11 BAB II KAJIAN PUSTAKA A. Pembelajaran Tematik 1. Pengertian Pembelajaran Tematik Konsep pembelajaran tematik merupakan pengembangan dari pemikiran dari dua orang tokoh pendidikan yakni Jacob tahun 1989 dengan konsep pembelajaran interdisipliner dan Fogarty pada tahun 1991 dengan konsep pembelajaran terpadu. Pembelajaran tematik merupakan pendekatan dalam pembelajaran yang secara sengaja mengaitkan beberapa aspek baik dalam intra mata pelajaran maupun antar mata pelajaran (Reffiane dan Saptaningrum, 2011: 43). Menurut Majid (2014:80), pembelajaran tematik merupakan salah satu model pembelajaran terpadu (integrated instruction) yang merupakan suatu sistem pembelajaran yang memungkinkan siswa, baik secara individu maupun kelompok aktif menggali dan menemukan konsep serta prinsip-prinsip keilmuan secara holistik, bermakna, dan otentik. Dari uraian di atas, dapat disimpulkan bahwa pembelajaran tematik merupakan suatu pendekatan dalam pembelajaran yang secara sengaja mengaitkan beberapa aspek baik intramata pelajaran maupun antar-mata pelajaran. Dengan adanya pemanduan itu peserta didik akan memperoleh pengetahuan dan keterampilan secara utuh sehingga pembelajaran jadi bermakna bagi peserta didik. Bermakna artinya bahwa pada pembelajaran tematik peserta didik akan dapat memahami konsep-konsep yang mereka pelajari melalui pengalaman langsung
23
Embed
BAB II KAJIAN PUSTAKA Pembelajaran Tematikeprints.umm.ac.id/35588/3/jiptummpp-gdl-dianamira-49807-3-babii.p… · pembelajaran terpadu. Pembelajaran tematik merupakan pendekatan dalam
This document is posted to help you gain knowledge. Please leave a comment to let me know what you think about it! Share it to your friends and learn new things together.
Transcript
11
BAB II
KAJIAN PUSTAKA
A. Pembelajaran Tematik
1. Pengertian Pembelajaran Tematik
Konsep pembelajaran tematik merupakan pengembangan dari pemikiran
dari dua orang tokoh pendidikan yakni Jacob tahun 1989 dengan konsep
pembelajaran interdisipliner dan Fogarty pada tahun 1991 dengan konsep
pembelajaran terpadu. Pembelajaran tematik merupakan pendekatan dalam
pembelajaran yang secara sengaja mengaitkan beberapa aspek baik dalam intra
mata pelajaran maupun antar mata pelajaran (Reffiane dan Saptaningrum, 2011:
43). Menurut Majid (2014:80), pembelajaran tematik merupakan salah satu model
pembelajaran terpadu (integrated instruction) yang merupakan suatu sistem
pembelajaran yang memungkinkan siswa, baik secara individu maupun kelompok
aktif menggali dan menemukan konsep serta prinsip-prinsip keilmuan secara
holistik, bermakna, dan otentik.
Dari uraian di atas, dapat disimpulkan bahwa pembelajaran tematik
merupakan suatu pendekatan dalam pembelajaran yang secara sengaja mengaitkan
beberapa aspek baik intramata pelajaran maupun antar-mata pelajaran. Dengan
adanya pemanduan itu peserta didik akan memperoleh pengetahuan dan
keterampilan secara utuh sehingga pembelajaran jadi bermakna bagi peserta didik.
Bermakna artinya bahwa pada pembelajaran tematik peserta didik akan dapat
memahami konsep-konsep yang mereka pelajari melalui pengalaman langsung
12
dan nyata yang menghubungkan antar-konsep dalam intra maupun antar-mata
pelajaran.
2. Prinsip Pembelajaran Tematik
Pembelajaran tematik merupakan pembelajaran yang mengaitkan beberapa
aspek baik intramata pelajaran maupun antar-mata pelajaran yang bertujuan
memberikan kegiatan pembelajaran yang bermakna untuk peserta didik. Dalam
pelaksanaan pembelajaran tematik memiliki beberapa prinsip. Menurut Majid
(2014:89), ada beberapa prinsip yang berkenaan dengan pembelajaran tematik
yaitu sebagai berikut: a) Pembelajaran tematik integratif memiliki satu tema yang
aktual.b) Pembelajaran tematik perlu memilih materi beberapa mata pelajaran
yang mungkin saling terkait. c) Pembelajaran tematik tidak boleh bertentangan
dengan tujuan kurikulum yang berlaku. d) Materi pembelajaran yang dapat
dipadukan dalam satu tema selalu mempertimbangkan karakteristik siswa. e)
Materi yang dipadukan tidak terlalu dipaksakan.
Dari uraian diatas dapat disimpulkan bahwa terdapat beberapa prinsip dari
pembelajaran tematik. Pertama, tema yang aktual yaitu dekat dengan kehidupan
sehari-hari siswa dan lingkungannya. Kedua, materi di dalam satu tema saling
berkaitan sehingga dapat mengungkapkan tema secara bermakna. Ketiga,
pembelajaran tematik mendukung pencapaian tujuan pembelajaran yang terdapat
dalam kurikulum. Keempat, materi pembelajaran yang dipadukan sesuai dengan
karakteristik siswa seperti minat, kemampuan, kebutuhan, dan pengetahuan awal.
Kelima, memadukan materi yang bisa dipadukan, jika materi tidak
memungkinkan untuk dipadukan tidak dipaksakan untuk dipadukan.
13
3. Karakteristik Pembelajaran Tematik
Sebagai suatu model pembelajaran di sekolah dasar, pembelajaran tematik
memiliki beberapa karakteristik. Majid (2014:89) menyatakan bahwa terdapat
enamkarakteristik pembelajaran tematik.Karakteristik tersebut meliputi, berpusat
pada siswa, memberikan pengalaman langsung, pemisahan mata pelajaran tidak
begitu jelas, menyajikan konsep dari beberapa mata pelajaran, bersifat fleksibel,
dan menggunakan prinsip belajar sambil bermain dan menyenangkan.
Pembelajaran tematik berpusat pada siswa (student centered). Hal ini
sesuai dengan pendekatan belajar modern yang lebih banyak menempatkan siswa
sebagai subjek belajar, sedangkan guru lebih banyak berperan sebagai fasilitator.
Guru sebagai fasilitator yaitu guru hanya bertugas memberikan kemudahan-
kemudahan kepada siswa dan mendampingi siswa untuk melakukan aktifitas
belajar.
Pembelajaran tematik dapat memberikan pengalaman langsung kepada
siswa (direct experiences). Dengan pengalaman langsung ini, siswa dihadapkan
pada sesuatu yang nyata (konkret) sebagai dasar untuk memahami hal-hal yang
lebih abstrak. Sehingga siswa lebih mudah untuk mengikuti kegiatan
pembelajaran dan mudah untuk memahami materi pelajaran yang diberikan.
Dalam pembelajaran tematik, pemisahan antar mata pelajaran menjadi
tidak begitu jelas. Hal ini dikarenakan pembelajaran tematik memadukan materi
yang dapat dipadukan dan tidak memaksakan. Fokus pembelajaran diarahkan
kepada pembahasan tema-tema yang paling dekat berkaitan dengan kehidupan
siswa.
14
Pembelajaran tematik menyajikan konsep-konsep dari berbagai mata
pelajaran dalam suatu proses pembelajaran. Dengan demikian, siswa mampu
memahami konsep-konsep tersebut secara utuh. Hal ini diperlukan untuk
membantu siswa dalam memecahkan masalah-masalah yang dihadapi dalam
kehidupan sehari-hari.
Pembelajaran tematik bersifat luwes (fleksible) di mana guru dapat
mengaitkan bahan ajar dari satu mata pelajaran dengan mata pelajaran lainnya.
Selain itu, guru juga dapat mengaitkannya materi pembelajaran tematik dengan
kehidupan siswa dan keadaan lingkungan di mana sekolah dan siswa berada.
Sehingga tidak hanya materi saja yang didapatkan siswa, tapi juga contoh
pelaksanaannya dalam kehidupan siswa.
Pembelajaran tematik dalam penerapannya menggunakan prinsip belajar
sambil bermain dan menyenangkan. Dengan begitu siswa dalam mengikuti
kegiatan pembelajaran lebih antusias dan menyenangkan. Sehingga tujuan dari
kegiatan pembelajaran tercapai.
B. Pendekatan Contextual Teaching and Learning (CTL)
1. Pengertian Pendekatan Contextual Teaching and Learning (CTL) Menurut
Para Ahli
Ada beberapa pendapat mengenai pengertian Contextual Teaching and
Learning (CTL). Menurut Suprihatiningrum (2013: 178), CTL merupakan
pembelajaran yang dikaitkan dengan konteks kehidupan sehari-hari siswa. Ciri
kontekstual, yaitu mengaitkan topik atau konsep yang dipelajari dengan
kehidupan sehari-hari anak dan perkembangan psikologisnya. Jhonson (2002:67)
menyatakan sistem CTL dalam proses pendidikan memiliki tujuan menolong para
15
siswa melihat makna di dalam materi akademik yang mereka pelajari dengan cara
menghubungkan subjek-subjek akademik dengan konteks dalam kehidupan
keseharian mereka, yaitu dengan konteks keadaan pribadi, sosial, dan budaya
mereka.
Dengan demikian, CTL adalah pembelajaran yang menggunakan
pengetahuan dan kemampuannya untuk memecahkan berbagai masalah, baik
masalah nyata maupun simulasi dan juga materi yang diberikan dikaitkan dengan
kehidupan sehari-hari siswa sehingga siswa dapat membuat hubungan antara
pengetahuan yang dimiliki dengan pengaplikasiannya dalam kehidupan. Materi
yang dikaitkan dengan kehidupan sehari-hari akan membuat siswa lebih tertarik
dalam memahami materi pelajaran yang diberikan. Sehingga tujuan dari kegiatan
pembelajaran akan mudah tercapai.
2. Prinsip Ilmiah CTL
Pendekatan CTL memiliki beberapa prinsip dalam pelaksanaannya.
Menurut Johnson (2009: 68), terdapat tiga prinsip dalam pembelajaran dengan
CTL. Pertama, prinsip kesalingbergantungan yaitu adanya keterkaitan antara
siswa dengan beberapa komponen sekolah. Kedua,prinsip diferensiasi yang
memberi kesempatan kepada siswa untuk menggali bakat dan memunculkan cara
belajar mereka sendiri karena setiap individu itu unik. Ketiga, prinsip pengaturan
diri yang mana menuntut guru untuk mendorong setiap siswa mengeluarkan
seluruh potensinya.
Setiap prinsip dalam CTL memberikan kesempatan pada siswa untuk
mendapatkan pembelaran yang bermakna. Siswa menjadi lebih aktif, kreatif,
berpikir kritis, dan mampu mengembangkan keterampilan yang dimiliki. Dan juga
16
siswa mampu bekerjasama dan bersosialisasi dengan baik terhadap warga sekolah.
Sehingga dalam pelaksanaannya perlu memperhatikan prinsip-prinsip yang ada
dalam CTL.
3. Karakteristik Pembelajaran CTL
Setiap pendekatan pembelajaran memiliki karakteristiknya masing-
masing. Begitu juga pendekatan CTL yang mana memiliki beberapa karakteristik.
Menurut Majid (2014:181) ada beberapa karakteristik pembelajaran kontekstual,
yaitu sebagai berikut.
1) Kerjasama; 2) saling menunjang; 3) menyenangkan dan tidak membosankan; 4) belajar dengan bergairah; 5) pembelajaran terintegrasi; 6) menggunakan berbagai sumber; 7) siswa aktif. 8) sharingdengan teman. 9) Siswa kritis dan guru kreatif; 10) dinding dan lorong-lorong penuh dengan hasil kerja siswa, peta-peta, gambar, artikel, humor, dan lain-lain; dan 11) laporan kepada orang tua bukan hanya raport tetapi hasil karya siswa, laporan hasil praktikum, karangan siswa, dan lain-lain.
Sedangkan menurut Johnson (2009:65), sistem CTL mencangkup delapan
karakteristik meliputi, 1) membuat keterkaitan yang bermakna; 2) melakukan
pekerjaan yang berarti; 3) melakukan pembelajaran yang diatur sendiri; 4)
bekerjasama; 5) berpikir kritis dan kreatif; 6) membantu individu untuk tumbuh
dan berkembang; 7) mencapai standar yang tinggi; dan 8) menggunakan penilaian
autentik.
Berdasarkan pemaparan di atas terdapat dua pendapat tentang karakteristik
CTL. Dari dua pendapat tersebut dapat disimpulkan bahwa karakteristik CTL
meliputi, 1) kerjasama dengan teman;2) siswa aktif, kritis dan kreatif; 3) guru
mendesain kegiatan pembelajaran dengan kreatif;4) membuat keterkatitan yang
bermakna; 5) kelas penuh dengan hasil karya siswa; 6) sumber-sumber belajar
berupa gambar, peta artikel dan sebagainya; dan 7) laporan kepada orang tua
17
siswa bukan hanya raport tapi juga hasil karya siswa, karangan siswa, dan lain-
lain.
Dari karakteristik yang disebutkan di atas dapat disimpulkan bahwa CTL
akan membantu siswa untuk lebih aktif, kreatif dan berpikir kritis, serta mampu
bekerjasama dengan teman dalam kegiatan pembelajaran. Materi yang diberikan
mengaitkan pengetahuan dengan dunia nyata siswa. Dalam kegiatan pembelajaran
menggunakan berbagai sumber mulai dari buku, gambar, artikel, peta, dan lain-
lain. Siswa tidak hanya mendengarkan penjelasan dari guru dan mengerjakan
soal-soal saja tetapi juga membuat suatu karya baik berupa tulisan, gambar
maupun benda. Sehingga kegiatan pembelajaran siswa tidak hanya mendengarkan
materi dan mengerjakan soal saja, tapi juga aktif dan mampu bekerjasama dengan
teman-teman satu kelasnya, serta mampu menghubungkan pengetahuan yang
sudah didapat dengan kehidupan sehari-hari.
C. Lembar Kerja Siswa (LKS)
1. Pengertian LKS (Lembar Kerja Siswa)
Menurut Prastowo (2013: 203), LKS (Lembar Kerja Siswa) yaitu materi
bahan ajar yang sudah dikemas sedemikian rupa, sehingga peserta didik
diharapkan dapat mempelajari materi tersebut secara mandiri. Adapun pengertian
lain tentang LKS yaitu lembaran-lembaran berisi tugas yang berisi tugas yang
harus dikerjakan oleh peserta didik, biasanya berupa petunjuk atau langkah-
langkah untuk menyelesaikan suatu tugas yang harus jelas kompetensi dasar yang
ingin dicapai (Diknas, 2004). Sehingga dapat disimpulkan bahwa LKS merupakan
suatu bahan ajar cetak berupa lembaran-lembaran kertas yang berisi materi,
ringkasan, dan petunjuk-petunjuk pelaksanaan tugas pembealjaran yang harus
18
dikerjakan oleh peserta didik, yang mengacu pada kompetensi dasar yang harus
dicapai.
Dalam LKS, peserta didik akan mendapatkan materi, ringkasan, dan tugas
yang berkaitan dengan materi. Selain itu, peserta didik juga dapat menemukan
arahan yang terstruktur untuk memahami materi yang diberikan. Dari penjelasan
ini dapat dipahami bahwa LKS merupakan suatu bahan ajar cetak berupa lembar-
lembar kertas berisi materi, ringkasan, dan petunjuk-petunjuk pelaksanaan tugas
pembelajaran yang harus dikerjakan oleh peserta didik, yang mengacu pada
kompetensi dasar yang harus dicapai.
2. Tujuan Lembar Kerja Siswa (LKS)
LKS sering digunakan oleh guru dalam kegiatan pembelajaran.
Digunakannya LKS dalam kegiatan pembelajaran tentu memiliki beberapa tujuan.
Menurut Pratowo (2013: 206), paling tidak ada empat poin yang menjadi tujuan
LKS, meliputi a)menyajikan bahan ajar yang memudahkan peserta didik untuk
berinteraksi dengan materi yang diberikan; b) menyajikan tugas-tugas yang
meningkatkan penguasaan peserta didik terhadap materi yang diberikan; c)
melatih kemandirian peserta didik; dan d) memudahkan pendidik dalam
memberikan tugas kepada peserta didik.
Sedangkan menurut Achmadi (1996:35), LKS memiliki beberapa tujuan,
yaitu sebagai berikut.
a) Mengaktifkan siswa dalam kegiatan pembelajaran. b) Membantu siswa mengembangkan konsep. c) Melatih siswa untuk menemukan dan mengembangkan ketrampilan proses. d) Sebagai pedoman guru dan siswa dalam melaksanakan proses kegiatan pembelajaran. e) Membantu siswa dalam memperoleh informasi tentang konsep yang dipelajari melalui proses kegiatan pembelajaran secara sistematis. f) Membantu siswa dalam
19
memperoleh catatan materi yang dipelajari melalui kegiatan pembelajaran.
Berdasarkan dua uraian di atas, dapat disimpulkan bahwa LKS memiliki
beberapa tujuan. Pertama, mengaktifkan siswa dalam proses kegiatan
pembelajaran. Kedua, menyajikan bahan ajar yang memudahkan peserta didik
untuk berinteraksi dengan materi yang diberikan. Ketiga, menyajikan tugas-tugas
yang meningkatkan penguasaan peserta didik terhadap materi yang diberikan.
Keempat, melatih peserta didik untuk menemukan dan mengembangankan
keterampilan proses. Kelima, membantu peserta didik dalam memperoleh
informasi tentang konsep yang dipelajari melalui proses kegiatan pembelajaran
yang sistematis. Keenam, membantu peserta didik dalam memperoleh cacatan
materi yang dipelajari melalui kegiatan pembelajaran.
3. Syarat Penyusunan LKS
Dalam menyusun LKS harus sesuai dengan tujuan pembelajaran. LKS
digunakan oleh guru sebagai salah satu bahan ajar pendukung untuk mencapai
tujuan pembelajaran. Sehingga dalam menyusun LKS harus memperhatikan
syarat-syarat dalam menyusunnya.
Keberadaan LKS memperi pengaruh yang cukup besar dalam proses
pembelajaran sehingga LKS harus memenuhi berbagai persyaratan yaitu syarat
didaktik, syarat konstruksi, dan syarat teknik (Darmojo dan Kaligis, 1993: 41).
Syarat-syarat didaktik LKS sebagai salah satu bentuk sarana berlangsungnya
kegiatan pembelajaran harus memenuhi persyaratan didaktik, artinya LKS harus
mengikuti asas-asas belajar-mengajar yang efektif. Syarat didaktik meliputi, a)
memperhatikan adanya perbedaan individual, b) tekanan pada proses untuk
menemukan konsep-konsep, c) memiliki variasi stimulus melalui berbagai media
20
dan kegiatan siswa, d) dapat mengembangkan kemampuan komunikasi sosial,
emosional, moral, dan estetika pada diri siswa, e) pengalaman belajarnya
ditentukan oleh tujuan pengembangan pribadi siswa dan bukan ditentukan oleh
materi bahan pelajaran.
Syarat konstruksi ialah syarat-syarat yang berkenaan dengan penggunaan
bahasa, susunan kalimat, kosa-kata, tingkat kesukaran, dan kejelasan yang pada
hakikatnya haruslah tepat guna dalam arti dapat dimengerti oleh pengguna yaitu
siswa. Berikut ini syarat-syarat konstruksi yang meliputi:
a) menggunakan bahasa yang sesuai dengan tingkat kedewasaan siswa, b) menggunakan struktur kalimat yang jelas, c) memiliki tata urutan pelajaran yang sesuai dengan tingkat kemampuan siswa, d) indarkan pertanyaan yang terlalu terbuka, e) tidak mengacu pada buku sumber yang di luar kemampuan keterbacaan siswa, f) menyediakan ruangan yang cukup untuk memberi keleluasaan pada siswa untuk menuliskan jawaban atau menggambar pada LKS, g) menggunakan kalimat yang sederhana dan pendek, h) menggunakan lebih banyak ilustrasi daripada kata-kata, i) dapat digunakan untuk semua siswa, baik yang lamban maupun yang cepat, j) memiliki tujuan belajar yang jelas serta bermanfaat sebagai sumber motivasi, k) mempunyai identitas untuk memudahkan administrasinya.
Syarat-syarat teknik dalam penyusunan LKS berkenaan dengan cara
penulisan yang meliputi, a) menggunakan huruf cetak dan tidak menggunakan
huruf Latin atau Romawi, b) gunakan huruf tebal yang agak besar untuk topik,
bukan huruf biasa yang diberi garis bawah, c) gunakan tidak lebih dari 10 kata
dalam satu baris, d) gunakan bingkai untuk membedakan kalimat perintah dengan
jawaban siswa, dan e) usahakan perbandingan besarnya huruf dengan besarnya
gambar serasi.
21
Menurut Depdikbud (2004:25) agar LKS tepat dan akurat, maka harus
dipenuhi syarat-syarat penyusunan LKS. Syarat yang pertama yaitu susunan
kalimat dan kata-kata yang digunakan singkat, jelas, sederhana, dan mudah
dimenngerti. Kedua, menggunakan gambar dan ilustrasi yang membantu siswa
untuk memahami materi. Dan syarat yang ketiga yaitu tata letak dalam LKS
disusun secara logis dan sistematis yang membantu siswa untuk memahami
materi, serta mengggunakan desain LKS yang menarik.
Syarat-syarat penyusunan LKS seperti yang sudah disebutkan di atas harus
di sesuaikan dengan tingkat pemahaman siswa. LKS yang disusun untuk siswa SD
akan berbeda dengan LKS yang disusun untuk siswa SMP. Kalimat dan kata-kata
yang digunakan di dalam LKS untuk siswa SD lebih sederhana, komunikatif dan
mudah dimengerti. Gambar-gambar dan ilustrasi akan membantu siswa untuk
memahami materi dan juga dengan adanya gambar dan ilustrasi akan membuat
LKS yang disusun lebih menarik. LKS yang disusun juga harus berurutan secara
logis dan sistematis, serta desain LKS dibuat lebih menarik.
4. Langkah-Langkah Aplikatif Penyusunan LKS
Sebelum menyusun LKS kita terlebih dahulu harus tahu komponen apa
saja yang terdapat dalam LKS. Sauatu LKS memiliki enam komponen yaitu
petunjuk belajar, kompetensi yang ingin dicapai, informasi pendukung, latihan-
latihan, lembar kegiatan, dan evaluasi (Prastowo, 2013: 208). Setelah mengetahui
komponen LKS, kita perlu memahami langkah-langkah penyusunannya. Menurut
Diknas (2004), langkah-langkah penyusunan LKS yaitu, a) melakukan analisis
kurikulum; b) menyusun peta kebutuhan LKS; c) menentukan judul LKS; dan d)
22
penulisan LKS dengan langkah-langkah meliputi merumuskan KD, menentukan
alat penilaian, menyusun materi, dan memperhatikan struktur bahan ajar.
Melakukan analisis kurikulum, langkah ini dimaksudkan untuk
menentukan materi-materi mana yang memerlukan bahan ajar LKS. Pada
umumnya, dalam menentukan materi, langkah analisis yang dilakukan dengan
melihat materi pokok, pengalaman belajar, serta materi yang akan diajarkan.
Peta kebutuhan LKS sangat diperlukan untuk mengetahui jumlah LKS
yang harus ditulis serta melihat sekuensi atau urutan LKS-nya. Sekuensi LKS
sangat dibutuhkan dalam menentukan prioritas penulisan. Langkah ini biasanya
diawali dengan analisis kurikulum dan analisis sumber belajar.
Judul LKS ditentukan atas dasar kompetensi-kompetensi dasar, materi-
materi pokok, atau pengalaman belajar yang terdapat dalam kurikulum.Setelah
menentukan judul LKS langkah selanjutnya yaitu penulisan LKS.
Dalam penulisan LKS, langkah-langkah yang dilakukan adalah
merumuskan kompetensi dasar merumuskan kompetensi dasar, menentukan alat
penilaian, menyusun materi, dan memperhatikan struktur LKS yang meliputi: (a)
judul, mata pelajaran, semester, dan tempat; (b) kompetensi yang akan dicapai;
(c) petunjuk belajar; (d) Indikator; (e) informasi pendukung, (f) tugas-tugas dan
langkah-langkah kerja; dan (f) penilaian (Diknas, 2004).
Dalam menyiapkan LKS, ada beberapa langkah yang harus diperhatikan
oleh pendidik. Untuk bisa membuat LKS yang bagus, pendidik harus cermat
dalam menyusun LKS. Penyusunan LKS harus sistematis dan sesuai dengan
kompetensi dasar yang sudah dirumuskan. Karena, sebuah lembar kerja harus
23
memenuhi paling tidak kriteria yang berkaitan dengan kompetensi dasar yang
harus dikuasai oleh peserta didik.
D. Lembar Kegiatan Siswa Berbasis Kontekstual
LKS berbasis Kontekstual berisikan komponen LKS pada umumnya,
hanya saja dalam penyampian materi, soal-soal dan unjuk kerja menggunakan
pendekatan kontekstual. Komponen LKS berbasis kontekstual meliputi:
1. Petunjuk Belajar
Petunjuk belajar berisi langkah bagi guru untuk menyampaikan bahan ajar
kepada siswa dan langkah bagi siswa untuk mempelajari bahan ajar. Langkahnya
meliputi memahami materi, pengerjaan unjuk kerja/percobaan dengan bekerja
sama dalam kelompok, pengisian tugas secara individu, diskusi setelah
pelaksanaan unjuk kerja/percobaan dan penugasan.
2. Kompetensi yang Ingin Dicapai
Bahan ajar berisi standar kompetensi, kompetensi dasar dan indikator hasil
belajar yang harus dicapai siswa. Namun, dalam LKS berbasis Kontekstual
standar kompentensi ditiadakan karena menggunakan pembelajaran tematik.
Kompetensi dasar dan indikator yang di ambil dari tema “Organ Tubuh Manusia
dan Hewan”subtema “Tubuh Manusia”.
Indikator dari KD 3.2 menguraikan tentang anggota tubuh manusia dengan
bantuan guru dan teman dalam bahasa Indonesia lisan dan tulis dengan memilih
dan memilah kosakata, pada mata pelajaran Bahasa Indonesia meliputi, (1)
mengidentifikasi anggota tubuh manusia beserta fungsinya berdasarkan gambar
yang diamati dan (2) menguraikan anggota tubuh manusia beserta fungsinya
berdasarkan gambar yang diamati dalam bentuk cerita.
24
Pada mata pelajaran Matematika Indikator dari KD 3.6 menentukan
hubungan antar satuan kuantitas dalam kehidupan sehari-hari (rim, lusin, kodi)