BAB II KAJIAN TEORETIS DAN HIPOTESIS TINDAKAN 2.1. Kajian Teoretis 2.1.1 Pengertian Membaca Puisi Membaca puisi ialah memahami apa yang terdapat dalam puisi atau apa yang ingin disampaikan penyair lewat puisinya. Membaca puisi tidak hanya menyuarakan lambang-lambang bahasa saja, tetapi lebih dari pada itu (Suharianto dalam Ismail, 2009: 21). Membaca puisi pada hakikatnya menyuarakan kembali apa yang pernah dirasakan, dipikirkan, atau dialami penyairnya. Oleh karena itu, pembaca puisi sebelumnya harus menginterpretasikan apa yang ada di balik puisi. Ekspresi dan emosi yang lahir merupakan hasil interpretasi pembaca terhadap puisi. Dalam membaca puisi, emosi sangat penting. Pada hakikatnya membaca puisi atau poetry reading juga berupaya untuk menangkap curahan perasaan, buah pikiran, dan pengalaman batin penyair yang tertuang dalam karya sastra berbentuk puisi. Membaca puisi yang baik selalu didahului interpretasi yang tepat seperti yang diinginkan penyairnya. Apapun yang dilakukan pembaca oleh puisi di depan publik sebenarnya merupakan pencerminan perasaan, pikiran, dan pengalaman batin
30
Embed
BAB II KAJIAN TEORETIS DAN HIPOTESIS TINDAKAN 2.1. …eprints.ung.ac.id/1425/5/2012-2-86206-151411414-bab2... · Penghayatan atas puisi yang dibaca merupakan unsur utama karena hakikat
This document is posted to help you gain knowledge. Please leave a comment to let me know what you think about it! Share it to your friends and learn new things together.
Transcript
BAB II
KAJIAN TEORETIS DAN HIPOTESIS TINDAKAN
2.1. Kajian Teoretis
2.1.1 Pengertian Membaca Puisi
Membaca puisi ialah memahami apa yang terdapat dalam puisi atau apa
yang ingin disampaikan penyair lewat puisinya. Membaca puisi tidak hanya
menyuarakan lambang-lambang bahasa saja, tetapi lebih dari pada itu
(Suharianto dalam Ismail, 2009: 21). Membaca puisi pada hakikatnya
menyuarakan kembali apa yang pernah dirasakan, dipikirkan, atau dialami
penyairnya. Oleh karena itu, pembaca puisi sebelumnya harus
menginterpretasikan apa yang ada di balik puisi. Ekspresi dan emosi yang lahir
merupakan hasil interpretasi pembaca terhadap puisi. Dalam membaca puisi,
emosi sangat penting.
Pada hakikatnya membaca puisi atau poetry reading juga berupaya
untuk menangkap curahan perasaan, buah pikiran, dan pengalaman batin
penyair yang tertuang dalam karya sastra berbentuk puisi. Membaca puisi yang
baik selalu didahului interpretasi yang tepat seperti yang diinginkan
penyairnya. Apapun yang dilakukan pembaca oleh puisi di depan publik
sebenarnya merupakan pencerminan perasaan, pikiran, dan pengalaman batin
penyairnya.kesedihan, kegembiraan, kebencian, semangat yang menyala-nyala,
kebahagiaan pembaca puisi sebenarnya merupakan manifestasi pengalaman
batin penyairnya.
Semua yang terlahir pada waktu membaca puisi, baik itu teknik vokal
maupun performance atau penampilan adalah sesuatu yang wajar sesuai
dengan tuntunan puisi yang dibacanya. Bila puisi yang dibaca menghendaki
semangat yang menyala-nyala, maka pembaca puisi harus bersemangat.
Pembaca puisi akan bersedih, bila puisi yang dibacanya menuntut untuk
bersedih. Dengan demikian interpretasi puisi yang dilakukan pembaca puisi
sudah tepat, bila sudah mencerminkan apa yang diharapkan penyairnya. Jadi,
membaca puisi ialah membaca suatu karya sastra berupa puisi dengan
memperhatikan ekspresi, teknik vokal, dan kinesik yang tepat sesuai dengan isi
puisi.
2.1.2 Unsur-Unsur Membaca Puisi
Membaca puisi terdiri dari beberapa unsur. Unsur-unsur tersebut harus
dikuasai agar pembacaan puisi yang dilakukan baik, yaitu sesuai dengan yang
dikehendaki penyairnya. Menurut Husnan (2004: 23) dalam membaca puisi
yang baik dan komunikatif, diperlukan penguasaan dua unsur, yaitu unsur
teknik vokal dan unsur performance atau penampilan. Teknik vokal
merupakan sarana untuk menyampaikan interpretasi puisi secara lisan, sedang
performance atau penampilan merupakan perwujudan dari hasil interpretasi
puisi secara fisik.
Teknik vokal dalam membaca puisi meliputi: intonasi yaitu lagu atau penadaan
alur suara, diksi atau tekanan penyuaraan; jeda yaitu pemenggalan penyuaraan,
enjembement yaitu perlompatan penyuaraan, dan lafal atau pengucapan abjad
secara jelas dan tepat.
Performance atau penampilan dalam membaca puisi meliputi:
pemahaman dan penguasaan pentas dan publik, pemilihan timing yang tepat
atau sesuai dengan pusi yang dibawakan, pemindahan pandangan mata adri
teks agar dapat lebih berkomunikasi dengan publik, dan penggunaan mimik,
gesture, dan blocking.
Pendapat tersebut dapat disederhanakan seperti yang dikemukakan
Suharianto (dalam Ismail 2009 :53), bahwa dalam membaca puisi terdapat dua
hal pokok yang harus dikuasai oleh pembaca puisi agar pembacaanya baik.
Kedua hal tersebut adalah (1) penghayatan atas puisi yang dibacanya, dan (2)
teknik vokal atau pelafalan. Penghayatan atas puisi yang dibaca merupakan
unsur utama karena hakikat membaca puisi adalah menyampaikan perasaan
dan pikiran penyair. Dalam praktiknya, penghayatan tersebut akan menemukan
intonasi, irama, jeda, gerak-gerik anggota tubuh, dan mimik. Dengan kata lain,
penghayatan atas puisi yang dibaca akan menentukan penampilan di depan
hadirin. Atas dasar itu maka sesungguhnya pada waktu seseorang membaca
puisi, akan bergerak atau tidak, ada besar atau kecil, semata-mata bergantung
pada penafsiran terhadap puisi yang dibacanya.
Jadi, puisi itulah sebenarnya yang menciptakan gerak-gerik itu, bukan si
pembaca.Gerak-gerik tersebut diperlukan sejauh dapat mendukung maksud
dan suasana yang ingin digambarkan. Oleh karena itu, gerak-gerik yang
dituntut adalah gerak-gerik yang wajar dan sejati. Selanjutnya karena membaca
puisi berkaitan dengan bahasa, maka faktor ucapan atau pelafalan tidak bisa
dianggap aneh. Semua ucapan atau pelafalan bunyi-bunyi bahasa harus
sempurna, yaitu harus betul dan baik. Membaca puisi merupakan bacaan
tontonan. Karena pembaca puisi merupakan bacaan tontonan maka, membaca
puisi dikatakan mencapai tingkat kesempurnaan apabila sudah ditonton dan
dinikmati publik, sehingga unsur teknik penampilan menjadi sangat penting.
Dalam penampilan membaca puisi yang baik, dapat dinikmati hasil perpaduan
antara penghayatan atas puisi dan teknik vokal. Kedua unsur tersebut harus
dikuasai dengan baik oleh pembaca puisi yang baik.
Meskipun penghayatan baik, tetapi bila pelafalan kurang baik, maka
pembacaan puisi yang dilakukan belum dapat dikatakan baik. Begitu pula
sebaliknya, meskipun pelafalannya baik, tetapi penghayatannya kurang maka
pembacaan puisi tersebut dikatakan kurang baik. Kedua pendapat tersebut
saling melengkapi. Akan tetapi, yang dipakai adalah pendapat Suharianto
karena pendapat tersebut lebih baik dan lebih sederhana. Jadi, unsur-unsur
dalam membaca puisi adalah (1) penghayatan atas puisi, dan (2) teknik vokal
dan pelafalan, dan (3) ekspresi atau penampilan di depan publik.
2.1.3 Langkah-Langkah Membaca Puisi
Doyin (dalam Ismail, 2009: 23) mengemukakan, dari proses awal
sampai akhir pembacaan puisi dapat dirangkum menjadi tiga langkah, yaitu
langkah sebelum membaca puisi (prapembacaan), langkah pada saat membaca
puisi di depan pendengar atau penonton (saat pembacaan), dan langkah setelah
pembaca turun dari panggung (pascapembacaan).
1) Pembacaan
Ada empat aktivitas yang harus dilakukan pada tahap ini, yaitu analisis
situasi dan pendengar, memilih puisi, membedah puisi, dan mengadakan
pelatihan.
a. Analisis
Langkah awal yang harus dilakukan oleh orang yang akan membaca
puisi adalah menganalisis situasi dan pendengar. Langkah ini dimaksudkan
untuk mengetahui kondisi pada saat pembacaan puisi dan di mana tempatnya,
siang atau malam hari, di luar atau di dalam ruangan, dalam suasana sedih,
gembira, atau serius dan sebagainya.
b. Memilih Puisi
Setelah mengetahui situasi dan pendengar, kita harus memilih puisi
yang akan dibaca. Tidak semua puisi baik atau tepat untuk dibacakan di depan
audiens. Atas dasar itu, setiap calon pembaca puisi harus memiliki kemampuan
memilih dan menentukan puisi.
Beberapa hal yang dapat dijadikan pertimbangan dalam memilih puisi
adalah: (1) tidak bersifat prismatis, (2) bersifat melodius, (3) tidak terlalu
panjang atau pendek, (4) isinya sesuai dengan situasi dan suasana yang tengah
dihadapi, (5) bersifat teatrikal artinya ada unsur enaknya ketika dibaca.
c. Membedah Puisi
Maksud langkah ini adalah calon pembaca mengupas tuntas isi teks
puisi yang akan dibaca. Langkah ini juga dimaksudkan agar calon pembaca
memahami benar maksud atau arti puisi yang akan dibaca, nada dan suasana
yang bersangkutan serta dapat menentukan nada dan algu yang tepat dalam
puisinya.
d. Pelatihan
Pelatihan dapat dilakukan secara langsung ataupun tidak langsung.
Secara langsung berarti pembaca berlatih membaca dengan vokal yang jelas
serta ekspresi yang benar, sedangkan secara tidak langsung berarti dapat
ditempuh dengan cara menonton pembacaan puisi orang lain, bertanya atau
berdialog dengan teman, membaca buku bagaimana cara membaca puisi yang
baik dan benar dan sebagainya.
2). Saat Pembacaan
Pada saat membaca puisi hakikatnya si pembaca puisi sedang berdialog
dengan penonton. Dengan demikian, semua yang dilakukannya, baik dengan
suaranya maupun dengan gerak gerik anggota tubuhnya, harus komunikatif.
Sedapat mungkin penonton dibawa masuk ke dalam maksud dan suasana puisi
yang bersangkutan. Untuk mencapai semua hal tersebut pembaca puisi perlu
memperhatikan tiga komponen pembacaan puisi, yaitu penghayatan, pelafalan
atau vokal, dan penampilan.
3). Pasca Pembacaan
Pada langkah ini hal penting yang harus dilakukan adalah evaluasi
tindak lanjut. Evaluasi ini penting dilakukan agar pembaca mengetahui
kekurangannya dalam membaca puisi. Pengetahuan akan kekurangan dan
kelemahan inilah yang kemudian harus kita tindak lanjuti, dalam arti hal-hal
yang sudah baik ditingkatkan dan hal-hal yang amsih kurang diperbaiki.
Membaca puisi adalah penampilan (baca) puisi secara ekspresif. Untuk
penampilan yang ekspresif ini mutlak didukung oleh pelafalan fonem yang
tepat dan sempurna. Bacaan gramatikal yang tepat, bacaan puitis yang baik,
penghayatan serta pemahaman yang baik terhadap isi puisi yang dibawakan.
Selanjutnya Ismail (2009:22-28) mengatakan bahwa: ―Membaca puisi
pada hakikatnya menyuarakan kembali apa yang pernah dirasakan, dipikirkan,
atau dialami penyairnya. Oleh karena itu, pembaca puisi. Ekspresi dan emosi
yang lahir merupakan hasil interprestasi pembaca terhadap puisi. Dalam
membaca puisi, emosi sangat penting.
Membaca bukan ucapan semata, tetapi harus disertai gerak gerik muka,
kalau perlu dengan gerak seluruh anggota badan atau seluruh tubuh, tetapi
yang paling penting sekali ialah gerak gerik muka. Dengan ucapan-ucapan
yang baik dan teratur disertai dengan gerak gerik muka niscaya akan
bertambah menarik, apa lagi kalau ditonton. Dari gerak gerik muka itu
penonton dapat merasakan dan menyaksikan, mengertikan puisi yang
dibacakan itu. Apakah puisi itu mengandung kesedihan, kemarahan,
kegembiraan dan lain-lain. Hanya saja dalam melakukan gerak gerik itu jangan
sampai berlebih-lebihan, membaca secara wajar, tertib dan mengesankan.
Dari beberapa pikiran para ahli di atas tentang membaca puisi dapatlah
disimpulkan bahwa kegiatan membaca puisi merupakan kegiatan
menyampaikan isi puisi dan pikiran pengarang. Sebagaimana dikatakan
membaca puisi bertujuan untuk menafsirkan makna yang terkandung di
dalamnya baik tersurat maupun tersirat. Dengan membaca puisi secara tidak
langsung dapat menambah wawasan dan pengetahuan terutama untuk diri
sendiri.
2.1.4. Tujuan Pembelajaran Membaca Puisi
Tujuan pembelajaran membaca puisi pada dasarnya adalah memberi
bekal pengetahuan dan kemampuan kepada siswa untuk menguasai teknik-
teknik memahami dan menafsirkan serta menghayati isi puisi. Secara rinci
tujuan pembelajaran membaca puisi menurut Depdikbud (2003:5-6) adalah: (1)
memupuk dan mengembangkan kemampuan siswa untuk memahami dan
melaksanakan cara membaca puisi dengan baik dan benar, (2) melatih dan
mengembangkan kemampuan siswa untuk mengenal dan menulis huruf
(abdjad) sesuai tanda bunyi atau suara, (3) mengenal dan melatih siswa mampu
membaca puisi dengan teknik membaca puisi, (4) mengungkapkan ide pesan
sederhana secara lisan dan tulisan.
2.1.5 Syarat-Syarat Membaca Puisi
Membaca puisi ialah membawakan puisi yang dihafal. Memang ada
juga orang membaca puisi di atas kertas saja. Cara seperti itu kurang enak
kecuali jika untuk siaran pembacaan puisi di radio atau rekaman. Tetapi
membaca puisi selalu saja didengar dan ditonton orang, sebaik mungkin
deklamator harus menghafal puisi yang mau dibacakan. Caranya ulangilah
puisi itu berkali-kali tanpa mempergunakan teks sampai terasa lancar sekali
dengan cara mengingatnya sebaris demi sebaris dan kemudian serangkap demi
serangkap disamping berusaha untuk mengerti setiap kata yang dicatatkan
karena hal itu menjadi jelas maksud dan tujuan isi puisi itu.
Menjadi pembaca puisi yang baik ada sejumlah syarat yang perlu
dipenuhi. Syarat-syarat tersebut sifatnya saling menunjang. Salah satu syarat
yang kurang dipenuhi akan berpengaruh secara totalitas terhadap taraf
kemenarikan pembacaan puisi yang ditampilkan. Menurut Ali (dalam Faisal
(2010:9-4) syarat yang harus dipenuhi seorang pembaca puisi adalah sebagai
berikut:
a. Mempunyai kemampuan teknis
Kemampuan teknis yang harus dipenuhi untuk menjadi soerang
pembaca atau deklamator pusi yang baik adalah suara yang jelas, vokal yang
sempurnya, mahir membantuk irama, mampuh mengubah warna suara secara
tepat dan menarik.
b. Pengusaaan mimik
Seorang deklamator harus memiliki kemampuan mengubah-ubah raut
muka yang alamiah dan wajar sesuai makna larik atau bait puisi yang