacu kepada gerbang

dengan jalan bercabang dua, biasanya jalan dan gerbang yang

mengapit kiri dan kanan bangunan pagelaran keraton.

Pada aturan zona tata letak pura atau puri (istana) Bali, baik

candi bentar maupun paduraksa merupakan satu kesatuan rancang

Page 19: BAB II KAJIAN TEORI - eprints.undip.ac.ideprints.undip.ac.id/70721/4/7._Bab_2.pdfsumber Cina dari abad ke-15. Trowulan dihancurkan pada tahun 1478 saat ... Seperti peneliti jelaskan

Keragaman Gapura Masjid Menara Kudus dan Masjid Mantingan Jepara

Tesis 27

arsitektur. Candi bentar merupakan gerbang untuk lingkungan terluar

yang membatasi kawasan luar pura dengan nista mandala (jaba pisan)

zona terluar kompleks pura, sedangkan gerbang kori ageng atau

paduraksa digunakan sebagai gerbang di lingkungan dalam pura, dan

digunakan untuk membatasi zona madya mandala (jaba tengah)

dengan utama mandala (jero) sebagai kawasan tersuci pura Bali.

Maka dapat disimpulkan bahwa baik untuk kompleks pura maupun

tempat tinggal, candi bentar digunakan untuk lingkungan terluar,

sedangkan paduraksa untuk lingkungan dalam. (Tjandrasasmita,

2009).

Paduraksa adalah bangunan berbentuk gapura yang memiliki

atap penutup, yang lazim ditemukan dalam arsitektur kuno dan klasik

di Jawa dan Bali. Kegunaan bangunan ini adalah sebagai pembatas

sekaligus gerbang akses penghubung antarkawasan dalam kompleks

bangunan khusus. Bangunan ini biasa dijumpai pada gerbang masuk

bangunan-bangunan lama di Jawa dan Bali, seperti kompleks keraton,

makam keramat, serta pura dan puri, meskipun pada masa sekarang

ada pula rumah yang juga menggunakan gapura semacam ini.

(Laksmi K.Wardani, Ronald H.I. Sitindjak, Sriti Mayang Sari, 2015)

Pada dasarnya paduraksa adalah sebuah pintu gerbang, akan

tetapi secara disiplin gaya bangunannya mengikuti gaya

bangunan candi. Yaitu terdiri atas tiga bagian; kaki atau landasan

tempat tangga, tubuh bangunan tempat gawang pintu, dan atap

bersusun yang dilengakapi kemuncak atau mastaka. Paduraksa

dilengkapi dengan lawang (lubang gawang pintu) dan daun pintu.

Gawang pintu (kusen) serta daun pintu ini biasanya dibuat dari bahan

kayu berukir.

Page 20: BAB II KAJIAN TEORI - eprints.undip.ac.ideprints.undip.ac.id/70721/4/7._Bab_2.pdfsumber Cina dari abad ke-15. Trowulan dihancurkan pada tahun 1478 saat ... Seperti peneliti jelaskan

Keragaman Gapura Masjid Menara Kudus dan Masjid Mantingan Jepara

Tesis 28

Pada masa kemudian di Jawa Timur, terutama pada

era Majapahit, atap gapura paduraksa kian langsing dan tinggi

menjulang. Contoh gapura paduraksa gaya Majapahit adalah Candi

Bajangratu. Adanya gapura paduraksa menandakan bahwa kompleks

bangunan yang memiliki gerbang seperti ini adalah bangunan penting,

seperti tempat suci, atau istana.

Gambar 2.9 Sketsa candi Paduraksa

Sumber : Penyedia Informasi “ Hindu Alukta”

Pada aturan zona tata letak pura atau puri (istana) Bali,

baik candi bentar (gerbang terbelah) ataupun paduraksa merupakan

satu kesatuan rancang arsitektur. Candi bentar merupakan gerbang

untuk lingkungan terluar yang membatasi kawasan luar pura

dengan nista mandala (jaba pisan), zona terluar kompleks pura.

Gerbang (kori) ageng sebagai gerbang di lingkungan dalam pura

Page 21: BAB II KAJIAN TEORI - eprints.undip.ac.ideprints.undip.ac.id/70721/4/7._Bab_2.pdfsumber Cina dari abad ke-15. Trowulan dihancurkan pada tahun 1478 saat ... Seperti peneliti jelaskan

Keragaman Gapura Masjid Menara Kudus dan Masjid Mantingan Jepara

Tesis 29

menggunakan paduraksa untuk membatasi zona madya

mandala (jaba tengah) dengan utama mandala (jero) sebagai kawasan

tersuci pura di Bali. Hal ini juga berlaku untuk kompleks tempat tinggal.

(Tjandrasasmita, 2009).

Angkul-angkul atau Pamedal (kori). Angkul-angkul atau

sering juga disebut Pamedal/Kori yang merupakan salah satu bentuk

pamesuan (pintu keluar dari pekarangan), pintu masuk utama ke

pekarangan rumah adat Bali dengan berbagai ukiran dan ornamen

khas bali di bagian atas maupun samping kiri-kanan, juga sebagai

salah satu wujud arsitektur tradisional Bali yang telah berkembang

dengan pesat baik yang terjadi pada fungsi, estetika (bentuk dan

langgam) serta struktur. angkul-angkul rumah adat bali selain sebagai

kesan pertama saat memasuki rumah keluarga hindu bali, juga

merupakan struktur bangunan bali yang memiliki nilai magis. angkul-

angkul juga akan melengkapi konsep tri hitakarana yang diusung

masyarakat hindu dalam penerapannya pada bangunan tempat

tinggal. secara umum angkul –angkul rumah tradisional Bali memiliki

pintu kwadi dan aling – aling untuk menghindari sirkulasi langsung dan

akses langsung menuju tempat tujuan. (Laksmi K.Wardani, Ronald H.I.

Sitindjak, Sriti Mayang Sari, 2015)

Page 22: BAB II KAJIAN TEORI - eprints.undip.ac.ideprints.undip.ac.id/70721/4/7._Bab_2.pdfsumber Cina dari abad ke-15. Trowulan dihancurkan pada tahun 1478 saat ... Seperti peneliti jelaskan

Keragaman Gapura Masjid Menara Kudus dan Masjid Mantingan Jepara

Tesis 30

Gambar 2.10 Sketsa gerbang angkul-angkul

Sumber : Penyedia Informasi “ Hindu Alukta”

Candi Bentar, Paduraksa dan Angkul-angkul merupakan

artefak masa lampau yang mengandung nilai historis, seni, budaya,

dan religi. Jenis bangunan ini dapat ditemukan pada kompleks

keraton, masjid, makam-makam kuno dan rumah adat Bali. Candi

Bentar penempatannya di halaman depan sedangkan Paduraksa

ditempatkan di halaman tengah dalam kompleks keraton, masjid, dan

makam kuno. Bukti fisiknya masih dapat ditelusuri, baik

perkembangannya pada masa pra-Islam maupun pengaruhnya pada

budaya masa kini. Sedangkan Angkul-angkul merupakan pintu

gerbang pada rumah - rumah yang ada di Bali. Gerbang ini menyatu

dengan pagar rumah. Contoh Gerbang Angkul - Angkul yaitu pada

rumah - rumah yang ada di Bali.

Page 23: BAB II KAJIAN TEORI - eprints.undip.ac.ideprints.undip.ac.id/70721/4/7._Bab_2.pdfsumber Cina dari abad ke-15. Trowulan dihancurkan pada tahun 1478 saat ... Seperti peneliti jelaskan

Keragaman Gapura Masjid Menara Kudus dan Masjid Mantingan Jepara

Tesis 31

Pada masa peralihan Hindu ke Islam di Jawa, bentuk Candi

Bentar dari masa Majapahit berkembang ke Bali, dan seni bangunnya

berkembang pada masa kerajaan Islam, terutama di Jawa.

Jika diamati berdasarkan pengaruh Hindu pada tata letak

bangunan pura (istana) di Bali, maka Candi Bentar, Paduraksa dan

Angkul-angkul merupakan satu kesatuan yang saling terkait. Candi

Bentar merupakan gerbang untuk lingkungan terluar yang membatasi

kawasan luar pura dengan nista mandala (jaba pisan), sedangkan

gerbang Paduraksa digunakan sebagai gerbang dalam pura, dan

digunakan untuk membatasi zona madya mandala (jaba tengah)

dengan utama mandala (jero) sebagai kawasan tersuci di pura Bali

dan Angkul-angkul merupakan pintu gerbang pada rumah - rumah

yang ada di Bali . Dengan demikian, baik untuk kompleks pura

maupun tempat tinggal, Candi Bentar digunakan untuk lingkungan

terluar, sedangkan Paduraksa untuk lingkungan dalam sedangkan

Angkul-angkul untuk pintu gerbang rumah.

2.3. Perkembangan konsep Gerbang Ke Arah Barat

Didalam buku Kerajaan-kerajaan Islam Di Jawa, runtuhnya

Majapahit karena tentara Demak menyerbu Majapahit, sehingga

Majapahit kalah. Diberitakan juga bahwa raja Demak telah

memerintahkan mengangkut balok-balok dari salah satu gedung penting

di istana Majapahit ke ibukotanya sendiri, untuk dipasang pada salah

satu bangunan di Demak. (HJ De Graaf dan Th G Pigeaud, 1986).

Dari pengangkutan bagian-bagian bangunan yang akan di pindah

ke Demak juga kemungkinan terdapat bangunan baru yang akan

Page 24: BAB II KAJIAN TEORI - eprints.undip.ac.ideprints.undip.ac.id/70721/4/7._Bab_2.pdfsumber Cina dari abad ke-15. Trowulan dihancurkan pada tahun 1478 saat ... Seperti peneliti jelaskan

Keragaman Gapura Masjid Menara Kudus dan Masjid Mantingan Jepara

Tesis 32

dibangun, seperti gapura-gapura sebagai pintu masuk. Bangunan gapura

tersebut kemungkinan besar mirip bangunan gapura yang ada di

Majapahit.

2.3.1. Masjid Agung Demak

Sebelum menjadi Kerajaan Demak, awalnya adalah sebuah

kadipaten yang berada di bawah kekuasaan Kerajaan Majapahit,

setelah Kerajaan Majapahit dikalahkan Demak, kemudian ibukota

Majapahit dipindahkan ke Bintoro, Demak merupakan kerajaan islam

pertama yang ada di Pulau Jawa.

Yang mendirikan kerajaan demak adalah Raden Patah,

kerajaan demak mempunyai lokasi yang sangat strategis karena

negeri tersebut sangat dekat dengan pelabuhan Bergota dari kerajaan

Mataram Kuno dan Jepara, kedua tempat inilah yang telah membuat

Demak menjadi kerajaan dengan pengaruh sangat besar di Nusantara.

Seperti dalam “Serat Kenda” tentang Runtuhnya Majapahit,

tentara Demak menyerbu Majapahit maka Majapahit dapat dikuasai

oleh Demak sehingga Prabu Brawijaya melarikan diri ke Bali dengan

candrasengkala “sirna-ilang-kerti-ning-bumu” yang diterjemahkan

tahun 1400 saka atau 1478 Masehi. (Mulyana S. , 1983).

Dalam pemindahan ibukota dari majapahit ke Demak terdapat

hal-hal yang dulunya ada di Majapahit di bangun juga di Demak,

seperti Keraton, ruang terbuka ( alun-alun ) dan juga berupa bentuk

gapura. Ini yang kita sebut pola arsitektur yang mirip. Salah satu

peninggalan Kerajaan Demak yang masih ada adalah Masjid Agung

Demak. Dalam gambar Masjid Agung Demak terdapat gapura masuk

Page 25: BAB II KAJIAN TEORI - eprints.undip.ac.ideprints.undip.ac.id/70721/4/7._Bab_2.pdfsumber Cina dari abad ke-15. Trowulan dihancurkan pada tahun 1478 saat ... Seperti peneliti jelaskan

Keragaman Gapura Masjid Menara Kudus dan Masjid Mantingan Jepara

Tesis 33

yang disebut gapura kori agung. Gapura kori agung adalah gapura

yang beratap dan berpintu.

Gambar 2.11 Gapura Masjid Agung demak 1920-1939

Sumber : Koleksi Foto Tropenmuseum Asterdam

2.3.2. Batas dan Aksebilitas Kawasan Pada Rumah tradisional

Jawa (Kudus)

Rumah tradisional Kudus (Jawa) tidak merupakan bangunan

tunggal tetapi kesatuan beberapa masa bangunan yang berfungsi

Page 26: BAB II KAJIAN TEORI - eprints.undip.ac.ideprints.undip.ac.id/70721/4/7._Bab_2.pdfsumber Cina dari abad ke-15. Trowulan dihancurkan pada tahun 1478 saat ... Seperti peneliti jelaskan

Keragaman Gapura Masjid Menara Kudus dan Masjid Mantingan Jepara

Tesis 34

untuk tempat tinggal dan melakukan kegiatan sehari-hari di rumah.

Pola tata bangunan dalam tapak terdiri dari bangunan utama, halaman

terbuka serta bangunan pelengkap. Bangunan utama menghadap

kearah selatan, posisi bangunan pada sisi utara tapak. Bangunan

pelengkap biasanya menempati posisi di Selatan tapak berseberangan

dengan bangunan utama dan dipisahkan oleh halaman terbuka di

tengah tapak. Batas tapak berupa pagar tinggi dari pasangan batu

bata. Aksesbilitas ke tapak melalui regol di sisi samping atau depan

tapak. Regol berbentuk Gapura beratap dengan pintu ganda.

Seringkali regol ini merupakan satu-satunya pencapaian ke dalam

tapak. (Sardjono, 2009).

Pagar dan Regol pada rumah Kudus massif dan tinggi

sehingga tampilan rumah hampir tidak terlihat kecuali puncak atapnya.

Pintu masuk ditandai berupa regol beratap dengan daun pintu. Kondisi

keseharian daun pintu selalu dalam keadaan tertutup. Pada rumah

Jawa regol sering kali tidak berdaun pintu, sebagai gantinya diberi

aling-aling.

Page 27: BAB II KAJIAN TEORI - eprints.undip.ac.ideprints.undip.ac.id/70721/4/7._Bab_2.pdfsumber Cina dari abad ke-15. Trowulan dihancurkan pada tahun 1478 saat ... Seperti peneliti jelaskan

Keragaman Gapura Masjid Menara Kudus dan Masjid Mantingan Jepara

Tesis 35

Gambar 2.12 Karakteristik Rumah Tradisional Kudus

Sumber : Sardjono, A. B. (2009). TATA RUANG RUMAH TRADISIONAL

KUDUS.

2.4. Batas dan Aksebilitas dalam Kawasan Peribadatan Islam

Batas dalam kawasan peribadatan islam dalam hal ini kawasan

masjid kuno adalah pagar keliling atau pagar pembatas kompleks masjid.

Batas pada masjid kuno terbuat dari batu bata yang disusun sehingga

membentuk sebuah pagar.

Aksesbilitas dalam kawasan masjid kuno adalah Gerbang atau

pintu masuk utama kompleks masjid atau makam. Pintu gerbang ini juga

untuk memisahkan zona atau daerah tertentu pada suatu kawasan.

Mesjid kuno di Jawa abad 15 dan 16 mempunyai bentuk yang

sangat spesifik. Arsitektur abad ke 15 dan 16 merupakan arsitektur

transisi dari arsitektur Jawa-Hindu/Budha ke arsitektur Jawa- Islam. Masa

Page 28: BAB II KAJIAN TEORI - eprints.undip.ac.ideprints.undip.ac.id/70721/4/7._Bab_2.pdfsumber Cina dari abad ke-15. Trowulan dihancurkan pada tahun 1478 saat ... Seperti peneliti jelaskan

Keragaman Gapura Masjid Menara Kudus dan Masjid Mantingan Jepara

Tesis 36

transisi tersebut melahirkan bentuk-bentuk bangunan mesjid yang sangat

spesifik. (Hartono, 2007).

Masjid jawa berbeda pada dasarnya dari masjid seperti dibangun

di negara-negara muslim yang lain. Karakteristik yang terpisah dari

masjid jawa telah diuraikan sebagai berikut :

1. Denah lantai dasar bangunan nya adalah suatu (penyiku/

lapangan);

2. Tidak berdiri pada kutub, seperti halnya kaum tua hunian

Indonesia dan rumah doa lebih kecil Indonesia ( Jawa: langgar;

Orang Sunda: tadjug; di Bantam: bungkus) tetapi di suatu

landasan yang raksasa(masive);

3. Mempunyai suatu menunjuk atap, terdiri dari dari dua sampai lima,

pembatasan menaik;

4. Mempunyai suatu perluasan (bagi/kepada) yang barat atau

northwestern sisi, memperlengkapi mihrab;

5. Mempunyai suatu beranda, baik di depan atau di sampingan juga

disebut oleh Jawa surambi atau siambi, dan oleh Sundanese tepas

masjid;

6. Membuka (ruang;spasi) di sekitar mesjid terlampir oleh suatu

dinding dengan hanya satu pintu masuk, suatu gerbang di depan.

(Pijper, 1947).

Masjid mempunyai pengertian yang tertentu ; suatu perumahan,

suatu gedung atau suatu lingkungan tembok, yang dipergunakan sebagai

tempat mengerjakan sholat, baik untuk sholat lima waktu maupun untuk

sholat Jum’at atau sembayang hari raya. (Aboebakar, 1955).

Masjid sering dihubungkan dengan makam yang dalam

pembangunannya tidak direncana secara khusus seperti pada masjid-

Page 29: BAB II KAJIAN TEORI - eprints.undip.ac.ideprints.undip.ac.id/70721/4/7._Bab_2.pdfsumber Cina dari abad ke-15. Trowulan dihancurkan pada tahun 1478 saat ... Seperti peneliti jelaskan

Keragaman Gapura Masjid Menara Kudus dan Masjid Mantingan Jepara

Tesis 37

masjid di Mesir, Persia dan Turki. Masjid makam di Negara-negara islam

ini memang termasuk jenis masjid dengan desain bangunan khusus

sesuai fungsinya yang berbeda dengan jenis masjid lain seperti masjid Al

Jum’ah, masjid madrasah dan sebagainya. Masjid makam adalah masjid

yang memiliki tempat untuk makam yang menjadi bagian dari

keseluruhan bangunan masjid. (Yudoseputro, 1986).

Pada hakikatnya masjid memiliki makna yang lebih luas tidak

hanya sebagai tempat ibadah tetapi sebagai pusat kebudayaan dan

kemasyarakatan Islam. Peran masjid pada zaman Nabi Muhammad

SAW, ditunjukkan melalui pencerminan konsep masjid yaitu ; sebagai

pusat pengembangan total masyarakat muslim di segala aspek

kehidupan. Dan tidak hanya sebagai bangunan ibadah, berdoa atau

meditasi, namun juga merupakan tempat berinteraksi masyarakat

muslim. Hablum minallah (mendekatkan diri dengan Allah), hablum

minannas (berinteraksi dengan manusia sesamanya) serta hablum min

alamin (berinteraksi dengan alam lingkungannya).

2.5. Teritori dan Aksessibilitas dalam Arsitektur

Kajian teori teritori dan aksessibilitas dalam arsitektur ini penting

karena untuk membahas teritori dan aksessibilitas kawasan. Teritori untuk

membahas batas kawasan tersebut dan Aksessibilitas untuk membahas

akses masuk ke sebuah kawasan.

Page 30: BAB II KAJIAN TEORI - eprints.undip.ac.ideprints.undip.ac.id/70721/4/7._Bab_2.pdfsumber Cina dari abad ke-15. Trowulan dihancurkan pada tahun 1478 saat ... Seperti peneliti jelaskan

Keragaman Gapura Masjid Menara Kudus dan Masjid Mantingan Jepara

Tesis 38

2.5.1. Teori Teritori

Perilaku teritori melibatkan karakter-karakter (Altman,

Environmental and Culture, 1980) : (a) Bentuk pemilikan dan kontrol

melalui akses ke tempat tersebut, (b) variasi skala dari kecil ke besar,

(c) Pelayanan pada beragam fungsi, meliputi kebutuhan social dan

biologis, (d) Personalisasi atau atribut-atribut, (e) Kemungkinan

bertahan dari campuran tangan pihak luar.

Teritori menerapkan besaran dan perempatan, tidak hanya

tempat tetapi artefak dan ide-ide pula, dan itu ditandai dengan luasan

batas fisik dan tanda-tanda simbolik. (Lang, 1987). Dan garis

demarkasi dapat berwujud suatu tanda-tanda simbolik sebagai

petunjuk atau suatu bentuk yang berasosiasi pada kepentingan

kelompok etnik tertentu yang membutuhkannya.

Kemampuan tata letak lingkungan adalah penting dalam

memberikan privasi melalui control teritori sebagai pemenuhan

kebutuhan dasar manusia seperti : kebutuhan akan identitas, stimulan,

keamanan dan kerangka perhubungan (akses/pintu). Arti bahwa

teritori selain harus menjamin keselamatan/keamanan juga harus

menjamin interaksi, dan akses atau pintu harus berfungsi sebagai alat

control gabungan diantara kedua kebutuhan tersebut. (Sharkawy,

1979).

Sebagai awal teori teritori yang digunakan dalam desain ruang

publik, pertama kali teori dikembangkan oleh Altman seorang pakar

masalah perilaku. Awalnya dia mengembangkan teori “Behaviour

Constraint” atau yang biasa disebut dengan teori hambatan perilaku.

Premis asal teori ini adalah stimulasi yang berlebihan atau yang tidak

Page 31: BAB II KAJIAN TEORI - eprints.undip.ac.ideprints.undip.ac.id/70721/4/7._Bab_2.pdfsumber Cina dari abad ke-15. Trowulan dihancurkan pada tahun 1478 saat ... Seperti peneliti jelaskan

Keragaman Gapura Masjid Menara Kudus dan Masjid Mantingan Jepara

Tesis 39

diinginkan, mendorong terjadinya arousai atau hambatan dalam

kapasitas pemrosesan informasi. Akibatnya seseorang atau kelompok

merasa kehilangan kontrol terhadap situasi yang sedang terjadi. Hal

tersebut menjadi awal terbentuknya teori dan konsep teritori pada

desain lingkungan. Teritori merupakan suatu pembentukan wilayah

untuk mencapai privasi yang optimal yang diupayakan dengan

menyusun kembali setting fisik atau pindah kewilayah lain. (Altman,

1975).

Berdasar teorisasi tersebut diletakkan dasar pengertian

sekaligus batasan definisi tentang tempat privat dan tempat public

place pada pernyataan diatas menunjuk pada ruang dalam konteks

perilaku lingkungan yang dinyatakan dengan adanya batas fisik yang

dibangun melingkupi suatu ruang (terkadang dengan tujuan untuk

membatasi gerak, pandangan atau suara ). Ruang juga ditandai

(sebagai batas) oleh perilaku organisme yang diwadahinya.

Pertahanan atas serangan terhadap teritorial hendaknya tidak dibaca

secara harfiah. Karakter perilaku keruangan dalam suatu ruangan bisa

sangat beragam namun ada satu kesamaan mendasar yang disebut

‘teritoriality’.

2.5.2. Teori Aksessibilitas

Dari aspek dua individu, aksessibilitas berkaitan dengan privacy

dan territory yang tidak lepas dari sistem budayanya (perilakunya).

Dalam penjelasan tentang interaksi, memberikan pengertian

Functional distance dan functional centrality sebagai alat yang umum

dari suatu pola interaksi masyarakat. Functional distance mengacu

Page 32: BAB II KAJIAN TEORI - eprints.undip.ac.ideprints.undip.ac.id/70721/4/7._Bab_2.pdfsumber Cina dari abad ke-15. Trowulan dihancurkan pada tahun 1478 saat ... Seperti peneliti jelaskan

Keragaman Gapura Masjid Menara Kudus dan Masjid Mantingan Jepara

Tesis 40

pada tingkat kesukaran perjumpaan suatu gerakan dari suatu titik ke

titik yang lain. Functional centrality mengacu pada kemudahan

pencapaian pada fasilitas umum/bersama masyarakat. (Lang, 1987).

Aksesibilitas termasuk dalam hak seseorang dalam ruang

publik. Aksesibilitas adalah kemudahan untuk memasuki suatu ruang

tergantung pada fungsi ruang tersebut. Terdapat tiga konsep utama

dalam menentukan aksesibilitas, antara lain: (1) aksesibilitas fisik, (2)

aksesibilitas visual, (3) aksesibilitas simbolik. (Carr, 1973).

Aksesibilitas adalah memperhatikan kemampuan seseorang

menuju ke tempat orang lain, ke tempat kegiatan, ke sumber daya

yang ada, ke tempat pelayanan, ke tempat informasi, atau ke tempat

yang lain. (Lynch, 1960).

Aksesibilitas dapat disimpulkan adalah derajat kemudahan

dicapai oleh orang, terhadap suatu objek, pelayanan ataupun

lingkungan. Kemudahan akses tersebut diimplementasikan pada

bangunan gedung, lingkungan dan fasilitas umum lainnya.

2.6. Tipologi

Tipologi berasal dari dua suku kata yaitu Tipo yang berarti

pengelompokan dan Logos yang mempunyai arti ilmu atau bidang

keilmuan. Jadi tipologi adalah ilmu yang mempelajari pengelompokan

suatu benda dan makhluk secara umum. Tipologi (dalam Arsitektur dan

Perancangan Kota) adalah klasifikasi (biasanya berupa klasikasi fisik

suatu bangunan) karakteristik umum ditemukan pada bangunan dan

tempat-tempat perkotaan, menurut hubungan mereka dengan kategori

yang berbeda, seperti intensitas pembangunan (dari alam atau pedesaan

ke perkotaan) derajat, formalitas, dan sekolah pemikiran (misalnya,

Page 33: BAB II KAJIAN TEORI - eprints.undip.ac.ideprints.undip.ac.id/70721/4/7._Bab_2.pdfsumber Cina dari abad ke-15. Trowulan dihancurkan pada tahun 1478 saat ... Seperti peneliti jelaskan

Keragaman Gapura Masjid Menara Kudus dan Masjid Mantingan Jepara

Tesis 41

modernis atau tradisional). Karakteristik individu tersebut membentuk

suatu pola. Kemudian pola tersebut berhubungan dengan elemen-

elemen secara hirarkis di skala fisik (dari detail kecil untuk sistem yang

besar).

Tipologi adalah ilmu watak tentang bagian manusia dalam

golongan – golongan menurut sifat masing – masing. (Nasional, 2008).

Di dalam ilmu tipologi dikenal beberapa istilah yaitu type, model,

basic type, classifactory type, generic type, prototype, morfology dsb

(Moeno, 1986).

Studi tipo-morfologi arsitektur, merupakan pengkajian tipe-tipe

bentuk arsitektural dengan memperhatikan unsur-unsur pembentuk

(struktur/elemen/komponen) dan komposisinya, tanpa mengabaikan

unsur fungsi yang berlaku pada objek tersebut. (Prajudi, 1999).

Dari pembahasan atas berbagai aspek teoritis oleh para ahli

tipologi dapat disimpulkan bahwa dengan berlandaskan pada aspek

historical reason, aspek original context, dan aspek fungsionalisme, tipo-

morfologi dapat digunakan untuk mengklasifikasi objek serta mencari

kandungan esensial dari tipe, yang dapat diisitilahkan sebagai generic

dan genetic. Di dalam studi tipologi dikenal tiga tahapan yaitu tahapan

untuk menentukan bentuk dasar pada setiap objek, menentukan sifat

dasar berdasarkan bentuk dasar ; menjelaskan proses komposisi bentuk

dasar. (Sukada, 1989).

Tipologi arsitektur adalah kegiatan yang berhubungan dengan

klasifikasi atau pengelompokan karya arsitektural dengan kesamaan ciri-

ciri atau totalitas kekhususan yang diciptakan oleh suatu masyarakat atau

kelas sosial yang terikat dengan kepermanenan dari karakteristik yang

tetap atau konstan. Kesamaan ciri-ciri tersebut antara lain kesamaan

bentuk dasar,sifat dasar objek kesamaan fungsi objek kesamaan asal-

Page 34: BAB II KAJIAN TEORI - eprints.undip.ac.ideprints.undip.ac.id/70721/4/7._Bab_2.pdfsumber Cina dari abad ke-15. Trowulan dihancurkan pada tahun 1478 saat ... Seperti peneliti jelaskan

Keragaman Gapura Masjid Menara Kudus dan Masjid Mantingan Jepara

Tesis 42

usul sejarah/ tema tunggal dalam suatu periode atau masa yang terikat

oleh kepermanenan dari karakteristik yang tetap/ konstan.

Tipologi dapat digunakan sebagai salah satu metode dalam

mendefinisikan atau mengklasifikasikan objek arsitektural. Tipologi dapat

mengidentifikasi perubahan-perubahan yang terjadi pada suatu objek dan

analisis perubahan tersebut menyangkut bentuk dasar objek atau elemen

dasar, sifat dasar, fungsi objek serta proses transformasi bentuknya.

(Moneo, 1979)

Analisis tipologi dibagi menjadi 3 fase yaitu:

a. Menganalisis tipologi dengan cara menggali dari sejarah untuk

mengetahui ide awal dari suatu komposisi; atau dengan kata lain

mengetahui asal-usul atau kejadian suatu objek arsitektural.

b. Menganalisis tipologi dengan cara mengetahui fungsi suatu objek.

c. Menganalisis tipologi dengan cara mencari bentuk sederhana

suatu bangunan melalui pencarian bangun dasar serta sifat

dasarnya.

Tipologi dapat disimpulkan sebagai Berikut :

Tipologi Arsitektur

Tipologi arsitektur, suatu kegiatan yang berhubungan dengan

klasifikasi atau pengelompokan karya arsitektural dengan kesamaan

ciri-ciri atau totalitas kekhususan yang diciptakan oleh suatu

masyarakat atau kelas sosial yang terikat dengan ke-permanen-an dari

karakteristik yang tetap atau konstan. Kesamaan ciri- ciri tersebut

antara lain kesamaan bentuk dasar,sifat dasar objek kesamaan fungsi

objek kesamaan asal-usul sejarah/ tema tunggal dalam suatu periode

atau masa yang terikat oleh ke-permanen-an dari karakteristik yang

tetap/ konstan.

Page 35: BAB II KAJIAN TEORI - eprints.undip.ac.ideprints.undip.ac.id/70721/4/7._Bab_2.pdfsumber Cina dari abad ke-15. Trowulan dihancurkan pada tahun 1478 saat ... Seperti peneliti jelaskan

Keragaman Gapura Masjid Menara Kudus dan Masjid Mantingan Jepara

Tesis 43

Tipologi Bangunan

Pengertian Tipologi Bangunan, sebuah studi/ penyelidikan

tentang penggabungan elemen-elemen yang memungkinkan untuk

mencapai/ mendapatkan klasifikasi organisme arsitektur melalui tipe-

tipe. Klasifikasi mengindikasikan suatu perbuatan meringkas/

mengikhtiarkan, yaitu mengatur penanaman yang berbeda, yang

masing-masing dapat diidentifikasikan, dan menyusun dalam kelas-

kelas untuk mengidentifikasikan data umumnya dan memungkinkan

membuat perbandingan-perbandingan pada kasus-kasus khusus.

Klasifikasi tidak memperhatikan suatu tema pada suatu saat tertentu

(rumah, kuil, dsb.) melainkan berurusan dengan contoh-contoh konkrit

dari suatu tema tunggal dalam suatu periode atau masa yang terikat

oleh kepermanenan dari karakteristik yang tetap/ konstan.

Analisis Tipologi

Tipologi dapat digunakan sebagai salah satu metode dalam

mendefinisikan atau mengklasifikasikan objek arsitektural. Tipologi

dapat mengidentifikasi perubahan-perubahan yang terjadi pada suatu

objek dan analisa perubahan tersebut menyangkut bentuk dasar objek

atau elemen dasar, sifat dasar, fungsi objek serta proses transformasi

bentuknya. (Moeno, 1986).

Melalui analisis unsur-unsur, Tipo-morfologi pada dasarnya

merupakan sarana yang digunakan untuk dapat menjelaskan fenomena

yang melatarbelakangi suatu konfigurasi bentuk arsitektur. Memalui Tipo-

morfologi juga akan diperoleh gambaran yang jelas dan teliti.

Berdasarkan telaah teoritik terdapat dua pendekatan yang digunakan

melakui studi klasifikasi dan studi genetik (Krier, 1986) mengidentifikasi

bentuk desar yang bersifat genetik, yaitu persegi (square), segitiga

Page 36: BAB II KAJIAN TEORI - eprints.undip.ac.ideprints.undip.ac.id/70721/4/7._Bab_2.pdfsumber Cina dari abad ke-15. Trowulan dihancurkan pada tahun 1478 saat ... Seperti peneliti jelaskan

Keragaman Gapura Masjid Menara Kudus dan Masjid Mantingan Jepara

Tesis 44

(triangle) dan lingkaran (circle) atau dapat tiga kategori lain yang solit

(masif), Skeletal (rangka) dan composite or mixed (gabungan solid dan

rangka)

Tipo-morfologi merupakan sarana yang digunakan untuk dapat

menjelaskan fenomena yang melatarbelakangi suatu

perubahan/pembentukkan ‘bentuk arsitektural’, melalui analisis unsur-

unsur pembentuknya. Melalui tipo-morfologi akan dapat memberikan

gambaran yang jelas dan teliti. Sesuai dengan tujuan penelitian maka

(Prajudi, 1999) :

o Berdasarkan telaah teoritik, terdapat dua pendekatan yaitu melalui

studi klasifikasi dan generik.

Studi klasifikasi digunakan untuk mengetahui :

- Ragam bentuk (Wujud, dimensi, warna, tekstur, posisi,

orientasi, inersia visual dan skala)

Studi generik digunakan untuk mengetahui :

- Bentuk dasar spasial (basic type) / bentuk yang paling

esensial dari arsitektur gapura, misalnya dari denah, tampak

dan perletakan.

- Sifat bentuk dasar tersebut (misalnya simetris, axis,)

- Prinsip susunan bentuk dasar (misalnya adanya irama,

transformasi, hirarki )

o Dalam studi klasifikasi dan generik akan dianalisis aspek bentuk

meliputi denah-tampak-perletakan dan unsur-unsur pembentuk

meliputi kepala-badan-kaki gapura dengan tanpa mengabaikan

faktor-faktor yang melatarbelakanginya sehingga dapat

Page 37: BAB II KAJIAN TEORI - eprints.undip.ac.ideprints.undip.ac.id/70721/4/7._Bab_2.pdfsumber Cina dari abad ke-15. Trowulan dihancurkan pada tahun 1478 saat ... Seperti peneliti jelaskan

Keragaman Gapura Masjid Menara Kudus dan Masjid Mantingan Jepara

Tesis 45

menjelaskan fenomena-fenomena yang berkaitan dengan

terjadinya keragaman bentuk gapura tersebut.

Latar belakang kesejarahan dapat dijadikan sebagai landasan

pertimbangan didalam studi tipo morfologi ini. Tetapi dalam kajian tipo

morfologi lebih lanjut, dapat terjadi ketidaksesuaian atau mungkin ditemukan

analisis baru yang berkaitan dengan latar belakang kesejarahan. Melalui

pendekatan tipo morfologi diharapkan dapat ditemukan pula hubungan antara

‘analisis bentuk’ dengan ‘analisis kesejarahan’.

2.7. Pengertian Gapura

Gapura adalah pintu besar untuk masuk pekarangan rumah (taman,

dsb); pintu gerbang; Gapura (pintu gerbang) yang dibuat sebagai tanda atau

pernyataan hormat (untuk menghormati tamu, peristiwa penting, dsb).

(Nasional, 2008).

Gapura bila ditilik dari asal katanya, dari bahasa Sanskerta "Go" berarti

lembu dan "pura" berarti depan; dalam hal ini berarti area lembu yang

dipasang di depan kraton atau tempat suci agama Hindu. Lembu merupakan

kendaraan dewa Syiwa. (Suwarna, 1987)

Gapura adalah suatu struktur yang merupakan pintu masuk atau

gerbang ke suatu kawasan atau wilayah. Gapura sering dijumpai

di pura dan tempat suci Hindu, karena gapura merupakan unsur penting

dalam arsitektur Hindu. Gapura juga sering diartikan sebagai pintu gerbang.

Dalam bidang arsitektur, gapura sering disebut dengan entrance,

namun entrance itu sendiri tidak bisa diartikan sebagai gapura. Simbol yang

dimaksudkan di sini bisa juga diartikan sebuah ikon suatu wilayah atau area.

Secara hirarki sebuah gapura bisa disebut sebagai ikon karena gapura itu

Page 38: BAB II KAJIAN TEORI - eprints.undip.ac.ideprints.undip.ac.id/70721/4/7._Bab_2.pdfsumber Cina dari abad ke-15. Trowulan dihancurkan pada tahun 1478 saat ... Seperti peneliti jelaskan

Keragaman Gapura Masjid Menara Kudus dan Masjid Mantingan Jepara

Tesis 46

sendiri lebih sering menjadi komponen pertama yang dilihat ketika kita

memasuki suatu wilayah. (Dallapiccola, 2004).

Dalam istilah Jawa, pintu gerbang biasa disebut dengan gapura.

Orang Jawa memberikan arti dengan gapura ditranskrip dengan bahasa Arab

'ghafura' (Al-gaffar) yang berarti Yang Maha Pengampun. Dengan demikian

dapat dipersepsikan gapura manakala seseorang telah memasuki suatu

tempat/area/kawasan/wilayah yang didapatkan tidak lain adalah kesenangan,

kegembiraan, kenyamanan, dan seluruh rasa yang memberikan ketenangan

batin. (Muhajat, 2014).

Dari ketiga teori diatas maka gapura dapat disimpulkan sebagai pintu

masuk dan sebagai ikon karena gapura itu sendiri lebih sering menjadi

komponen pertama yang dilihat ketika kita memasuki suatu wilayah, serta

dipersepsikan gapura manakala seseorang telah memasuki suatu tempat /

area / kawasan / wilayah yang didapatkan tidak lain adalah kesenangan,

kegembiraan, kenyamanan, dan seluruh rasa yang memberikan ketenangan

batin.

2.7.1. Gapura Candi

Gapura Candi adalah suatu struktur yang merupakan pintu

masuk atau gerbang ke bangunan Candi, biasanya terdapat

Kalamakara dan Dwarapala.

Kalamakara merupakan hiasan berupa kepala kala yang

berada di atas pintu candi. Kalamakara dianggap sebagai penolak

bala hal - hal buruk di candi dan pengingat kepada siapa saja yang

memasuki candi tentang masa kematian, selain itu kalamakara

memiliki filosofi siapapun yang memasuki bangunan yang memiliki

kalamakara di atap pintu harus hati-hati, dan apabila tidak hati - hati

Page 39: BAB II KAJIAN TEORI - eprints.undip.ac.ideprints.undip.ac.id/70721/4/7._Bab_2.pdfsumber Cina dari abad ke-15. Trowulan dihancurkan pada tahun 1478 saat ... Seperti peneliti jelaskan

Keragaman Gapura Masjid Menara Kudus dan Masjid Mantingan Jepara

Tesis 47

dan berbuat nista di dalamnya maka akan dimakan kala.

Kalamakara berbentuk kepala monster yang memiliki rupa

campuran dari ikan, naga, buaya, singa, macan dan hewan - hewan

lain. Kalamakara pada candi Hindu dan Buddha memiliki

perbedaan, pada kalamakara candi Hindu kepala kalamakara

terdapat rahang sedangkan pada candi Buddha bentuk kalamakara

tidak berahang. (Santiko, 1999)

Dwarapala merupakan patung penjaga yang terletak di depan

pintu candi. Dwarapala berbentuk makhluk yang memegang gada

dengan posisi berdiri. Dwarapala menggambarkan penjaga candi.

(Santiko, 1999)

2.7.2. Gapura Masjid

Gapura masjid adalah suatu struktur yang merupakan pintu

masuk atau gerbang ke bangunan Masjid. Biasanya gapura ini

berbentuk Candi Bentar, Paduraksa dan Angkul-angkul. Biasanya

gapura pada masjid terdapat hiasan-hiasan dengan meniru flora

dan fauna, tidak boleh menggambarkan makluk yang bernyawa.

Pada gapura masjid biasanya terdapat condrosengkolo untuk

melambangkan tahun pembuatannya. Gapura Masjid merupakan

salah satu ciri bangunan masjid kuno nusantara.

2.8. Sejarah Perkembangan Candi

Perkembangan Candi di Nusanrata berawal dari Kerajaan

Mataram Kuno yang berpusat di Jawa Tengah. Di zaman ini muncul dua

dinasti yaitu Dinasti Sanjaya yang bercorak Hindu didirikan oleh Sanjaya

Page 40: BAB II KAJIAN TEORI - eprints.undip.ac.ideprints.undip.ac.id/70721/4/7._Bab_2.pdfsumber Cina dari abad ke-15. Trowulan dihancurkan pada tahun 1478 saat ... Seperti peneliti jelaskan

Keragaman Gapura Masjid Menara Kudus dan Masjid Mantingan Jepara

Tesis 48

pada tahun 732 M, sedangkan Dinasti Syailendra yang bercorak Budha

didirikan oleh Bahanu pada tahun 752. Kemudian Candi-Candi didirikan

oleh zaman para penguasa Mataram Kuno (abad XIII-X), pada zaman

para Raja-Raja Jawa Timur (abad X-XII) , dan pada zaman Kerajaan

Majapahit (1293-1478). (Wendoris, 2008).

Pada Dinasti Sanjaya (732-930) bangunan Candi mulai ada,

adapun Candi-Candi tersebut bercorak Hindu antara lain Candi Badut di

Malang Jawa timur, Candi Cangkung di Garut Jawa Barat, Candi-Candi

Siwa di Dieng Jawa Tengah, Candi Gedung Songo di Ungaran Jawa

Tengah.

Pada Dinasti Syailendra (752-850) bangunan Candi bencorak

Budha mulai ada, adapun Candi-Candi tersebut antara lain Candi

Ngawen di Magelang Jawa Tengah, Candi Mendut di Magelang Jawa

Tengah, Candi Pawon di Magelang Jawa Tengah, Candi Borobudur di

Magelang Jawa Tengah, Candi Kalasan di Kalasan Yogyakarta, Candi

Sari di Kalasan Yogyakarta dan Candi Plaosan di Klaten Jawa Tengah.

zaman para penguasa Mataram Kuno (abad XIII-X) bangunan

Candi antara lain Candi Prambanan corak Hindu dan Siwa di Prambanan

Klaten Jawa tengah, Candi Sajiwan corak Hindu Budha di Prambanan

Klaten Jawa tengah, Candi Sambisari corak Hindu dan Siwa di Kalasan

Yogyakarta, Candi Keraton Boko di Prambanan Klaten Jawa tengah,

Candi Banyunibo corak Budha di Yogyakarta, Candi Ijo corak Hindu di

Yogyakarta dan Candi Barong corak Hindu di Prambanan Klaten Jawa

tengah.

Pada zaman para Raja-Raja Jawa Timur (abad X-XII) bangunan

Candi antara lain Candi Sewu corak Budha di Prambanan Klaten Jawa

Page 41: BAB II KAJIAN TEORI - eprints.undip.ac.ideprints.undip.ac.id/70721/4/7._Bab_2.pdfsumber Cina dari abad ke-15. Trowulan dihancurkan pada tahun 1478 saat ... Seperti peneliti jelaskan

Keragaman Gapura Masjid Menara Kudus dan Masjid Mantingan Jepara

Tesis 49

tengah, Candi Lumbung corak Budha di Prambanan Klaten Jawa tengah,

Candi Jago di Tumpang Malang, Candi Kidal di Pakis Malang, Kompleks

Candi Gunung Tua corak Budha Tantrayana di Tapanuli Selatan,

Kompleks Candi Padas Tampak Siring corak Budha Siwa di Camara Kaki

Gunung Agung Bali dan Kompleks Candi Muara Takus corak Budha di

Sungai Kampar Riau.

Dan pada zaman Kerajaan Majapahit (1293-1478) bangunan

Candi antara lain Candi Singasari corak Budha Siwa di Malang, Candi

Jawi corak Budha Siwa di kaki Gunung welirang Jawa Timur, Candi

Panataran di Blitar Jawa Timur, Candi Rimbi di Jombang Jawa Timur,

Candi Wringin Lawang bercorak Hindu Budha di trowulan Jawa Timur,

Candi Bajang Ratu bercorak Hindu Budha di trowulan Jawa Timur dan

Candi Sukun corak Hindu di Gungng Lawu Karanganyar Jawa Tengah.

2.9. Susunan Candi

Berdasarkan bagian-bagiannya, bangunan candi terdiri atas tiga

bagian penting, antara lain, kaki, tubuh, dan atap. (Maryanto, 2007)

1. Kaki candi merupakan bagian bawah candi. Bagian ini

melambangkan dunia bawah atau bhurloka. Pada konsep Buddha

disebut kamadhatu. Yaitu menggambarkan dunia hewan, alam

makhluk halus seperti iblis, raksasa dan asura, serta tempat manusia

biasa yang masih terikat nafsu rendah. Bentuknya berupa bujur

sangkar yang dilengkapi dengan jenjang pada salah satu sisinya.

Bagian dasar candi ini sekaligus membentuk denahnya, dapat

berbentuk persegi empat atau bujur sangkar. Tangga masuk candi

terletak pada bagian ini, pada candi kecil tangga masuk hanya

Page 42: BAB II KAJIAN TEORI - eprints.undip.ac.ideprints.undip.ac.id/70721/4/7._Bab_2.pdfsumber Cina dari abad ke-15. Trowulan dihancurkan pada tahun 1478 saat ... Seperti peneliti jelaskan

Keragaman Gapura Masjid Menara Kudus dan Masjid Mantingan Jepara

Tesis 50

terdapat pada bagian depan, pada candi besar tangga masuk

terdapat di empat penjuru mata angin. Biasanya pada kiri-kanan

tangga masuk dihiasi ukiran makara. Pada dinding kaki candi

biasanya dihiasi relief flora dan fauna berupa sulur-sulur tumbuhan,

atau pada candi tertentu dihiasi figur penjaga seperti dwarapala.

Pada bagian tengah alas candi, tepat di bawah ruang utama

biasanya terdapat sumur yang didasarnya terdapat pripih (peti batu).

Sumur ini biasanya diisi sisa hewan kurban yang dikremasi, lalu

diatasnya diletakkan pripih. Di dalam pripih ini biasanya terdapat abu

jenazah raja serta relik benda-benda suci seperti lembaran emas

bertuliskan mantra, kepingan uang kuno, permata, kaca, potongan

emas, lembaran perak, dan cangkang kerang.

2. Tubuh candi adalah bagian tengah candi yang berbentuk kubus

yang dianggap sebagai dunia antara atau bhuwarloka. Pada konsep

Buddha disebut rupadhatu. Yaitu menggambarkan dunia tempat

manusia suci yang berupaya mencapai pencerahan dan

kesempurnaan batiniah. Pada bagian depan terdapat gawang pintu

menuju ruangan dalam candi. Gawang pintu candi ini biasanya

dihiasi ukiran kepala kala tepat di atas-tengah pintu dan diapit pola

makara di kiri dan kanan pintu. Tubuh candi terdiri dari garbagriha,

yaitu sebuah bilik (kamar) yang ditengahnya berisi arca utama,

misalnya arca dewa-dewi, bodhisatwa, atau Buddha yang dipuja di

candi itu. Di bagian luar dinding di ketiga penjuru lainnya biasanya

diberi relung-relung yang berukir relief atau diisi arca. Pada candi

besar, relung keliling ini diperluas menjadi ruangan tersendiri selain

ruangan utama di tengah. Terdapat jalan selasar keliling untuk

menghubungkan ruang-ruang ini sekaligus untuk melakukan ritual

Page 43: BAB II KAJIAN TEORI - eprints.undip.ac.ideprints.undip.ac.id/70721/4/7._Bab_2.pdfsumber Cina dari abad ke-15. Trowulan dihancurkan pada tahun 1478 saat ... Seperti peneliti jelaskan

Keragaman Gapura Masjid Menara Kudus dan Masjid Mantingan Jepara

Tesis 51

yang disebut pradakshina. Pada lorong keliling ini dipasangi pagar

langkan, dan pada galeri dinding tubuh candi maupun dinding pagar

langkan biasanya dihiasi relief, baik yang bersifat naratif (berkisah)

atau pun dekoratif (hiasan).

3. Kepala candi atau atap adalah bagian atas candi yang menjadi

simbol dunia atas atau swarloka. Pada konsep Buddha

disebut arupadhatu. Yaitu menggambarkan ranah surgawi tempat

para dewa dan jiwa yang telah mencapai kesempurnaan

bersemayam. Pada umumnya, kepala atau atap candi terdiri dari tiga

tingkatan yang semakin atas semakin kecil ukurannya. Sedangkan

atap langgam Jawa Timur terdiri atas banyak tingkatan yang

membentuk kurva limas yang menimbulkan efek ilusi perspektif yang

mengesankan bangunan terlihat lebih tinggi. Pada puncak atap

dimahkotai stupa, ratna, wajra, atau lingga semu. Pada candi-candi

langgam Jawa Timur, kemuncak atau mastakanya berbentuk kubus

atau silinder dagoba. Pada bagian sudut dan tengah atap biasanya

dihiasi ornamen antefiks, yaitu ornamen dengan tiga bagian runcing

penghias sudut. Kebanyakan dinding bagian atap dibiarkan polos,

akan tetapi pada candi-candi besar, atap candi ada yang dihiasi

berbagai ukiran, seperti relung berisi kepala dewa-dewa, relief dewa

atau bodhisatwa, pola hias berbentuk permata atau kala, atau sulur-

sulur untaian roncean bunga.

Page 44: BAB II KAJIAN TEORI - eprints.undip.ac.ideprints.undip.ac.id/70721/4/7._Bab_2.pdfsumber Cina dari abad ke-15. Trowulan dihancurkan pada tahun 1478 saat ... Seperti peneliti jelaskan

Keragaman Gapura Masjid Menara Kudus dan Masjid Mantingan Jepara

Tesis 52

Gambar 2.13 Bagiai-bagian Candi

Sumber : idsejarah.net

2.10. Bentuk dalam Arsitektur

Bentuk-bentuk arsitektur adalah suatu perwujutan dari organisasi

ruang yang merupakan hasil dari suatu proses pemikiran. Proses ini

didasarkan atas pertimbangan fungsi dan usaha pernyataan dari

ekspresi. (Blundell-Jones, 1999).

Bentuk-bentuk arsitektur memiliki unsur-unsur : garis, lapisan,

volume, tekstur dan warna. Kombinasi atau perpaduan dari kesemua

unsur akan menghasilkan ekpresi bangunan ini menghasilkan suatu

Page 45: BAB II KAJIAN TEORI - eprints.undip.ac.ideprints.undip.ac.id/70721/4/7._Bab_2.pdfsumber Cina dari abad ke-15. Trowulan dihancurkan pada tahun 1478 saat ... Seperti peneliti jelaskan

Keragaman Gapura Masjid Menara Kudus dan Masjid Mantingan Jepara

Tesis 53

pengungkapan maksud dan tujuan bangunan secara menyeluruh. (Eppi

P. Suriadjaja dkk, 1986).

Bentuk adalah suatu pokok bagi perancangan, dimana dibutuhkan

kepekaan untuk memilih, menguji dan manipulasi unsur-unsur bentuk-

bentuk dasar juga organisasi ruang dan perubahan yang terjadi sehingga

berkait satu sama lain, bermakna, ditunjang pengorganisasian ruang,

struktur dan kesatuan yang tepat. (Ching, 1994).

Ciri-ciri pokok yang menunjukan suatu bentuk dipengaruhi oleh

keadaan bagaimana cara kita memandangnya. Selain itu, bentuk juga

merupakan sarana pokok yang memungkinkan kita mengenal dan

melihat latar belakang, persepsi kita terhadap satu dan yang lain, sangat

tergantung dari derajat ketajaman visual dalam arsitektur. Bentuk dapat

dikenali karena ia memiliki ciri-ciri visual. (Ching, 1994) Ciri-ciri visual

sebagai berikut :

Wujud yaitu ciri-ciri pokok yang menunjukkan bentuk yang merupakan

hasil konfigirasi tertentu dari permukaan-permukaan dan sisi-sisi suatu

bentuk.

Dimensi yaitu panjang, lebar dan tinggi. Demensi-demensi ini

menetukan proposinya, sedangkan skala tertentu oleh

perbandingan ukuran relatifnya terhadap bentuk-bentuk lain

disekelilingnya.

Warna yaitu corak, intensutas dan nada pada permukaan suatu

bentuk merupakan atribut yang paling menyolok yang membedakan

suatu bentuk terhadap lingkungan. Warna juga mempengaruhi

bobot visual suatu bentuk.

Tekstur yaitu karakter permukaan suatu bentuk. Tekstur

mempengaruhi perasaan kita pada waktu menyentuh, juga pada

Page 46: BAB II KAJIAN TEORI - eprints.undip.ac.ideprints.undip.ac.id/70721/4/7._Bab_2.pdfsumber Cina dari abad ke-15. Trowulan dihancurkan pada tahun 1478 saat ... Seperti peneliti jelaskan

Keragaman Gapura Masjid Menara Kudus dan Masjid Mantingan Jepara

Tesis 54

saat kualitas pemantulan cahaya menimpa permukaan bentuk

tersebut.

Sifat bentuk mempunyai sifat-sifat tertentu yang menilai pola dan

komposisi unsurnya :

Posisi yaitu letak relatif suatu bentuk terhadap suatu lingkungan

atau medan visual.

Orientasi yaitu posisi relatif suatu bentuk terhadap bidang dasar,

arah mata angin atau terhadap pandangan seseorang yang

melihatnya.

Inersia Visual yaitu derajad konsentrasi dan stabilitas suatu bentuk.

Inersia suatu bentuk tergantung pada geometri dan orientasi

relatifnya terhadap bidang dasar dan garis pandangan kita.

Skala yaitu Proporsi tertentu yang digunakan untuk menetapkan

pengukuran dan dimensi-dimensi

Dengan uraian teori diatas dapat dipahami bahwa fisik bentuk

menentukan ekspresi bangunan, menghasilkan citra tertentu yang

merupakan aspek silosofis desain yang menentukan kekhasan desain.

Dengan demikian bentuk memiliki peran mendasar dalam setiap

keputusan pada proses perancangan arsitektur.

II.11. Kesimpulan Kajian Teori

Untuk mengkaji faktor yang mempengaruhi budaya keragaman

bentuk gapura pada Masjid Menara Kudus dan Masjid Mantingan Jepara

penulis merujuk kajian teori pada pola arsitektur yang mirip pada

sebelum tahun berdirinya kedua masjid tersebut adalah bangunan-

bangunan pada masa Kerajaan Majapahit. Bangunan-bangunan yang

Page 47: BAB II KAJIAN TEORI - eprints.undip.ac.ideprints.undip.ac.id/70721/4/7._Bab_2.pdfsumber Cina dari abad ke-15. Trowulan dihancurkan pada tahun 1478 saat ... Seperti peneliti jelaskan

Keragaman Gapura Masjid Menara Kudus dan Masjid Mantingan Jepara

Tesis 55

dimaksud dalam hal ini seperti pola-pola letak bangunan kerajaan,

bangunan keraton, gapura-gapura dan lain-lain. Dari kerajaan Majapahit

yang mengalami keruntuhan maka bangunan-bangunan yang mirip

berkembang ke daerah-daerah lain.

Maka perlu di dibahas perkembangan konsep gerbang dari

Majapahit yaitu gerbang Candi Wringin Lawang dan Candi Bajang Ratu.

Kemudian dari Majapahit berkembang ke arah timur yaitu ke Bali. Dan

dari Majapahit berkembang ke arah barat yaitu Demak seiring runtuhnya

Kerajaan Majapahit dan berdirinya Kerajaan Demak.

Dan untuk mengkaji ragam (tipe) bentuk gapura pada Masjid

Menara Kudus dan Masjid Mantingan Jepara maka reori yang penulis

gunakan adalag teori yang membahas tentang Lay Out dan bentuk. Teori

Lay Out ini adalah membahas tentang batas dan aksebilitas dalam

kawasan dan teritori dan aksessibilitas dalam arsitektur. Kemudian teori

bentuk adalah membahas tentang tipologi, pengertian gapura, susunan

candi dan bentuk dalam arsitektur.

Page 48: BAB II KAJIAN TEORI - eprints.undip.ac.ideprints.undip.ac.id/70721/4/7._Bab_2.pdfsumber Cina dari abad ke-15. Trowulan dihancurkan pada tahun 1478 saat ... Seperti peneliti jelaskan

Keragaman Gapura Masjid Menara Kudus dan Masjid Mantingan Jepara

Tesis 56

Gambar 2.14 Sketsa arah perkembangan Gapura Majapahit kearah Timur dan Barat.

Sumber : Sketsa pribadi

GAPURA MAJAPAHIT (1293-1478 M)

- Candi Waringin Lawang

- Candi Bajangratu

BALI (1380-1460) - Candi Bentar

- Paduraksa

- Alung-alung

DEMAK (1479 M)

- Kori Agung - Regol

Ke Timur Ke Barat

Batas dan Aksebilitas dalam Kawasan

Peribadatan Islam

Teritori dan Aksessibilitas dalam

Arsitektur

Tipologi

Gapura Candi dan Gapura Masjid

Susunan Candi.

Bentuk dalam Arsitektur

KUDUS (1549 M)

Faktor budaya yang

mempengaruhi ?

Lay Out ?

Bentu-bentuk ?

JEPARA (1559 M)

Faktor budaya yang

mempengaruhi ?

Lay Out ?

Bentu-bentuk ?