BAB II KAJIAN TEORETIK 2.1 Kajian Teori dan Hasil Penelitian yang Relevan 2.1.1 Pengertian Media Menurut Arsyad (2015: 1-3), “Kata media berasal dari bahasa Latin medius yang secara harfiah berarti “tengah”, “perantara”, “pengantar’. media apabila dipahami secara garis besar adalah manusia, materi, atau kejadian yang membangun kondisi yang membuat siswa mampu memperoleh pengetahuan, keterampilan, atau sikap. Dalam pengertian ini, guru, buku teks, dan lingkungan sekolah merupakan media.” Secara lebih khusus, pengertian media dalam proses belajar mengajar cenderung diartikan sebagai alat- alat grafis, photografis, atau elektronis untuk menangkap, memproses, dan menyusun kembali informasi visual dan verbal. “Media adalah pesan yang masih berada pada pikiran pembicara tidak akan sampai ke penerima pesan apabila tidak dibantu dengan media sebagai perantara. Ada tiga komponen yang harus ada dalam suatu proses komunikasi, yakni pemberi informasi , penerima informasi dan media” (Asyhar, 2012: 3-4). Dari pengertian di atas dapat dikatakan media sebagai suatu sarana atau perangkat yang berfungsi sebagai perantara atau saluran dalam kegiatan komunikasi antara komunikator dan komunikan. 8
29
Embed
BAB II KAJIAN TEORETIK 2.1 Kajian Teori dan Hasil ...
This document is posted to help you gain knowledge. Please leave a comment to let me know what you think about it! Share it to your friends and learn new things together.
Transcript
8
BAB II
KAJIAN TEORETIK
2.1 Kajian Teori dan Hasil Penelitian yang Relevan
2.1.1 Pengertian Media
Menurut Arsyad (2015: 1-3), “Kata media berasal dari bahasa Latin
medius yang secara harfiah berarti “tengah”, “perantara”, “pengantar’. media
apabila dipahami secara garis besar adalah manusia, materi, atau kejadian yang
membangun kondisi yang membuat siswa mampu memperoleh pengetahuan,
keterampilan, atau sikap. Dalam pengertian ini, guru, buku teks, dan lingkungan
sekolah merupakan media.” Secara lebih khusus, pengertian media dalam proses
belajar mengajar cenderung diartikan sebagai alat- alat grafis, photografis, atau
elektronis untuk menangkap, memproses, dan menyusun kembali informasi visual
dan verbal.
“Media adalah pesan yang masih berada pada pikiran pembicara tidak
akan sampai ke penerima pesan apabila tidak dibantu dengan media sebagai
perantara. Ada tiga komponen yang harus ada dalam suatu proses komunikasi,
yakni pemberi informasi, penerima informasi dan media” (Asyhar, 2012: 3-4).
Dari pengertian di atas dapat dikatakan media sebagai suatu sarana atau
perangkat yang berfungsi sebagai perantara atau saluran dalam kegiatan
komunikasi antara komunikator dan komunikan.
8
9
2.1.2 Media Audio Visual
Media audio visual adalah media yang melibatkan indera pendengaran dan
penglihatan sekaligus dalam suatu proses, sifat pesan yang dapat disalurkan
melalui media dapat berupa pesan verbal dan non verbal yang terlihat layaknya
media visual juga pesan verbal dan non verbal yang terdengar seperti media audio.
Pesan yang terdengar dan terlihat itu dapat disajikan melalui media audiovisual
seperti film documenter, bergantung kepada pemahaman kata atau simbol-simbol
serupa.
Menurut Asyhar (2012: 84), “Media audio dapat diklasifikasi sebagai
media yang melibatkan indera pendengaran dan penglihatan sekaligus dalam satu
proses sifat pesan yang dapat disalurkan melalui media dapat berupa pesan verbal
dan nonverbal yang terlihat layaknya media visual juga pesan verbal dan
nonverbal yang terdengar layaknya media audio.” “Pesan visual yang terdengar
dan terlihat itu dapat disajikan melalui program audio visual seperti film
dokumenter, film drama dan lain-lain. Semua program tersebut dapat disalurkan
melalui peralatan seperti film, video, dan juga televisi dan dapat disambungkan
pada alat proyeksi” (Munadhi, 2012: 56–57).
Menurut Arsyad, (2015: 32–33), menyatakan “pengajaran melalui audio–
visual jelas bercirikan pemakaian perangkat keras selama proses belajar, seperti
mesin proyektor film, tape recorder, infokus dan proyektor visual yang lebar.
Jadi, pengajaran melalui audio visual adalah menyampaikan materi yang
penyerapannya melalui pandangan dan pendengaran serta tidak seluruhnya.”
Ciri-ciri utama media audio visual yaitu :
10
1. Bersifat linear.
2. Menyajikan visual yang dinamis.
3. Digunakan dengan cara yang telah ditetapkan sebelumnya oleh perancang
atau pembuatnya.
4. Merupakan representasi fisik dari gagasan real.
Dalam penelitian ini, media audio visual yang digunakan adalah media
audio visual hasil pengembangan dosen: Drs. H. Larlen, M.Pd., dan Liza Septa
Wilyanti, S.Pd., M.Pd., Media audio visual tersebut mengenai materi video
tutorial olah vokal dalam bermain drama yang berisi tentang latihan pemanasan.
Terdapat 26 gerak yang akan diperagakan dalam latihan olah vokal dan dialog
singkat secara berpasangan. Latihan dialog ini bertujuan untuk mengetahui dan
mempraktikkan artikulasi dan kesesuaian bunyi vokal yang telah dilatih
sebelumnya.
2.1.3 Langkah-Langkah Penggunaan Media Audio Visual
Penggunaan media, seharusnya dilakukan perencanaan yang sistematik.
Media pembelajaran digunakan apabila media itu dapat mendukung tercapainya
tujuan pembelajaran yang disampaikan. Adapun langkah-langkah dalam
penggunaan media audio visual. (Arsyad, 2015: 29–30).
1. Persiapan Sebelum Menggunakan Media
Langkah awal penggunaan media adalah membuat persiapan sebaik baiknya,
yang dilakukan dengan cara sebagai berikut.
a. mempelajari petunjuk penggunaan media, terutama bila dibutuhkan
perangkat keras seperti berbagai jenis pesawat proyektor (media elektronik).
Periksalah voltase alat untuk disesuaikan dengan listrik setempat sebelum
11
menghidupkan alat. Setelah itu, ikuti petunjuk- petunjuk khusus tiap alat.
Misalnya LCD ada petunjuk khusus penempatan layar, pemakaian layar,
pemakaian pesawat yang menghemat lampu LCD, cara meletakkan alat,
tempat berdiri guru dan lain-lain;
b. semua peralatan yang akan digunakan perlu disiapkan sebelumnya,
sehingga dalam pelaksanaan pembelajaran tidak akan terganggu oleh hal-hal
yang bersifat teknis.
2. Pelaksanaan Penggunaan Media
Pada saat kegiatan belajar dengan menggunakan media berlangsung,
hendaknya dijaga agar suasana tetap tenang, keadaan tenang tidak berarti
pembelajaran harus duduk diam dan pasif yang penting pembelajaran tetap
terjaga. Sebaiknya sewaktu mempergunakan multi media dengan LCD
proyektor, diusahakan untuk datang lebih awal dari siswa, sehingga sewaktu
melakukan kegiatan memasang peralatan dan menyambung kabel- kabel yang
tidak sedikit jumlahnya itu termasuk setting sound sistemnya tidak disaksikan
oleh siswa sehingga begitu proses pembelajaran dimulai semuanya sudah siap
dan langsung mulai tanpa pengetesan lagi.
3. Evaluasi
Tahap ini merupakan tahap penyajian tujuan pembelajaran yang telah tercapai,
selain untuk memantapkan pemahaman materi yang disampaikan melalui
media. Untuk itu perlu disediakan tes yang harus dilaksanakan oleh siswa
sebagai umpan balik. Kalau ternyata tujuan belum tercapai, guru perlu
mengulangi sajian program media tersebut.
4. Tindak lanjut
12
Berdasarkan umpan balik yang diperoleh, guru dapat meminta siswa untuk
memperdalam sajian dengan berbagai cara, misalnya: diskusi tentang hasil tes,
melakukan suatu percobaan, observasi, dan lain-lain.
2.1.4 Kelebihan dan Kekurangan Media Audio Visual
Menurut Arsyad (2015: 29–30), menyatakan “tentang beberapa kelebihan
media audio-visual, termasuk teks terprogam.” yaitu :
1. objek atau benda yang terlalu besar untuk ditampilkan langsung di ruang kelas
dapat diganti dengan gambar, foto, slide, realita, film, radio, atau model.
2. objek atau benda yang terlalu kecil yang tidak tampak oleh indera dapat
disajikan dengan bantuan mikroskop, film, slide, atau gambar.
3. kejadian langka yang terjadi di masa lalu atau terjadi sekali dalam puluhan
tahun dapat ditampilkan melalui rekaman video, film, foto, slide di samping
secara verbal.
4. objek atau proses yang amat rumit seperti peredaran darah dapat ditampilkan
secara kongkret melalui film, gambar, slide, atau simulasi komputer.
5. kejadian atau percobaan yang dapat membahayakan dapat disimulasikan
dengan media seperti komputer, film, dan video.
6. peristiwa alam seperti terjadinya letusan gunung berapi atau proses yang
dalam kenyataan memakan waktu lama seperti proses kepompong menjadi
kupu-kupu dapat disajikan dengan teknik-teknik rekaman seperti time-lapse
untuk film, video, slide, atau simulasi komputer.
Adapun kekurangan-kekurangan yang dapat ditampilkan pada media audio
visual ini yaitu :
1. Kecepatan merekam dan pengaturan trek yang bermacam-macam
13
menimbulkan kesulitan untuk memainkan kembali rekaman yang direkam
pada suatu mesin perekam yang berbeda dengannya.
2. Film dan video yang tersedia selalu sesuai dengan kebutuhan dan tujuan
belajar yang diinginkan kecuali film dan video itu dirancang dan diproduksi
khusus untuk kebutuhan sendiri.
3. Pengadaan film atau video umumnya memerlukan biaya yang mahal dan
waktu yang banyak.
4. Kekhawatiran muncul bahwa siswa tidak memiliki hubungan pribadi dengan
guru, dan siswa bisa jadi bersikap pasif selama penayangannya.
5. Program yang tersedia saat ini belum memperhitungkan kreativitas siswa,
sehingga hal tersebut tentu tidak dapat mengembangkan kreativitas siswa.
6. Media ini hanya akan mampu melayani secara baik bagi mereka yang sudah
mempunyai kemampuan dalam berfikir abstrak.
Penemuan macam-macam alat dan mesin mempengaruhi dan mengubah
cara hidup, norma-norma, dan cara berfikir dan cara kerja manusia. Alat-alat
teknologi.juga mempengaruhi pendidikan, antara lain metode penyampaian dan
juga cara penilaian.
2.1.5 Media Pembelajaran Audio Visual Dalam Proses Pengajaran
Maka dari itu peneliti menggangap bahwasanya pengunaan Media
pembelajaran audio visual dalam proses pengajaran dan pembelajaran yang paling
tepat diterapkan pada pembelajaran drama di materi olah vokal karena akan
mempermudah mahasiswa untuk meningkatkan hasil belajar yang efektif dan
efisien. akan mempermudah mahasiswa untuk memahami pelajaran dan
membawa mahasiswa untuk belajar, sehingga hasil belajar yang diharapkan dapat
14
tercapai sesuai dengan tujuan pengajaran. kelebihan media audio visual (1) harga
murah dan variasi program lebih banyak dari pada TV (2) sifatnya mudah untuk
dipindahkan (3) dapat digunakan bersama-sama dengan alat perekam radio,
sehingga dapat diulang atau diputar kembali.(4) dapat merangsang partisipasi aktif
pendengaran siswa, serta dapat mengembangkan daya imajinasi seperti menulis,
menggambar dan sebagainya (5).repeatable, dapat dibaca berkali-kali dengan
menyimpannya atau mengelipingnya (6) analisa lebih tajam, dapat membuat
orang benar-benar mengerti isi berita dengan analisa yang lebih mendalam dan
dapat membuat orang berfikir lebih spesifik tentang isi tulisan (7) dapat mengatasi
keterbatasan pengalaman yang dimiliki oleh peserta didik (8) media visual
memungkinkan adanya interaksi antara peserta didik dengan lingkungan
sekitarnya (9) dapat menanamkan konsep yang benar (10) dapat membangkitkan
keinginan dan minat baru (11) dapat meningkatkan daya tarik dan perhatian siswa.
2.1.6 Pengertian Drama
Menyatakan seni teater merupakan salah satu cabang kesenian,
sedangkan kesenian merupakan bagian dari tata hidup dan kehidupan masyarakat.
(Nuryanto, 2017:1). Menurut Hasanuddin (2015:1), “menyatakan sebagai suatu
genre sastra, drama mempunyai kekhususan dibanding dengan genre puisi fiksi.
Kesan dan kesadaran terhadap drama lebih difokuskan terhadap bentuk karya
yang bereaksi langsung secara kongkret.”
Drama merupakan cerita yang dikembangkan dengan berlandaskan pada
komflik kehidupan manusia dan dituangkan dalam bentuk dialog untuk
dipentaska di depan penonton drama juga merupakan salah satu cabang seni
yang diajarkan secara formal di sekolah dan perguruan tinggi (Pratiwi &
15
siswiyanti,2014:1-14).
Menurut Satoto (2012: 1), “menyatakan Kata drama berasal dari bahasa
Greek, dalam hal ini berasal dari kata kerja dran yang berarti “berbuat, to act
atau to do”. Namun, ada juga pendapat istilah drama berasal dari termologi
Yunani “draomai” yang berarti berbuat, berlaku, bertindak atau beraksi.”
Berdasarkan pendapat para ahli tersebut dapat dinyatakan bahwa drama
merupakan tiruan prilaku kehidupan manusia dipentaskan dengan
menggunakan dialog (percakapan) dan gerakan para pemain, yang ditulis
dalam bentuk dialog dengan maksud untuk dipentaskan para aktor.
Menurut Hidayat (2010), “menyatakan “drama adalah kreativitas
seseorang untuk menajamkan bentuk komunikasi dengan realitas melalui “seni
keberpura-puraan 1 Bentuk-bentuk ekspresi yang diharuskan sesuai dengan
naskah, senyatanya bukanlah diri sendiri, melainkan menjadi orang lain.
Adanya naskah menuntut aktor untuk menyampaikannya dengan dialog dan
cara yangberbeda puladihadapan penonton.”
2.1.7 Keterampilan Pembelajaran Olah Vokal Dalam Bermain Drama
A. Olah Vokal
Vokal sebagai alat atau satu media pengungkapan ekspresi aktor
merupakan media penyampaian informasi melalui dialog. Informasi tentang alur
cerita, seting pristiwa, karakter tokoh, emosi, kondisi, usia tokoh dan lainnya,
semuannya harus tersampaikan secara jelas melalui keterampilan aktor dalam
menyampaikan dialog. Pencapaian segmen ini adalah menciptakan aktor dengan
vokal yang efektif dan elastis sehingga mampu menyesuaikan tekanan volume
suaranya dalam kondisi apapun.
16
Petet (2016:1), “menyatakan kemampuan vokal yang baik bagi seorang
aktor adalah syarat utama agar bisa memainkan peran secara proporsional. Aktor
dituntut untuk dapat menyampaikan informasi perannya. Juga menampilkan
gagasan menjadi sebagai daya pikiran yang nyata.”
Pembelajaran vokal dapat dijadikan sebagai sarana pengungkapan perasaan,
juga dapat dijadikan pelatihan rasa estetis pada peserta didik.Untuk memahami
ataupun menguasai vokal secara teori maupun praktek. tentu saja diperlukan
ketekunan sehingga perlu dipelajari secara terus menerus melalui latihan-latihan.
Kemampuan vokal merupakan kesanggupan seseorang dalam berdialog
drama, mempelajari vokal bertujuan agar peserta didik dapat mempelajari teknik
pengucapan vokal dengan baik dan benar, suara adalah salah satu modal utama
terjadinya vokal.
Dalam kegiatan pementasan drama aspek vokal (suara) juga memiliki
peran yang sangat penting disamping aspek gerak. (Pratiwi & Siswiyanti
(2014:124), menyatakan “unsur-unsur penting yang dikembangkan oleh
pemeran.” sebagai berikut :
Suara dan ucapan yang jelas sangat diperlukan dalam pementasan drama
agar pesan-pesan dalam dialog dapat dipahami oleh semua penonton. suara dan
ucapan yang jelas tidak diproduksi melalui teriakan yang menghasilkan suara
keras dan pekikan.
Vokal yang baik bagi seorang aktor adalah syarat agar bisa memainkan
peran secara propesional. Susanto (2015:195)., menyatakan “suara adalah unsur
penting dalam kegiatan seni teater yang menyangkut segi auditif atau atau
sesuatu yang berhubungan dengan pendengaran, pemilihan kata-kata memiliki
17
peranan dalam aturan yang dikenal dengan istilah diksi.” Suara tidak hanya
dilontarkan begitu saja tetapi dilihat dari keras lembutnya, tinggi rendahnya, dan
cepat lambatnya sesuai dengan situasi dengan kondisi emosi. Suara merupakan
unsur yang harus diperhatikan oleh seseorang yang mempelajari teater.
Susanto (2015:196)., menyatakan “ada beberapa hal yang perlu diketahui
oleh seorang pemeran tentang fungsi ucapan.” yaitu sebagai berikut:
1. Ucapan yang dilontarkan oleh pemeran bertujuan untuk menyalurkan kata dari
teks lakon kepada penonton.
2. Memberikan arti khusus pada kata-kata tertentu melalui modulasi suara.
3. Memuat informasi tentang sifat dan perasaan peran, misalnya umur,
kedudukan sosial, kekuatan, kegembiraan, putus asa, marah dan sebagainya.
4. Mengendalikan perasaa penonton seperti yang dilakukan oleh music.
5. Melengkapi variasi.
Ketika pemeran mengucapkan dialog harus mempertimbangkan pikiran-
pikiran penulis. Jika pemeran melontarkan dialognya hanya sekedar hafalan saja,
maka dia mencabut makna yang ada dalam kata-kata. Ekspresi yang disampaikan
melalui nada suara membentuk satu pemaknaan berkaitan dengan kalimat dialog.
Proses pengucapan dialog mempengaruhi ketersampaian pesan yang hendak
dikomunikasikan kepada penonton.
2.1.8 Kemampuan Pengucapan dialog
1. Pelafalan
Suara memerlukan penggarapan yang sungguh-sungguh. Problem yang
timbul pada para pemain bersumber pada ketegangan-ketegangan dan pernafasan
yang salah. Menurut Nuryanto (2017:134), menyatakan “pelapalan sangat
18
menentukan suksesnya suatu pementasan, dan sesuatu yang harus dicapai dalam
latihan suara dan pelafalan dengan cara menyiapkan bagaimana cara (bagaimana)
dialog diucapkan.”
Ada kalanya seseorang pemain drama mampu menguapkan kata dengan
jelas tetapi dialog yang diucapkan tidak merangsang pengertian. Dialog yang
panjang harus dipenggal-penggal lebih dahulu sesuai dengan satuan-satuan
pikiran yang dikandungnya. Nuryanto (2017:135), menyatakan bahwa “satu hal
yang berhubungan dengan vokal yaitu pemahaman nada ucapan. Nada ucapan
tidak hanya berfungsi untuk menciptakan dinamika, tetapi juga menciptakan
makna”.contohnya kata “gila”dapat diartikan sebagai umpama keras, pujian,
kekaguman,jika diucapkan dengan nada yang berbeda.”
Maka dapat disimpulkan bahwa pementasan drama berbeda dengan naskah
tertulis, apa yang sudah di ucapkan tidak dapat diulang. Maka vokal harus
menarik dan jelas agar dapat memikat penonton mengikuti jalan cerita serta dapat
dipahami. Biasanya vokal yang mantap berhubungan dengan rasa percaya diri,
rasa percaya diri ini akan tumbuh jika pemain yakin dengan apa yang dia
lakukan, keyakinan ini berkaitan erat dengan pemahaman dan penghayatan
perannya serta penguasaan seluruh alur drama dan nada ucapan dapat
menciptakan dinamika serta makna yang akan disampaikan kepada penonton.
2. Intonasi
Susanto (2005: 212), “Menyatakan bahwa intonasi (intonation) merupakan
nada suara atau bisa disebut juga irama bicara, atau alunan nada dalam
melafalkan kata-kata, sehingga tidak datar atau tidak monoton sehingga tidak
terkesan biasa-biasa saja, intonasi menentukan ada tidaknya antusiasme dan
19
emosi dalam berbicara.” Intonasi adalah kerja sama antara nada , tekanan, durasi,
dan perhentian-perhentian yang menyetarai suatu tutur dari awal hingga
perhentian yang terakhir. Intonasi salah satu teknik memberi isi kepada kata atau
kalimat yang diucapkan aktor di atas pentas, Pratiwi&Siswiyanti (2014:140).
Fungsi intonasi adalah mengatur tinggi rendahnya susatu nada dalam
pengucapan dalam bermain drama, membuat pembicaraan menjadi menarik,
tidak membosankan, dan kalimat yang diucapkan lebih mempunyai makna,
intonasi berperan dalam pembentukan makna kata, bahkan bisa mengubah makna
suatu kata. Jika dalam dialog tidak menggunakan intonasi, maka akan terasa
monoton dan percakapan atau dialog pada pertunjukan apabila intonasi kita datar
maka pertunjukan tersebut tidak menarik.
Tokoh yang dimainkan memiliki karakter berbeda, ada yang berperan
sebagai wanita, pria, baik dengan ukuran usia yang berbeda pula. seorang nenek
tua pasti suaranya jauh berbeda dengan anak usia 17 tahun. apalagi antara laki-
laki dan perempuan perbedaan suaranya beda sekali. Dengan adanya perbedaan
yang demikian jelaslah berarti artikulasi, gestikulasi, dan intonasi mempengaruhi
warna suara yang akan diciptakan.
3. Artikulasi (Kelanaran Berbahasa)
Artikulasi adalah hubungan antar otot, hubungan antara yang dikatakan
dengan cara mengatakannya. Artikulasi adalah satu ekspresi suara yang kompleks.
bunyi-bunyian, tanda-tanda yang dinamis, yang semuanya dibutuhkan untuk
karakter peran Susanto (2015:208), menyatakan “artikulasi adalah kejelasan
ucapan dalam melafalkan dialog naskah drama. pengucapan dialog secara jelas
bertujuan agar pemeran/pemain drama mampu menyampaikan makna atas apa
20
yang diucapkannya di atas pentas.”
Suara yang memiliki kekuatan tidak diproduksi dengan cara berteriak.
kekuatan suara yang terbentuk harus didukung dengan artikulai, intonasi, dan
irama komunikasi dua arah sehingga dibutuhkan keterampilan khusus dalam
memperoduksinya.
Sesuai dengan hal tersebut Sursanto (2015:63-64), menyatakan “suara
(vokal) dan ucapan (speech) berperan sangat penting dalam pementasan drama.
pemain menggunakan ucapan untuk berbagai tujuan, di pementasan drama.
Pemain menggunakan ucapan untuk berbagai tujuan, di antaranya untuk
menyampaikan kata kepada penonton, memberi arti-arti khusus pada kata-kata
tertentu. untuk menyampaikan informasi tentang sifat dan perasaan tokoh. dan
lain sebagainya. Dalam melakukan ucapan yang terpenting bukan kerasnya,
tetapi bagaimana ucapan tersebut terdengar jelas.”
Banyak pemahaman salah tentang kualitas vokal yang baik menurut
pemahaman aktor/aktris, menganggapnya bahwa kualitas vokal baik ialah cara
pengucapan dialog dengan keras dan nyaring agar suara terdengar oleh seluruh
khalayak penonton. Akan tetapi, persepsi tersebut ternyata salah karena kualitas
vokal yang baik ditentukan pengucapan dialog yang jelas, bukan hanya keras.
pengucapan dialog yang jelas ditandai dengan kemampuan berartikulasi
maksimal. hal tersebut sering menjadi kelemahan vokal bagi aktor..
4. Mimik atau Ekspresi
Susanto (2015:27), Menyatakan “mimik atau Ekspresi adalah ekspresi
gerak-gerik wajah (air muka) untuk menunjukkan emosi yang ditunjukkan oleh
pemain kepada penonton. Mimik merupakan gerak perubahan muka (alis, mata,
21
hidung, telinga, kening, dan mulut).” Ekspresi wajah pemain yang sedang sedih
berbeda dengan ketika sedang marah. Selain pengucapannya jelas dan
intonasinya tepat ekspresi wajah harus ditampakkan juga ekspresi sedih,
gembira, marah, cemburu, tertekan, dan lain-lain”.
Susanto, (2015:27), menyatakan “mimik merupakan bagian dari ekspresi
wajah untuk menemukan karakter yang diinginkan.” Contoh mimik dalam drama
adalah seorang tukang kebun yang kaget dan ketakutan saat menemukan mayat
seorang wanita dibalik semak semak. Pasti mimik dari pemeran tukang kebun
akan menampilkan ekspresi kaget, ketakutan dan bahkan berteriak. Hal tersebut
harus jelas agar penonton juga dapat merasakan apa yang dialami oleh pemain.
Sebagai contoh lainnya, pengangkatan alis mata, secara universal, menyatakan
“ya” dan menggelengkan kepala untuk mengatakan“tidak” dalam interaksi
sosial. Penggelengan kepala ini sangat biasa terjadi pada manusia dan hewan.
Dia merasa penolakan itu berasal dari cara penggelengan.
Winarni (2014:66), menyatakan “seorang pemain drama harus menguasai
mimik dasar seperti mimik sedih, gembira, marah. Mimik marah bisa ditandai
dengan mata melotot, muka kemerah-merahan, kening berkerut, mimik sedih
ditandai dengan wajah muram, pandangan mata sayu, dan mulut tertutup, sedang
mimik gembira ditandai dengan muka bercahaya, mata bersinar, dan mulut
tersenyum.”
Berdasarkan uraian di atas dapat dinyatakan bahwa mimik merupakan
gerak perubahan muka dan kriteria yang dilihat adalah (1) alis, (2) mata, (3)
hidung, (4) mulut. Hal tersebut harus jelas agar penonton juga dapat merasakan
apa yang dialami oleh pemain melalui peran yang dibawakannya.
22
5. Penghayatan
Susanto (2015:27), menyatkana “penghayatan adalah kedalaman
pemaknaan terhadap isi dialog, karakter tokoh, dan karakter keadaan atau situasi
(susah, senang, dan lain-lain).” Penghayatan berarti memahami secara penuh isi
drama, mengamati, serta mempelajari isi naskah untuk diterapkan tubuh kita
misalnya pada waktu kita berperan sebagai Pak Usman yang berprofesi sebagai
pengemis, maka saat itu juga kita tidak lagi berperan sebagai diri kita sendiri
melainkan menjadi Pak Usman yang berprofesi sebagai pengemis, hal ini yang
harus kita terapkan dengan baik jika kita akan memainkan sebuah naskah drama.
Nurasiah (2008), menyatakan bahwa ‟semua dialog akan terasa hidup jika lafal,
intonasi, mimik dan kinesiknya dapat muncul secara bersamaan, hal ini
mendukung penghayatan dari masing-masing tokoh. Walaupun tidak mudah, jika
dilakukan secara terus- menerus, penghayatan akan tercipta dengan sendirinya.”
Winarni (2014:67), menyatakan “suatu peran menjadi hidup apabila
aktornya memiliki penguasaan pemahaman dan penghayatan watak peran yang
tepat. Untuk memperoleh pemahaman watak peran yang tepat, perlu
mengadakan analisis peran berdasarkan naskah, seperti memahami alur cerita,
pengenalan, permasalahan, klimaks, dan penyelesaian lalu mencatat peran yang
akan dimainkan.” Selanjutnya mencatat secara lengkap tentang kepribadian
peran yang akan dimainkan. Watak tersebut dibayangkan sedalam-dalamnya
sehingga pada saat memainkan peran tersebut, watak pribadi aktor terganti
dengan watak peran yang semestinya diperankan.
Suyoto (2009:14) menyatakan bahwa “Cara-cara yang dipergunakan dalam
penghayatan.”, sebagai berikut :
23
1. Pelajari naskah secara keseluruhan, supaya dapat mengetahui
apa yang dikehendaki oleh naskah, problema apa yang
ditonjolkan, serta apa titik tolak dan inti dari naskah.
2. Melakukan gerak serta dialog yang terdapat dalam naskah.
Jadi disini kita sudah mendapat gambaran tentang akting dari
tokoh yang akan kita perankan.
Berdasarkan uraian di atas dapat dinyatakan bahwa penghayatan adalah
menjiwai peran dan penonton dapat merasakan apa yang dilakukan pemain.
Kriteria penghayatan dilihat dari (1) memahami makna dialog (2) menjiwai
peran dengan baik (3) menggambarkan karakter tokoh yang diperankan (4)
percaya diri.
2.1.9 Unsur-Unsur Berlatih Olah Vokal
A. Persiapan
persiapan yang dilakukan dalam pembelajaran olah vokal yakni: tubuh
yang tidak sedang sakit atau kelelahan sebaiknya dalam kondisi yang bugar
sehingga ketika melakukan berbagai rangkaian kegiatan dalam pembelajaran olah
vokal dapat maksimal kondisi suara di pastikan dala keadaan baik tanpa
gangguan apapun sehingga dalam berlatih suara yang dikeluarkan dapat di
ucapkan secara jelas dan lantang terdengar dan ketika melakukan pengucapan
sebuah dialog akan maksimal dan benar.
24
B. Pemanasan
Fungsi pemanasan ini yaitu agar dapat mengendorkan otot-otot organ
produksi suara. Latihan pemanasan olah suara diawali dengan senam wajah,
senam lidah, dan senam rahang. Pedoman latihan olah suara adalah sebagai
berikut.
a. Pemanasan pertamayang dilakukan yaitu adalah berdiri tegap tangan di
letakan diatas kepala miringkan kepala ke kanan dan tangan memegang
telingga. Selama 8 kali hitungan
b. Pemanasan kedua yang dilakukan adalah tubuh berdiri tegap tangan di
letakan diatas kepala miringkan kepala ke kiri dan tangan memegang
telingga. Selama 8 kali hitungan.
c. Pemanansan yang ketiga dilakukan adalah luruskan tubuh tadahkan
kepala keatas satukan telapak tangan dan letakan telapak tangan di bawah
dagu. Selama 8 kali hitungan.
d. Pemanasan yang ke empat yang dilakukan adalah luruskan tubuh
tundukan kepala ke bawah satukan telapak tangan dan letakan diatas
kepala. Selama 8 kali hitungan.
e. Pemanasan yang ke lima yang dilakukan adalah luruskan tubuh angkat
tangan kanan hingga telapak tangan sejajar dengan hidung dan masukan
tangan kiri ke dalam tangan kanan yang diposisiskan berdiri ke atas
hingga telapak tangan sampai hidung. Selama 8 kali hitungan.
f. Pemanasan yang ke enam yang dilakukan adalah luruskan tubuh angkat
tangan kiri hingga telapak tangan sejajar dengan hidung dan masukan
tangan kanan ke dalam tangan kiri yang diposisiskan berdiri ke atas
25
hingga telapak tangan sampai hidung. Selama 8 kali hitungan
g. Pemanasan yang ke tujuh yang dilakukan adalah luruskan tubuh angkat
kaki kanan sampai lutut dan tahan menggunakan 2 telapak tangan.
Selama 8 kali hitungan.
h. Pemanasan yang ke delapan yang dilakukan adalah luruskan tubuh tarik
kaki kanan sampai lutut dan miringkan kaki di tahan menggunakan 2
telapak tangan
i. Pemanansan yang ke sembilan yang dilakuakan adalah luruskan tubuh
tarik kaki kanan sampai lutut dan tarik kebelakang. Selama 8 kali
hitungan.
j. Pemanasan ke sepuluh yang dilakukan adalah luruskan tubuh angkat kaki
kiri sampai ke lutut dan tahan menggunakan dua telapak tangan. Selama 8
kali hitungan.
k. Pemanasan ke senelas yang dilakuakan adalah luruskan tubuh angkat kaki
kiri sampai ke lutut dan miringkan kaki lalu tahan dengan dua telapak
tangan. Selama 8 kali hitungan
Fungsi pemasan ini yaitu guna agar tidak cidera tentunya hal-hal yang
tidak di ingginkan ketika melakukan latihan teknik-teknik olah vokal dan juga
bagus untuk melemaskan otot-otot sehingga tubuh akan terasa rileks ketika
melakukan teknik-teknik olah vokal yang benar.
26
C. Senam Wajah
a. Alis dikerutkan ke atas, tahan, dan lepaskan. Lakukan hal ini sebanyak
8 kali.
b. Arahkan otot-otot wajah ke kanan, dan lepaskan, lakukan hal ini
sebanyak 8 kali.
c. Arahkan otot-otot wajah ke kiri, tahan, dan lepaskan. Laukan hal ini
sebanyak 8 kali.
d. Bibir dikatupkan dan arahkan ke depan sejauh mungkin, tahan, dan
lepaskan. Lakukan hal ini sebanyak 8 kali.
D. Senam Lidah
a. Lidah dijulurkan sejauh mungkin, tahan dan tarik sedalam mungkin,
lakukan hal ini sebanyak 8 kali.
b. Lidah dijulurkan dan arahkan ke kanan secara bergantian. Lakukan hak
ini sebanyak 8 kali.
c. Lidah dijulurkan dan arahkan ke kiri secara bergantian. Lakukan hak
ini sebanyak 8 kali.
2.1.10. Latihan Dalam Olah Vokal
1. Pernafasan
Nuryanto, (2017:133) menyatakan “pernapasan adalah merupakan proses
menarik udara ke dalam paru-paru yang berkaitan dengan kesantaian ketika
mengeluarkannya.”
Petet, (2006:74), “menyatakan siklus pernafasaan yang baik akan sangat
menentukan sirkulasi oksigen dalam tubuh manusia, sehingga stamina seseorang
dipengaruhi oleh teratur atau tidaknya sirkulasi oksigen ini.”
27
2. Latihan Pernafasan Dasar
a. Posisi berdiri dan tarik nafas, tahan, hembuskan. Latihlah nafas segi
tiga dengan santai dan lakukan 8 kali pengulangan.
b. Posisi masih berdiri dan lakukan nafas segi tiga dengan menaikan
tangan sampai sebatas bahu dan menurunkannya. Pada saat menaikan
tangan kita menarik nafas dan pada saat tangan diturunkan nafas
dihembuskan. Ketika menghembuskan nafas lakukan dengan cara
mendesis, lakukan 8 kali.
c. Posisi masih berdiri, tangan di samping badan, terus tangan diangkat
sambil menghirup nafas panjang sampai tangan tegak lurus ke atas,
tahan, hembuskan nafas sambil berdesis dibarengi dengan
menurunkan tangan sampai telapak tangan menyentuh lantai lakukan
8 kali.
A. Latihan Pernafasan Perut
Ciri dari pernafasan perut adalah pada waktu menghirup udara, rongga
perut mengembang untuk memberi ruang yang leluasa bagi paru- paru dalam
menyimpan udara. Pernafasan ini juga ditandai dengan naik turunnya sekat
diafragma yang terdapat di antara rongga dada dan rongga perut.
a. Posisi berdiri tegak dan tarik nafas panjang sambil
mengembangkan perut sampai optimal, tahan, hembuskan.
Lakukan latihan ini 8 kali pengulangan.
b. Posisi berdiri tegak dan tarik nafas panjang sambil
mengembangkan perut sampai optimal, tahan, dan hembuskan
28
sambil berdesis. Lakukan latihan ini 8 kali pengulangan.
c. Posisi berdiri tegak dan tarik nafas panjang sambil
mengembangkan perut sampai optimal, tahan, dan hembuskan
sambil membunyikan huruf vokal. Lakukan latihan ini 8 kali
pengulangan.
d. Posisi berdiri tegak dan tarik nafas panjang sambil
mengembangkan perut secara optimal dan hembuskan. Latihan ini
dilakuan secara cepat antara menarik dan menghembuskan.
e. Variasi latihan pernafasan perut ini bisa dilakukan dengan cara
duduk maupun berbaring santai.
f. Ketika menghirup nafas, rasakan dan hayati perjalanan udara
seolah-olah mulai dari hidung ke paru-paru. Demikian pula
sebaliknya ketika menghembuskan nafas.
B. Latihan Pernafasan Dada
Ciri dari pernafasan dada adalah pada waktu kita menghirup udara rangka
dada mengembang untuk memberikan ruang leluasa bagi paru-paru dalam
menyimpan udara. Latihlah sampai nafas dada ini terkuasai.
a. Posisi berdiri tegak dan tarik nafas panjang sambil
mengembangkan dada secara optimal, tahan, hembuskan. Lakukan
latihan ini 8 kali pengulangan.
b. Posisi berdiri tegak dan tarik nafas panjang sambil
mengembangkan dada secara optimal, tahan, dan hembuskan
sambil berdesis. Lakukan latihan ini 8 kali pengulangan.
c. Posisi berdiri tegak dan tarik nafas panjang sambil
29
mengembangkan dada secara optimal, tahan, dan hembuskan
sambil membunyikan huruf vokal. Lakukan latihan ini 8 kali
pengulangan.
d. Posisi berdiri tegak dan tarik nafas panjang sambil
mengembangkan dada secara optimal dan hembuskan. Latihan ini
dilakuan secara cepat antara menarik dan menghembuskan.
e. Variasi latihan pernafasan dada ini bisa dilakukan dengan cara
duduk maupun berbaring santai.
f. Ketika menghirup nafas, rasakan dan hayati perjalanan udara
seolah-olah mulai dari hidung ke paru-paru. Demikian pula
sebaliknya ketika menghembuskan nafas.
C. Latihan Pernafasan Diafragma
Fokus nafas diarahkan pada sekat antara rongga dada dan rongga perut
yang disebut dengan sekat diafragma. Ciri dari pernafasan diafragma adalah otot-
otot sekat diafragma akan mengembang dan mendatar ketika menghirup udara dan
mencekung ketika menghembuskan nafas. Sekat diafragma terletak persis di
bawah rongga dada dan di atas perut. Latihlah sampai nafas diafragma ini
terkuasai.
a. Posisi berdiri tegak dan tarik nafas panjang sambil
mengembangkan sekat diafragma secara optimal, tahan,
hembuskan. Lakukan latihan ini 8 kali pengulangan.
b. Posisi berdiri tegak dan tarik nafas panjang sambil
mengembangkan sekat diafragma secara optimal, tahan, dan
hembuskan sambil berdesis. Lakukan latihan ini 8 kali
30
pengulangan.
c. Posisi berdiri tegak dan tarik nafas panjang sambil
mengembangkan sekat diafragma secara optimal, tahan, dan
hembuskan sambil membunyikan huruf vokal. Lakukan latihan ini
8 kali pengulangan.
d. Posisi berdiri tegak dan tarik nafas panjang sambil
mengembangkan sekat diafragma secara optimal dan hembuskan.
Latihan ini dilakuan secara cepat antara menarik dan
menghembuskan.
e. Variasi latihan pernafasan diafragma ini bisa dilakukan dengan
cara duduk maupun berbaring santai.
f. Ketika menghirup nafas, rasakan dan hayati perjalanan udara
seolah-olah mulai dari hidung ke paru-paru. Demikian pula
sebaliknya ketika menghembuskan nafas.
D. Latihan Membedakan Huruf
a. Membedakan huruf P dan B, latihlah sesuai dengan ketukan.
p..... p….. p…… p…...
pp…. pp…. pp…. pp….
ppp…ppp…ppp…ppp…
pppp.. pppp.. pppp.. pppp..
ppppp. ppppp. ppppp. ppppp.
b….. p….. p….. p…..
bb…. bb…. bb…. bb….
bbb… bbb… bbb… bbb…
31
bbbb.. bbbb.. bbbb.. bbbb..
bbbbb. bbbbb. bbbbb. bbbbb.
b. Membedakan huruf K dan Q, latihlah sesuai dengan ketukan.
k.......... k.......... k.......... k..........
kk........ kk........ kk........ kk........
kkk...... kkk....... kkk...... kkk......
kkkk.....kkkk......kkkk.....kkkk......
kkkkk.. kkkkk .. kkkkk .. kkkkk ..
q.......... q.......... q.......... q..........
qq........ qq........ qq........ qq........
qqq...... qqq...... qqq...... qqq......
qqqq.....qqqq....qqqq.....qqqq....
qqqqq.. qqqqq.. qqqqq.. qqqqq..
d. Kombinasikan latihan huruf-huruf tersebut.
p….. p…… p….. p…..
pb….. pb….. pb….. pb…..
pb........ pb........ bp........ bp........
pbp...... pbp...... pbp...... pbp......
pbbp.....pbbp.....pbbp.....pbbp....
ppbpp.. ppbpp.. ppbpp.. ppbpp....
E. Latihan Kata
1. Latihan ini dilakukan dengan cara yaitu menggabungkan
huruf- huruf tersebut di atas dengan huruf vokal. Misalnya
pa dengan ba atau ta dengan da, ki dengan gi dan
32
seterusnya.
2. Latihan diteruskan sudah dalam bentuk sebuah kata.
a. Penyebutan kata bapak secara lambat.
b. Penyebutan kata bapak secara cepat.
c. Penyebutan kata bopak
d. Penyebutan kata teko
e. Penyebutan kata begitu
F. Latihan Kalimat
Latihan ini dilakukan dengan cara diberikan dialog yang akan di
sampaikan lalu di pahami beberapa menit dan setelah itu di praktekan secara
langsung.
Ria : Aku sunguh tidak mengerti dengan cita-citamu pak.
Adit: Aku ingin jadi diplomat yang diberi pos kolong jembatan
saja.
Ria: Ah itu pekerjaan gila.
Adit: Banyak diplomat yang dikirim ke pos-pos manapun di
dunia ini. Tapi pemerintah belum punya wakil untuk bicara
dengan meeka yang ada di kolong jembatan bukan? Ini tidak
adil maka aku menyatakan diri menyediakan untuk mewakili
pemerintahan ini sebagai diplomat kolong jembatan.
2.1.11 Penelitian Yang Relevan
Penelitian relevan yang pertama dilakukan oleh Rendi Marlianda (2019)
dengan judul “Pengaruh Pengunaan Media Audio Visual terhadap Kemampuan
Bermain Drama pada Siswa Kelas XI SMAN 1 Jujuhan Tahun Pelajaran
33
2018/2019.” Dari hasil penelitian dapat disimpulkan bahwa terdapat pengaruh
yang signifikan antara kemampuan bermain drama siswa sebelum menggunakan
media dengan sesudah menggunakan media audio visual pada siswa kelas XI IPS
I sma negeri 1 jujuhan.
Penelitian relevan yang kedua dilakukan oleh Nafa Dhilah Rizki (2019)
dengan judul “Kemampuan Bermain Drama Siswa Kelas VIII A SMP NEGERI 1
Muaro Jambi Tahun Ajaran 2018/2019” Berdasarkan pembahasan dan analisis
hasil penelitian dapat disimpulkan bahwa kemampuan bermain drama siswa
kelas VIII A SMP Negeri 1 Muaro Jambi Tahun Ajaran 2018/2019 tergolong
mampu
Penelitian relevan yang ketiga adalah penelitian yang dilakukan oleh
Devita Weni (2018) dengan judul “Pengaruh Pengunaan Media Pembelajaran
Audio Visual Terhadap Hasil Belajar IPS Terpadu Siswa Kelas VIII SMP Negeri
1 Muaro Jambi Tahun Pelajaran 2017/2018”. Kesimpulan dari penelitian
tersebut bahwa dapat disimpulkan terdapat pengaruh penggunaan media
pembelajaran audio visual terhadap hasil belajar IPS Terpadu Siswa Kelas VIII
SMP Negeri 1 Muaro Jambi.
Perbedaan peneliti dengan penelitian sebelumnya adalah peneliti
menekankan pada pengaruh penggunaan media audio visual yang berupa video
terhadap kemampuan olah vokal dalam bermain drama yang paling ditekankan
pada penelitian ini yaitu olah vokal pada mahasiswa.
34
2.2 Kerangka Berpikir
Petet (2016:1), menyatakan “kemampuan vokal yang baik bagi seorang
aktor adalah syarat utama agar bisa memainkan peran secara proporsional. Aktor
dituntut untuk dapat menyampaikan informasi perannya. Juga menampilkan
gagasan menjadi sebagai daya pikiran yang nyata.
Vokal sebagai sakah sebagai alat atau satu media pengungkapan ekspresi aktor
merupakan media penyampaian informasi melalui dialog.” Informasi tentang alur
cerita, seting pristiwa, karakter tokoh, emosi, kondisi, usia tokoh dan lainnya.
Semuannya harus tersampaikan secara jelas melalui keterampilan aktor dalam
menyampaikan dialog. Pencapaian segmen ini adalah menciptakan aktor dengan
vokal yang efektif dan elastis sehingga mampu menyesuaikan tekanan volume
suaranya dalam kondisi apapun penggunaan media audio visual bertujuan untuk
membantu mahasiswa agar dapat meningkatkan kemampuan olah vokal dalam
bermain drama, yang dilihat dari segi pelafalan, intonasi, penjedaan, dan artikulasi
melalui vidio tutorial olah vokal. sehingga teknik yang terkandung dalam video
pembelajaran olah vokal dapat tersampaikan pada mahasiswa sebagai bahan ajar
dalam pembelajaran drama untuk meningkatkan kemampuan olah vokal pada
mahasiswa.
35
Pretes
Di tes akting per individu guna melihat lima
indikator yaitu:
pelafalan,intonasi,artikulasi,mimik dan
penghayatan dengan menggunakan naskah
drama dengan tema”demonstran” dalam
perkelompok Mahasiswa Kelas Reguler A
(Eksperimen)
pretes
Mahasiswa Kelas Reguler C (kontrol). sama
diberikan tes akting per individu guna melihat
lima indikator yaitu:
pelafalan,intonasi,artikulasi,mimik dan
penghayatan dengan menggunakan naskah drama
dengan tema”demonstran” dalam perkelompok.
Postes
Memberikan Perlakuan (Treatmen)
Mahasiswa Kelas Reguler A (Eksperimen).
Mendapatkan perlakuan setelah di tes lima
indikator tersebut. Lalu digunakan
pembelajaran menggunakan media audio
visual berupa vidio tutorial olah vokal.
Postes
Tidak di Berikan Perlakuan (Treatmen)
Mahasisiswa Kelas Reguler C (Control).
Mendapatkan perlakuan pembelajaran
konvensional (Tidak menggunakan
media).dalam materi olah vokal pada
kemampuan drama.
Setelah melakukan pretes dan postes barulah
peneliti melihat perbandingan nilai rata-rata
yang diperoleh oleh mahasiswa kelas
Reguler A dan kelas Reguler C terdapat
pengaruh yang signifikan atau tidak.
Kegiatan Pembelajaran di Kelas Eksperimen dan Kontrol.
36
2.3 Hipotesis
Adapun hipotesis penelitian ini adalah sebagai berikut.
Ha : Terdapat pengaruh penggunaan setelah menggunakan media
audio visual pada kemampuan bermain drama.
Ho : Tidak terdapat pengaruh penggunaan media audio visual