17 BAB II KAJIAN TEORETIS A. Kajian Teori 1. Hakikat Belajar dan Pembelajaran a. Pengertian Belajar Belajar adalah suatu aktivitas atau suatu proses untuk memperoleh pengetahuan, meningkatkan keterampilan, memperbaiki perilaku, sikap, dan mengokohkan kepribadian. W.H. Burton (2014, h. 4) mengemukakan bahwa belajar adalah proses perubahan tingkah laku pada individu karena adanya interaksi antara individu dengan individu dan individu dengan lingkungannya sehingga mereka lebih mampu berinteraksi dengan lingkungannya. Ernest R. Hilgard (2014, h. 4) belajar sebagai suatu proses perubahan kegiatan, reaksi terhadap lingkungannya. Gage Berlinger (2014, h. 4) belajar sebagai suatu proses dimana suatu organisasi berubah prilakunya sebagai akibat dari pengalaman dalam kehidupannya. Harold Spears (2015, h. 2) mengemukakan bahwa belajar adalah mengamati, membaca, meniru, mencoba sesuatu, mendengar, dan mengikuti arah tertentu. Dimyati dan Mudjiono (2014, h. 5) belajar adalah kegiatan individu memperoleh pengetahuan, prilaku dan keterampilan dengan cara mengolah bahan belajar.
46
Embed
BAB II KAJIAN TEORETIS - repository.unpas.ac.idrepository.unpas.ac.id/12848/5/BAB II SKRIPSI.pdfyang sistematik dan sengaja untuk menciptakan kegiatan interaksi edukatif antara dua
This document is posted to help you gain knowledge. Please leave a comment to let me know what you think about it! Share it to your friends and learn new things together.
Transcript
17
BAB II
KAJIAN TEORETIS
A. Kajian Teori
1. Hakikat Belajar dan Pembelajaran
a. Pengertian Belajar
Belajar adalah suatu aktivitas atau suatu proses untuk memperoleh
pengetahuan, meningkatkan keterampilan, memperbaiki perilaku, sikap, dan
mengokohkan kepribadian.
W.H. Burton (2014, h. 4) mengemukakan bahwa belajar adalah proses
perubahan tingkah laku pada individu karena adanya interaksi antara individu
dengan individu dan individu dengan lingkungannya sehingga mereka lebih
mampu berinteraksi dengan lingkungannya.
Ernest R. Hilgard (2014, h. 4) belajar sebagai suatu proses perubahan
kegiatan, reaksi terhadap lingkungannya.
Gage Berlinger (2014, h. 4) belajar sebagai suatu proses dimana suatu
organisasi berubah prilakunya sebagai akibat dari pengalaman dalam
kehidupannya.
Harold Spears (2015, h. 2) mengemukakan bahwa belajar adalah mengamati,
membaca, meniru, mencoba sesuatu, mendengar, dan mengikuti arah tertentu.
Dimyati dan Mudjiono (2014, h. 5) belajar adalah kegiatan individu
memperoleh pengetahuan, prilaku dan keterampilan dengan cara mengolah bahan
belajar.
18
Berdasarkan pengertian belajar di atas, dapat disimpulkan oleh peneliti bahwa
belajar adalah semua aktivitas mental atau psikis yang dilakukan oleh seseorang
sehingga menimbulkan perubahan tingkah laku yang berbeda antara sesudah
belajar dan sebelum belajar.
b. Ciri-ciri Belajar
Dari beberapa pengertian belajar diatas, kata kunci dari belajar adalah
perubahan perubahan perilaku. Moh. Surya (1997) mengemukakan ciri-ciri
perubahan perilaku sebagai akibat dari belajar, yaitu:
1) Perubahan yang Disadari dan Disengaja
Perubahan perilaku yang terjadi merupakan usaha sadar dan disengaja dari
individu yang bersangkutan.
2) Perubahan yang Berkesinambungan
Bertambahnya pengetahuan atau keterampilan yang dimiliki pada dasarnya
merupakan kelanjutan dari pengetahuan dan keterampilan yang diperoleh
sebelumnya.
3) Perubahan yang Fungsional
Setiap perubahan perilaku yang terjadi dapat dimanfaatkan untuk kepentingan
hidupn individu yang bersangkutan, baik untuk kepentingan sekarang maupun
masa depan.
4) Perubahan yang Bersifat Positif
Perubahan perilaku yang bterjadi bersifat normatif dan menunjukan kearah
kemajuan.
19
5) Perubahan yang Bersifat Aktif
Untuk memperoleh perilaku yang baru, individu yang bersangkutan aktif
berupaya melakukan perubahan.
6) Perubahan yang Bersifat Permanen
Perubahan perilaku yang diperoleh dari proses belajar cenderung menetapdan
menjadi bagian yang melekat dalam dirinya.
7) Perubahan yang Bertujuan dan Terarah
Individu melakukan kegiatan belajar pasti ada tujuan yang inin dicapai, baik
tujuan jangka pendek paupun tujuan jangka panjang.
8) Perubahan Perilaku Secara Menyeluruh
Perubahan perilaku belajar bukan hanya sekedar memperoleh pengetahuan
semata, tetapi termasuk memperoleh pula perubahan dalam sikap dan
keterampilannya.
Ciri-belajar diatas diperkuat oleh Djamarah (2002) yang menyatakan bahwa
belajar adalah perubahan tingkah laku. ciri-ciri belajar tersebut adalah:
1) Belajar adalah perubahan yang terjadi secara sadar.
2) Perubahan dalam belajar bersifat fungsional.
3) Perubahan bdalam belajar bersifat positif dan aktif.
4) Perubahan dalam belajar bersifat tidak sementara.
5) Perubahan dalam belajar bertujuan atau terarah.
6) Perubahan mencakup seluruh aspek tingkah laku.
20
c. Pengertian Pembelajaran
Menurut UU No. 20 Tahun 2003 tentang Sisdiknas Pasal 1 Ayat 20
menyatakan bahwa pembelajaran adalah proses interaksi peserta didik dengan
pendidik dan sumber belajar pada suatu lingkungan belajar.
Dimyati dan Mudjiono (2014, h. 41) mengemukakan bahwa pembelajaran
dapat dikatakan juga sebagai kegiatan guru secara terprogram dalam desain
intruksional untuk membuat peserta didik belajar secara aktif, yang menekankan
pada penyediaan sumber belajar.
Syaiful Sagala (2015, h. 2) menjelaskan bahwa pembelajaran merupakan
komunikasi dua arah, mengajar dilakukan oleh pihak guru sedangkan belajar
dilakukan oleh peserta didik.
Sudjana (2014, h. 41) berpendapat bahwa pembelajaran adalah setiap upaya
yang sistematik dan sengaja untuk menciptakan kegiatan interaksi edukatif antara
dua pihak, yaitu antara peserta didik (warga belajar) dan pendidik (Sumber
belajar) yang melakukan kegiatan membelajarkan.
Mohamad Surya (2013: 111) mengemukakan bahwa pembelajaran adalah
suatu proses yang dilakukan oleh individu untuk memperoleh suatu perubahan
perilaku secara menyeluruh, sebagai hasil dari interaksi individu itu dengan
lingkuannya.
Miarso dalam Siregar dan Nara (2010, h. 12) menyatakan bahwa
pembelajaran adalah usaha pendidikan yang dlaksanakan secara sengaja, dengan
tujuan yang telah ditetapkan terlebih dahulu sebelum proses dilaksanakan, serta
pelaksanaan terkendali.
21
Berdasarkan pengertian pembelajaran di atas, dapat disimpulkan oleh peneliti
bahwa Pembelajaran adalah proses interaksi peserta didik dengan pendidik dan
sumber belajar pada suatu lingkungan belajar yang meliputi guru dan siswa yang
saling bertukar informasi.
Dengan demikian dapat diketahui bahwa kegiatan pembelajaran merupakan
kegiatan yang melibatkan beberapa komponen:
1) Peserta didik, seorang yang bertindak sebagai pencari, penerima, dan
penyimpan isi pelajaran yang dibutuhkan untuk mencapai tujuan;
2) Guru, seseorang yang bertindak sebagai pengelola, katalisator, dan peran
lainnya yang memungkinkan berlangsungnya kegiatan belajar mengajar yang
efektif;
3) Tujuan, pernyataan tentang perubahan perilaku (kognitif, psikomotorik,
afektif) yang diinginkan terjadi pada peserta didik setelah mengikuti kegiatan
pembelajaran;
4) Isi Pelajaran, segala informasi berupa fakta, prinsip, dan konsep yang
diperlukan untuk mencapai tujuan
d. Ciri-ciri Pembelajaran
Mohamad Surya (2013: 111) mengemukakan “ciri utama proses
pembelajaran itu idalah adanya perubahan perilaku dalam diri individu”. Artinya
seseorang yang telah mengalami pembelajaran akan berubah perilakunya. Tetapi
tidak semua perilaku sebagai hasil pembelajaran. Perubahan perilaku sebagai hasil
pembelajaran ciri-cirinya sebagai berikut:
1) Perubahan yang disadari;
2) Perubahan yang bersifat kontinu (berkesinambungan);
22
3) Perubahan yang bersifat fungsional;
4) Perubahan yang besifat positif;
5) Perubahan yang bersifat aktif;
6) Perubahan yang bersifat permanen (menetap);
7) Perubahan yang bertujuan dan terarah.
2. Hakikat Pembelajaran IPS
a. Pengertian pendidikan IPS
Pendidikan IPS di Indonesia tidak dapat dipisahkan dari dokumen kurikulum
1975 yang memuat IPS sebagai mata pelajaran untuk pendidikan di sekolah dasar
dan menengah.
Pada hakekatnya pembelajaran IPS disekolah yang sifatnya terpadu
(integreted) bertujuan agar mata pelajaran ini lebih bermakna bagi peserta didik
sehingga pengorganisasian materi/bahan pelajaran disesuaikan dengan
lingkungan, karakteristik dan kebutuhan peserta didik. Sehingga peserta didik
dapat “menguasai dimensi-dimensi pembelajaran IPS di sekolah, yaitu 1)
Menguasai pengetahuan (Knowledge); 2) Keterampilan (Skills); 3)Sikap dan
Nilai (Attitudes and values); 4) Bertindak (Action). (2015, h. 48).
Somantri (2015, h. 11) pendidikan IPS adalah penyederhanaan atau adaptasi
dari disiplin ilmu-ilmu sosial dan humaniora, serta kegiatan dasar manusia yang
diorganisasikan dan disajikan secara ilmiah dan pedagogis/psikologis untuk tujuan
pendidikan.
Menurut Moeljono Cokrodikardjo, Bahwa IPS adalah perwujudan suatu
pendekatan interdisipliner dari ilmu sosial. IPS ini merupakan integrasi dari
berbagai cabang ilmu sosial yakni sosiologi, antropologi, budaya, psikologi,
23
sejarah, geografi, ekonomi, ilmu politik dan ekologi manusia, yang
diformulasikan untuk tujuan instruksional dengan materi dan tujuan yang
disederhanakan agar mudah dipelajari.
Menurut Saidiharjo bahwa IPS adalah hasil kombinasi atau hasil pemfusian
atau perpaduan dari sejumlah mata pelajaran seperti : geografi, ekonomi, sejarah,
sosiologi, antropologi dan politik.
Menurut A. Kosasih Djahiri bahwa IPS adalah ilmu yang memadukan
sejumlah konsep pilihan dari cabang-cabang ilmu sosial dan ilmu lainnya
kemudian di olah berdasarkan prinsip pendidikan dan didaktik untuk di jadikan
program pengajaran pada tingkat persekolahan.
Jadi dapat disimpulkan bahwa pendidikan IPS adalah disiplin-displin ilmu
sosial ataupun integrasi dari berbagai cabang ilmu sosial seperti : sosiologi,
sejarah, geografi, ekonomi, dan antropologi yang mempelajari masalah-masalah
sosial.
b. Tujuan Pembelajaran IPS SD
Mata pelajaran IPS disekolah dasar marupakan program pengajaran yang
bertujuan untuk mengembangkan potensi peserta didik agar peka terhadap
masalah sosial yang terjadi dimasyarakat, memilki sikap mental positif terhadap
perbaikan segala ketimpangan yang terjadi, dan terampil mengatasi setiap masalah
yang terjadi sehari-hari baik yang menimpa dirinya sendiri maupun yang
24
menimpa masyarakat. Tujuan tersebut dapat dicapai manakala program-program
pelajaran IPS disekolah diorganisasikan secara baik.
Dalam Permendiknas Nomor 22 Tahun 2006 tentang Standar Isi disebutkan
bahwa tujuan pendidikan IPS, yaitu:
1. mengenal konsep-konsep yang berkaitan dengan kehidupan masyarakat dan
lingkungannya.
2. Memiliki kemampuan dasar untuk berfikir logis dan kritis, rasa ingin tahu,
inkuiri, memecahkan masalah dan keterampilan dalam kehidupan sosial.
3. Memiliki komitmen dan kesadaran terhadap nilai-nilai sosial dan
kemanusiaan.
4. Memiliki kemampuan berkomunikasi, bekerja sama, dan berkompetensi
dalam masyarakat yang majemuk, di tingkat lokal, nasional, dan global.
c. Karakteristik Pembelajaran IPS
Numan Somantri (2015, h. 22) mengidentifikasi sejumlah karakteristik dari
ilmu-ilmu sosial sebagai berikut :
1. Berbagai batang tubuh (Body of knowledge) disiplin ilmu-ilmu sosial yang
diorganisasikan secara sistematis dan ilmiah.
2. Batang tubuh disiplin itu berisikan sejumlah teori dan generalisasi yang
handal dan kuat serta dapat diuji tingkat kebenarannya.
3. Batang tubuh disiplin ilmu-ilmu sosial ini disebut juga structure disiplin ilmu,
atau ada juga yang menyebutnya dengan fundamental ideas
4. Teori dan generalisasi dalam struktur itu disebut pula pengetahuan ilmiah
yang dicapai lewat pendekatan “conceptual” dan “syntactis” yaitu lewat
proses bertanya, berhipotesis, pengumpulan data (observasi dan eksperimen)
5. Setiap teori dan generalisasi ini terus dikembangkan, dikoreksi, dan
diperbaiki untuk membantu dan menerangkan masa lalu, masa kini, dan masa
depan serta membantu memecahkan masalah-masalah sosial melalui pikiran,
sikap, dan tindakan terbaik.
25
3. Keaktifan belajar
a. Pengertian keaktifan belajar
Pembelajaran aktif secara sederhana didefinisikan sebagai metode pengajaran
yang melibatkan siswa secara aktif dalam proses pembelajaran. Pembelajaran
akrif mengkondisikan agar siswa selalu melakukan pengalaman belajar yang
bermakna dan senantiasa berfikir tentang apa yang dapat dilakukannya selama
pembelajaran.
Keaktifan belajar dapat dilihat dari aktifitas siswa selama proses
pembelajaran. Jika siswa sudah terlibat di dalam proses pembelajaran, maka siswa
akan merasakan suasana belajar yang menyenangkan sehingga hasil belajar dapat
dimaksimalkan.
Belajar aktif merupakan suatu kegiatan yang dilakukan dengan rajin dan
sungguh-sungguh. Kegiatan disini sering diartikan dengan kesibukan dan kegiatan
yang mengarahkan seluruh tenaga, pikiran atau badan untuk mencapai suatu
tujuan. Oleh karena itu, aktivitas dapat dikatakan sebagai kegiatan atau kesibukan
seseorang atau menggunakan tenaga, pikiran untuk mencapai tujuan tertentu
kesemuanya itu untuk mencapai kemampuan yang optimal.
Menurut Charles C. Bonwell dan J.A Eison (2013, h. 14) seluruh bentuk
pengajaran yang berfokus kepada siswa sebagai penanggung jawab pembelajaran
adalah pembelajaran aktif.
Menurut Nawawi Alfatru, (2014, h. 20) Keaktifan adalah kegiatan atau
aktivitas atau segala sesuatu yang dilakukan atau kegiatan-kegiatan yang terjadi
baik fisik maupun non fisik . Aktivitas tidak hanya ditentukan oleh aktivitas fisik
26
semata, tetapi juga ditentukan oleh aktivitas non fisik seperti mental, intelektual
dan emosional . Keaktifan yang dimaksudkan di sini penekanannya adalah pada
peserta didik, sebab dengan adanya keaktifan peserta didik dalam proses
pembelajaran akan tercipta situasi belajar aktif.
Menurut Felder dan Brent (2013, h. 17) pembelajaran aktif dapat dilakukan
secara individual maupun kolaboratif, tetapi keduanya lebih menyukai dan
menyarankan aktivitas kolaboratif bagi para siswanya. Hal ini tercermin pada
struktur pembelajaran aktif yang mereka sarankan untuk diimplementasikan
kepada para siswa sebagai berikut :
1) Berikanlah tugas kepada para siswa agar mereka mengorganisasikan
dirinya kedalam kelompok 2-4 orang, dan secara acak tunjuklah dalam
masing-masing kelompok tersebut siswa yang bertugas sebagai penulis.
2) Ajukanlah suatu pertanyaan atau masalah yang menantang dan sediakan
waktu yang cukup bagi semua kelompok, baik untuk menyelesaikan
tugasnya atau mungkin berupa suatu kegiatan untuk mencapai suatu
kemajuan yang berarti bagi penyelesaian tugas.
3) Berikan kesempatan kepada kelompok kecil siswa tersebut untuk salng
bertukar pikiran tentang jawaban penyelesaian masalah, kemudian
mintalah sukarelawan yang sudah menyelesaikan tugasnya untuk
presentasi didepan kelas, selanjutnya dilakukan diskusi terkait jawaban
tersebut.
L. Dee Fink (2013, h. 18) mengatakan bahwa pembelajaran aktif terdiri dari
dua komponen utama, yakni komponen pengalaman (experience), dan komponen
27
dialog, lebih lanjut komponen pengalaman terdiri dari pengalaman melakukan
(doing), dan pengalaman mengamati (observing), sedangkan komponen dalog
terdiri dari dialog dengan diri sendiri (dialogue with self) dan dialog dengan orang
lain (dialogue with others).
Menurut Desi (2014, h. 22) pembelajaran yang aktif memiliki karakteristik-
karakteristik sebagai berikut :
1) Penekanan proses pembelajaran bukan pada penyampaian informasi oleh
pengajar melainkan pada pengembangan keterampilan analisis dan kritis
terhadap topik atau penyuluhan yang dibahas;
2) Siswa tidak hanya mendengarkan pembelajaran secara pasif tetapi,
megerjakan sesuatu yang berkaitan dengan materi pembelajaran;
3) Penekanan pada eksplorasi nilai-nilai dan sikap-sikap yang berkenaan
dengan materi pembelajaran;
4) Siswa lebih banyak dituntut untuk berpikir kritis, menganalisa dan melakukan
evaluasi;
5) Umpan balik yang cepat akan terjadi pada proses pembelajaran.
Dari uraian di atas penulis menyimpulkan bahwa Keaktifan belajar adalah
siswa melakukan kegiatan secara bebas, tidak takut berpendapat, memecahkan
masalah sendiri, membaca sumber belajar yang diberikan oleh guru, bias belajar
secara individu ataupun kelompok, ada timbale balik antara guru dan siswa baik
itu menjawab pertanyaan ataupun memberikan komentar, dan siswa selalu
termotivasi untuk berpendapat.
28
b. Ciri-ciri Keaktifan
Keaktifan siswa merupakan salah satu indikator adanya keinginan atau
motivasi siswa untuk belajar. Siswa dikatakan memiliki keaktifan apabila
ditemukan ciri-ciri prilaku seperti :
a. Sering bertanya kepada guru atau siswa lain.
b. Mau mengerjakan tugas yang diberikan guru
c. Mampu menjawab pertanyaan
d. Senang diberi tugas belajar (Rosalia, 2005, h. 4)
4. Hasil Belajar
a. Pengertian Hasil Belajar
Masalah belajar adalah masalah bagi setiap manusia, dengan belajar manusia
memperoleh keterampilan, kemampuan sehingga terbentuklah sikap dan
bertambahlah ilmu pengetahuan. Jadi hasil belajar itu adalah suatu hasil nyata
yang dicapai oleh siswa dalam usaha menguasai kecakapan jasmani dan rohani di
sekolah yang diwujudkan dalam bentuk raport pada setiap semester.
Keller (2012, h. 7) semua akibat yang dapat terjadi dan dapat dijadikan
sebagai indikator tentang nilai dari penggunaan suatu metode dibawah kondisi
yang berbeda adalah merupakan hasil belajar.
Snelbeker (2012, h. 8) mengatakan bahwa perubahan atau kemampuan baru
yang diperoleh siswa setelah melakukan perbuatan belajar adalah merupakan hasil
belajar.
29
Bloom (2012, h. 8) hasil belajar merupakan perubahan prilaku yang meliputi
tiga ranah yaitu ranah kognitif, afektif dan psikomotorik. Ranah kognitif meliputi
tujuan-tujuan belajar yang berhubungan dengan memanggil kembali pengetahuan
dan pengembangan kemampuan intelektual dan keterampilan, ranah afektig
meliputi tujuan-tujuan belajar yang menjelaskan perubahan sikap, minat, nilai-
nilai dan pengembangan apresiasi serta penyesuaan, ranah psikomotorik
mencakup perubahan prilaku yang menunjukan bahwa siswa telah mempelajari
keterampilan manipulatif fisik tertentu.
Anderson dan Krathwohl (2012, h. 8) menyebut ranah kognitif dari
taksonomi Bloom merevisi menjadi dua dimensi, yaitu dimensi proses kognitif
dan dimensi pengetahuan. Dimensi proses kognitif terdiri atas enam tingkatan: