7 BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1 Pemotong Kain Pemotong kain merupakan orang yang bekerja dengan memotong kain di sebuah industri rumah tangga atau perusahaan yang menghasilkan produk pakaian. Pada proses pemotongan kain memerlukan sikap atau posisi kerja berdiri lama. Sikap saat bekerja merupakan sikap siaga baik fisik maupun mental, sehingga aktivitas kerja dapat dilakukan dengan cepat, kuat dan teliti. Pekerjaan yang dilakukan dengan posisi berdiri seperti pada pemotong kain menyangkut kerja fisik yang cukup melelahkan yang dilakukan dari pagi hari sampai sore hari dengan waktu yang cukup lama dan kondisi bekerja dalam keadaan berdiri. Pekerjaan yang dilakukan dengan posisi berdiri lama, akan terjadi kontraksi statis terutama di kaki sehingga mengakibatkan berkurangnya fungsi otot betis. Jika posisi berdiri dipraktekkan terus menerus, pekerja akan merasakan kelelahan terutama pada otot betis. Proses kerja yang banyak melibatkan pembebanan pada otot statis lebih cepat menimbulkan keluhan otot, hal ini dapat mempengaruhi kemampuan dan menurunnya produktivitas kerja yang dihasilkan. Berdasarkan hasil survei pendahuluan di industri rumah tangga, setiap industri rumah tangga memiliki pemotong kain yang hasil dari potongannya akan dijahit. Pemotong kain melakukan pekerjaan mulai dari memilih dan mengukur kain agar sesuai dengan baju yang dipesan. Pemilihan dan pengukuran kain ini dilakukan berdiri dengan alat ukur ditempel di tembok. Kemudian dilanjutkan
32
Embed
BAB II KAJIAN PUSTAKA - sinta.unud.ac.id II KAJIAN... · Keadaan ini akan merangsang ujung-ujung saraf tepi nosiseptif tipe ... atau otot lurik, adalah organ somatik, yang fungsinya
This document is posted to help you gain knowledge. Please leave a comment to let me know what you think about it! Share it to your friends and learn new things together.
Transcript
7
BAB II
KAJIAN PUSTAKA
2.1 Pemotong Kain
Pemotong kain merupakan orang yang bekerja dengan memotong kain di
sebuah industri rumah tangga atau perusahaan yang menghasilkan produk
pakaian. Pada proses pemotongan kain memerlukan sikap atau posisi kerja berdiri
lama. Sikap saat bekerja merupakan sikap siaga baik fisik maupun mental,
sehingga aktivitas kerja dapat dilakukan dengan cepat, kuat dan teliti. Pekerjaan
yang dilakukan dengan posisi berdiri seperti pada pemotong kain menyangkut
kerja fisik yang cukup melelahkan yang dilakukan dari pagi hari sampai sore hari
dengan waktu yang cukup lama dan kondisi bekerja dalam keadaan berdiri.
Pekerjaan yang dilakukan dengan posisi berdiri lama, akan terjadi kontraksi statis
terutama di kaki sehingga mengakibatkan berkurangnya fungsi otot betis. Jika
posisi berdiri dipraktekkan terus menerus, pekerja akan merasakan kelelahan
terutama pada otot betis. Proses kerja yang banyak melibatkan pembebanan pada
otot statis lebih cepat menimbulkan keluhan otot, hal ini dapat mempengaruhi
kemampuan dan menurunnya produktivitas kerja yang dihasilkan.
Berdasarkan hasil survei pendahuluan di industri rumah tangga, setiap
industri rumah tangga memiliki pemotong kain yang hasil dari potongannya akan
dijahit. Pemotong kain melakukan pekerjaan mulai dari memilih dan mengukur
kain agar sesuai dengan baju yang dipesan. Pemilihan dan pengukuran kain ini
dilakukan berdiri dengan alat ukur ditempel di tembok. Kemudian dilanjutkan
8
dengan memotong kain sesuai dengan rancangan baju yang telah dibuat.
Pemotongan kain ini dilakukan diatas meja dengan posisi berdiri. Pemotong kain
biasanya bekerja mulai pukul 08.00 wita sampai pukul 17.00 wita dengan waktu
istirahat selama 1 (satu) jam dari pukul 12.00 wita sampai pukul 13.00 wita setiap
harinya. Survei pendahuluan dilanjukan dengan wawancara terkait dengan
keluhan kesehatan dan hasilnya hampir semua pemotong kain mengalami keluhan
otot betis.
Gambar 2.1 Posisi kerja pemotong kain
2.2 Nyeri Otot Betis
Pekerjaan yang dilakukan dengan posisi berdiri dalam waktu yang lama
akan terjadi kontraksi statis pada kaki sehingga mengakibatkan berkurangnya
fungsi otot betis. Hal ini dikarenakan adanya pembebanan pada otot secara terus
menerus atau karena penggunan yang berlebihan sehingga otot akan mengalami
ketegangan atau kontraksi terus menerus yang kemudian menimbulkan stress
mekanis pada jaringan miofasial dalam waktu yang lama sehingga akan
9
menstimulasi nosiseptor yang ada di dalam otot. Semakin kuat stimulasi
nosiseptor, maka akan semakin kuat pula aktivitas refleks ketegangan otot
tersebut. Hal ini akan meningkatkan nyeri sehingga menimbulkan keadaan viscous
cycle. Keadaan viscous cycle akan mengakibatkan adanya daerah pada jaringan
miofasial yang mengakibatkan iskemik lokal akibat kontraksi otot yang kuat dan
terus menerus atau mikrosirkulasi yang tidak kuat sehingga jaringan ini akan
mengalami kekurangan nutrisi dan oksigen serta menumpuknya zat-zat sisa
metabolisme. Keadaan ini akan merangsang ujung-ujung saraf tepi nosiseptif tipe
C untuk melepaskan suatu neuropeptida yaitu substansi P, karena adanya
pelepasan substansi P akan membebaskan prostaglandin dan diikuti juga dengan
pembebasan bradikinin, potassium ion, serotin, yang merupakan Noxius atau
Chemical Stimuli sehingga dapat menimbulkan nyeri (Sugijanto, 2008).
Posisi berdiri dengan waktu yang lama seperti yang dialami oleh pemotong
kain dapat menimbulkan keluhan nyeri otot betis karena terjadi pembebanan asam
laktat pada jaringan otot dan darah (Citrawati, dkk. 2001). Pada akhirnya
penimbunan tersebut dapat menimbulkan kelelahan pada otot. Semakin tinggi laju
metabolisme atau penguluran energi tubuh maka semakin banyak terjadi
penimbunan asam laktat.
Kadar asam laktat yang tinggi menggambarkan ketidakseimbangan energi
aerobik, sehingga suplai energi bergeser ke sistem anaerobik. Keadaan ini
menyebabkan peningkatan produksi asam laktat dalam jaringan karena
terhambatnya proses glikolisis. Kondisi ini yang menimbulkan kelelahan otot
10
akibat dari kesalahan sikap kerja yang ditandai dengan hipertonus, ditunjukkan
melalui aktivitas serabut saraf pembawa rangsang (nosiseptor). Keluhan otot tidak
akan terjadi apabila kontraksi otot hanya berkisar antara 15-20% dari kekuatan
otot maksimum. Namun, apabila kontraksi otot melebihi 20%, maka peredaran
darah ke otot berkurang menurut tingkat kontraksi yang dipengaruhi oleh
besarnya tenaga yang diperlukan. Suplai oksigen ke otot menurun, proses
metabolisme karbohidrat terhambat sehingga terjadi penimbunan asam laktat yang
dapat menyebabkan nyeri otot betis akibat pekerjaan dengan berdiri lama
(Wulandari, 2014).
2.2.1 Faktor-faktor Pengaruh Nyeri Otot Betis Pemotong Kain
1. Faktor- faktor internal, yaitu:
a. Umur
Keluhan nyeri otot betis pada pemotong kain mulai dirasakan pada
usia 25-30. Keluhan pertama biasanya dirasakan pada umur 30 tahun dan
tingkat keluhan akan meningkat sesuai dengan bertambahnya umur. Hal
ini terjadi karena pada umur setengah baya, kekuatan dan ketahanan otot
mulai menurun sehingga resiko terjadinya keluhan otot meningkat.
Menurut Grandjen (2000), bahwa kondisi umur berpengaruh terhadap
kemampuan kerja fisik dan kekuatan otot seseorang, sedangkan
kemampuan fisik maksimal seseorang dicapai pada umur 25-35 tahun baik
laki-laki maupun wanita akan terus menurun seiring bertambahnya umur.
11
2. Faktor-faktor eksternal, yaitu:
a. Waktu kerja pemotong kain
Pemotong kain di industri rumah tangga Kecamatan Kediri Kabupaten
Tabanan memiliki rata-rata jam kerja mulai dari pukul 08.00 sampai 17.00
wita dan waktu istirahat pukul 12.00 sampai 13.00 wita untuk makan
siang. Selama 8 jam mereka bekerja dengan posisi berdiri di belakang
meja. Pekerjaan dengan posisi berdiri selama 8 jam seperti yang dilakukan
oleh pemotong kain menyangkut kerja fisik yang melelahkan.
b. Sikap kerja pemotong kain
Sikap kerja berdiri membutuhkan pengurangan beban fisiologis tubuh
pada periode panjang utamanya pergerakan darah dan penumpukan cairan
tubuh di daerah tungkai. Keluhan biasanya terjadi karena lambat laun
terasa berat pada otot vena, jarak raih diluar toleransi jangkauan normal,
luasan kerja yang ketinggian atau kependekkan.
Sikap kerja pemotong kain dalam melakukan pekerjaan sehari-harinya
dalam posisi berdiri. Secara biomekanis, kaki merupakan bagian tubuh
yang menerima beban dari seluruh tubuh baik pada saat berdiri maupun
berjalan. Pada saat berdiri, maka beban tubuh diterima oleh kaki pada
kedua sisi secara bergantian. Oleh karena kaki menjadi pusat tumpuan
badan pada saat berdiri, maka bagian tubuh tersebut cenderung mengalami
keluhan otot yang terjadi terus-menerus yang menyebabkan nyeri pada
12
pembebanan yang berlebihan, salah satunya adalah keluhan nyeri otot
betis.
c. Masa kerja
Siagian (2000) menyatakan bahwa masa kerja merupakan keseluruhan
pelajaran yang diperoleh seseorang dari peristiwa-peristiwa yang dilalui
dalam perjalanan hidupnya. Masa kerja adalah jangka waktu atau lamanya
seseorang bekerja pada suatu instansi, kantor dan sebagainya (Alwi, 2001).
Sedangkan, menurut Martoyo (2000) masa kerja atau pengalaman kerja
adalah mereka yang dipandang mampu melaksanakan tugas-tugas yang
nantinya akan diberikan disamping kemampuan intelegensi yang juga
menjadi dasar pertimbangan selanjutnya.
Dari pendapat di atas, maka dapat disimpulkan masa kerja adalah
keseluruhan pelajaran yang diperoleh seseorang atau pengalaman yang
diperoleh seseorang bekerja dan mampu melaksanakan tugas-tugas
disamping kemampuan intelegensi yang menjadi dasar dan atau masa
kerja juga merupakan lama waktu seseorang bekerja sejak diterima oleh
perusahaan sampai dilakukan penelitian. Tekanan melalui fisik atau beban
kerja pada suatu waktu tertentu mengakibatkan berkurangnya kinerja otot,
gejala yang ditunjukkan berupa pada makin rendahnya gerakan. Keadaan
ini tidak hanya disebabkan terlalu kerasnya beban kerja, namun juga oleh
tekanan-tekanan yang terakumulasi setiap harinya pada suatu masa yang
13
panjang. Keadaan seperti ini yang berlarut-larut mengakibatkan
memburuknya kesehatan, yang disebut juga kelelahan klinis atau kronis.
d. Ukuran tempat kerja
Tempat kerja yang tidak sesuai dengan ukuran atau dimensi tubuh
manusia, misalnya tinggi badan yang tidak sesuai dengan peralatan
sehingga alat yang akan ditempatkan tidak ergonomis dapat menimbulkan
keluhan nyeri otot.
1) Ketinggian meja
Ketidakseimbangan dalam ketinggian antara pemotong kain
dengan meja dapat membuat ketidaknyamanan dan mengakibatkan
kelelahan dan keluhan otot. Ketidakefisiensian juga menyebabkan
kelelahan dan ketidaknyamanan sehingga manusia harus kerja ekstra
untuk mengatasi perbedaan ketinggian itu.
2) Jangkauan pemotongan kain
Jarak yang jauh bisa menegangkan tubuh dan membuat kerja
semakin sulit sehingga memakan banyak waktu. Untuk mempermudah
mengerjakan tugas dengan baik, perlu memperhatikan hal-hal seperti